Tingkatan Paraplegia Kemandirian Paraplegia

otot-otot kaki, usus besar serta kandung kemih sementara urat-urat perut ke atas masih berfungsi dengan baik.

3. Tingkatan Paraplegia

Tingkat awal tanggapan tubuh terhadap kelumpuhan sumsum tulang belakang dan sistem saraf autonomik berlangsung sekitar tiga sampai enam minggu. Penderita paraplegia yang disebabkan karena suatu kecelakaan membutukan waktu untuk sembuh antara delapan sampai empat belas minggu, dan selama masa perawatan penderita paraplegia ini dilarang duduk atau bangun dari tempat tidur sebab hal ini dapat membuat kerusakan yang makin parah.

4. Kemandirian Paraplegia

Untuk kembali menjadi mandiri seorang penderita paraplegia membutuhkan waktu antara empat sampai dua belas bulan. Kemandirian yang diberikan oleh para perawat dan fisioterapis berupa 1. Cara Duduk Tegak Pada awal pertama penderita paraplegia akan ditegakan perlahan-lahan membentuk sudut 45 derajat selama kurang lebih sepuluh menit, kemudian hingga 90 derajat atau duduk tegak selama tiga puluh menit. Setelah penderita paraplegia siap maka terapis akan membantu duduk di atas kursi untuk beberapa menit dan sedikit demi sedikit untuk waktu yang lebih lama. 2. Keseimbangan Pertama kali penderita paraplegia akan belajar menyesuaikan perasaan mengenai keseimbangan yang hilang dengan menggunakan matanya dan menggunakan otot-otot yang masih berfungsi setelahnya penderita paraplegia ini akan mampu menarik tubuhnya kebelakang dalam posisi tegak lurus. Hal ini membutuhkan waktu yang cukup hingga pada akhirnya penderita pareplegia akan mampu melakukan hal terebut dengan sendirinya tanpa bantuan atau topangan dari orang lain. 3. Berpakaian Sementara penderita paraplegia belajar akan keseimbangan mereka juga belajar bagaimana cara memakai baju sendiri. Umumnya hal ini tidak terlalu sulit untuk penderita paraplegia karena bagian atas tubuh mereka tidak mengalami kerusakan atau kelumpuhan hanya saja waktu yang mereka gunakan untuk memakai baju menjadi agak lama terutama saat mereka memakai celana dan ini butuh latihan yang intensif. 4. Latihan berdiri dan berjalan Latihan ini brfungsi untuk menjaga agar lutut-lutut pendertia paraplegia tetap lurus dan kaki-kaki tidak terseret ke lantai. Penderita paraplegia ini akan belajar dengan menggunakan palang sejajar yang terdapat pada rumah sakit rehabilitasi pada umumnya, setelah menjalani latihan yang cukup penderita paraplegia akan mulai belajar dengan menggunakan kruk untuk berjalan sedikit demi sedikit. Hal ini hanya dapat dilakukan pada penderita paraplegia yang mengalami tingkat cedera dibawah L3 sedang pada penderita paraplegia yang mengalami tingkat cedera pada T12 kemungkinan ini sangat kecil, namun latihan harus tetap dilakukan untuk menjaga terjadinya ’contracture’ atau pemendekan otot tetap, memperbaiki sirkulasi darah dan membantu ginjal agar dapat bekerja secara semestinya. 5. Makanan Seperti yang telah dijelaskan bahwa penderita paraplegia juga akan kehilangan kontrol buang air kecil dan besar sehingga pada tahap awal kelumpuhan mereka membutuhkan makanan khusus yang menghindarkan penderita mengalami komplikasi, setelah lewat masa perawatan penderita paraplegia setelah mendapat izin dari dokter diperbolehkan memakan makanan pada umumnya. Hanya saja mereka tidak boleh memakan makanan yang dapat menyebabkan kegemukan selain berbahaya karena kondisi mereka kegemukan juga dapat menyebabkan terjadinya komplikasi pada penderita pareplegia. Selain itu penderita paraplegia diharuskan memakan makanan yang banyak mengandung serat dan mineral guna menghindarkan sembelit. 6. Berkeringat Berkeringat biasanya terjadi hanya pada bagian-bagian yang masih berfungsi saja atau pada bagian yang masih memiliki rasa. Seorang penderita paraplegia berkeringat biasanya terjadi akibat dari gangguan usus besar dan kandung kemih yang harus dikosongkan, atau pada saat tidur maka posisi tidur dari penderita pareplegia ini harus diubah atau pada saat berada di kursi roda oleh karenanya posisi duduknya harus dirubah. 7. Naik turun dari kloset Dalam hal ini penderita paraplegia membutuhkan beberapa peralatan seperti tali atau rantai yang di gantung di langi-langit kamar mandi, hal ini berfungsi untuk membantu penderita paraplegia naik dan turun dari kloset. 52 52 Ibid, hal. 11-18

BAB III GAMBARAN UMUM INSTALASI REHABILITASI MEDIK

RSUP FATMAWATI JAKARTA A . Sejarah Singkat Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Fatmawti Instalansi rehabilitasi medik pada awalnya bernama Pusat Rehabilitasi rehabilitation center yang didalamnya terdapat fasilitas orthopedi. Pengadaan fasilitas orthopedi ini bertujuan untuk memberikan pengobatan dan rehabilitasi semaksimum mungkin pada penderita cacat tubuh dan demi memaksimalkan pelayanan terhadap pasien penderita cacat tubuh Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati mendirikan Pusat Rehabilitasi Medik PRM yang secara khusus melayani penderita cacat tubuh Berdasarkan SK. NO. 5121972, terbentuklah Badan Koordinasi Rehabilitasi Penderita Cacat Tubuh BAKORREPENCATU, yang pada akhirnya pusat rehabilitasi Jakarta diresmikan oleh alm Ibu Presiden Tien Soeharto yang bertepat di Rumah Sakit Fatmawati pada bulan April 1973. Pada bulan Oktober 1978, terdapat bantuan peralatan dari Australia, Amerika Serikat, Kanada, Singapura, India dan Prancis dengan bantuan peralatan yang memadai tersebut dapat menunjang tujuan akhir dari orthopedi tersebut yakni pengobatan dan rehabilitasi semaksimum mungkin untuk para penderita. 43

Dokumen yang terkait

Gambaran Osteoartritis Genu di RSUP Fatmawati Jakarta Tahun 2012 – 2013

0 3 65

PERANCANGAN ULANG ALAT TERAPI BERJALAN JENIS PERANCANGAN ULANG ALAT TERAPI BERJALAN JENIS WALKER YANG ERGONOMIS BAGI PENDERITA STROKE (Studi Kasus di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Sardjito Bagian Stroke).

0 2 13

BAB 1 PENDAHULUAN PERANCANGAN ULANG ALAT TERAPI BERJALAN JENIS WALKER YANG ERGONOMIS BAGI PENDERITA STROKE (Studi Kasus di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Sardjito Bagian Stroke).

0 3 11

BAB 3 LANDASAN TEORI PERANCANGAN ULANG ALAT TERAPI BERJALAN JENIS WALKER YANG ERGONOMIS BAGI PENDERITA STROKE (Studi Kasus di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Sardjito Bagian Stroke).

6 86 60

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN PERANCANGAN ULANG ALAT TERAPI BERJALAN JENIS WALKER YANG ERGONOMIS BAGI PENDERITA STROKE (Studi Kasus di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Dr. Sardjito Bagian Stroke).

0 2 16

EFEKTIFITAS SENAM STROKE TERHADAP PERBAIKAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL PASIEN PASCA STROKE DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG.

3 9 10

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT DAN MEMOTIVASI PENDERITA PASCA STROKE DENGAN KEPATUHAN PENDERITA MENGIKUTI REHABILITASI DI UNIT REHABILITASI MEDIK RSUP. Dr. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2011.

0 0 10

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN KLIEN PASCA STROKE DALAM MENGIKUTI REHABILITASI DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK RSUP DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2010.

1 2 6

Tatalaksana Rehabilitasi Medik pada Penderita Osteoarthritis Genu doc

0 5 37

DIREKTORAT INSTALASI MEDIK DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN MEDIK DEPARTEMEN KESEHATAN RI 1995

0 2 120