Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur pada materi Protista.

(1)

DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X 3 SMA PANGUDI LUHUR PADA MATERI PROTISTA

Viviani Diah Riyantika Universitas Sanata Dharma

2016

Berdasarkan hasil observasi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada kelas X3 hanya 25,64% siswa yang mencapai KKM, selain itu minat belajar siswa masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi Protista dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah 35 siswa. Komponen pengumpulan data diperoleh dari hasil Pretest, Postest I dan II, Kuesioner, Observasi dan Wawancara. Analisis data dilakukan sesuai dengan data yang diperoleh yaitu kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu minat siswa berdasarkan hasil kuesioner dengan kriteria minimal tinggi mencapai 85,71% dan kuesioner akhir 94,28%. Hasil observasi diperoleh pada siklus I mencapai 100% dan siklus II 100% dengan peningkatan pada kategori minimal tinggi. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan minat siswa hingga melebihi target yaitu 85% siswa dengan kategori minimal tinggi. Sedangkan hasil belajar siswa meningkat dari rata-rata pada postest I 40,71 dan postest II adalah 82,71. Siswa yang tuntas KKM pada siklus I 0% dan siklus II mencapai 80%. Hasil belajar belum mencapai target yaitu 85% siswa tuntas KKM dikarenakan kemungkinan pengisian data yang kurang valid.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi Protista.

Kata kunci: minat dan hasil belajar, model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match, materi Protista


(2)

MATCH TO IMPROVE THE INTEREST AND LEARNING OUTCOMES OF STUDENT GRADE X 3 SENIOR HIGH SCHOOL OF PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TO THE PROTIST SUBJECT

Viviani Diah Riyantika Sanata Dharma Univercity

2016

Based on observations in Senior High School of Pangudi Luhur Yogyakarta, especially in

class X3 is only 25.64% of students who reached the “KKM”, Besides the student's interest in

learning is also less. The purpose of this reaseach is improve the interest and learning outcomes of student grade X3 senior high school of Pangudi Luhur Yogyakarta on Protists material by applying cooperative learning model, type Make a Match.

This research is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of four stages of action including planning, implementation, observation and reflection. Subjects were 35 students. Data collection component obtained from the pretest, Posttest I and II, questionnaires, observations and interviews. Data analysis was carried out in accordance with the data obtained by the qualitative and quantitative.

Research results obtained by the interest of the students based on the results of questionnaires with minimum criteria for high reached 85.71% and 94.28% final questionnaire. The results of observations obtained in the cycle I reaches 100% and the cycle II of 100% with an increase in the minimum category higher. These results indicate an increased interest of students exceeding the target of 85% of students with high minimum category. While the learning outcomes of students increased from an average of 40.71 in the first posttest and posttest II was 82.71. KKM students who complete the first cycle and the second cycle of 0% to 80%. Learning outcomes have not yet reached the target of 85% of students completed KKM due to the possibility of charging data is less valid.

Based on these results it can be concluded that the application of cooperative learning model Make a Match can increase student interest and learning outcomes X 3 high school class Pangudi Luhur Yogyakarta on protists material.

Keywords: Interest and outcomes of learning, cooperative learning model Make a Match, Material Protista


(3)

MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS X 3 SMA PANGUDI LUHUR

PADA MATERI PROTISTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Viviani Diah Riyantika NIM : 111434020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN

HASIL BELAJAR SISWA KELAS X 3 SMA PANGUDI LUHUR

PADA MATERI PROTISTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Viviani Diah Riyantika NIM : 111434020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv Karya ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus dan Bunda Maria

Ibuk dan alm. Bapak tercinta

Kakak-kakak dan keponakan-keponakanku terkasih

Abang Firmando Simanungkalit

Keluarga besar Pendidikan Biologi USD


(8)

v

Eksperience is The Best Teacher (Buku SiDu)

Tidak ada kata terlambat selama kita masih bisa berusaha


(9)

(10)

(11)

viii

DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X 3 SMA PANGUDI LUHUR PADA MATERI PROTISTA

Viviani Diah Riyantika Universitas Sanata Dharma

2016

Berdasarkan hasil observasi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada kelas X3 hanya 25,64% siswa yang mencapai KKM, selain itu minat belajar siswa masih rendah. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi Protista dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match.

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan dalam 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Subyek penelitian adalah 35 siswa. Komponen pengumpulan data diperoleh dari hasil Pretest, Postest I dan II, Kuesioner, Observasi dan Wawancara. Analisis data dilakukan sesuai dengan data yang diperoleh yaitu kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu minat siswa berdasarkan hasil kuesioner dengan kriteria minimal tinggi mencapai 85,71% dan kuesioner akhir 94,28%. Hasil observasi diperoleh pada siklus I mencapai 100% dan siklus II 100% dengan peningkatan pada kategori minimal tinggi. Hasil tersebut menunjukkan adanya peningkatan minat siswa hingga melebihi target yaitu 85% siswa dengan kategori minimal tinggi. Sedangkan hasil belajar siswa meningkat dari rata-rata pada postest I 40,71 dan postest II adalah 82,71. Siswa yang tuntas KKM pada siklus I 0% dan siklus II mencapai 80%. Hasil belajar belum mencapai target yaitu 85% siswa tuntas KKM dikarenakan kemungkinan pengisian data yang kurang valid.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi Protista.

Kata kunci: minat dan hasil belajar, model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match, materi Protista


(12)

ix

A MATCH TO IMPROVE THE INTEREST AND LEARNING OUTCOMES OF STUDENT GRADE X 3 SENIOR HIGH SCHOOL OF PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA TO THE PROTIST SUBJECT

Viviani Diah Riyantika Sanata Dharma Univercity

2016

Based on observations in Senior High School of Pangudi Luhur Yogyakarta, especially in class X3 is only 25.64% of students who reached the “KKM”, Besides the student's interest in learning is also less. The purpose of this reaseach is improve the interest and learning outcomes of student grade X3 senior high school of Pangudi Luhur Yogyakarta on Protists material by applying cooperative learning model, type Make a Match.

This research is a classroom action research conducted in two cycles. Each cycle consists of four stages of action including planning, implementation, observation and reflection. Subjects were 35 students. Data collection component obtained from the pretest, Posttest I and II, questionnaires, observations and interviews. Data analysis was carried out in accordance with the data obtained by the qualitative and quantitative.

Research results obtained by the interest of the students based on the results of questionnaires with minimum criteria for high reached 85.71% and 94.28% final questionnaire. The results of observations obtained in the cycle I reaches 100% and the cycle II of 100% with an increase in the minimum category higher. These results indicate an increased interest of students exceeding the target of 85% of students with high minimum category. While the learning outcomes of students increased from an average of 40.71 in the first posttest and posttest II was 82.71. KKM students who complete the first cycle and the second cycle of 0% to 80%. Learning outcomes have not yet reached the target of 85% of students completed KKM due to the possibility of charging data is less valid.

Based on these results it can be concluded that the application of cooperative learning model Make a Match can increase student interest and learning outcomes X 3 high school class Pangudi Luhur Yogyakarta on protists material.

Keywords: Interest and outcomes of learning, cooperative learning model Make a Match, Material Protista


(13)

x

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match dalamMeningkatkan Minat dan Hasil Belajar

Siswa Kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada Materi Protista”.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, bimbingan, semangat serta doa yang sangat mendukung dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu menyertaiku bahkan dalam kesesakan batinku.

2. Bapak Rohandi Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Bapak Drs A. Tri Priantoro selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

4. Ibu Dra. Maslichah Asy,ari, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis. 5. Bapak Antonius Mujiono, S.Pd selaku Kepala SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang

telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian ini.

6. Ibu Annastasia Ratna D.W., S.Pd., selaku guru Biologi kelas X yang telah memberikan ijin dan membantu memberikan pengarahan kepada penulis dalam melaksanakan penelitian di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

7. Ibuk yang selalu menberikan dukungan serta doa dan Alm Bapak yang juga mendoakan dari Surga

8. Kakak-kakaku, Mas Gun, Mbak Wahyu, Mas Nug, Mbak Mamiek, Bang Pendi, Mbak Khusna dan keponakan-keponakanku terimakasih atas dukungan dan nasehatnya terutama dalam menyelesaikan studi ini.

9. Abang Firmando Simanungkalit yang selalu memberikan perhatian, semangat dan dorongan kepada penulis

10.Sahabat-sahabatku, Cebret (Lani), Mbok Mitha, Ditya, Osin, Dyah, Fenty A, Fenty D, Tutik yang telah memberikan semangat, bantuan dan canda tawa yang menghibur. 11.Siswa siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 atas


(14)

xi

13.Teman-teman KKN Mestakung, Githa, Pascha, Siwi, Agatha, Nana, Vincent, Revi, Hudan, Desika, Tabita yang telah memberikan banyak inspirasi bagi penulis.

14.Keluarga besar SDSR dan alumni asmong, Rey, Boni, Michel, Sri, Ade, Lia dan para pamong Pak Devi,Pak Tri, mbak Tiwi dan Suster Frida yang memberikan semangat dan inspirasi dalam penulisan skripsi ini

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna menyempurnakan skripsi ini. Dengan demikian penulis berharap skripsi ini dapat memberikan inspirasi dan bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan.

Penulis


(15)

xii

HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN MOTTO... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR BAGAN... DAFTAR GRAFIK... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... B. Rumusan Masalah... C. Batasan Masalah... D. Tujuan Penelitian... E. Manfaat Penelitian... BAB II DASAR TEORI

A. Belajar... B. Pembelajaran... C. Minat Belajar... D. Hasil Belajar... E. Pembelajaran Kooperatif... F. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make a Match... G. Materi Protista... H. Penelitian yang Relevan... I. Kerangka Berfikir... J. Hipotesis... BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian... B. Setting Penelitian...

i ii iii iv v vi vii viii ix x xii xiv xv xvi xvii 1 7 7 8 8 10 11 13 15 22 25 29 30 32 36 37 37


(16)

xiii

E. Instrumen Penelitian... F. Validasi Instrumen... G. Teknik Pengumpulan Data... H. Indikator Keberhasilan Penelitian... BAB IV PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian... B. Hasil penelitian... C. Analisi Data... D. Pembahasan... BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA...

44 48 48 58

59 60 81 88

97 98 100


(17)

xiv

3.1 Tabel Jenis dan Teknik Pengumpulan Data... 3.2 Tabel Panduan Skoring Kuesioner Minat Siswa... 3.3 Tabel Kategori Skor Kuesioner Minat Siswa... 3.4 Tabel Panduan Skoring Lembar Observasi Minat Siwa... 3.5 Tabel Kategori Skor Observasi Minat Siswa... 3.6 Tabel Indikator Keberhasilan Penelitian... 4.1 Tabel Hasil Pretest Siswa Kelas X3... 4.2 Tabel hasil Kuisioner Minat Awal Siswa kelas X3... 4.3 Tabel Hasil Postest I siswa Kelas X3... 4.4 Tabel Hasil Observasi Minat Siswa Siklus I... 4.5 Tabel Hasil Postest II Siswa Kelas X3... 4.6 Tabel Hasil Kuesioner Minat Akhir Siswa Kelas X3... 4.7 Tabel Hasil Observasi Minat Siswa Siklus II... 4.8 Tabel Data Hasil Postest I dan Postest II Siswa... 4.9 Table Prosentase Hasil Kuesioner Minat Siswa Awal dan Akhir... 4.10 Tabel Prosentase Kuesioner awal dan Akhir Siswa... 4.11 Tabel Hasil Observasi Siklus I dan Siklus II... 4.12 Tabel Hasil Observasi Minat Siswa Siklus I dan Siklus II... 4.13 Tabel Hasil Wawancara ...

49 51 53 54 55 58 63 64 70 71 77 78 79 81 82 83 84 84 85


(18)

xv

2.1 Bagan Skema Kerangka Berfikir... 3.1 Spiral penelitian Tindakan Kelas berdasarkan Model Kemmis dan Taggart...

35 39


(19)

xvi

4.1 Grafik Perkembangan Hasil Belajar Siswa... 4.2 Grafik Perbandingan Presentase Minat Siswa Awal dan Akhir... 4.3 Grafik Hasil Kuesioner... 4.4 Grafik Prosentase Hasil Observasi Minat Siswa... 4.5 Grafik Data Akhir Minat dan Hasil Belajar...

88 90 91 92 94


(20)

xvii

1. Silabus... 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II... 4. Lembar Kerja Siswa 1... 5. Lembar Kerja Siswa 2... 6. Lembar Kerja Siswa 3... 7. Lembar Kerja Siswa 4... 8. Lembar Kerja Siswa 5... 9. Kisi-kisi Soal dan Kunci Jawaban Pretest ... 10.Kisi-kisi Soal dan Kunci Jawaban Postest I... 11.Kisi-kisi Soal dan Kunci Jawaban Postest II... 12.Soal Pretest... 13.Soal Postest I... 14.Soal Postest II... 15.Kuisioner Minat Siswa... 16.Lembar Observasi Aktivitas Siswa... 17.Pedoman Wawancara... 18.Foto-foto Kegiatan Siklus I... 19.Foto-foto Kegiatan Siklus II... 20.Daftar Nilai Pretest Siswa... 21.Daftar Nilai Postets I Siswa... 22.Daftar Nilai Postest II Siswa... 23.Daftar Skor Kuisioner Minat siswa Awal... 24.Daftar Skor Kuisioner Minat Akhir Siswa... 25.Daftar Skor Observasi Minat Siswa... 26.Daftar Skor Observasi Minat Siswa Siklus I... 27.Daftar Skor Observasi Minat Siswa Siklus II... 28.Lampiran Hasil Pretest Siswa Skor Terendah... 29.Lampiran Hasil Pretest Siswa Skor Tertinggi... 30.Lampiran Hasil Postest I Siswa Skor Terendah... 31.Lampiran Hasil Postets I Siswa Skor Tertinggi... 32.Lampiran Hasil Postest II Siswa Skor Terendah... 33.Lampiran Hasil Postest II Siswa Skor Tertinggi... 34.Lampiran Hasil Kuisioner Awal Siswa... 35.Lampiran Observasi Minat Siswa... 36.Lampiran Hasil Lembar Kerja Siswa... 37.Lampiran Surat Ijin Penelitian...

102 104 114 122 126 130 133 137 141 142 143 144 148 152 156 158 161 162 163 164 166 168 170 172 174 184 185 186 190 194 198 202 206 210 218 221 225


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual dan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut Tampubolon (2014:4), pendidikan merupakan suatu proses yang strategis dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga pengelolaan pendidikan harus dilakukan secara profesional.

Pendidikan memiliki keterkaitan yang cukup erat dengan sekolah, dimana sekolah merupakan wadah untuk melaksanakan proses pendidikan. Di sekolah sendiri juga memberikan tingkatan-tingkatan kelas. Tingkatan-tingkatan kelas didasarkan pada tahap perkembangan siswa. Perkembangan ini dapat dilihat dari setiap aspek yang dimiliki oleh siswa tersebut, yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam hal ini aspek kognitif menekankan pada pengetahuan siswa, afektif berkaitan dengan sikap siswa baik dalam mengikuti pelajaran maupun keadaan siswa di lingkungan sekolah dan aspek psikomotorik menekankan pada keterampilan dan kemampuan bertindak pada masing-masing siswa (Suprijono, 2009:6-7).


(22)

2

Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan dipengaruhi kepada pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membangun minat belajar siswa (Slameto 2014:1). Keberhasilan belajar siswa salah satunya dipengaruhi oleh keterlibatan guru dalam kegiatan pembelajaran. Guru disini berperan untuk membimbing siswa dalam belajar di sekolah. Selain guru, hubungan yang baik antara orang tua siswa dengan siswa di rumah juga dapat berpengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.

Menurut Mulyasa (2002:2), pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar dan rasa percaya pada diri sendiri juga dapat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Berdasarkan hal ini, peranan guru sangat diperlukan untuk meningkatkan minat belajar siswa. Minat siswa dalam belajar sangatlah berpegaruh dalam kemampuan siswa untuk menangkap materi yang disampaikan guru. Apabila bahan pelajaran tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya (Slameto, 2014:37). Dengan demikian minat belajar juga akan mempengaruhi proses belajar mengajar. Untuk itu, maka diperlukan strategi belajar mengajar yang baik sehingga dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar.


(23)

3

Strategi pembelajaran merupakan cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Pemilihan dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik peserta didik yang dihadapi dalam mencapai tujuan pembelajaran (Arikunto, 2007:3).

Menurut Slameto (2014:65), metode mengajar adalah salah satu jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Metode mengajar guru yang tidak baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Proses mengajar yang kurang baik dapat terjadi misalnya guru kurang siap dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas. Sikap guru terhadap siswa maupun mata pelajaran yang tidak baik membuat siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Guru yang baik dituntut untuk memiliki kepekaan dalam melihat prestasi belajar siswa. Guru hendaknya melakukan pendekatan dengan siswa sehingga mengetahui permasalahan belajar yang dihadapi siswa. Selain itu, guru harus berani mencoba metode-metode mengajar yang baru sehingga dapat meningkatkan minat siswa untuk belajar serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka pemilihan metode mengajar haruslah dipertimbangkan dengan tepat, efisien dan efektif. Selain itu metode yang digunakan hendaknya memberikan ruang bagi siswa dalam berinteraksi dengan sesama.

Kegiatan pembelajaran Biologi yang dilakukan guru Biologi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta lebih banyak menggunakan metode


(24)

4

ceramah dan diskusi. Seringnya penggunaan metode ceramah dan diskusi membuat siswa merasa cepat bosan. Rasa bosan yang dirasakan siswa ini membuat siswa menjadi malas-malasan ketika mengikuti pelajaran. Akibat rasa malas dan bosan tersebut siswa sering mengalihkan perhatian ketika pembelajaran dengan mengobrol, malas-malasan mengerjakan tugas yang diberikan guru dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan siswa untuk mengalihkan perhatian dari pembelajaran. Terkadang, apabila banyak siswa yang mengobrol ketika pembelajaran berlangsung mengakibatkan suasana kelas menjadi ribut. Hal tersebut mengakibatkan kegiatan pembelajaran menjadi kurang kondusif. Siswa yang sungguh-sungguh memperhatikan guru yang sedang mengajar, sangat terganggu dengan suara teman-temannya yang ribut. Begitu juga dengan guru yang sedang mengajar. Guru biasanya mengatasi hal tersebut dengan memberikan pertanyaan mengenai pelajaran yang sedang diajarkan kepada siswa yang membuat gaduh. Namun setelah itu beberapa siswa akan kembali mengobrol. Dalam hal ini, diperlukan pemilihan metode yang tepat untuk mengembalikan minat siswa untuk belajar.

Selain permasalahan metode pembelajaran yang digunakan guru Biologi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, rendahnya minat siswa dalam belajar Biologi juga dipengaruhi oleh pemahaman siswa tersebut terkait belajar Biologi. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa, mata pelajaran Biologi dianggap sulit dan membosankan dikarenakan banyaknya materi yang harus dihafalkan. Anggapan bahwa belajar biologi merupakan belajar hafalan ini yang membuat siswa menjadi malas belajar. Padahal,


(25)

5

belajar biologi sangat menyenangkan karena bukan hanya menghafal namun siswa harus memahami apa yang dipelajari. Proses memahami tersebut yang membuat Biologi menyenangkan. Karena menuntut siswa untuk berfikir lebih tinggi.

Materi Biologi bukan hanya sekedar hafalan namun juga untuk dipahami dan diterapkan. Materi Biologi memiliki beberapa sub materi, salah satunya adalah Protista. Materi Protista adalah materi dengan bahan yang cukup banyak untuk dipahami, terutama pembagian kelas pada filum Protista. Siswa dituntut untuk paham perbedaan masing masing kelas pada filum Protista. Begitu juga dengan sub materi Protista yang lain.

Kurangnya minat siswa tersebut berpengaruh juga terhadap hasil belajar siswa. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk pembelajaran Biologi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta adalah 80. Berdasarkan hasil Ulangan Biologi siswa kelas X 3 pada materi Protista tahun ajaran 2014/2015, hanya ada 25,64 % siswa yang dapat memperoleh nilai ≥ KKM. Sedangkan 74,36% siswa masih belum dapat mencapai nilai KKM. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kelas X 3 memiliki hasil belajar yang rendah. Dengan demikian, diperlukan rangsangan untuk meningkatkan minat belajar siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang


(26)

6

mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Menurut Slavin (2005:4-5), alasan penggunaan pembelajaran kooperatif yaitu untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa. Akibat-akibat positif lain dari pembelajaran kooperatif yaitu; mengembangkan hubungan antar kelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri. Alasan lain adalah tumbuhnya kesadaran bahwa para siswa perlu belajar untuk berfikir, menyelesaikan masalah, dan mengintegrasikan serta mengaplikasikan kemampuan dan pengetahuan mereka. Pembelajaran kooperatif merupakan sarana yang sangat baik untuk mencapai hal-hal semacam itu. Metode pembelajaran kooperatif sendiri sudah semakin berkembang dengan berbagai tipe. Macam-macam metode pembelajaran kooperatif antara lain: Jigsaw, STAD, Team Game Turnament (TGT), Make a Match dan masih banyak lagi.

Untuk mengatasi permasalahan dalam pembelajaran tersebut, peneliti akan mencoba menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match untuk meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dalam mempelajari materi Protista. Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match memiliki karakter yang dapat memberikan ruang gerak bagi siswa untuk berinteraksi dengan sesama siswa di dalam kelas. Dengan adanya interaksi antar siswa dapat mengurangi rasa bosan siswa ketika belajar di dalam kelas dan minat siswa untuk belajar juga semakin tinggi. Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dalam meningkatkan minat belajar siswa


(27)

7

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada materi Protista.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi

Luhur Yogyakarta pada materi Protista?”

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini berjalan searah, batasan-batasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Subyek penelitian

Subyek penelitian dibatasi pada siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2015-2016

2. Obyek penelitian

Obyek penelitian ini adalah minat dan hasil belajar kognitif siswa kelas X3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

3. Materi pokok

Materi Protista pada kurikulum KTSP terdapat pada Kompetensi Dasar 2.3 Menyajikan ciri-ciri umum filum dalam kingdom Protista, dan peranannya bagi kehidupan


(28)

8

Parameter yang digunakan dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan minat dan hasil belajar kognitif siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Minat belajar siswa diukur dengan kuesioner, observasi dan wawancara sedangkan hasil belajar siswa diukur dengan hasil post test setiap siklus.

D. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya peningkatan minat dan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada materi Protista kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016

E. Manfaat penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain: 1. Bagi Peneliti

a. Penelitian ini dapat dijadikan syarat dalam memperoleh gelar sarjana.

b. Mengenalkan peneliti akan permasalahan-permasalah di sekolah pada proses belajar dan mengajar.

c. Memberikan pengalaman dalam mengelola kelas dan bekerjasama dalam sebuah instansi dalam hal ini adalah sekolah.


(29)

9 2. Bagi Guru

a. Penelitian ini dapat memberikan gambaran model pembelajaran Biologi serta menambah wawasan dan pengalaman melaksanakan pembelajaran.

b. Dapat digunakan sebagai strategi dalam kegiatan belajar dan mengajar

3. Bagi Siswa

a. Membantu siswa dalam memahami materi pelajaran Biologi

b. Siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan saling berinteraksi dengan sesama siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.

4. Bagi Sekolah

Memberikan sumbangan bagi sekolah dalam upaya perbaikan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan mutu sekolah terutama pada Mata pelajaran Biologi.


(30)

10 BAB II DASAR TEORI A. Belajar

Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto 2010:2). Sedangkan Winkel (1989:36) mendifinisikan belajar sebagai aktifitas mental yang yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.

Menurut Gagne (Suprijono, 2009:2), belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktifitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Sedangkan Witherington dalam Prawira (2014:225) mendefinisikan belajar sebagai suatu perubahan pada kepribadian ditandai dengan adanya pola sambutan baru yang dapat berupa suatu pengertian. Definisi tentang belajar tersebut diperoleh dari menyatukan 3 buah definisi tentang belajar. Pertama, belajar merupakan suatu perubahan dalam diri seseorang. Kedua, belajar adalah peguasaan pola-pola sambutan baru. Ketiga, belajar adalah penguasaan kecakapan, sikap dan pengertian.

Hintzman dalam Syah (2003:65) berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme manusia atau hewan,


(31)

11

disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut. Perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme. Sedangkan Syah (2003:68) menyimpulkan bahwa belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Berdasarkan dari pendapat beberapa ahli di atas, peneliti dapat menyimpulkan belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang melibatkan aktivitas fisik, mental dan pengaruh lingkungan di sekitarnya untuk memperoleh hal-hal baru berupa pengetahuan dan pengalaman yang berguna bagi siswa tersebut dikemudian hari. Merujuk pada pendapat Syah (2003:68) mengenai pengertian belajar, proses belajar juga melibatkan proses kognitif. Selain itu beberapa ahli juga menyebukan bahwa proses belajar membutuhkan interaksi dengan siswa lain dan lingkungannya.

B. Pembelajaran

Pembelajaran ialah proses siklus belajar yang tepat. Proses tersebut memberi kesempatan pada para siswa untuk mengungkap konsepsi sebelumnya. Selain itu siswa diberi kesempatan untuk berdebat dan menguji konsepsi yang telah diperoleh. Hasil dari proses tersebut tidak hanya memberikan kemajuan dalam pengetahuan konseptual siswa, melainkan juga meningkatkan kesadaran akan kemampuan untuk menggunakan pola


(32)

12

penalaran yang terlibat dalam pembentukan dan pengujian pengetahuan konseptual tersebut.

Menurut Dahar (2011 : 169), pembelajaran adalah penggunaan jenis-jenis belajar yang tepat dengan memberi kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan konsep sebelumnya dan kesempatan untuk berdebat dan menguji konsep ini sehingga dapat meningkatkan kesadaran akan kemampuan untuk menggunakan pola penalaran yang terlibat dalam pembentukan dan pengujian pengetahuan konseptual. Sedangkan menurut Ngalimun (2014:3), pembelajaran merupakan suatu proses yang terdiri dari kombinasi dua aspek, yaitu: belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan siswa, mengajar berorientasi kepada apa yang harus dilakukan guru sebagai pemberi pelajaran.

Dari pengertian mengenai pembelajaran oleh para ahli tersebut, peneliti menyimpulkan, pembelajaran merupakan hubungan timbal balik antara guru dengan siswa dimana siswa berperan aktif sebagai objek pembelajar dan guru sebagai mediator yang membantu siswa dalam belajar. Keterlibatan guru dalam proses pembelajaran adalah menuntun siswa dalam menemukan pengetahuan-pengetahuan baru dan menuntun perkembangan pengetahuan siswa. Dalam mendampingi siswa belajar hendaknya guru juga memperhatikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai sehingga proses pembelajaran dapat terarah.


(33)

13

Menurut Ngalimun (2014:3) dalam pembelajaran hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut:

1. Pembelajaran diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik, karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan seseorang berproses dalam belajar (belajar untuk memahami, belajar untuk berkarya, dan melakukan kegiatan nyata) secara maksimal. 2. Isi pembelajaran harus di desain sedemikian rupa dengan karakteristik

siswa karena pembelajaran berfungsi sebagai mekanisme adaptif dalam proses konstruksi, dekontruksi dan rekontruksi pengetahuan, sikap dan ketrampilan.

3. Menyediakan media dan sumber belajar yang dibutuhkan.

4. Penilaian hasil belajar terhadap siswa dapat dilakukan secara formatif sebagai diagnosis untuk menyediakan pengalaman belajar secara berkesinambungan dan dalam tingkat belajar sepanjang hayat.

C. Minat Belajar

Minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seperti yang dipahami dan dipakai orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu (Syah, 2003:151).

Slameto (2014:180) mendefinisikan minat sebagai suatu rasa lebih suka dan keterikatan pada suatu hal atau aktifitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat dengan


(34)

14

hubungan tersebut, minat akan semakin besar. Cara paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang baru adalah dengan memanfaatkan minat siswa yang lain.

Minat merupakan rasa ketertarikan terhadap suatu hal ataupun aktifitas yang muncul dari dalam diri siswa. Adanya minat dalam diri siswa untuk belajar dapat memberikan pengaruh terhadap keberhasilan siswa dalam belajar.

Khairani (2013:135-137) mengungkapkan bahwa minat yang timbul bersumber dari pengenalan dengan lingkungan, atau hasil berinteraksi dan belajar dengan lingkungan. Unsur yang terkandung di dalam minat antara lain, adanya:

1. Suatu gejala psikologis

2. Pemusatan perhatian, perasaan dan pikiran dari subyek karena tertarik 3. Perasaan senang terhadap obyek menjadi sasaran

4. Kemauan atau kecenderungan pada diri subyek untuk melakukan kegiatan guna mencapai tujuan.

Menurut Gie dalam Khairani (2013:143), arti penting minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan belajar adalah minat dapat:

1. Melahirkan perhatian yang serta merta. 2. Memudahkan terciptanya konsentrasi. 3. Mencegah gaguan dari luar.

4. Memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan 5. Memperkecil kebosanan belajar dalam diri sendiri.


(35)

15

Dari yang telah diungkapkan mengenai unsur-unsur yang terkandung dalam minat salah satunya adalah adanya perasaan senang terhadap suatu obyek. Perasaan senang tersebut yang mendasari peneliti dalam penelitian ini untuk membangkitkan minat siswa.

D. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan (Suprijono 2009:5-6). Merujuk pemikiran Gagne (Suprijono 2009:5-6), hasil belajar berupa: 1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkap pengetahuan dalam

bentuk bahasa, baik lisan maupuntertulis

2. Ketrampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.

3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktifitas kognitifnya sendiri

4. Ketrampilan motorik yautu kemapuanmelakukan serangkaian gerak jasmanidalam urusan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tertentu.

Menurut Bloom dalam Suprijono (2009:6-7), hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor. Berdasarkan hasil revisi taksonomi Bloom (Azhar, 2012), masing-masing ranah tersebut


(36)

16

memiliki beberapa aspek. Pada ranah kognitif, meliputi knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), evaluation (menilai) dan create (berkreasi). Domain afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), charakterization (karakterisasi). Domain psikomotor meliputi initiatory, pre-routin dan rountinized. Psikomotor juga mencakup keterampilan, produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual.

Aspek-aspek pada masing-masing klasifikasi pada taksonomi Bloom dalam Sudjana (2012:23-34) telah direvisi oleh Lorin Anderson tahun 1990 (Azhar, 2012) sebagai berikut:

1. Ranah Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencangkup kegiatan mental (otak). Berdasarkan revisi taksonomi Bloom, aspek-aspek yang ada pada ranah kognitif antara lain:

a. Pengetahuan (Knowledge)/C1

Pengetahuan disini bukan sekedar pengetahuan hafalan atau untuk diingat namun termasuk pula pengetahuan faktual. Dari segi proses belajar menghafal dan mengingat istilah-istilah penting pada materi yang dipelajari dapat menjadi dasar untuk menguasai pemahaman dan pengetahuan konsep-konsep lainnya.


(37)

17 b. Pemahaman/ C2

Pemahaman ini setingkat lebih tinggi dari pada pengetahuan. Pemahaman dibedakan dalam 3 kategori:

1) Tingkat rendah, berupa pemahaman terjemahan. Penerapan ini terkait dengan kemapuan bahasa.

2) Tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yakni menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya.

3) Tingkat ketiga atau tingkat tertinggi merupakan pemahaman ekstrapolasi. Pada tingkatan ini, siswa diharapkan mampu melihat dibalik tertulis. Dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus ataupun masalahnya.

c. Aplikasi/C3

Merupakan kesanggupan seseorang dalam menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara atu metode-metode prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya dalam situasi yang baru dan konkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir setingkat lebih tinggi dibandingkan pemahaman.

d. Analisis/C4

Adalah kemampuan seseorang dalam merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan diantara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor yang lain.


(38)

18 e. Evaluasi / C5

Merupakan jenjang berfikir paling tinggi dalam ranah kognitig taksonomi Bloom. Penilaian atau evaluasi merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai aatu ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan memilih ssatu pilihan terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.

f. Berkreasi (Create) / C6

Create tidak harus selalu bermakna mancipta ‘sesuatu yang baru’ tapi create juga bisa berarti merancang, membangun, merencanakan, menyempurnakan, memproduksi, menemukan, memperkuat dan memperindah.

Penelitian ini menggunakan 4 aspek dari ranah kognitif yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3) dan analisis (C4). Aspek kognitif hanya mengambil keempat aspek tersebut dikarenakan menyesuaikan dengan kondisi siswa yaitu kebiasaan siswa yang lebih sering menerima materi dari guru sehingga dalam proses yang lebih tinggi seperti evaluasi dan berkreasi masih belum memungkinkan. Sehingga Aspek analisis (C4) sudah cukup tinggi untuk dicapai siswa.

2. Ranah Afektif

Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai


(39)

19

guru dan teman-teman sekelas, kebiasaan belajar, dan hubunan sosial. Ada beberapa jenis ranah afektif sebagai hasil belajar, yaitu:

a) Reciving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada siswa dalambentuk masalah, situasi, gejala dll. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontro, dan seleksi gejala atau rangsangan.

b) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan oleh seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Hal ini mencakup ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya.

c) Valuing (penilaian) berkenaan dengan nilai dan kepercayaan, terhadap gejala atau stimulus yang sebelumnya diberikan. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai dan kesepakatan terhadap nilai tersebut.

d) Organisasi, yakni pengembangan dari nilai ke dalam satu sistem organisasi, termasuk hubungan satu nilai dengan nilai lain, pemantapan dan prioritas nilai yang dimiliki. Yang termasuk ke dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi sistem nilai dan lain-lain.

e) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai, yakni keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki siswa, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Di dalamnya termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.


(40)

20 3. Ranah Psikomotor

Hasil belajar psikomotoris tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Tedapat enam tingkatan keterampulan dalam ranah psikomotor, yaitu:

a) Gerak refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar) b) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.

c) Ketrampilan perseptual, termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif, motoris dan lain-lain.

d) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan dan ketepatan

e) Gerak-gerak skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan yang kompleks.

f) Ketrampilan yang berkenaan dengan komunikasi non-decursive seperti gerakan ekspresif dan interpretatif.

Keberhasilan belajar ditentukan oleh berbagai faktor. Suryabrata dalam Khodijah (2014: 58-61) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:

1. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa, meliputi: a. Faktor fisiologi mencakup 2 hal, antara lain:

1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya 2) Keadaan fungsi-fungsi fisiolog tertentu


(41)

21

1) Minat, adanya minat terhadap obyek yang dipelajari akan mendorong siswa untuk mempelajari sesuatu dan mencapai hasil belajar yang maksimal.

2) Motivasi, menentukan hasil belajar yang dicapai.

3) Intelegensi, merupakan modal utama dalam melakukan aktifitas belajar dan mencapai hasil belajar yang maksimal.

4) Memori merupakan kemapuan untuk merekam, menyimpan dan mengungkapkan kembali apa yang telahdi pelajari.

5) Emosi, emosi yang positif akan membantu kerja syaraf otak untuk merekatkan apa yang telah dipelajari.

2. Faktor yang berasal dari luar diri pembelajaran, meliputi: a. Faktor sosial, mencakup:

1) Orang tua 2) Guru

3) Teman-teman atau orang-orang disekitar lingkungan belajar b. Faktor non-sosial, antara lain:

1) Keadaan udara, suhu dan cuaca. 2) Waktu (pagi, siang atau malam) 3) Tempat (letak dan pergedungan) 4) Alat-alat atau perlengkapan belajar.


(42)

22 E. Pembelajaran Kooperatif

Roger dalam Huda (2012:29) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan aktifitas pembelajaran kelompok yang dioogranisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajaran yang di dalamnya setiap siswa bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Sedangkan Artz dan Newman dalam Huda (2012:32) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah tugas atau mencapai satu tujuan bersama.

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperative dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud (Suprijono, 2009:54-55)

Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan berdasarkan teori psikologi sosial untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dalam berinteraksi dengan orang lain (Sani, 2013:187). Menurut Suprijono (2009:58), model pembelajaran kooperatif akan dapat menumbuhkan pembelajaran efektif


(43)

23

sesuatu yang “bermanfaat” seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep dan

bagaimana hidup serasi dengan sesama; (2) pengetahuan, nilai dan ketrampilan diakui oleh mereka yang berkompeten menilai.

Menurut Suyatno (2009: 9), model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

1. Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa 2. Menyajikan informasi

3. Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar 4. Membimbing kelompok dalam belajar dan bekerja

5. Evaluasi

6. Memberi penghargaan

Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan kelompok yang dilakukan asal-asalan. Menurut Lie (2010:31-35), unsur-unsur pembelajaran kooperatif dibagi menjadi 5, yaitu:

1. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyususun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa


(44)

24

menyelesaikan tugasnya sendiri sehingga dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap siswa akan bertanggung jawabuntuk melakukan yang terbaik.kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyususnan tugasnya.

3. Tatap muka

Setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini kan memberikan sinergi yang menguntungan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing-masing.

4. Komunikasi antar anggota

Unsur ini menghendaki agar para siswa dibekali dengan berbagai ketrampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Keberhasilan suatu kelompok bergantung pada ketersediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.


(45)

25 5. Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevalusai proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya dapat bekerja sama dengan lebih efektif.

Inti dari pembelajaran kooperatif sendiri merupakan kegiatan kelompok yang melibatkan peranan aktif dari seluruh anggota kelompok dalam memecahkan permasalahan dari materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Guru di sini berperan unuk mengarahkan siswa mencapai tujuan pembelajaran yang ingin di capai. Siswa akan membantu satu sama lain dan menyampaikan pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki masing-masing. Dari pengetahuan yang dimiliki masing-masing siswa dapat dilengkapi satu sama lain dalam kelompok untuk memperoleh satu kesatuan konsep pemahaman dari materi pelajaran yang diajarkan guru. Hasilnya proses kerja sama yang dilakukan siswa dapat meningkatkan hasil belajar dari masing-masing siswa. Selain itu penghargaan yang diberikan guru dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Motivasi yang muncul dari siswa tersebut dapat membangkitkan minat siswa dalam Belajar, dalam penelitian ini terkhusus untuk pelajaran Biologi.

F. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match

Menurut Sani (2013:196), Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match merupakan metode pembelajaran kelompok yang memiliki dua anggota. Masing-masing anggota kelompok tidak diketahui sebelumnya, tetapi dicari berdasarkan kesamaan pasangan. Metode ini dapat digunakan


(46)

26

untuk membangkitkan aktivitas siswa belajar dan cocok digunakan dalam bentuk permainan.

Metode Pembelajaran Make a Match dikembangkan oleh Lorna Curran. Penggunaan metode ini menuntun siswa untuk mencari pasangan sambil mempelajari suatu konsep atau topik tertentu dalam suasana yang menyenangkan (Lie, 2010:31). Metode pembelajaran ini dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran salah satunya Biologi dan untuk semua tingkatan kelas.

Langkah-langkah penerapan Model Pembelajaran Make a Match adalah (Sani 2013:129-130):

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang telah dibahas sebelumnya. Kartu yang dibuat terdiri dari dua bagian, yakni kartu soal dan kartu jawaban. Jadi jumlah masing-masing kartu dan soal harus sama.

2. Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu, ada yang memperoleh kartu soal dan ada yang memperoleh kartu jawaban.

3. Peserta didik yang memperoleh kartu soal memikirkan jawaban dari kartu yang dipegang, sedangkan yang memperoleh kartu jawaban memikirkan soal yang relevan.

4. Peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.

5. Guru memberikan nilai (poin) untuk setiap pasangan peserta didik yang dapat mencocokkan kartu sebelum batas waktu yang ditentukan.


(47)

27

6. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Kegiatan dapat dilanjutkan beberapa putaran.

7. Guru memberikan penghargaan pada kelompok-kelompok yang memiliki nilai tertinggi, kemudian membimbing peserta didik untuk membuat kesimpulan.

Hampir sama dengan langkah-langkah tersebut, Huda (2012:135) mengembangkan langkah-langkah pada model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dimana siswa yang telah memperoleh pasangan dapat bergabung dengan pasangan lain yang memiliki kartu berhubungan dengan kartu yang dimiliki. Dapat juga 3 orang siswa begabung membentuk satu kesatuan pemahaman. Sebagai contoh, siswa yang mendapat kartu Sporozoa dan Protista berspora dapat bergabung dengan siswa yang memegang kartu Protista Mirip Jamur.

Peneliti mengambil kedua langkah tersebut dikarenakan langkah langkah yang disampaikan sebelumnya masih kurang menuntun siswa dalam memahami konsep materi yang disampaikan. Dengan kata lain hanya dapat digunakan sebagai evaluasi dari kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan sebelumnya. Untuk itu langkah yang disampaikan Huda, dapat melengkapi kekurangan tersebut. Secara garis besar peneliti merangkum kombinasi langkah-langkah model pembelajaran Make a Match menurut Sani dan Huda sebagai berikut:


(48)

28

1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep yang dipelajari. Kartu yang dibuat terdiri dari dua bagian, yakni kartu soal dan kartu jawaban. Jumlah masing-masing kartu dan soal harus sama. 2. Setiap peserta didik mendapat satu buah kartu, ada yang memperoleh

kartu berupa gambar maupun konsep dan ada yang memperoleh kartu uraian pernyataan dari gambar maupun pengertian-pengertian.

3. Peserta didik yang memperoleh kartu soal memikirkan pasangan dari kartu yang di pegang, sedangkan yang memperoleh kartu pernyataan memikirkan pasangan yang relevan.

4. Peserta didik mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.

5. Siswa dapat bergabung bersama dengan 2 maupun 3 siswa atau lebih dimana pasangan siswa tersebut memiliki satu kesatuan konsep yang sama. Kemudian siswa mempresentasikan kartu yang dimiliki dan pasangan kartunya.

6. Guru memberikan nilai (poin) untuk setiap pasangan peserta didik yang dapat mencocokkan kartu sebelum batas waktu yang ditentukan.

7. Apabila memungkinkan, kartu dapat dikocok lagi agar tiap peserta didik mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya. Kegiatan dapat dilanjutkan beberapa putaran.

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match ini memiliki beberapa keunggulan (Huda, 2012:135), yaitu:


(49)

29

2. Kegiatan dengan menggunakan model Make a Match dapat menimbulkan suasana yang menyenangkan karena memiliki unsur permainan.

3. Dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkat-tingkatan kelas

4. Melatih kerja sama dan meningkatkan aktivitas siswa.

5. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu belajar.

Di samping keunggulan tersebut model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match ini juga memiliki beberapa kelemahan, seperti:

1. Jika strategi pembelajaran tidak dipersiapkan dengan baik, akan membuang banyak waktu

2. Akan ada siswa yang malu ketika mendapat pasangan yang berlawanan jenis

3. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa yang kurang memperhatikan saat teman yang lain presentasi

4. Guru harus bijak apabila terdapat siswa yang tidak mendapat pasangan

G. Materi Protista

Penelitian ini menggunakan materi Protista yang terdapat pada Standar kompetensi 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup dan Kompetensi Dasar 2.3 Menyajikan ciri-ciri umum filum dalam kingdom Protista, dan peranannya bagi kehidupan.

Secara garis besar, materi yang akan diajarkan adalah sebagai berikut:


(50)

30 1. Pengertian Protista

2. Protista Mirip Hewan 3. Protista Mirip Tumbuhan 4. Protista Mirip Jamur

5. Peranan Prostista dalam Kehidupan

H. Penelitian yang Relevan

Dalam melaksanakan penelitian ini agar penelitian dapat berhasil, peneliti menggunakan beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan sehingga dapat digunakan sebagai acuan pada penelitian ini. Dengan demikian diharapkan dapat menyelesaikan beberapa masalah-masalah yang akan menjadi objek yang akan diteliti. Dibawah ini akan disajikan hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut:

1. Darmawati, Arnetis, dan Iryani (2013), dengan judul penelitian “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make a Match untuk meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X.2

SMA Negeri 10 Pekanbaru Tahun Ajaran 2012/2013”. Penelitian ini

menggunakan parameter aktivitas siswa, aktivitas guru dan hasil belajar. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa terdapat peningkatan hasil ulangan siswa pada siklus I dan siklus II. Dibuktikan dengan hasil siklus I diperoleh rata-rata nilai siswa adalah 75,4 dan mengalami peningkatan pada siklus II dengan rata-rata nilai 85,6. Penelitian tersebut juga dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa hingga


(51)

31

100%. Penelitian tersebut juga membuktikan bahwa terdapat peningkatan aktivitas siswa. Penerapan model pemblajaran kooperatif tipe Make a Match ternyata dapat juga menambah motivasi siswa dibuktikan dengan aktivitas siswa di kelas yang sangat antusias dalam mengikuti pelajaran. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Anggrahini (2013), dengan judul penelilian “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Mencari Pasangan (Make A Match) Terhadap Aktifitas dan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri 1 Ranau Tengah” dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 Materi pelajaran yang digunakan penelitian tersebut adalah materi Biologi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diperoleh nilai rata-rata pretest dan posttest kelas eksperimen adalah 43,96, dan 87,08 sedangkan kelas kontrol 42,10, dan 75,08. Peningkatan rata-rata hasil belajar kelas eksperimen adalah 43,12 dan kelas kontrol adalah 32,98. Pada penelitian tersebut peneliti memilih aspek aktifitas siswa di kelas, sedangkan peneliti menggunakan aspek minat belajar siswa. Hasil aktivitas siswa dikategorikan sangat aktif dengan nilai rata-rata hasil observasi 86,90%. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dibandingkan pembelajaran konvensional.


(52)

32

3. Manik (2012), menerapkan Model Pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dengan menggunakan media Handout. Penelitian tersebut

berjudul “ Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match menggunakan Media Handout Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa pada Pokok Bahasan Hidrokarbon di SMA”. Penelitian tersebut dilakukan di SMA Swasta Methodist 8 Medan kelas X IPA tahun ajaran 2011/2012. Hampir sama dengan penelitian sebelumnya penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Perbedaannya dengan penelitian yang akan dilakukan, eksperimen ini menggunakan media handout sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan media kartu konsep. Dari hasil uji statistik terhadap hasil belajar siswa diperoleh hasil signifikan. Persen hasil belajar di kelas eksperimen naik menjadi 70,84% dengan kategori tinggi. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Make a Match menggunakan handout berpengaruh terhadap hasil belajar siswa di SMA Swasta Methodist 8 Medan kelas X IPA tahun ajaran 2011/2012 pada pokok bahasan hidrokarbon.

I. Kerangka Berfikir

Pendidikan selalu menjadi hal yang menarik untuk diteliti karena pendidikan akan terus berkembang dan mengalami perubahan, terutama yang berhubungan dengan sekolah. Masing-masing generasi akan memberikan warna yang berbeda dalam dunia pendidikan. Hal tersebut juga terjadi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta, berdasarkan hasil observasi dan


(53)

33

wawancara di kelas X3 diperoleh bahwa minat siswa dalam belajar rendah. Hal tersebut diperkuat dengan hasil observasi bahwa siswa kelas X3 sering malas-malasan ketika mengikuti pelajaran. Sikap malas-malasan ketika kegiatan belajar berlangsung ditunjukkan siswa dengan kurang memperhatikan guru ketika mengajar. Selain itu siswa lebih tertarik untuk mengobrol dengan temannya. Siswa juga nampak malas-malasan ketika diberikan tugas oleh guru Biologi. Masalah tersebut dilatar belakangi oleh kebiasaan guru dalam mengajar yang lebih sering menggunakan metode diskusi dan ceramah sehingga membuat siswa bosan dan terkesan malas-malasan. Selain dari permasalah metode mengajar guru masalah lain juga berasal dari siswa dimana siswa juga kurang menyukai belajar Biologi karena menurut siswa, belajar Biologi sulit dengan banyak hafalan dan banyak istilah-istilah asing. Rendahnya minat siswa dalam belajar Biologi mempengaruhi hasil belajar siswa. KKM SMA Pangudi Luhur Yogyakarta untuk mata pelajaran Biologi adalah 80 sedangkan siswa yang mencapai KKM hanya 25,64 % dari 39 siswa.

Pembelajaran kooperatif yang memberikan manfaat untuk lebih mengakifkan siswa, sehingga siswa dapat saling berinteraksi di kelas. Dengan pembelajaran kooperatif siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran. Guru juga dapat mengkoordinir siswa sedemikian rupa sehingga siswa dapat saling belajar dengan siswa yang lain dan bersosialisasi. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match.


(54)

34

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Darmawati, Arnetis, dan Iryani (2013), membuktikan adanya peningkatan hasil ulangan harian siswa setelah penerapan model pembelajaran tipe Make a Match. Bahkan diperoleh ketuntasan belajar siswa mengalami peningkatan hingga 100% pada siklus II. Begitu juga dengan hasil eksperimen yang dilakukan Anggrahini (2013) dan Manik (2012) mengenai penerapan model pembelajaran Make a Match menunjukkan bahwa terdapat peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa SMA. Oleh karena itu peneliti akan mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match pada siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta untuk materi Protista. Sehingga kerangka berfikir tersebut dapat digambarkan pada skema berikut:


(55)

35

2.1 Skema kerangka Berfikir

TINDAKAN OBSERVASI AWAL

 Hasil belajar siswa rendah pada materi Protista, hanya 25,64 % siswa tuntas KKM

 Minat siswa dalam belajar masih kurang.

 Belajar biologi membosankan karena banyak hafalan

 Menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan

 Merancang penelitian  Melaksanakan

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match

Hasil yang Diharapkan:  Terjadi peningatan hasil belajar siswa dengan 85% siswa tuntas KKM

 85 % siswa memiliki minat belajar dengan kriteria minimal tinggi dari hasil kuesioner dan observasi minat siswa

 Diskusi Pemecahan Masalah  Relevansi penelitian:

- Penelitian yang dilakukan Darmawati, Arnetis, dan Sri Iryani (2013), menunjukkan bahwa penggunaan Make a

Match dapat

meningkatkan hasil belajar siswa hingga 100% pada siklus II

- Resi Anggrahini (2013) dan Asriati Manik (2012, dengan eksperimen menggunakan Make a Match diperoleh bahwa

pada kelas yang diberi perlakukan terdapat peningkatan hasil belajar siswa


(56)

36 J. Hipotesis

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X 3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi Protista.


(57)

37 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Hopkins dalam Arifin (2011:97), Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian untuk perubahan dan perbaikan yang dilakukan di ruang kelas. Sedangkan Arifin (2011:98) mengartikan Penelitian Tindakan Kelas sebagai suatu proses penyelidikan ilmiah dalam bentuk refleksi diri yang melibatkan guru dalam situasi pendidikan tertentu dengan tujuan memperbaiki pemahaman dan keadilan tentang situasi atau praktik pendidikan, memahami tentang praktik yang dilakukan dan situasi-situasi dimana praktik itu dilaksanakan.

B. Setting Penelitian

1. Obyek penelitian ini difokuskan pada aspek kognitif tingkat C1, C2, C3 dan C4 (hasil belajar) dan minat masing-masing siswa kelas X3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta Tahun 20115/2016.

2. Subyek penelitian difokuskan pada kelas X3 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Siswa kelas X3 berjumalah 39 siswa dimana jumlah siswa 27 dan siswi adalah 12.

3. Tempat penelitian ini dilaksanakan di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang beralamat di Jalan P. Senopati No. 18 Yogyakarta.


(58)

38

4. Waktu penelitian ini adalah bulan Oktober-November 2015. Kegiatan tersebut mulai dari persiapan sampai refleksi penelitian.

C. Variabel Penelitian

Pada penelitin ini variabel yang digunakan yaitu :

1. Variabel bebas pada penelitian ini adalah Model Pembelajaran Kooperatif tipe Make A Match.

2. Variabel terikat pada penelitian ini adalah hasil belajar (aspek kognitif C1, C2, C3 dan C4) dan minat siswa

3. Variabel kontrol pada penelitian ini adalah materi Protista

D. Rancangan Penelitian

Rancangan tindakan ini mengacu pada model spiral dari Kemmis dan Taggart yang terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan (planning), tindakan (act), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting).


(59)

39

3.1 Spiral penelitian Tindakan Kelas berdasarkan Model Kemmis dan Taggart

Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan dalam 2 siklus yaitu siklus I dan siklus II dengan 3 kali pertemuan untuk masing-masing siklus.

Rincian kegiatan untuk masing-masing siklus antara lain: 1. Siklus I

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan yaitu:

1) Permohonan ijin penelitian kepada kepala SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

2) Observasi dan wawancara kepada guru Biologi yang mengampu kelas X, untuk mengetahui permasalahan yang ada di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta


(60)

40

3) Indentifikasi masalah yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi terkait permasalahan yang dihadapi dalam proses pembelajaran di kelas.

4) Menentukan metode yang tepat untuk mengatasi permasalahan pembelajaran Biologi di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta 5) Menyusun proposal dan instrumen pembelajaran yang digunakan

dalam penelitian seperti; Silabus, Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk siklus I dan Lembar Kerja Siswa (LKS)

6) Menyusun instrumen penetilian, seperti; Lembar Kuesioner, Soal Pretest dan postest 1 dan 2 dan Lembar Wawancara Siswa b. Tindakan

Pada pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan tindakakan sesuai dengan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran untuk siklus I. Peneliti bertindak sebagai partisipan aktif dimana peneliti bertindak langsung dalam kegiatan penelitian. Pelaksanaan siklus I dilakukan dalam 3 kali pertemuan.

Tindakan yang dilaksanakan pada siklus 1 ini antara lain: 1. Pemberian Pretest

2. Pembagian Kuesioner

3. Pembelajaran dengan menggunakam model pemebelajaran kooperatif tipe Make a Match

4. Penutup


(61)

41

Rincian tindakan yang dilakukan pada Siklus I dapat dilihat secara terperinci pada lampiran Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus I.

c. Pengamatan

Tahap observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaanaan tindakan. Dalam tahap ini peneliti dibantu oleh 1 observer mahasiswa dan guru mata pelajaran biologi. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas siswa di kelas serta aktivitas siswa terkait dengan indikator minat siswa. Sedangkan untuk observer dalam penelitian ini membantu peneliti dalam mengamati kegiatan peneliti pada pelaksanaan pembelajaran dan aktivitas siswa dikelas. Pengamatan dibantu dengan intrumen penelitian berupa lembar observasi siswa, lembar kuesioner dan lembar observasi aktivitas guru. Di akhir siklus I, peneliti membagikan soal postest, sebagai penilaian akhir hasil siklus I.

d. Refleksi

Refleksi dilakukan dengan menganalisis pengolahan data dan observasi kegiatan siklus I. Dari hasil data dan observasi, peneliti dapat menarik kesimpulan atas keseluruhan proses yang terjadi pada siklus I. Hasil tersebut akan memberikan gambaran peneliti dalam menentukan hal-hal apa saja yang masih membutuhkan perbaikan dan bagian mana yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Selain dari segi observasi siswa, hal-hal


(62)

42

yang diperhatikan oleh peneliti adalah kegaiatan pengajaran yang dilakukan peneliti, terkait dengan kesesuaian metode pembelajaran dan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini peneliti memperoleh data dari observer dan guru Biologi. Hasil observasi yang diperoleh digunakan peneliti sebagai bahan refleksi untuk perbaikan pada siklus II. Pada kegiatan refleksi ini peneliti bekerjasama dengan guru Biologi untuk menentukan langkah-langkah perbaikan dari permasalahan yang dihadapi kemudian ditentukan langkah-langkah berikutnya yang akan dilakukan.

2. Siklus II

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan siklus II, peneliti melakukan perbaikan pada bagian-bagian yang dianggap kurang pada siklus I. Peneliti bekerjasama dengan guru Biologi dan Dosen Pembimbing untuk menyusun perencanaan baru sebagai upaya perbaikan pada siklus sebelumnya. Perbaikan yang dilakukan antara lain pada instrumen pembelajaran seperti Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II.

b. Tindakan

Dari pelaksanaan tindakan di siklus I, pada siklus II ini mengacu pada perbaikan-perbaikan dari kekurangan di siklus I. Pada tindakan siklus II, peneliti masih berperan sebagai partisipan aktif. Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan dalam 3 kali pertemuan. Peneliti melaksanakan tindakan pada siklus II sesuai


(63)

43

dengan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat. Kegiatan yang dilaksanakan pada pertemuan pertama dan kedua pada siklus II sama dengan kegiatan yang dilakukan pada siklus I. Pembelajaran akan diawali dengan pembukaan dan memberikan apersepsi dilanjutkan dengan kegiatan inti. Pada kegiatan inti ini siswa kembali diberikan kartu untuk ditemukan pasangan kartu yang dimiliki dengan kartu yang dimiliki siswa lain. Setelah menemukan pasangan kartunya siswa kemudian mempresentasikan hasil yang diperoleh. Peneliti memberikan penghargaan kepada siswa yang mendapat pasangan yang sesuai. Tindakan selanjutnya adalah memberikan klarifikasi dan penguatan terhadap materi yang diberikan. Kegiatan diakhiri dengan refleksi dan salam penutup.

Pada pertemuan kedua siklus II tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama. Tindakan pertama berupa apersepsi sebagai kegiatan pembuka yang dilanjutkan kegiatan inti. Kegiatan inti pada pertemuan kedua tidak jauh berbeda dengan pertemuan pertama. Perbedaannya terletak pada kegiatan penutup dimana guru memberikan penghargaan atas hasil point siswa yang memperoleh nilai tertinggi pada kegiatan baik siklus 1 maupun siklus II. Selain itu pada akhir pelajaran siswa diminta untuk mengerjakan postest untuk siklus II.

Tindakan pada siklus II dapat dilihat secara terperinci pada lampiran Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II.


(64)

44 c. Pengamatan

Pada tahap ini peneliti masih dibantu guru Biologi dan 1 observer mahasiswa. Pengamatan yang dilakukan berupa aktivitas siswa terkait dengan indikator minat siswa. Selain itu observer akan mengisi lembar observasi terkait aktivitas siswa dan aktivitas peneliti di kelas. Pengamatan dibantu dengan intrumen penelitian berupa lembar observasi siswa, lembar kuesioner dan lembar observasi aktivitas guru. Di akhir siklus II, peneliti membagikan soal postest II, sebagai penilaian akhir hasil siklus II.

Diakhir pengamatan, peneliti akan meminta 6 siswa untuk diwawancarai. Wawancara ini dilaksankana pada akhir siklus II untuk mendapat data pendukung terkait minat siswa dilihat dari hasil postest II dengan kategori nilai tinggi, sedang dan rendah. d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data-data hasil tindakan dan observasi kemudian merefleksikan hasil yang diperoleh. Selain itu refleksi yang diberika siswa akan memberikan masukan dalam penelitian ini.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini terdiri atas 2 macam yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen pengumpulan data.


(65)

45 1. Instrumen Pembelajaran

a. Silabus Biologi Kelas X

Silabus yang digunakan pada penelitian ini adalah silabus kurikulum KTSP yang berisi Standar Kompetensi 2, Kompetensi Dasar 2.3, alokasi waktu, materi pelajaran, indikator, sumber, alat dan bahan yang digunakan dalam pembelajaran serta penilaian.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembalajaran (RPP) berisi gambaran prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP ini digunakan agar penyampaian materi pembelajaran di kelas lebih efektif dan efisien.

Digunakan 2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk pertemuan 1, 2 dan 3 pada siklus I serta pertemuan 1 dan 2 pada siklus II.

c. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa merupakan sumber belajar penunjang yang dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang harus dikuasai. Pada penelitian ini menggunakan 5 LKS untuk pertemuan 1, 2 dan 3 pada siklus I serta pertemuan 1 dan 2 pada siklus II


(66)

46 2. Instrumen Pengumpulan data

Instrumen pengumpulan data ini digunakan untuk mengambil data yang digunakan dan membuktikan hipotesis awal. Instrumen pengumpulan data ini dibagi menjadi 2:

a. Instrumen Test

Intrumen test ini digunakan untuk mengetahui keberhasilan pada aspek kognitif siswa. Intrumen ini antara lain:

1) Soal test awal (pertest)

Soal test awal (pretest) terdiri dari 20 soal pilihan ganda. Materi test yang digunakan adalah keseluruhan bahan pada materi Protista.

2) Soal test akhir (postest) siklus I dan siklus II

Soal postest siklus I dan siklus II masih menggunakan soal pilihan ganda yang berjumlah 20 soal. Soal postest siklus I merupakan materi yang telah diajarkan pada Siklus I. Sedangkan soal postest siklus II merupakan materi yang diajarkan pada siklus II

3) Kisi-kisi soal test awal (pretest)

4) Kisi-kisi soal test akhir (postest) siklus I dan siklus II b. Insrumen Non test

Instrumen non test digunakan untuk mengetahui keberhasilan penelitian berupa minat siwa. Instrumen non test yang digunakan pada penelitian ini antara lain:


(67)

47

1) Lembar observasi aktivitas siswa

Instrumen observasi pada penelitian ini adalah lembar observasi minat siswa. Instrumen ini digunakan untuk membantu melihat minat siswa terkait aktivitas siswa di dalam kelas. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas bertanya, berdiskusi, menyampaikan saran maupun pertanyaan dan menjawab pertanyaan. Instrumen ini digunakan untuk mengetahui minat siswa dalam mengikuti pelajaran. Instrumen ini terdiri dari 10 pernyataan terkait minat siswa.

2) Kuesioner minat siswa

Kuesioner digunakan untuk mengetahui minat siswa secara langsung dari siswa. Kuesioner ini akan diisi langsung oleh seluruh siswa. Kuesioner berisi 10 pernyataan positif dan 10 pernyataan negatif, secara keseluruhan soal kuesioner adalah 20. Siswa diharuskan memilih pilihan yang sudah disediakan. Pilihan tersebut berupa jawaban Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).

3) Pedoman wawancara

Pedoman wawancara ini berisikan pertanyaan-pertanyaan terkait minat siswa dalam belajar Biologi, kesulitan-kesulitan belajar siswa di kelas serta tanggapan siswa terhadap penggunaan model pembelajaran


(68)

48

kooperatif tipe Make a Match. Pertanyaan berjumlah 5 soal. Sampel yang digunakan pada wawancara ini adalah 6 siswa diambil dari hasil postest siklus II pada kategori Tinggi, Sedang dan Rendah. Hasil wawancara ini digunakan sebagai data pendukung penelitian.

F. Validasi Instrumen

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2014:173). Validitas adalah suatu derajat ketepatan instrumen (alat ukur), maksudnya instrumen yang digunakan benar-benar tepat atau tidak untuk mengukur yang akan diukur (Arifin, 2011:245).

Pada penelitian ini, pengujian validitas intrumen menggunakan pengujian Validitas Konstruk (Construct Validity). Untuk menguji validitas konstruk, digunakan pendapat para ahli. Para ahli untuk penelitian ini adalah dosen pembimbing dan guru biologi kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Instrumen yang telah dibuat dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dosen pembimbing dan guru Biologi kelas X.

G. Teknik Pengumpulan Data

Data hasil penelitian ini merupakan data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dari masing-masing siklus. Jenis dan teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:


(69)

49

3.1 Tabel jenis dan teknik pengumpulan data Jenis Data Alat pengambilan

data Sumber data Cara analisis data Kuantitatif:

1. Hasil Belajar (Aspek

Kognitif) 2. Minat dan

respon siswa selama proses pembelajaran  Test  Kuisioner  Lembar Observasi Siswa Analisis Kuantitatif dan kualitatif Kualitatif

1. Minat siswa  Lembar Wawancara

1. Test

Hasil penelitian ini akan dianalisis dengan menghitung nilai masing-masing individual siswa pada test awal (pretest) dan test akhir (postest) siklus I dan II. Hasil nilai keseluruhan siswa akan dirata-rata dan dianalisis nilai rata-rata pada masing-masing test. Langkah-langkah yang dilakukan untuk analisis test antara lain:

a. Pemberian skor

Skor untuk jawaban benar adalah 1 sedangkan untuk jawaban salah diberi 0. Dari 20 soal pada masing-masing test skor maksimum yang diberikan adalah 20 dan skor minimal adalah 0.


(70)

50 b. Penilaian

Penilaian diberikan dalam rentang skor 0-100, penghitungan nilai siswa untuk masing masing test sebagai berikut:

Nilai siswa =

c. Menentukan rata-rata kelas

Rata-rata kelas digunakan untuk mengetahui apakah terdapat peningkatan nilai rata-rata kelas pada setiap siklus. Penghitungan rata-rata kelas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Ẍ= ∑ �

Ẍ = nilai rata-rata (mean)

ΣX = jumlah nilai seluruh siswa pada masing-masing test N = jumlah siswa yang mengikuti test

d. Analisis ketuntasan

Analisis ketuntasan dilihat dari 2 aspek, yaitu ketuntasan nilai individual siswa dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) yaitu 80. Untuk nilai individual siswa, jika nilai siswa ≥ 80

maka siswa dikatakan tuntas. Apabila nilai siswa < 80 maka siswa dikatakan tidak tuntas. Sedangkan untuk mengetahui prosentase ketuntasan belajar siswa secara klasikal dapat dilihat dengan rumus: P = ∑ �1

� x 100 %

P = prosentase ketuntasan belajar

ΣN1 = jumlah siswa yang tuntas belajar


(71)

51

Hasil prosentase tersebut akan digunakan untuk mengetahui adakah peningkatan prosentase ketuntasan siswa pada masing-masing test. Hal ini juga sebagai analisis ketercapaian indikator ketuntasan belajar siswa yang diarapkan.

2. Kuesioner

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis hasil kuesioner adalah sebagai berikut:

a. Pemberian skor

Skor diberikan berdasarkan alternatif jawaban yang diperoleh siswa. Panduan pemberian skor dapat dilihat pada tabel berikut:

3.2 Tabel panduan skoring kuesioner minat siswa

Alternatif Jawaban

Skor Pernyataan

Positif

Pernyataan negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju

(STS) 1


(72)

52 b. Penghitungan skor minat siswa

Penghitungan skor siswa ini untuk mengetahui minat belajar siswa secara individual. Perhitungan skor siswa dilakukan dengan menjumlahkan seluruh skor pada masing-masing pernyataan. Untuk mengetahui tingkat minat siswa, dilakukan pengkatagorian hasil skor masing-masing siswa. Kriteria tersebut meliputi minat siswa rendah, sedang, tinggi dan sangat tinggi. Masing-masing kriteria tersebut diberikan rentang skor yang diperoleh dari perhitungan sebagai berikut:

Rentang skor=

�� ℎ − ℎ ℎ

Sehingga diperoleh:

Rentang skor = −

=

= 15

Dengan demikian dapat diperoleh kriteria skor untuk masing-masing kategori minat sebagai berikut:


(73)

53

3.3 Tabel kategori skor kuisioner minat siswa

Kriteria Skor

Rendah 20 -35

Sedang 36 – 50

Tinggi 51 – 65

Sangat tinggi 66 – 80

Ketercapaian minat belajar siswa dapat diperoleh jika siswa memperoleh skor > 51 yang merupakan skor target dalam penelitian ini. Siswa yang memperoleh skor < 51 dinyatakan belum termotivasi.

c. Perhitungan prosentase minat siswa klasikal

Perhitungan prosentase minat siswa klasikal dilakukan untuk mengetahui presentase minat siswa secara klasikal yang mencapai target minat siswa pada kategori minimal tinggi. Perhitungan presentase minat siswa secara klasikal dihitung dengan rumus berikut:

% siswa yang mencapai target = Σ � �

Σ x 100 %

Target ketercapaian minat siswa pada penelitian ini adalah 85 % siswa memiliki minat belajar dengan kategori minimal tinggi. Apabila presentase minat siswa secara klasikal < 85 % maka target minat belajar siswa pada penelitian ini belum tercapai.


(74)

54 3. Observasi

Observasi dilakukan oleh 1 observer dari mahasiswa dengan guru Biologi. Intrumen yang digunakan berupa lembar observasi minat siswa. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagaimana aktivitas siswa terkait aspek afektif yang berhubungan dengan minat siswa. Lembar observasi terdiri dari 10 pernyataan terkait minat siswa. Pada masing-masing aspek tersebut observer diminta utuk mengisi pernyataan-pernyataan tersebut sesuai dengan kategori yaitu sangat tinggi (ST), tinggi (T), Sedang (S) dan Kurang (K).

Dalam menganalisis data hasil observasi dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pemberian skor

Pemberian skor tergantung pada skala pengukuran. Panduan pemberian skor dapat dilihat pada tabel berikut:

3.4 Panduan skoring lembar observasi minat siswa

Alternatif Jawaban Skor

Sangat tinggi (ST) 4

Tinggi (T) 3

Sedang (S) 2


(75)

55

b. Menghitung skor hasil observasi siswa

Perhitungan skor siswa dilakukan dengan mencari rata-rata skor yang diperoleh masing-masing siswa dari hasil observasi yang dilakukan 2 observer dengan perhitungan sebagai berikut:

Skor siswa = Σ � + Σ ko ob e ve B

Untuk mengetahui tingkat minat siswa, dilakukan pengkatagorian hasil skor observasi masing-masing siswa dengan analisis sebagai berikut:

3.5Tabel kategori skor observasi minat siswa

Kriteria Skor

Rendah 10 – 17,5

Sedang 17,6 – 24

Tinggi 25 – 32,5

Sangat tinggi 32,6 – 40

Rentang skor pada masing-masing kriteria hasil observasi minat siswa diperoleh dengan perhitungan sebagai berikut

Rentang skor = �� − ℎ

Sehingga diperoleh:

Rentang skor = −


(1)

220


(2)

(3)

222


(4)

(5)

224


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup

0 11 215

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap Prestasi Belajar Sosiologi dalam Pokok Bahasan Pengendalian Sosial

0 26 151

Efektivitas pembelajaran kooperatif model make a match dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS: penelitian tindakan kelas di SMP Islam Al-Syukro Ciputat

0 21 119

Pengaruh kombinasi model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) dengan make a match terhadap hasil belajar biologi siswa

2 8 199

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Dalam Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik Di SMA Negeri 11 Tangerang Selatan

0 4 11

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together pada materi archaebacteria dan eubacteria dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.

1 7 170

Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan metode TAI (Team Assisted Individualization) dalam meningkatkan minat dan hasil belajar siswa kelas X1 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta pada materi dunia tumbuhan.

0 0 2

Penerapan model pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Head Together pada materi archaebacteria dan eubacteria dalam meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X 2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta

0 1 168

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SD NEGERI 3 PALAR, KLATEN.

0 0 237

PENGARUH MODEL KOOPERATIF TIPE MAKE A-MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI VIRUS DI SMA

0 0 11