A. Kesimpulan
………………………………………………… 88
B. Saran
……………………………………………………….. 88
DAFTAR PUSTAKA
................................................................................... 91
LAMPIRAN – LAMPIRAN
OUT LINE SKRIPSI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Fokus Masalah
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
D. Metodologi Penelitian
E. Jenis Penelitian
F. Sistematika Penulisan
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG TEORI
PELAYANAN SOSIAL MEDIS, PARAPLEGIA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
A. Teori Pelayanan Sosial
1. Pengertian Pelayanan Sosial
2. Jenis-Jenis Pelayanan Sosial
3. Tahapan-Tahapan Pelayanan Sosial
B. Teori Pelayanan Sosial Medis
1. Pengertian Pelayanan Sosial Medis
2. Tujuan Pelayanan Sosial Medis
3. Fungsi Pelayanan Sosial Medis
4. Ruang Lingkup Pelayanan Sosial Medis
C. Rehabilitasi Medik
1. Sejarah Rehabilitasi Medik 2. Pengertian Rehabilitasi Medik
D. Paraplegia
1. Pengertian Paraplegia
2. Penyebab Paraplegia 3. Kemandirian Paraplegia
BAB III GAMBARAN UMUM INSTALSI REHABILITASI
MEDIK RSUP FATAMAWATI JAKARTA
1. Sejarah Singkat Berdirinya Instalasi Rehabilitasi
Medik RSUP Fatmawati Jakarta 2.
Klasifikasi Lembaga 3.
Peran dan Fungsi Lembaga 4.
Pelayanan Instalasi Rehabilitasi Medik 5.
Visi. Misi, Falsafah dan Tujuan Instalasi Rehabilitasi Medik
6. Sumber dana dan Pola Pendanaan
7. Organisasi dan Struktur Organisasi Instalasi
Rehabilitasi Medik 8.
Jumlah Karyawan di Instalasi Rehabilitasi Medik 9.
Jumlah Pasien di Ruang Rawat Inap Rehabilitasi Medik
10. Kedudukan Pekerja Sosial Medis dalam Struktur
Organisasi
BAB IV FUNGSI PELAYANAN SOSIAL MEDIS BAGI PENDERITA PARAPLEGIA DI INSTALASI
REHABILITASI MEDIK RSUP FATMAWATI JAKARTA
1. Proses Pelayanan Sosial Medis bagi Penderita
Paraplegia 2.
Fungsi Pelayanan Sosial Medis bagi Penderita Paraplegi
3. Faktor Pendukung dan Penghambat
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran – saran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Memiliki penampilan menarik serta sempurna adalah dambaan setiap manusia di bumi ini. Namun kenyataan hidup tak selalu sejalan
dengan apa yang diharapkan dan diidamkan. Hal ini sebagaimana dialami oleh mereka yang lahir kedunia dalam keadaan tidak sempurna secara fisik
atau dalam keadaan cacat. Meskipun kecacatan seseorang tidak hanya terjadi karena bawaan lahir namun juga karena suatu penyakit, kecelakaan,
korban peperangan atau pun sebab lainnya yang mengakibatkan pada kelumpuhan permanen atau seumur hidup.
Belum dapat diketahui secara pasti berapa jumlah penyandang cacat di Indonesia, namun berdasarkan hasil survey yang dilakukan Departemen
Sosial RI tahun 1978 populasi penyandang cacat di Indonesia adalah 3,11 dari jumlah penduduk Indonesia. Sementara menurut data yang berhasil
dihimpun oleh WHO pada tahun 2004 penderita cacat tubuh di Indonesia mencapai 10 dari jumlah penduduk Indonesia.
1
Sedangkan menurut data kantor wilayah DKI tahun 2004 tercatat sekitar 3.849 penyandang cacat
tubuh di Jakarta, akan tetapi data-data tersebut masih jauh dari kenyataan yang ada di masyarakat. Hal ini karena masih belum adanya kesadaran dari
masyarakat untuk melapor pada pemerintah setempat tentang keberadaan
1
www.depsos.go.id , 12 Januari 2009
1
keluarga atau kerabat mereka yang mengalami kecacatan. Serta kurangnya pendataan yang dilakukan oleh pemerintah tentang berapa banyak populasi
penyandang cacat tubuh di Indonesia. Seperti mereka yang mengalami kelumpuhan pada dua anggota gerak bawah atau kaki belum dapat diketahui
berapa jumlah atau populasi mereka. Jelas sekali bagi seseorang yang mengalami kelumpuhan akan
mendapatkan kesulitan dalam bergerak dan beraktifitas dalam kehidupan sehari-hari. Dalam dunia kedokteran atau dunia medis seorang pasien yang
mengalami kelumpuhan disebut juga sebagai paraplegics. Sedang, kelumpuhan itu sendiri dikenal dengan nama paraplegia. Paraplegia adalah
terjadinya kelumpuhan pada kedua anggota gerak bawah yakni kaki, hal ini terjadi karena adanya penyepitan syaraf di tulang belakang yang disebabkan
oleh kecelakaan, jatuh duduk, trauma atau pun karena suatu penyakit. Tingkat kelumpuhan yang dialami oleh setiap penderita sangat bervariasi
mulai dari perlemahan gerakan kaki, kelayuan pada kaki, hilangnya rasa sakit, dan pada akhirnya mengalami kelumpuhan total mulai dari batas perut
hingga ujung jari kaki.
2
Kondisi tersebut membuat para penderita paraplegia mengalami kelumpuhan secara permanen atau seumur hidup. Hal ini tentunya tidak
dapat dengan mudah diterima oleh penderita, terlebih jika kelumpuhan tersebut terjadi bukan karena bawaan lahir melainkan karena suatu penyakit
atau kecelakaan. Berbagai masalah akan timbul dengan kelumpuhan yang dialami oleh seseorang. Secara fisik jelas sekali mereka akan mengalami
2
www.apparelyzed.com , 26 November 2008
keterbatasan gerak dan kesulitan beraktifitas. Kondisi psikis atau kejiwaan penderita paraplegi ini tentunya pun ikut berubah. Mereka akan mengalami
depresi yang dalam, kehilangan kepercayaan diri, kehilangan semangat hidup dan akan mengalami keputusasaan yang dalam. Kondisi kejiwaan
penderita paraplegia akan menjadi lebih labil dan sensitive dengan berbagai hal yang ada disekitar penderita paraplegia, terlebih jika lingkungan
sosialnya baik keluarga, sekolah, kantor dan masyarakat tempat tinggal tidak dapat menerima penderita paraplegia ini dengan baik karena
kelumpuhan yang ada pada dirinya. Dari segi finansial pun akan sangat berpengaruh, terutama bagi penderita paraplegia yang menjadi tulang
punggung keluarga atau pencari nafkah. Beban hidup para penderita paraplegia bertambah karena seperti kita ketahui bahwa penderita paraplegia
membutuhkan kursi roda, biaya obat-obatan dan kontrol ke rumah sakit, hingga biaya perubahan rumah demi menunjang kemudahan penderita
paraplegia dalam beraktifitas di atas kursi rodanya. Jika penderita paraplegia ini tidak memiliki keterampilan khusus yang dapat menunjang penghidupan
dan kehidupannya, karena seperti kita ketahui di Indonesia ini jarang sekali ada perusahaan atau perkantoran yang mau menerima para penderita
paraplegia dengan segala keterbatasan yang mereka miliki. Dalam undang-undang kenegaraan telah dijelaskan secara jelas
bahwa setiap manusia siapa pun itu memiliki hak dan kewajiban yang sama. Seperti yang tertera dalam UU RI NO. 4 tahun 1997 tentang penyandang
cacat yang berbunyi;
3
3
UU RI No. 41997 Tentang Penyandang Cacat
“ bahwa penyandang cacat merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang juga memiliki hak, kedudukan, kewajiban dan peran yang sama.
Mereka juga mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam aspek kehidupan dan penghidupan.
Oleh karenanya, para penderita paraplegia ini membutuhkan suatu lahan atau tempat rehabilitasi yang dapat mengembalikan keberfungsian
sosial mereka. Seperti yang tertuang dalam UU RI No. 4 tahun 1997 pasal 7 tentang penyandang cacat yang berbunyi;
4
“ Rehabilitasi
diarahkan untuk
memfungsikan kembali
dan mengembangkan kemampuan fisik, mental dan sosial penyandang cacat
agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar sesuai dengan bakat, kemampuan, pendidikan dan penglaman. “
Rehabilitasi bagi penderita paraplegia yang diselenggarakan di rumah sakit dikenal dengan istilah rehabilitasi medik, yaitu suatu bentuk
pelayanan kesehatan total yang dilakukan secara multidisipliner untuk membantu memulihkan kemampuan-kemampuan fisik, mental dan sosial
penderita paraplegia sehingga ia mampu melaksanakan fungsi dan perannya kembali di masyarakat secara optimal.
5
Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati adalah salah satu rumah sakit yang menyediakan pelayanan rehabilitasi mediknya. Rehabilitasi medik ini
dikenal dengan nama Instalasi Rehabilitasi Medik IRM, dalam Instalasi Rehabilitasi Medik ini ada tim rehabilitasi medik yang terdiri dari dokter
ahli rehabilitasi, psikologi, perawat rehabilitasi, fisioterapi, okupasiterapi, prostetik ortetik, terapi wicara, bengkel kursi roda dan pekerja sosial medis.
Tim ini bekerja sama memberikan pelayanan terbaik pada pasien paraplegia,
4
UU RI No. 4 Pasal 71997 Tentang Penyandang Cacat
5
Pedoman Rehabilitasi Medik Prevevtif di Rumah Sakit, 1997, hal. 5
tidak hanya membantu menangani masalah fisik sebagai akibat dari kelumpuhan yang disandangnya tetapi juga masalah fungsi sosial yang
menyertainya. Pelayanan rehabilitai merupakan suatu usaha untuk memulihkan organ-organ yang tersisa, sehingga penderita paraplegia
mampu menjalankan kembali fungsi sosialnya di masyarakat. Dari uraian di atas jelas bahwa penderita paraplegia mengalami
berbagai gangguan pada fisiknya yang berpengaruh besar pada kondisi psikologis dan sosialnya, karena kelumpuhan yang dialaminya dapat
membuat seseorang menjadi rendah diri, frustasi dan sebagainya. Dalam setting
rumah sakit khususnya di instalasi rehabilitasi medik pelayanan sosial yang diberikan oleh pekerja sosial medis dianggap mampu
menyelesaikan masalah-masalah yang ada pada diri penderita paraplegia. Pelayanan sosial medis yang diberikan dapat dilakukan dengan cara
menjalin hubungan baik dengan penderita paraplegia dalam rangka mengurangi tekanan sosial dan emosional yang dapat memperlambat
penyembuhan penderita. Selain itu pelayanan yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial medis adalah melakukan kunjungan rumah hal ini dilakukan
agar pekerja sosial lebih memahami keadaan yang dihadapi oleh penderita paraplegia. Pelayanan yang dilakukan sampai pada tahap pemberian bantuan
dalam mencarikan dana atau donatur untuk pembelian alat bantu hingga biaya perawatan.
Berdasarkan pada uraian diatas penulis bermaksud mengadakan penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam skripsi, berjudul :
“PELAYANAN SOSIAL MEDIS BAGI PENDERITA PARAPLEGIA DI INSTALASI REHABILITASI MEDIK RSUP FATMAWATI JAKARTA”
B. Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah. 1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada uraian di atas, maka penulis akan melakukan penelitian yang berfokus pada pelayanan sosial medis bagi penderita
paraplegia di instalasi rehabilitasi medik RSUP Fatmawati Jakarta.
2. Perumusan Masalah
Menyadari keterbatasan penulis dalam berbagai hal seperti keterbatasan ilmu pengetahuan, waktu, biaya dan hal lainnya maka
penelitian ini penulis batasi pada : 1.
Bagaimana tahapan pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia di instalasi rehabilitasi medik RSUP Fatmawati Jakarta ?
2. Bagaimana fungsi pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia di
instalasi rehabilitasi medik RSUP Fatmawati Jakarta ? 3.
Apa saja faktor pendukung dan penghambat proses pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia di instalasi rehabilitasi medik RSUP
Fatmawati Jakarta?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui tahapan pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia di
instalasi rehabilitasi medik di RSUP Fatmawati Jakarta. 2.
Mengetahui fungsi pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia di instalasi rehabilitasi medik di RSUP Fatmawati Jakarta.
3. Mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat pelayanan sosial
medis bagi penderita paraplegia di instalasi rehabilitasi medik RSUP Fatmawati Jakarta.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Akademis
Manfaat akademis yang diharapkan penulis dari penelitian ini adalah :
a. Memberikan gambaran tentang proses pelayanan sosial medis yang
diberikan oleh pekerja sosial medis di instalasi rehabilitasi medik terhadap penderita paraplegia.
b. Memberikan sumbangsih pengetahuan kepada mahasiswa
kesejahteraan sosial khususnya dan kepada masyarakat luas umumnya mengenai pelayanan sosial medis.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga sebagai bahan kajian bagi para peminat studi kesjahteraan sosial,
terutama bagi para mahasiswa kesejahteraan sosial.
E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang penulis gunakan adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor, pendekatan
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku dapat
diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar individu tersebut secara utuh.
6
Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi,
dari kondisi sewajarnya dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis
maupun praktis. Penelitian kualitatif dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya, untuk dirumuskan
menjadi suatu generalisasi yang dapat diterima oleh akal sehat manusia
7
. Pendekatan
kualitatif dipilih
karena peneliti
ingin mendeskripsikan, memperoleh gambaran nyata dan menggali informasi
6
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT Remaja : Rosdakarya, 1991., h, 3.
7
Nawawi hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 1992 h. 209
yang jelas mengenai fungsi pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Fatmawati Jakarta.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif yaitu metode yang dirancang untuk mengumpulkan informasi tentang
keadaan-keadaan nyata sekarang sementara berlangsung. Tujuan utama meggunakan jenis penelitian ini adalah untuk menggambarkan
sifat suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu.
8
Metode deskriptif dapat diartikan pula sebagai upaya untuk melukiskan variabel demi variabel, satu demi satu, sebagai prosedur
pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian seseorang, lembaga,
masyarakat dan lainnya pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Pada umumnya penelitian
analisis deskriptif adalah penelitian non hipotesa sehingga dalam langkah penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesa.
9
Penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan data aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah
atau memeriksa kondisi atau praktek-praktek yang berlaku, juga menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah
8
Consuelo G. Sevilla, dkk, Pengantar Metode Penelitian, Jakarta; Penerbit Universitas Indonesia UI Prees, 2006, cet. 1, hal. 71
9
Dr. Suhasimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta; PT. Bina Aksara,1985, cet. 2, hal. 139
yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.
10
Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah
untuk menguraikan, memaparkan dan menggambarkan serinci mungkin program pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia di instalasi
rehabilitasi medik RSUP Fatmawati Jakarta.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
a. Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP
Fatmawati, jln. RS Fatmawati Jakarta Selatan. b. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan mulai bulan Maret hingga bulan Mei 2009, sebelumnya penulis telah melakukan praktikum I selama 4 bulan yang
dilakukan pada bulan September hingga Desember 2008
4. Subjek, Informan dan Objek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah pekerja sosial medis selaku pelaksana pelayanan sosial medis dan pasien penderita paraplegia selaku
penerima pelayanan sosial medis di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP Fatmawati Jakarta. Penulis berupaya melakukan penelitian ini dengan
mengunakan sudut pandang orang-orang yang menjadi sumber data
10
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung; PT. Remaja Rosdakarya, 2006, cet. 12, hal. 25
primer penelitian ini, melalui interaksi dengan subjek penelitian terjadi secara alamiah dan tidak memaksa, sehingga tindakan dan cara pandang
subjek tidak berubah.
11
Oleh karenanya,
peneliti menggambarkan
tabel yang
menjelaskan tentang subjek penelitian. NO
Subjek Penelitian Posisi
1. Gambaran Pelayana Sosial
Medis, hasil
yang telah
dicapai serta
faktor penghambat dan pendukung
Pekerja Sosial Medis
2. Gambaran
pelaksanaan pelayanan sosial medis dan
hasil dari pelayanan tersebut Penderita Paraplegia
Tabel 1.
Subjek Penelitian
Informan adalah seseorang yang dapat memberikan informasi mengenai situasi dan latar penelitian. Menurut Bogdan dan Biklen dalam
buku Metodologi Penelitian Kualitatif karangan Moleong, pemanfaatan Informan dalam penelitian adalah agar dalam waktu yang singkat
banyak informasi yang didapatkan.
12
Sedang menurut Neuman konsep sample dalam penelitian kualitatif berkaitan erat dengan bagaimana
11
Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001. H. 25
12
Ibid, h. 112
memiliki informan atau situasi sosial tertentu yang dapat memberikan informasi yang mantap dan terpercaya mengenai informasi-informasi
yang ada.
13
Untuk memilih sampel informan lebih tepat dilakukan dengan sengaja purpose sampling.
Dalam penelitian ini penulis memilih informan yang berhubungan dengan pelayanan sosial medis, yaitu 2 orang pekerja
sosial medis dan 2 orang pasien penderita paraplegia. Untuk itu peneliti menggambarkan dengan tabel sebagai berikut
Informasi yang dicari Informan
Jumlah
Gambaran pelayanan
sosial medis, hasil yang telah
dicapai serta
faktor pendukung dan penghambat
Pekerja sosial medis 2 0rang
Gambaran pelaksanaan pelayanan sosial medis
dan hasil
dari pelayanan tersebut
Pesien penderita
paraplegia 2 orang
Tabel 2
Theorythical Sampling
13
Lawrence W. Neuman, Social Research Methods:Qualitatif dan Quantitatif Approaches Needham Heights : Allyn Bacon, 2000, h. 20-21
Sedangkan objek penelitian ini adalah pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia di Instalasi Rehabilitasi Medik RSUP
Fatmawati Jakarta.
5. Sumber Data
Sumber data penelitian ini penulis kategorikan sebagai berikut : a.
Data Primer Data primer yang dimaksud adalah data pokok yang diperoleh melalui
hasil observasi dan wawancara. b.
Data Sekunder Data pendukung yang diperoleh dari buku , majalah dan berbagai
literatur lainnya yang berkaitan dengan tema penelitian.
6. Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang peneliti pakai adalah tehnik pengumpulan data kualitatif. Pengumpulan data kualitatif berupa
pengumpulan data dalam bentuk kalimat, pernyataan, kata dan gambar.
14
Pelaksanaan tehnik pengumpulan data dapat dilakukan dengan: a.
Observasi atau pengamatan, yaitu pengamatan langsung kepada suatu obyek yang diteliti
15
Peneliti menggunakan instrumen observasi dalam mengamati proses pelayanan sosial medis yang
14
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI, Materi Mata Kuliah Metode Penelitian Sosial, Jakarta : Fisip UI, 2001, h. 40
15
Gorys Keraf, Komposisi; Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, h, 162.
dilakukan oleh pekerja sosial medis di instalasi rehabilitasi medik bagi penderita paraplegia.
b. Interview atau wawancara merupakan salah satu bentuk alat
pengumpulan informasi secara langsung tentang beberapa jenis data.
16
Peneliti melakukan wawancara demi memperoleh data yang diperlukan dan berhubungan dengan tema yang peneliti ajukan.
Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan berbagai sumber. Diantaranya dengan staf pegawai instalasi rehabilitasi
medik, kepala pimpinan instalasi rehabilitasi medik dan tentunya dengan pekerja sosial medis itu sendiri serta kepada penderita
paraplegia. c.
Metode dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang tidak dapat diperoleh dengan cara wawancara atau observasi. Tehnik
dokumentasi penulis lakukan dengan cara menelaah buku-buku, majalah, artikel maupun sumber-sumber yang berkaitan dengan
pelayanan sosial medis di instalasi rehabilitasi medik terhadap penderita paraplegia.
7. Teknik Analisis Data
Maksud dari analisis data adalah proses pengumpulan data dan mengurutkannya ke dalam pola dan pengelompokan data. Nasir
mengemukakan analisis data merupakan bagian yang sangat penting
16
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yogyakarta : Andi Offset, 1989 h. 49
dalam metode ilmiah, karena dalam analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna memecahkan masalah penelitian.
17
Dalam proses analisis data penulis menelaah semua sumber data yang tersedia, yang bersumber dari hasil wawancara dengan beberapa
pihak staf, pekerja sosial medis dan penderita paraplegia. Pada tahap akhir dari analisis data ini penulis mengecek keabsahan data yang ada,
agar menghasilkan data-data yang konkrit tentang pelayanan sosial medis yang dilakukan oleh pekerja sosial medis terhadap penderita
paraplegia di instalasi rehabilitasi medik RSUP Fatmawati.
8. Teknik Keabsahan Data
Untuk memeriksa keabsahan data penulis menggunakan teknik triangulasi. Teknik triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut. Teknik triangulasi
yang banyak digunakan adalah pemeriksaan terhadap sumber lain. Dalam hal ini penulis menggunakan pasien penderita paraplegia sebagai
sumber pengecekan keabsahan data yang penulis terima dari pekerja sosial medis mengenai pelayanan sosial medis bagi penderita paraplegia
9. Instrumen dan alat bantu
Pada penelitian kualitatif, kegiatan pencatatan data lebih banyak bergantung pada diri sendiri, dengan menjadi instrumen penelitian,
17
Moh. Nasir D. Metode Penelitian Jakarta :Ghalia Indonesia, 1993., h, 405.
peneliti dapat senantiasa menilai keadaan dan mengambil keputusan.
18
Namun demikian penulis memerlukan alat bantu dalam melakukan kegiatan pengumpulan dan pencatatan data. Alat bantu tersebut antara
lain pedoman wawancara, alat perekam tape recorder, dan catatan lapangan.
Pedoman wawancara merupakan format wawancara terstruktur dengan terlebih dahulu menyusun pertanyaan-pertanyaan yang sesuai
dengan masalah penelitian. Jawaban dari setiap pertanyaan dalam pedoaman wawancara terekam dengan menggunakan alat bantu tape
recorder. Penggunakan alat bantu tape recorder untuk merekam hasil wawancara memerlukan persetujuan dari subjek penelitian yang
diwawancarai. Sedang catatan lapangan merupakan alat bantu yang penting dalam penelitian kualitatif. Penulis membuat catatan lapangan
untuk membantunya mencatat pengamatan lapangan dan membantu penulis ketika menganalisis data.
19
10. Teknik Penulisan
Adapun teknik penulisan dan transliterasi yang digunakan berpedoman pada buku Pedoman Penulian Karya Ilmiah Skripsi, Tesis
dan Disertasi yang disusun oleh Tim UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, diterbitkan oleh UIN Jakarta Press. 2007. cet. Ke 2.
18
Dr. Lexy. J. Moleong, M.A, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001. H. 19
19
Ibid, h. 138-154
F. Sistematika Penulisan
Pembahasan skripsi terdiri dari 5 bab, berikut adalah sistematika penulisan skripsi:
BAB I Pendahuluan yang meliputi : Latar belakang masalah,
perumusan dan batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematik penulisan.
BAB II Membahas mengenai Landasan Teori yang meliputi : pengertian