Uji Analisis Faktor Analisis Data

65 atas 0,5 dengan tingkat signifikansi jauh di bawah 0,05. Maka variabel dan sampel yang ada secara keseluruhan sudah dapat dianalisis lebih lanjut. Tabel 4.4 Communalities Initial Extraction Kebijakan Perpajakan 1.000 .413 Undang-Undang Perpajakan 1.000 .612 Administrasi Perpajakan 1.000 .681 Loopholes 1.000 .506 Perbedaan Tarif Pajak 1.000 .554 Extraction Method: Principal Component Analysis. Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Selanjutnya, berdasarkan output SPSS yang ada pada tabel 4.9 di atas kita dapat melihat nilai komunalnya. Dimana pada dasarnya Communalities adalah proporsi dari varian suatu item peubah asal yang bisa dijelaskan oleh faktor utamanya. Nilai communalities menjelaskan seberapa besar keragaman atau varians itempeubah asal yang dapat diterangkan oleh faktor-faktor yang terbentuk. Nilai-nilai yang ada menunjukkan kemampuan faktor-faktor yang terbentuk dalam menerangkan varian itempeubah asal. Nilai yang terbesar dimiliki oleh variabel Administrasi Perpajakan sebesar 0,681 yang artinya 68,1 varian dari Administrasi Perpajakandapat diterangkan oleh faktor-faktor yang terbentuk. Sedangkan nilai terkecil dimiliki oleh variabel Kebijakan Perpajakan yaitu sebesar 0,413 yang artinya 41,3 varian dari Kebijakan Perpajakan dapat diterangkan oleh faktor-faktor yang terbentuk. Semakin 66 besar nilai communalities, berarti semakin erat hubungannya dengan faktor yang terbentuk. Tahapan selanjutnya adalah melakukan pengujian Total Variance Explained. Menurut Singgih Santoso 2005:43, menjelaskan bahwa tabel Total Variance Explained menggambarkan jumlah faktor yang terbentuk. Dalam melihat faktor yang terbentuk dapat dilihat pada eigenvalue-nya harus berada di atas satu 1, jika sudah berada di bawah satu 1 maka sudah tidak terdapat faktor yang terbentuk. Eigenvalue menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung varians dari total variabel yang ada. Jumlah angka eigenvalue susunannya selalu diurutkan pada nilai yang terbesar sampai terkecil. Tabel 4.5 Total Variance Explained Component Initial Eigenvalues Extraction Sums of Squared Loadings Total of Variance Cumulative Total of Variance Cumulative 1 1.648 32.962 32.962 1.648 32.962 32.962 2 1.119 22.373 55.335 1.119 22.373 55.335 3 .820 16.409 71.744 4 .729 14.584 86.327 5 .684 13.673 100.000 Extraction Method: Principal Component Analysis. Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 67 Ada 5 lima variabel component yang dimasukkan dalam analisis faktor, yakni variabel Kebijakan Perpajakan, Undang-Undang Perpajakan, Administrasi Perpajakan, Loopholes, dan Perbedaan Tarif Pajak. Dengan masing-masing variabel mempunyai varian 1, total varian adalah 5 x 1 = 5. Sekarang jika kelima variabel diringkas menjadi satu faktor, varian yang bisa dijelaskan oleh satu faktor adalah: 1,6485 x 100 = 32,962. Jika 5 variabel diekstrak menjadi 2 dua faktor, maka; varian faktor pertama adalah 32,962, varian faktor kedua adalah 1,1195 x 100 = 22,373. Total kedua faktor akan bisa menjelaskan 32,962 + 22,373 = 55,335 dari variabilitas kelima variabel asli. Tabel Total Variance Explained di atas terlihat bahwa hanya terdapat dua faktor yang terbentuk, hal ini senada dengan kriteria pembentukan jumlah faktor dalam analisis faktor, jika eigenvalue kurang dari 1 maka tidak dapat digunakan pembentukan faktor Singgih Santoso, 2005:43. Karena dengan satu sampai dua faktor angka eigenvalue masih 1. Akan tetapi untuk tiga faktor, angka eigenvalue sudah 1, yakni 0,820 sehingga proses factoring berhenti pada 2 dua faktor saja. 68 Gambar 4.1 Grafik Scree Plot Jika tabel Total Variance menjelaskan dasar jumlah faktor yang didapat dengan perhitungan angka, Scree Plot menampakkan hal tersebut dengan grafik. Terlihat bahwa dari satu kedua faktor garis dari sumbu Component Number = 1 ke 2, arah garis menurun dengan cukup tajam. Kemudian dari angka 2 ke 3, garis masih menurun. Perhatikan juga faktor 3 sudah di bawah angka 1 dari sumbu Y eigenvalues. Hal ini menunjukkan bahwa 2 dua faktor adalah paling bagus untuk meringkas kelima variabel tersebut. 69 Tabel 4.6 Component Matrix a Component 1 2 Kebijakan Perpajakan .575 -.288 Undang-Undang Perpajakan .570 .535 Administrasi Perpajakan .438 .700 Loopholes .584 -.406 Perbedaan Tarif Pajak .678 -.308 Extraction Method: Principal Component Analysis. a. 2 components extracted. Sumber: Hasil Pengolahan SPSS Setelah diketahui bahwa 2 dua faktor adalah jumlah yang paling optimal, tabel Component Matrix menunjukkan distribusi kelima variabel pada 2 dua faktor yang terbentuk. Sedangkan angka-angka yang ada pada tabel adalah factor loadings, yang menunjukkan besar korelasi antara suatu variabel dengan faktor 1 atau faktor 2. Proses penentuan variabel mana akan masuk ke faktor yang mana dilakukan dengan melakukan perbandingan besar korelasi pada setiap baris. Seperti pada variabel Kebijakan Perpajakan, korelasi antara variabel Kebijakan Perpajakan dengan faktor 1 adalah +0,575 kuat karena di atas 0,5, korelasi dengan faktor 2 adalah 0,288 lemah karena dibawah 0,5. Oleh karena angka faktor loading terbesar ada pada component nomor 1, maka variabel Kebijakan Perpajakan dimasukkan sebagai component faktor 1. 70 Pada variabel Undang-Undang Perpajakan, korelasi antara variabel dengan faktor 1 adalah +0,570 cukup kuat, sedangkan korelasinya dengan faktor 2 juga cukup kuat yaitu +0,535. Karena tidak ada korelasi yang berbeda dengan jelas, seperti pada variabel Kebijakan Perpajakan, sulit memutuskan akan dimasukkan ke faktor mana variabel Undang- Undang Perpajakan. Oleh karena masih ada variabel yang belum jelas akan dimasukkan ke dalam faktor 1 atau 2, perlu dilakukan proses rotasi agar semakin jelas perbedaan sebuah variabel akan dimasukkan ke dalam variabel 1 atau 2. Component Matrix hasil dari proses rotasi Rotated Component Matrix memperlihatkan distribusi variabel yang lebih jelas dan nyata. Terlihat sekarang faktor loadings yang dulunya kecil semakin diperkecil, dan faktor loading yang besar semakin diperbesar. Variabel Kebijakan Tabel 4.7 Rotated Component Matrix a Component 1 2 Kebijakan Perpajakan .638 .081 Undang-Undang Perpajakan .176 .762 Administrasi Perpajakan -.026 .825 Loopholes .711 -.011 Perbedaan Tarif Pajak .735 .122 Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a. Rotation converged in 3 iterations. Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 71 Perpajakan, korelasi antara variabel Kebijakan Perpajakan dengan faktor 1 yang sebelum rotasi adalah 0,575 kuat, dengan rotasi lebih diperkuat menjadi 0,638. Sebaliknya korelasi variabel Kebijakan Perpajakan dengan faktor 2 yang adalah 0,288 lemah, dengan rotasi diperkecil lagi menjadi 0,081. Dengan demikian, bisa dikatakan variabel Kebijakan Perpajakan bisa dimasukkan sebagai komponen faktor 1, namun dengan bukti yang lebih jelas. Variabel Undang-Undang Perpajakan, variabel ini masuk faktor 2, karena factor loading dengan faktor 2 paling besar 0,762. Variabel Administrasi Perpajakan, variabel ini masuk faktor 2, karena factor loading dengan faktor 2 terbesar 0,825. Variabel Loopholes, variabel ini masuk faktor 1, karena factor loading dengan faktor 1 terbesar 0,711, variabel Perbedaan Tarif Pajak, variabel ini masuk faktor 1, karena factor loading dengan faktor 1 terbesar 0,735. Dengan demikian, kelima variabel telah direduksi menjadi hanya terdiri dari 2 dua faktor, yaitu faktor pertama terdiri dari Kebijakan Perpajakan, Loopholes, dan Perbedaan Tarif Pajak, dan faktor kedua terdiri dari Undang-Undang Perpajakan dan Administrasi Perpajakan.

C. Pembahasan dan Interpretasi

1. Pembahasan

Dari hasil analisis faktor, pada pengujian Kaiser-Maiyer-Olkin KMO dan Bartlett’s Test terdapat nilai sebesar 0,614 0,5, maka 72 proses analisis dapat dilanjutkan. Untuk nilai Measure of Sampling Adequacy MSA pada masing-masing pernyataansub variabel agar analisis dapat dilanjutkan nilai MSA 0,5. Pada masing-masing pernyataansub variabel diketahui bahwa seluruh pernyataan yang diajukan pada penelitian ini dapat dilakukan analisis faktor karena masing-masing variabel telah memiliki nilai MSA di atas 0,5. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kelima variabel yang diajukan pada penelitian ini memiliki pengaruh terhadap Tax Planning pada perusahaan yang terdaftar sebagai Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Jakarta Kramat Jati. Berdasarkan hasil pengujian Rotated Component Matrix diperoleh bahwa dari lima variabel yang dianalisis terbentuk 2 dua faktor. Faktor pertama terdiri dari Kebijakan Perpajakan, Loopholes, dan Perbedaan Tarif Pajak. Sementara faktor kedua terdiri dari Undang- Undang Perpajakan dan Administrasi Perpajakan.

2. Interpretasi

Dalam penelitian ini terbentuk dua faktor karena memiliki eigenvalue di atas 1 satu. Faktor-faktor tersebut adalah: a. Faktor pertama didominasi oleh Kebijakan Perpajakan yang memiliki nilai eigenvalue 1,648 dengan nilai loading 0,638, Loopholes memiliki nilai eigenvalue 0,729 dengan nilai loading 0,711, dan Perbedaan Tarif Pajak yang memiliki nilai eigenvalue 0,684 dengan nilai loading 0,735. 73 b. Faktor kedua didominasi oleh Undang-Undang Perpajakan yang memiliki nilai eigenvalue 1,119 dengan nilai loading 0,762 dan Administrasi Perpajakan memiliki nilai eigenvalue 0,820 dengan nilai loading 0,825. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Tax Planning pada perusahaan adalah Kebijakan Perpajakan, Undang- Undang Perpajakan, Administrasi Perpajakan, Loopholes, dan Perbedaan Tarif Pajak. Dan faktor yang paling dominan mempengaruhi penerapan Tax Planning pada perusahaan adalah Administrasi Perpajakan dengan nilai loading 0,825. Administrasi pajak pada dasarnya adalah kelanjutan dari pelaksanaan tax planning. Administrasi pajak adalah metode untuk meyakinkan bahwa apa yang dilaksanakan telah sesuai dengan yang direncanakan. Pada intinya administrasi adalah bentuk dari suatu sistem untuk mengendalikan masalah pajak perusahaan. Hal yang mendorong perusahaan untuk melaksanakan tax planning dengan baik adalah agar terhindar dari sanksi administrasi maupun pidana karena adanya penafsiran antara aparat fiskus dan wajib pajak akibat dari begitu luasnya peraturan perpajakan yang berlaku dan sistem informasi yang masih belum efektif, sehingga hal ini membuat Wajib Pajak terdorong untuk melakukan Tax Planning. 74

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada data berupa kuisioner yang dikumpulkan terhadap 120 responden dan pengujian yang dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan model analisis faktor, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Berdasarkan hasil Anti Image Matrix yang terdapat pada Anti Image Correlation menunjukkan bahwa kelima variabel yang terdiri dari Kebijakan Perpajakan, Undang-Undang Perpajakan, Administrasi Perpajakan, Loopholes, dan Perbedaan Tarif Pajak merupakan faktor yang mempengaruhi penerapan Tax Planning pada perusahaan. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Tax Planning pada perusahaan terdiri dari dua faktor yang terbentuk dengan menggunakan uji kelayakan dengan metode Component Matrix, faktor tersebut adalah: a. Faktor pertama, terdiri dari Kebijakan Perpajakan, Loopholes, dan Perbedaan Tarif Pajak. b. Faktor kedua, terdiri dari Undang-Undang Perpajakan dan Administrasi Perpajakan. 75

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, implikasi dalam penelitian ini yaitu: 1. Faktor pertama yang terdiri dari Kebijakan Perpajakan, Loopholes, dan Perbedaan Tarif Pajak merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Tax Planning pada perusahaan yang berakibat dapat meminimalkan beban pajak yang terutang pada perusahaan. 2. Faktor kedua yang terdiri dari Undang-Undang Perpajakan dan Administrasi Perpajakan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan Tax Planning pada perusahaan yang berakibat dapat meminimalkan beban pajak yang terutang pada perusahaan.

C. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan simpulan penelitian yang telah dilakukan, maka berikut ini disampaikan saran-saran yang bersifat operasional dan spesifik untuk berbagai pihak yang memerlukan, yaitu sebagai berikut: 1. Perusahaan dapat memanfaatkan kebijakan perpajakan, undang-undang perpajakan, administrasi perpajakan, loopholes, dan perbedaan tarif pajak sebagai upaya penghematan pembayaran pajak perusahaan yang dapat meningkatkan laba perusahaan serta meminimalkan beban pajak. 76 Meminimalkan beban pajak sekecil mungkin dapat dilakukan dengan menekan penghasilan-penghasilan danatau memperbesar biaya-biaya yang boleh dikurangkan dari penghasilan deductible sehingga Penghasilan Kena Pajak PKP menjadi lebih kecil atau memanfaatkan hal-hal yang belum diatur dalam peraturan perpajakan. Sedangkan usaha memanfaatkan peraturan perpajakan yang ada, seperti ketentuan yang berkaitan dengan penyusutan. Salah satu contoh, perusahaan dapat memanfaatkan loopholes celah-celah dalam undang-undang pajak, yaitu dengan memanfaatkan hal-hal yang belum diatur dalam undang-undang pajak sehingga perusahaan dapat melakukan tax planning secara lawful. 2. Dalam melakukan tax planning, perusahaan harus memahami karakter usahanya. Hal ini dikarenakan hampir setiap perusahaan memiliki perbedaan-perbedaan dalam kebijakan maupun perilaku dan kebiasaan kebiasaannya. Dengan memahami secara mendalam seluk-beluk usaha akan sangat membantu dalam melakukan tax planning. 3. Perusahaan hendaknya memahami tingkat kewajaran atas transaksi- transaksi yang diatur dalam tax planning. Hal ini dikarenakan apabila pelaksanaan tax planning dengan mengabaikan kewajaran sudah tentu akan menimbulkan kesulitan-kesulitan karena adanya kecurigaan fiskus dan ini dapat berimplikasi dengan pemeriksaan, karena bisa diindikasikan adanya kecurangan pajak.

Dokumen yang terkait

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK YANG TERDAFTAR PADA KPP PRATAMA SUKOHARJO Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Wajib Pajak yang Terdaftar Pada KPP Pratama Sukoharjo.

0 2 16

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN WAJIB PAJAK YANG TERDAFTAR PADA KPP Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Wajib Pajak yang Terdaftar Pada KPP Pratama Sukoharjo.

0 2 18

PENDAHULUAN Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidakpatuhan Wajib Pajak yang Terdaftar Pada KPP Pratama Sukoharjo.

0 2 11

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN WAJIB PAJAK BADAN YANG TERDAFTAR DI KPP PRATAMA SURAKARTA Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Badan yang Terdaftar di KPP Pratama Surakarta.

0 2 17

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Badan yang Terdaftar di KPP Pratama Surakarta.

0 2 17

PENDAHULUAN Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak Badan yang Terdaftar di KPP Pratama Surakarta.

0 1 11

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK BADAN YANG TERDAFTAR DI KPP Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Badan Yang Terdaftar Di KPP Pratama Boyolali.

1 8 18

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAUAN UNTUK MEMBAYAR PAJAK WAJIB PAJAK BADAN YANG TERDAFTAR DI KPP Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Badan Yang Terdaftar Di KPP Pratama Boyolali.

0 3 17

PENDAHULUAN Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kemauan Untuk Membayar Pajak Wajib Pajak Badan Yang Terdaftar Di KPP Pratama Boyolali.

0 2 8

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tax Compliance Penyetoran SPT Masa Wajib Pajak Badan (Studi Kasus Pada KPP Pratama Pangkalpinang). - Repository Universitas Bangka Belitung

0 0 21