1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Arti kata pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam dunia
pendidikan, belajar adalah hal yang sering kita dengar. Menurut Suprijono 2009 sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha
penguasaan materi ilmu pengetahuan. Sedangkan secara sederhana Anthony Robbins dalam Trianto 2009 mendefinisikan belajar sebagai proses
menciptakan hubungan antara sesuatu pengetahuan yang sudah dipahami dan sesuatu pengetahuan yang baru.
Dalam proses kegiatan belajar mengajar peran guru dan siswa tidak dapat dihilangkan. Meskipun sekarang proses pembelajaran lebih berpusat pada siswa
namun peran guru dalam proses pembelajaran juga penting. Dalam kegiatan belajar guru haruslah bersikap aktif dalam membimbing siswa, sehingga siswa
merasa nyaman dan senang ketika mengikuti proses pembelajaran, sehingga mudah dalam memahami materi ketika belajar. Menurut Usman 2009 guru
memiliki banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas maupun di luar dinas, dalam bentuk pengabdian. Usman 2009 juga menambahkan peranan dan kompetensi
guru dalam proses belajar-mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Adams Decey dalam Basic Principles of student Teaching,
antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator, dan
konselor. Sedangkan siswa dalam proses pembelajaran seharusnya secara aktif mengumpulkan banyak ilmu dan pengetahuan yang nantinya dapat siswa
gunakan dalam kehidupan mereka. Ketika di lingkungan sekolah siswa secara aktif mengumpulkan banyak
ilmu baik dalam bidang akademik maupun dalam bidang non akademik. Biologi adalah salah satu mata pelajaran yang termasuk ilmu dalam bidang akademik.
Pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas SMA baik program regular maupun program IPA juga mempelajari Biologi. Biologi sendiri merupakan salah
satu ilmu dasar yang ikut menentukan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari hasil observasi di SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta, mata pelajaran Biologi yang hakikatnya merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam IPA dianggap oleh para peserta didik sebagai salah satu
pelajaran yang susah dimengarti, terlebih bagi para peserta didik yang duduk di bangku kelas X. Materi Archaebacteria dan Eubacteria dalam mata pelajaran
Biologi yang dipelajari oleh para peserta didik di semester 1 termasuk materi yang sulit, terlebih dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM yang tinggi
yaitu 75. Data hasil belajar siswa kelas X-2 tahun ajaran 20122013 pada materi Archaebacteria dan Eubacteria dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini:
Tabel 1.1 Hasil Belajar Siswa Kelas X-2 Pada Materi Archaebacteria dan Eubacteria Tahun Ajaran 20122013
Analisis Hasil Nilai Ulangan Harian
Analisis Hasil Remidial I
Analisis Hasil Remidial II
Analisis Hasil Nilai Akhir Siswa
Jumlah siswa 36 orang.
Siswa yang tuntas 6 orang.
Siswa yang tidak tuntas 30 orang.
Nilai rata-rata
kelas hasil ulangan 36,9
Jumlah siswa yang mengikuti remdial I
berjumlah 24 orang. Tidak
ada siswa
yang tuntas. Siswa yang tidak
tuntas 24 orang. Nilai rata-rata hasil
remedial I 40 Jumlah siswa yang
mengikuti remidial II berjumlah 27 orang.
Siswa yang tuntas 4 orang
Siswa yang
tidak tuntas 23 orang
Nilai rata-rata hasil remedial II 55,9
Jumlah siswa
36 orang Siswa
yang tuntas 10 orang
Siswa yang
tidak tuntas 26 orang
Nilai rata-rata
kelas 55,8
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa nilai siswa kelas X-2 tahun ajaran 20122013 pada materi Archaebacteria dan Eubacteria masih sangat kurang.
Ketika proses belajar mengajar guru lebih menggunakan metode ceramah dan dilanjutkan dengan proses diskusi yang diharapkan dapat memotivasi siswa
dalam belajar, namun siswa juga masih saja sering ribut sendiri dan kurang berpartisipasi aktif ketika pelajaran maupun ketika berdiskusi.
Dari permasalahan tersebut peneliti ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Toghether pada materi Archaebacteria dan
Eubacteria untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-2 di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Pembelajaran kooperatif lebih mengajak siswa
untuk dapat bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil. Roger, dkk. 1992 dalam Huda Miftahul 2012 menyatakan cooperative learning is group learning
activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information between learners in group in which each learner is held
accountable for his or her own learning and motivated to increase the learning of others
Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang dioorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada
perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pebelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri
dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
kegiatan belajaranya lebih kepada kegiatan kelompok, dimana nantinya para peserta didik akan belajar ke dalam kelompok-kelompok kecil. Dengan kegiatan
belajar seperti itu siswa diharapkan akan lebih belajar mandiri, berani
mengungkapkan pendapat, dan saling bekerja sama. Huda Miftahul 2012 menyatakan siswa-siswa dalam kelompok kooperatif lebih sering bekerja sama,
lebih terkoordinasi, dan lebih memerhatikan pembagian kerja yang setara antar setiap anggota didalamnya. Mereka juga lebih peduli pada gagasan orang lain,
lebih efektif berkomunikasi, lebih termotivasi untuk mencapai tujuan bersama, dan lebih produktif dalam setiap usaha mereka dibandingkan dengan rekan-
rekannya yang berada dalam kelompok kompetitif. Hal serupa juga sama, dari hasil meta-analisis yang dilakukan oleh Jhonson dan beberapa rekannya tahun
1981 dalam Huda Miftahul 2012 dari hasil meta-analisis mereka terhadap 122 studi yang meneliti pengaruh-pengaruh pembelajaran kooperatif, kompetitif, dan
individualistik terhadap prestasi belajar siswa. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan pencapaian dan produktivitas
yang lebih tinggi seperti, semangat untuk belajar dari pada pembelajaran kompetitif atau individualistik.
Numbered Head Together merupakan salah satu tipe model pada
pembelajaran kooperatif. Numbered Head Together secara tidak langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta
berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran. Selain hal tersebut, peneliti menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together dikarenakan melihat dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Fitriastuti, dengan diterapkanya model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Peneliti berharap diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada materi
Archaebacteria dan Eubacteria dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah