10
B. Perumusan Masalah
Sejalan dengan hal-hal tersebut diatas, maka rumusan permasalah yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah, sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaturan mengenai investasi langsung dalam rangka ASEAN Economic Community AEC 2015?
2. Bagaimana pengaturan investasi langsung dalam rangka AEC 2015 ini jika ditinjau dari perspektif Hukum Perjanjian Internasional?
3. Bagaimana harmonisasi hukum nasional tentang investasi asing terkait dengan kesepakatan ASEAN tentang investasi dalam rangka menghadapi AEC 2015?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1.
Untuk Memberi gambaran tentang apa itu ASEAN Economic Community AEC 2015 yang akan segera berlangsung pada waktu mendatang.
2. Memberi uraian dan penjelasan mengenai pengaturan investasi langsung
yang di sepakati oleh ASEAN. 3.
Untuk mengetahui bagaiamana pengaturan investasi tersebut jika ditinjau dalam perspektif Hukum Perjanjian Internasional.
4. Untuk mengetahui akibat hukum dari ratifikasi ketentuan investasi
terhadap hukum di Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
11 5.
Untuk mengetahui bagaimana harmonisasi hukum investasi nasional terhadap kesepakatan investasi ASEAN dalam rangka AEC 2015
2. Manfaat Penulisan
1. Secara teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan sekaligus pemahaman yang
berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan secara umum, dan ilmu hukum pada khususnya, terutama masalah hukum investasi asing di Indonesia. Serta penelitian ini
diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya terkait substansi penelitian.
2. Secara praktis Bagi pelaku usaha atau investor baik investor asing maupun dalam negeri,
penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan mengenai ketentuan investasi asing di Indonesia sehingga dapat membantu menentukan pilihan untuk berinvestasi.
Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi kebijakan dalam bidang investasi, juga diharapkan menjadi pertimbangan bagi
penyempurnaan perangkat ketentuan hukum di bidang Investasi. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang
lebih mendalam sehingga lebih mengerti bagaimana kondisi hukum investasi serta pemahaman terhadap peraturan investasi ASEAN.
Universitas Sumatera Utara
12
D. Keaslian Penulisan
Karya Tulis ini merupakan karya tulis asli, yang mana dalam hal ini penulis menuangkan segenap gagasan dan sudut pandang tentang Kesepakatan Investasi
Langsung dalam Kerangka ASEAN Economic Community 2015 menurut perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional. Topik tersebut diangkat menjadi
judul dari skripsi ini oleh penulis dan merupakan hasil karya tulis yang sejauh ini belum pernah ditulis sebelumnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara ataupun
Universitas lainnya. Dilihat dari permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini,
maka dapat dikatakan bahwa skripsi ini merupakan karya asli dari penulis dengan melihat dasar-dasar yang telah ada baik melalui literature yang diperoleh dari perpustakaan dan
dari media massa baik media cetak maupun media elektronik, dan juga melalui bantuan dari berbagai pihak yang dituangkan dalam skripsi ini.
E. Tinjauan Kepustakaan 1. ASEAN Economic Community 2015
ASEAN Economic Community AEC atau Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA merupakan realisasi tujuan akhir integrasi ekonomi sesuai visi ASEAN 2020,
yang didasarkan pada kepentingan bersama Negara Anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas integrasi ekonomi melalui inisiatif yang telah ada dan
inisiatif baru dengan kerangka waktu yang jelas. Untuk membenuk AEC, ASEAN harus melaksanakan kewajiban sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi yang terbuka,
berwawasan keluar, inklusif, dan berorientasi pada pasar, sesuai dengan aturan-aturan
Universitas Sumatera Utara
13 multilateral serta patuh terhadap sistem berdasarkan aturan hukum agar pemenuhan
dan implementasi komitmen-komitmen ekonomi dapat berjalan efektif.
8
AEC akan membentuk ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi serta menjadikan ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan langkah-langkah dan
mekanisme baru untuk memperkuat implementasi inisiatif-inisiatif ekonomi yang telah ada;mempercepat integrasi kawasan dalam sektor-sektor prioritas; mempermudah
pergerakan para pelaku usaha tenaga kerja terampil dan berbakat dan memperkuat mekanisme institusi ASEAN. Sebagai langkah awal menuju Komunitas Ekonomi
ASEAN, ASEAN telah mengimplementasikan berbagai rekomendasi High Level Task Force HLTF on ASEAN Economic Integration sebagaiman tertera dalam Bali
Concord II.
9
Sebenarnya AEC baru akan terbentuk pada tahun 2020 namun dalam pada KTT ASEAN ke-12, para pemimpin ASEAN, menegaskan komitmen yang kuat untuk
mempercepat pembentukan Masyarakat ASEAN pada tahun 2015 sejalan dengan Visi ASEAN 2020 dan Bali Concord II, dan menandatangani Cebu Declaration on
Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015, maka secara khusus, para pemimpin sepakat untuk mempercepat pembentukan ASEAN Economic
Community pada tahun 2015. AEC Blueprint merupakan pedoman bagi Negara-negara Anggota ASEAN untuk
mencapai AEC 2015, dimana masing-masing negara berkewajiban untuk melaksanakan komitmen dalam blueprint tersebut. AEC Blueprint memuat empat
kerangka utama seperti disajikan pada bagan 1, yaitu:
8
Association of South East Asian Nations, ASEAN Economic Community Blueprint Jakarta: ASEAN Secretariat, 2008, hlm.6.
9
Ibid. hlm.7.
Universitas Sumatera Utara
14 a. ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi internasional dengan elemen aliran
bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas; b. ASEAN sebagai kawasan dengan daya saing ekonomi yang tinggi, dengan elemen
peraturan kompetisi, perlindungan konsumen, hak atas kekayaan intelektual, pengembangan infrastruktur, perpajakan, dan e-commerse;
c. ASEAN sebagai kawasan dengan pengembangan ekonomi yang merata dengan elemen pengembangan usaha kecil dan menengah, dan prakarsa integrasi ASEAN untuk
negara-negara CMLV Cambodia, Myanmar, Laos, dan Vietnam; dan d. ASEAN sebagai kawasan yang terintegrasi secara penuh dengan perekonomian global
dengan elemen perndekatan yang koheren dalam hubungan ekonomi di luar kawasan, dan meningkatkan peran serta dalam jejaring produksi global. Dari keempat pilar
tersebut, saat ini pilar pertama yang masih menjadi perhatian utama ASEAN.
10
2. Hukum Perjanjian Internasional
J.G. Starke mengatakan bahwaTraktat adalah suatu perjanjian di mana dua negara atau lebih mengadakan atau bermaksud mengadakan suatu hubungan
diantara mereka yang diatur dalam hukum internasional.Sepanjang perjanjian antar negara-negara terwujud, dengan ketentuan bahwa perjanjian itu bukan hal
yang diatur oleh hukum nasional.
11
10
Departemen Perdagangan Republik Indonesia, Menuju ASEAN Economic Community 2015, http:ditjenkpi.kemendag.go.idwebsite_kpiUmumSetditjenBuku20Menuju20ASEAN20E
CONOMIC20COMMUNITY2015.pdf, diakses pada tanggal 21 Januari 2015.
11
J. G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Edisi Kesepuluh. Jakarta: Sinar Grafika, 2009, hlm. 55.
Universitas Sumatera Utara
15 Mochtar
Kusumaatmadjamengatakan bahwaPerjanjian
Internasional adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan
bertujuan untuk mengakibatkan akibat-akibat hukum tertentu.
12
Konvensi Wina 1969 Pasal 2 ayat 1a menyatakanPerjanjian Internasional berarti suatu persetujuan internasional yang ditanda tangani antar negara dalam
bentuk tertulis dan diatur oleh hukum internasional, apakah dibuat dalam bentuk satu instrumen tunggal atau dalam dua instrumen yang saling berhubungan atau
lebih dan apapun yang menjadi penandaan khususnya. Konvensi Wina 1986 Pasal 2 ayat 1amenyatakanPerjanjian Internasional
berarti suatu persetujuan internasional yang diatur dengan hukum internasional dan ditanda tangani dalam bentuk tertulis:
- antar satu negara atau lebih dan antara satu organisasi internasional atau lebih, atau antar organisasi internasional.
UU Nomor 37 Tahun l999 tentang Hubungan Luar Negeri Pasal 1 ayat 3dituliskanPerjanjian Internasional adalah perjanjian dalam bentuk dan sebutan
apapun, yg diatur oleh hukum internasional dan dibuat secara tertulis oleh pemerintah Republik Indonesia dengan satu atau lebih negara, organisasi
internasional atau subyek hukum internasonal lainnya, serta menimbulkan hak dan kewajiban pada pemerintah Republik Indonesia yang bersifat hukum publik.
Perjanjian internasional memainkan peranan penting dalam mengatur hidup dan hubungan antar Negara dalam masyarakat internasional. Dalam dunia
yang ditandai saling ketergantungan pada era global ini, tidak ada satu negarapun yang tidak mempunyai perjanjian dengan negara lain dan tidak diatur dalam
12
Mochtar Kusumaatmadja dan Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Alumni, 2010, hlm. 72.
Universitas Sumatera Utara
16 perjanjian internasional. Hal tersebut didorong oleh perkembangan pergaulan
internasional, baik yang bersifat bilateral maupun global. Perkembangan tersebut antara lain disebabkan oleh karena semakin meningkatnya teknologi komunikasi
dan informasi yang berdampak pada percepatan arus globalisasi masyarakat dunia.
Perbuatan perjanjian internasional treaty yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia baik secara khusus maupun umum merupakan salah satu sarana yang
efektif dan efisien dalam mengatasi persoalan yang timbul sekaligus guna menjamin kesejahteraan dan kedamaian untuk manusia. Sampai tahun 1969, pembuatan perjanjian
– perjanjian internasional hanya diatur dalam hukum kebiasaan. Selanjutnya diatur dalam
Vienna Convention on the Law of Treattes yang ditandatangani 23 Mei 1969 , dan mulai berlaku sejak tanggal 27 Januari 1980. Konvensi ini telah menjadi hukum internasional
positif.
3. Investasi Asing Langsung atau Foreign Direct Investment FDI
Secara Umum konsep direct investment atau investasi secara langsung sering dibedakan dengan istilah portofolio investment atau investasi portofolio.
13
Direct investment sering diartikan sebgai kegitan penanaman modal yang melibatkan:
pengalihan dana transfer of funds, proyek yang memiliki jangka waktu panjang long- term project, tujuan memperoleh pendapatan regular the purpose of regular income,
partisipasi dari pihak yang melakukan pengalihan dana the participation of the person transferring the funds, dan suatu resiko usaha business risk.
14
Sedangkan portofolio investment sering dikaitakan dengan investasi yang dilakukan melalui pasar modal atau
13
M. Sornajah, the InternationalLaw on Foreign Investment, Edisi Kedua, Cambridge: Cambridge University Press, 2004, hlm. 7.
14
Rudolf Dolzer dan Christopher Schreuer, Principle of International Investment Law, 1
st
Ed., New York: Oxford University Press, 2008, hlm. 60.
Universitas Sumatera Utara
17 bursa dengan pembelian efek atau securities, sehingga tidak melibatkan pengalihan
dana untuk proyek yang bersifat jangka panjang dan karenanya pendapatan yang diharapkan lebih bersifat jangka pendek dalam bentuk capital gain yang diperoleh pada
saat penjualan efek tersebut dan bukan pendapatan yang bersifat regular, dimana investor tidak terlibat dalam manajemen perusahaan sehingga tidak terkait langsung dengan resiko
kegiatan usaha yang dijalankan oleh perusahaan target atau perusahaan dimana perusahaan dimana investasi itu dilakukan dengan resiko pasar dan efek yang dibeli.
15
Pasal 2 UU Penanaman Modal mengatur secara tegas bahwa ketentuan dalam undand-undang ini berlaku bagi penanaman modal di semua sektor di Wilayah Republik
Indonesia. Selanjutnya Penjelasan pasal tersebut menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan “penanaman modal di semua sektor di wilayah negara Republik Indonesia”
adalah penanaman modal langsung dan tidak termasuk penanamanan modal tidak langsung atau portofolio. Namun demikian UU penanaman modal tidak memberikan
definisi yang jelas apa yang dimaksud dengan “penanaman modal langsung” direct investment
dan “penanaman modal tidak langsung” indirect investment atau “penanaman modal portofolio”.
16
Pengertian Penanaman Modal Asing ditentukan dalam Pasal 1 angka 9 Undang- Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yang berbunyi:
“Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam untuk melakukan usaha di wilayah negara Repubik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing
baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri”.
17
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat diketahui bahwa kegiatan penanaman modal asing, berdasarkan jumlah modalnya dapat menggunakan dua cara bentuk:
15
David Kairupan, Op.Cit., hlm.20.
16
Ibid, Hal. 20
17
Republik Indonesia, Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Pasal 1 angka 9
Universitas Sumatera Utara
18 1. Modal asing sepenuhnya, artinya semua modal perusahaan mutlak dimiliki
oleh pihak asing; dan atau 2. Modal asing berpatungan dengan penanam modal dalam negeri, artinya
sebagian modal harus berasal dari penanam modal Indonesia. Dimana saham yang dimiliki oleh pihak asing maksimal 95 sedangkan pihak
penanam modal Indonesia, minimal modalnya sebesar 5.
F. Metode Penulisan
1. Jenis dan Sifat Penulisan Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan dalam
pembahasan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara
menganalisa hukum yang tertulis dari bahan pustaka atau data sekunder belaka yang lebih dikenal dengan nama dan bahan acuan dalam bidang
hukum atau bahan rujukan bidang hukum.
18
2. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah bahan hukum
primer, sekunder, dan tersier. a Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang terdiri dari peraturan
perundang-undangan di bidang hukum yang mengikat. Contohnya adalah Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal
dan peraturan perundang-undangan lainnya.
18
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta : PT. RadjaGrafindo Persada, 2007, hal. 33
Universitas Sumatera Utara
19 b Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum primer, yaitu hasil karya para ahli hukum berupa buku-buku, tulisan ilmiah, hasil penelitian ilmiah,
laporan makalah lain yang berkaitan dengan materi penelitian. c Bahan hukum tersier yaitu petunjuk atau penjelasan mengenai bahan
hukum primer danatau bahan hukum sekunder yang berasal dari kamus hukum, ensiklopedia, majalah, surat kabar, dan sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan Data Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan
dapat dipertanggungjawabkan digunakan metode penelitian hukum normatif. Dengan pengumpulan data secara studi pustaka library
research. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan suatu penelitian kepustakaan library research. Dalam hal ini penelitian hukum dilakukan
dengan cara penelitian kepustakaan atau di sebut dengan penelitian normatif yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan
pustaka atau data sekunder belaka yang lebih di kenal dengan nama dan bahan acuan dalam bidang hukum atau bahan rujukan bidang hukum.
Metode library research adalah mempelajari sumber-sumber atau bahan- bahan tertulis yang dapat dijadikan bahan dalam penulisan skripsi
ini.Berupa rujukan beberapa buku, wacana yang dikemukakan oleh pendapat para sarjana ekonomi dan hukum yang sudah mempunyai nama
besar dibidangnya, koran dan majalah.
Universitas Sumatera Utara
20 4. Analisa Data
Penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini termasuk ke dalam tipe penelitian hukum normatif. Pengolahan data yang hakekatnya merupakan kegiatan
untuk melakukan analisa terhadap permasalahan yang akan di bahas. Analisa data dilakukan dengan :
19
a Mengumpulkan bahan-bahan
hukum yang
relevan dengan
permasalahan yang diteliti, b memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan
penelitian, c mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, azas atau doktrin,
d menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal atau doktrin yang ada,
e menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif. Pendekatan deduktif, yaitu diawali dengan mengemukakan yang bersifat umum
kemudian diakhiri dengan kesimpulan yang bersifat khusus.
G. Sistematika Penulisan