Implementasi Kebijakan Penataan Perdagangan Kaki Lima Kawasan

74

4.2. Hasil Penelitian

4.2.1. Implementasi Kebijakan Penataan Perdagangan Kaki Lima Kawasan

Gubeng Surabaya Penataan perdagangan kaki lima di Surabaya merupakan salah satu kebijakan yang diterapkan oleh Pemerintah Kota Surabaya yang mempunyai tujuan untuk menciptakan kota berdasarkan ketertiban dan keindahan. Dalam menciptakan tujuan ini, pemerintah kota telah melaksanakannya dalam waktu yang cukup lama. Namun seiring berjalannya waktu, pelaksanaan tersebut selalu menimbulkan masalah tersendiri karena aktivitas pedagang kaki lima tersebut. Berdasarkan Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2003 Tantang Penataan dan Pemberdayaan Pedagang Kaki Lima tersebut, pemerintahan kota mengeluarkan kebijakan yang menetapkan antara lain : a. Sadar betul bahwa lahan yang dipergunakan untuk berjualan adalah bukan milik pribadi. b. Tidak akan melakukan jual beli, memindah tangan tempat usahastand kepada orang lain. c. Tidak akan memperdagangkan barang-barang terlarang menurut ketentuan hukum dan undang-undang yang berlaku di Negara Republik Indonesia, baik disengaja maupun tidak disengaja. d. Tidak akan membuat tempat usaha secara permanen. e. Tidak akan mempergunakan tempat usaha sebagai tempat tinggal. f. Sanggup memelihara kebersihan, keamanan dan ketertiban di lokasitempat usaha. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 75 g. Sanggup mentaati segala peraturan yang disepakati antara pihak PKL dengan pihak Pemerintah Kota Surabaya. h. Sanggup mengosongkanmengembalikan dan menyerahkan kembali tanah lahanlokasi tersebut apabila sewaktu-waktu dibutuhkan dengan pemberitahuan terlebih dahulu tanpa syarat apapun serta menuntut dalam bentuk apapun. Dalam implementasi kebijakan penataan PKL di Viaduk Gubeng Surabaya, telah dicapai beberapa kesepakatan menyangkut penataan PKL di lokasi tersebut yang meliputi, jumlah PKL, jenis dagangan, alat peraga, dan waktu berdagang. Kesepakatan antara Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kota Surabaya bersama dengan Paguyuban Sentra PKL meliputi :

1. Jumlah PKL di Sentra PKL Viaduk Gubeng Surabaya

Pengaturan jumlah pedagang kaki lima di Sentra PKL Viaduk Gubeng berjumlah kurang lebih 40 orang dengan mekanisme pendaftaran yang diatur sepenuhnya oleh Paguyuban dengan persyaratan, yaitu : a. Fotokopi KTP asli harus berdomisili di Surabaya b. Mengisi formulir pendaftaran c. Membayar sumbangan kas semampunya d. Membayar iuran bulanan sebesar Rp. 50.000,- listrik dan air Sedangkan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya hanya memberikan bimbinganarahan saja. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 76 Seperti Bapak Makrum, S.Sos selaku Wakil seksi Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya, beliau mengatakan bahwa : “Kami selaku dari pihak Dinas Koperasi dan UKM hanya memberikan bimbingan secara teknis dan manajemen saja.” wawancara, 22 Mei 2013 Jawaban senada juga diungkapkan oleh Bapak Iwan Kussugiarto selaku staff Seksi Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya, beliau mengatakan bahwa : “Jumlah PKL sebenarnya itu kurang lebih 40 PKL, hanya saja untuk saat ini tinggal 30 PKL terus lahan yang sisanya itu kebanyakan di sewa dobel, jadi satu pedagang bias memiliki lebih dari satu stand” “Kalau untuk pendaftaran menjadi pedagang di Sentra PKL gubeng, itu sepenuhnya diatur oleh pihak paguyuban” wawancara, 22 Mei 2013 Bapak M. Jubri dari Paguyuban Sentra PKL gubeng Surabaya, mengatakan bahwa : “Jumlahnya benar seperti yang sampeyan lihat itu kurang lebih sebanyak 30an PKL yang aktif dan sampai sekarang itu ada,” “Kalo ingin berdagang di sini mas, syaratnya harus ber-KTP Surabaya, mengisi formulir sama membayar pendaftaran seikhlasnya. Iuran di sini Rp. 50.000,- tiap bulan” wawancara, 23 Mei 2013 Pendapat lainnya diungkapkan oleh Pak Sulis, pedagang warung kopi, beliau mengatakan bahwa : “Untuk bisa jadi pedagang sini, langsung daftar aja ke ketua paguyuban Pak Jubri mas, terus isi formulir, sumbangan semampunya untuk isi kasi. Kalo iuran disini bayarnya Rp. 50.000,- tiap bulan, itu buat air ama listrik mas”. Wawancara, 23 Mei 2013 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 77 Jawaban senada juga dikemukakan oleh Ibu. Pujiati pedagang nasi campur, yang berpendapat bahwa : “Kalo mau dagang disini dan jadi anggota paguyuban langsung daftar ke ketuae disini, tinggal fotokopi KTP trus bayar kas semampunya. Kalo masalah iuran disini ditarik Rp. 50.000,- per orang tiap satu bulan.” wawancara, 23 Mei 2013 Hal tersebut didukung oleh Bapak Kolik pedagang ice juice, beliau berpendapat bahwa : “Sebenarnya waktu pertama masuk di sini ada 30 pedagang mas,”. “Kalo masuk sini harus daftar dulu lalu kasih sumbangan seikhlasnya buat dana kas. Habis itu diwajibkan membayar iuran sebesar Rp. 50.000,- tiap bulan buat listrik sama air.” wawancara, 23 Mei 2013 Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pedagang yang berjualan di Sentra PKL viaduk gubeng Surabaya merupakan anggota paguyuban yang berdagang makanan, minuman dan hanya sebagian yang tidak berjualan makanan dan minuman. Tabel 4.10 Komposisi PKL Viaduk Gubeng Surabaya Berdasarkan Jenis Kelamin No. Jenis Kelamin Jumlah orang Prosentase 1. Laki – laki 30 85,7 2. Perempuan 8 15,3 Total 38 100 Sumber : Paguyuban Sentra PKL viaduk gubeng Surabaya Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 78 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa PKL yang ada di Sentra PKL viaduk gubeng Surabaya berjumlah 38 pedagang yang terdiri dari 30 orang 85,7 berjenis kelamin laki-laki, dan pedagang berjenis kelamin perempuan 8 orang 15,3.

2. Jenis Barang Dagangan

Pedagang yang berjualan di Sentra PKL viaduk gubeng Surabaya menjual berbagai macam makanan dan minuman yang beragam. Beragamnya jenis makanan dan minuman yang mereka jual merupakan kesepakatan dari paguyuban itu sendiri, dan tidak ada pengelompokan. Atau penyeragaman. Seperti penuturan Bapak Markum, S.Sos selaku Wakil Seksi Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya, beliau mengatakan bahwa : “Jenis barang dagang yang ada di PKL gubeng itu makanan minuman dan warung kopi gituu itu lo mas.” wawancara, 22 Mei 2013 Hal senada juga disampaikan olah Bpk Iwan Kussugiarto Selaku Staf Seksi Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya, yang menyatakan bahwa : “jenis dagang mereka itu mamin makanan dan minuman, enak-enak lho mas, saya pernah makan di daerah situ.” wawancara, 22 Mei 2013 Untuk pengaturan jenis barang dagangannya berdasarkan lokasi tidak ada karena pedagang di dalam satu kawasan. Berdasarkan penuturan Bapak M. Jubri selaku Ketua Paguyuban PKL, beliau mengatakan bahwa : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 79 “Jual dagangannya itu bebas mas, jual apa tidak ditentukandan tidak dibatasi. Mau jual sama dengan disebelahnya tidak apa-apa, ada yang jual makanan, ada yang jual mrencangan tetapi rata-rata jual makanan dan minuman mas yang ga jual makanan dan minuman paling Cuma 4 – 5 orang yang berjualan, contonya warung kopi gitu mas.” wawancara, 23 Mei 2013 Jawaban yang sama diungkapkan oleh Bapak Sulis pedagang warung kopi, beliau mengatakan bahwa : “Di sini rata-rata jualannya makanan dan minuman mas, paling yang jual selain makanan Cuma berapa mas.” wawancara, 23 Mei 2013 Jawaban senada juga dinyatakan oleh Ibu Pujiati. Pedagang nasi campur, beliau mengatakan : “Ya, di sini hampir semuannya berjualan makanan mas, paling yang ga jualan makanan, Cuma dikit tok.” wawancara, 23 Mei 2013 Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa tidak ada pengelompokan untuk jenis barang dagang tertentu, karena semua pedagang menjual produk makanan dan minuman yang beragam, tetapi masih ada beberapa pedagang yang tidak menjual makanan dan minuman. Gambar 6 Salah satu warung kopi di kawasan PKL viaduk gubeng Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 80 Tabel 4.11 Karakteristik Jumlah PKL Menurut Jenis Dagangan No. Jenis Barang Dagangan Jumlah orang 1. Ayam Goreng 1 2. Bakso 3 3. Es Jus Buah 1 4. Nasi Campur 8 5. Nasi Goreng 3 6. Soto Daging 4 7. Ayam Bebek 2 8. Kios 2 9. Soto Ayam 1 11. Tempe Penyet 1 13. Batagor 1 15. Warkop 1 16. Nasi Padang 1 18. Nasi Pecel 1 Total 30 Sumber : Paguyuban Sentra PKL Viaduk Gubeng Surabaya Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa PKL yang ada di Sentra PKL viaduk gubeng Surabaya berjumlah 30 pedagang yang menjual berbagai jenis makanan dan minuman dan hanya sedikit yang tidak menjual makanan dan minuman. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 81

3. Alat Peraga Berdagang PKL

Alat peraga pedagang kaki lima dalam hal ini adalah rombongan berjualan yang pengadaannya secara mandiriswadaya dari pedagang masing- masing, hal ini dikarenakan mereka telah diberikan tempat untuk berlindung dari panas dan hujan. Seperti penuturan Bapak Makrum, S.Sos selaku wakil Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya, beliau mengatakan bahwa : “Untuk saat ini di PKL gubeng penyeragaman alat peraga kita bantu dengan tenda prisma, sedangkan untuk alat peraga lainnya swadaya dari para PKL tersebut, hal ini disebabkan mereka masih bisa menggunakan gerobakrombong yang mereka punya dan belum adanya pihak yang bisa diajak bekerjasama” wawancara, 22 Mei 2013 Hal yang sama dijelaskan oleh Bapak Iwan Kussugiarto staf Seksi Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya, yang menyatakan bahwa : “Kalau untuk gerobakalat peraga itu swadaya dari para PKL sendiri soalnya dari awal gerobak itu sudah ada kan yang mereka gunakan untuk berjualan di depan itu terus mereka dapat tenda stand 1,5 x 2m jadi mereka tinggal menyesuaikan dengan stand yang di tempati.” wawancara, 22 Mei 2013 Sedangkan Bapak Jubri selaku Ketua Paguyuban Sentra PKL Dharmawangsa Surabaya juga berpendapat : “Alat peraga sendiri swadaya dari kami sendiri selaku PKL, kan memang sudah ada sebelumnya waktu kami berjualan dulu mas. Kalau untuk penyeragamanrombongisasi belum dapat terlaksana mas, soalnya belum ada pihak yang mau bekerja sama.” Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 82 “kalau tendanya kita kerjasama dengan pihak dinas koperasi mas, allhamdulilah ada bantuan.” wawancara, 23 Mei 2013 Hal senada juga dikatakan oleh Pak Sulis, pedagang warung kopi yang mengatakan bahwa : “Kalo gerobak, meja, kursi ini punya kami sendiri mas, bantuan dari pemerintah ya tenda stand ini mas” wawancara, 23 Mei 2013 Hal sama disampaikan oleh Ibu Pujiati pedagang nasi campur, beliau mengatakan bahwa : “cunan tenda mas bantuannya, Kalau rombong yang ini punya saya sendiri mas, belum ada bantuan dari luar mas “ wawancara, 23 Mei 2013 Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa para pedagang menggunakan rombongan berjualan yang pengadaannya dibiayai oleh pedagang sendirisecara swadaya, sedangkan tendanya adalah bantuan dari kerjasama dengan dinas koperasi. Gambar 7 Tenda yang seragam di kawasan PKL gubeng Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 83

4. Waktu Berdagang PKL

Pedagang yang berjualan di Sentra PKL viaduk gubeng Surabaya menjual berbagai macam makanan dan minuman yang beragam dan dengan waktu yang bebas. Bebasnya jam berdagang merupakan kesepakatan dari paguyuban itu sendiri dengan pihak dinas. Seperti penuturan Bapak Markum, S.Sos selaku Wakil Seksi Usaha Mikro Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya, beliau mengatakan bahwa : “kalau jualannya ya bebas mas, karna letak posisi para pedagang tidak menggamggu aktifitas umum kok mas”. wawancara, 22 Mei 2013 Untuk pengaturan waktui berdagang berdasarkan lokasi tidak ada atau bebas karena pedagang di dalam satu kawasan dan tidak mengganggu aktifiras masyarakat. Berdasarkan penuturan Bapak M. Jubri selaku Ketua Paguyuban PKL, beliau mengatakan bahwa : “Waktu jual dagangannya itu bebas mas, jual apa tidak ditentukan dan tidak dibatasi. Mau jual sampai 24 jam juga tidak apa- apa. Tetapi rata-rata yang jual makanan dan minuman sampai jam 10 malam saja mas”. wawancara, 23 Mei 2013 Jawaban yang sama diungkapkan oleh Bapak Sulis pedagang warung kopi, beliau mengatakan bahwa : “Di sini rata-rata jualan makanan dan minuman sampai malam saja mas, klo saya 24 jam mas. dan, paling yang jual seperti saya Cuma beberapa mas.” wawancara, 23 Mei 2013 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 84 Jawaban senada juga dinyatakan oleh Ibu Pujiati. Pedagang nasi campur, beliau mengatakan : “ya klo saya klo dagang ya sampai jam 10 malam mas, kalau bukannya pagi gitu jam 7 mas, rata-rata kalau dagang makanan disini kayak gitu smua mas”. wawancara, 23 Mei 2013 Dari keterangan di atas dapat diketahui bahwa tidak ada pengaturan jam berdagang, karena itu semua pedagang bebas melakukan aktifitas berdagangnya. Gambar 8 Suasana berdagang siang dan malam di kawasan viaduk gubeng

4.3. Pembahasan