Pada akhir pertemuan kedua siklus II siswa kembali mengisi lembar kuesioner. Berikut adalah tabel hasil analisis dari lembar kuesioner motivasi
akhir.
Tabel 4.7. Hasil Analisis Lembar Kuesioner Motivasi Akhir Siswa No
Jenis Data yang Diamati Hasil
yang Diperoleh
1. Tertinggi
96.43 2.
Terendah 67.86
3. Jumlah siswa kategori sangat tinggi 81 - 100
11 siswa 4.
Jumlah siswa kategori tinggi 61-80 20 siswa
5. Jumlah siswa kategori cukup 41-60
6. Jumlah siswa kategori Rendah 21-40
7. Jumlah siswa kategori sangat rendah 0- 20
8. Prosentase motivasi belajar siswa
79 Analisis data kuesioner motivasi akhir siswa selengkapnya dapat dilihat
dalam lampiran 32. Contoh hasil kuesioner akhir dapat dilihat pada lampiran 33.
Berdasarkan tabel 4.7. dari hasil kuesioner motivasi akhir siswa diperoleh hasil bahwa prosentase motivasi belajar siswa akhir setelah
pelaksanaan penelitian adalah 79 , masuk dalam kategori tinggi dan telah memenuhi target 75.
C. Pembahasan
1. Peningkatan Hasil Belajar Aspek Kognitif Peningkatan prestasi belajar ranah kognitif pada materi Archaebacteria
dan Eubacteria dengan penerapan model pembelajaran kooperatif numbered head together
diukur melalui peningkatan nilai posttest siklus I dan posttest siklus II. Berdasarkan indikator keberhasilan peningkatan hasil belajar, yaitu
skor rata-rata kelas 70 dan 70 siswa mencapi KKM yang ditetapkan oleh sekolah yaitu 75.
Sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together
nilai rata-rata siswa pada pretest masih rendah bahkan tidak ada siswa yang mencapai KKM yang ditetapkan, artinya 30 siswa yang hadir
pada saat pretest, belum tuntas belajar atau nilainya 75, dengan nilai rata- rata kelas 26,33 dan prosentase pencapaian KKM 0. Hal tersebut
dikarenakan para siswa belum mempelajari materi Archaebacteria dan Eubacteria secara detail dan mendalam.
Setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together
siklus I, hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada hasil posttest siklus I. Siswa yang tuntas belajar
sebanyak 4 siswa dan 26 siswa masih belum tuntas. Nilai rata-rata kelas adalah 46,17 dan presentase pencapaian KKM 13,33. Pencapaian tersebut
belum memenuhi target penelitian yang ingin dicapai pada penelitian ini dimana rata-rata 70 dan 70 siswa mencapai KKM yang ditetapkan sekolah
yaitu 75. Oleh karena itu, dilaksanakan siklus II untuk memenuhi target yang diharapkan.
Nilai posttest siklus II mengalami peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan nilai posttest siklus I. Siswa yang tuntas belajar
sebanyak 22 siswa sedangkan siswa yang belum tuntas belajar sebanyak 8 siswa. Nilai rata-rata kelas sebesar 73,67 dengan prosentase pencapaian KKM
73,33. Pencapaian teresebut telah memenuhi target yang ingin dicapai sehingga tidak perlu dilaksanakan siklus selanjutnya.
Peningkatan prestasi belajar siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi Archaebacteria dan Eubacteria, selengkapnya dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4.15. Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata hasil Belajar Siswa
Berdasarkan gambar 4.15. hasil perbandingan nilai rata-rata siswa posttest siklus I dan posttest siklus II mengalami peningkatan. Nilai rata-rata
posttest siklus I adalah 46,17 kemudian mengalami peningkatan pada posttest siklus II sebesar 27,5 menjadi 73,67. Hasil belajar siswa kelas X-2 SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata yang dicapai pada tahun ajaran
20122013 yaitu 55,8 meningkat menjadi 73,67 pada tahun ajaran 20132014. Peningkatan nilai rata-rata sebesar 17,75.
Berdasarkan hasil tersebut, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together untuk meningkatkan hasil belajar siswa telah
mencapai target yang diharapkan yaitu 70 siswa telah mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah. Beberapa siswa belum tuntas belajar dan mengalami
10 20
30 40
50 60
70 80
Posttest Siklus I Posttest Siklus II
46.17 73.67
Nilai rata-rata
Nilai rata-rata
penurunan hasil belajar pada siklus II, hal tersebut dikarenakan materi pembelajaran pada siklus II cukup rumit. Akan tetapi secara umum nilai rata-
rata siswa dan prosentase pencapaian KKM telah memenuhi target yang ingin dicapai.
Pencapaian hasil belajar yang terus meningkat pada setiap tes terjadi karena siswa diajak untuk lebih aktif dalam kegiatan diskusi berkelompok
dan saling membantu antar anggota kelompok dalam memahami materi sehingga ketika proses tanya-jawab siswa yang terpilih dapat menjawab
pertanyaan yang didapat dengan baik. Kegiatan tanya-jawab juga membantu siswa lebih percaya diri dalam menjawab maupun dalam menanggapi
pertanyaan-pertanyaan Faktor lain yang dapat mempengaruhi yaitu seperti yang dijabarkan
pada bab II yaitu adanya faktor internal siswa yang meliputi kondisi jasmani, tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa. Selain faktor
internal, faktor eksternal seperti lingkungan belajar, orang tua, guru, kondisi pembelajaran, sarana dan prasarana sekolah, kurikulum yang ditetapkan, dan
kondisi sosial siswa juga turut mempengaruhi hasil belajar siswa Syah, 2008.
Hal tersebut diperkuat oleh Jhonson dan Jhonson dalam Trianto 2009 yang mengemukakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah
memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Salah satu model
pembelajaran kooperatif yang sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
NHT, dimana dalam kegiatannya siswa diajak untuk bekerjasama dalam
berkelompok , saling membantu sesama anggota kelompok, dan saling meyakinkan atas hasil pemikiran bersama kelompok sehingga tercapainya
peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun kelompok.
2. Peningkatan Motivasi Belajar Peningkatan motivasi belajar siswa pada penelitian ini didapat dari hasil
lembar kuesioner dan lembar observasi. Data utama dalam penelitian ini adalah hasil lembar observasi, sedangkan hasil lembar kuesioner digunakan
sebagai data pendukung penilaian motivasi belajar siswa. a. Hasil Observasi
Pengukuran peningkatan motivasi siswa di ukur secara individu yaitu melalui lembar observasi yang diisi oleh para observer pada setiap
proses pembelajaran. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran
berlangsung. Berdasarkan indikator keberhasilan peningkatan motivasi siswa yaitu 75 siswa termotivasi dalam kategori tinggi.
Pencapaian target pada penilaian motivasi belajar siswa, dapat dilihat dari jumlah siswa yang mengalami peningkatan pada kategori
motivasi. Hasil lembar observasi dapat dilihat pada gambar 4.16.
Gambar 4.16 Grafik Motivasi Belajar Siswa Hasil Lembar observasi
Dari gambar diatas, jumlah siswa yang termasuk dalam kategori motivasi sangat tinggi mengalami peningkatan pada siklus II yang semula
pada siklus I berjumlah 2 siswa menjadi 11 siswa, jumlah siswa dalam ketegori motivasi tinggi tidak mengalami kenaikan dari siklus I 17 siswa
dan pada siklus II juga tetap 17 siswa, dan jumlah siswa pada kategori motivasi cukup mengalami penurunan dari siklus I 13 siswa menjadi 4
siswa pada siklus II. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dengan
menerapkan model pembelajaran koopertif tipe numbered head together pada materi Archaebacteria dan Eubacteria terbukti dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta ketika proses belajar mengajar berlangsung. Prosentase motivasi belajar siswa
kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta selama proses pembelajaran
2 17
13 11
17
4 2
4 6
8 10
12 14
16 18
Sangat Tinggi
Tinggi Cukup
Rendah Sangat
Rendah Motivasi Belajar Siklus I
Motivasi Belajar Siklus II
pada materi Archaebacteria dan Eubacteria, selangkapnya dapat dilihat pada grafik 4.17 berikut ini.
Gambar 4.17. Grafik Prosentase Motivasi Belajar Siswa Hasil Lembar Observasi Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan gambar 4.17. dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan motivasi siswa dari siklus I ke siklus II. Setelah penerapan model
pembelajaran koopertif tipe numbered head together prosentase yang diperoleh pada siklus I belum mencapai target yaitu 75, namun hasil
tersebut masuk dalam kategori motivasi tinggi. Skor prosentase motivasi belajar siswa meningkat pada siklus II menjadi 75 dan sudah memenuhi
tagret yang ingin dicapai 75 motivasi siswa tinggi Selama proses pembelajaran siswa semakin termotivasi karena
dalam kegiatan pemebelajaran diadakan tanya jawab. Selain itu siswa juga diberi kesempatan untuk berdiskusi dan menyampaikan pendapat
kepada sesama teman, sehingga siswa bisa secara aktif mengungkapkan pendapatnya.
65 75
60 62
64 66
68 70
72 74
76
Siklus I Siklus II
Prosentase Motivasi Belajar
Peningkatan motivasi belajar siswa juga tidak terlepas dari berbagai faktor yang mendukung selama proses pembelajaran seperti proses
pembelajaran berlangsung, suasanakondisi pembelajaran, kemampuan siswa, dan upaya guru dalam proses belajar mengajar. Selain faktor-faktor
tersebut, penggunaan model pembelajaran koopertif tipe numbered head together
merupakan faktor penting yang tidak terlepas dari pembelajaran yang menyebabkan terjadinya peningkatan motivasi belajar siswa darii
siklus I ke siklus II. b. Hasil Kuesioner
Hasil lembar kuesioner juga sebagai data tambahan untuk peningkatan motivasi belajar siswa. Lembar kuesioner diisi oleh siswa
yang peneliti berikan pada awal sebelum penelitian dan akhir setelah selesai penelitian. Hal tersebut digunakan untuk mengetahui motivasi
belajar siswa sebelum dan sesudah dilaksanakannya penelitian. Berikut adalah grafik yang menunjukan motivasi belajar siswa
sebelum dan sesuadah penelitian.
Gambar 4.18. Grafik Motivasi Belajar Siswa Hasil Lembar Kuesioner
7 24
11 20
5 10
15 20
25 30
Sangat Tinggi
Tinggi Cukup
Rendah Sangat Rendah
Motivasi Belajar Sebelum treatment
Motivasi Belajar Sesudah treatment
Dari gambar 4.18 tersebut jumlah siswa dalam kategori motivasi sangat tinggi mengalami kenaikan pada siklus II, dari yang siklus I
berjumlah 7 siswa menjadi 11 siswa pada siklus II. Sedangkan jumlah siswa dalam kategori motivasi tinggi mengalami penurunan pada siklus
II, dari yang siklus I berjumlah 24 siswa menjadi 20 siswa pada siklus II. Hasil tersebut juga menunjukan bahwa terjadi peningkatan motivasi
belajar setelah dilaksanakannya proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together.
Prosentase motivasi belajar siswa sebelum dan sesudah penelitian disajikan dalam grafik berikut ini.
Gambar 4.19 Grafik Prosentase Motivasi Belajar Sebelum dan Sesudah Penelitian Hasil Lembar Kuesioner
Gambar 4.19 merupakan grafik hasil dari lembar kuesioner yang diisi langsung oleh para siswa sesuai dengan apa yang siswa rasakan
untuk mengetahui motivasi belajar siswa. Terlihat peningkatan sebelum dan sesudah dilaksanaknnya penelitian meskipun hanya terjadi
peningkatan sebesar 1 saja. Dimana sebelum dilaksanakannya
78 79
77 78
78 78
78 78
79 79
79 79
sebelum sesudah
Prosentase Motivasi Belajar
penelitian prosentase motivasi belajar siswa 78 yang telah masuk dalam kategori tinggi. sedangkan setelah dilaksanakannya penelitian
menjadi 79 dimana masuk dalam kategori tinggi dan sudah mencapai target yang ingin dicapai sebesar 75 motivasi siswa tinggi.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa motivasi belajar yang siswa rasakan sebelum pelasanaan tindakan sudah masuk dalam kategori tinggi.
Namun, setelah pelaksanaan tindakan motivasi belajar yang siswa rasakan meningkat. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe numbered head together dapat menigkatkan motivasi belajar siswa.
91
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN