90
C. Analisis Kebutuhan Kredit Modal Kerja di BRI Cik Di Tiro
Secara umum jenis kredit yang diberikan kepada debitur dibedakan menjadi kredit Modal Kerja KMK yaitu kredit yang penggunaannya untuk
membiayai asset lancar aktiva lancar, dan Kredit Investasi KI yaitu kredit yang penggunaannya untuk membiayai asset tetap aktiva tetap. Perhitungan
kebutuhan kredit dari pemohon dapat dianalisis sesuai dengan masing-masing jenis kreditnya.
Perlu ditegaskan bahwa ketersediaan laporan keuangan untuk proses analisis kredit komersial bersifat mutlak, karena digunakan untuk menentukan
layak atau tidaknya suatu kredit untuk diberikan oleh pihak bank kepada debiturnya. Bahkan Bank Indonesia telah mengatur secara tegas, sesuai Surat
Bank Indonesia No.6169DPNPIDPnP tanggal 16 April 2004, Surat Keputusan Direksi BI No.31147KEPDIR tanggal 12 Maret 1998 dan SK Direksi BI
No.27162KEPDIR tanggal 31 Maret 1995. Untuk menghitung kebutuhan kredit modal kerja perlu diketahui antara
lain hal-hal sebagai berikut: 1. Pertumbuhan
penjualan, dengan
memproyeksi penjualan
berdasarkan penjualan periode sebelumnya.
2. Days of Receivable DOR, dengan rumus piutang dagang dibagi penjualan dikalikan hari.
3. Days of Inventory DOI, dengan rumus persediaan dibagi harga pokok penjualan dikalikan hari.
91
4. Days of Payable DOP, dengan rumus hutang dagang dibagi harga pokok penjualan dikalikan hari.
5. Kas yang tersedia pada periode sebelumnya dan kebutuhan kas minimum. Sampai saat ini penggunaan rumus untuk menghitung kebutuhan kredit
formula lending untuk kredit ritel komersial selalu menggunakan pendekatan formula growth rumus pertumbuhan seperti: WTCO, NTA, Spreadsheeet, dan
pendekatan lainnya. Sedangkan kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar usaha di sektor UKM yang dibiayai dengan kredit ritel komersial,
memiliki perilaku dan ciri khusus dalam menggunakan laba yang diperolehnya yaitu menggunakan laba untuk membiayai membeli aset di luar usaha pokok
misalnya: membeli tanahrumah di luar usaha yang dibiayai, sehingga pertumbuhan volume usaha pokok tersebut tidak signifikan.
Agar pemberian KMK dapat menggunakan pendekatan yang tepat, terlebih dahulu perlu dipahami pengelompokan UKM berdasarkan parameter
kemampuan menghasilkan
free cash
flow dan
cara membelanjakan
menggunakan laba: 1. Free cash flow sebagai first way out
Pembayaran kembali kredit bank harus bersumber dari first way out yaitu free cash flow
laba besih + penyusutanamortisasi - privedeviden. Dengan demikian untuk menilai kelayakan usaha dari aspek keuangan analisis
kemampuan bayar harus dilihat dari kemampuan calon debitur menghasilkan laba
analisis income
statement .
Dengan asumsi
variable lainnya
92
mendukung, apabila cash flow nasabah mendukung maka calon nasabah tersebut layak diberikan kredit.
2. Penggunaan laba usaha kebijakan investasi Apabila dari variable free cash flow calon debitur dinyatakan layak,
selanjutnya untuk menentukan jenis kredit dan pemilihan pendekatan rumus perhitungan kredit yang sesuai, ditentukan dari cara calon debitur
menggunakan laba usaha kebijakan investasi. a. Jika calon debitur menggunakan laba free cash flow untuk investasi
kembali ke usaha pokok untuk membeli barang dagangan atau membeli aktiva lainnya, maka dari periode ke periode aset debitur akan tumbuh
secara signifikan Type-1. Bila peningkatan aset terjadi pada aktiva lancar maka kredit yang sesuai adalah jenis KMK dan jika peningkatan
aset terjadi pada aktiva tetap maka kredit yang sesuai adalah jenis kredit investasi.
b. Apabila calon debitur menggunakan free cash flow untuk melakukan investasi di luar pokok untuk membeli rumah baru, tanah baru,
membiayai kuliah anakkeluarganya, maka akan berdampak pada tidak adanya pertumbuhan volume usaha pokok secara signifikan Type-2.
Pendekatan formula lending rumus kebutuhan kredit, dengan uraian point 1 dan 2 tersebut diatas, menjadi sangat jelas bahwa evaluasi terhadap
kemampuan membayar dilakukan melalui analisis cash flow yang bersumber dari laporan labarugi Income Statement, sedangkan penggunaan kredit diketahui
melalui evaluasi net working capital melalui analisis neraca Balance Sheet. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Pendekatan formula lending untuk calon debitur yang memiliki karakteristik: usaha debitur menghasilkan laba free cash flow baik dan
menggunakan laba free cash flow untuk investasi kembali ke usaha pokok yang dibiayai aset usaha tumbuh dari periode ke periode secara signifikan dalam
volume maupun nilai nominalnya, yaitu pendekatan dengan rumus WCTO, NTA, Spreadsheet atau pendekatan growth lainnya Type-1.
Sedangkan untuk calon debitur yang memiliki karakteristik usaha debitur menghasilkan laba free cash flow baik, tetapi aset usaha dari periode ke periode
tidak tumbuh secara signifikan karena penggunaan laba free cash flow dilakukan untuk membeli aset-aset lain seperti: rumah, tanah, atau kredit lainnya
yang bersifat pribadi, dapat diberikan refinancing KMK dengan pendekatan yang sesuai Type-2.
94
Matriks Tipe UKM, sesuai dengan kemampuan menghasilkan laba dan cara menggunakan laba usaha dapat dilihat pada gambar 5.16 dibawah ini:
Gambar 5.16: Pengelompokan Type UKM Sumber: BRI Cik Di Tiro Yogyakarta
Evaluasi kelayakan kredit secara keseluruhan meliputi analisis risiko usaha calon debitur analisis 6 C’s baik secara kualitatif maupun dengan
pendekatan kuantitatif dengan credit risk ratingcredit scoring dan formula lending
untuk menentukan jumlah kredit, dengan menggunakan data input yang akurat baik data kuantitatif maupun data kualitatif.
Khusus untuk KMK, penentuan apakah kredit diberikan dalam bentuk Rekening Koran RC atau dalam bentuk plafon menurun, ditentukan oleh dua
variable yaitu: karakteristik bisnis dan tingkat risiko calon debitur. Apabila kredit diberikan untuk membiayai aktiva lancar KMK sektor
perdagangan, yang dicirikan dengan perputaran persediaan dan atau piutang menjadi kas dan sebaliknya secara terus menerus, jenis KMK yang sesuai adalah
95
bentuk rekening koran RC, sedangkan dari pemahaman risiko, apabila tingkat risiko debiturusaha tinggi, maka salah satu upaya untuk mengurangi risiko yaitu
dengan jenis kredit dengan bentuk plafon menurun. Calon debitur penerima KMK berusaha dalam perdagangan, sebagai
pelaku UKM debitur selalu menggunakan laba usahanya untuk membeli tanahrumah diluar usaha pokok, sehingga setelah dilakukan evaluasi termasuk
dalam Type-2 cash flow baik, usahanya tidak tumbuh secara signifikan, maka kepada debitur tersebut dapat diberikan kredit modal kerja dengan konsep
refinancing dengan pilihan pendekatan yang sesuai. Mengingat usahanya sektor
perdagangan, apabila aspek lain memenuhi, debitur dapat diberikan dalam bentuk KMK RC.
Sebaliknya apabila dalam situasi lain debiturcalon debitur termasuk dalam Type-2, tetapi analisis risiko menunjukkan tingkat resiko cukup tinggi
misalnya: karena prospek usaha tidak pasti atau posisi usaha dalam posisi declining
, maka direkomendasikan agar diberikan dalam bentuk KMK dengan plafon menurun.
Beberapa pendekatan yang digunakan untuk menghitung kebutuhan modal kerja untuk calon debiturdebitur yang memiliki karakteristik usaha
debitur menghasilkan laba free cash flow baik dan menggunakan laba free cash flow
untuk investasi kembali ke usaha pokok yang dibiayai aset usaha tumbuh dari periode ke periode secara signifikan dalam volume maupun nilai nominal,
antara lain adalah sebagai berikut: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
1. Pendekatan Spreadsheet
Delta piutang dagang = xxx
Delta persediaan = xxx +
= xxx Delta hutang dagang
= xxx - Perubahan modal kerja
= xxx Kas periode lalu-kebutuhan kas minimum
= xxx - Tambahan KMK
= xxx
2. Pendekatan WTCO Working Capital Turn Over
WCTO x OPE x Proyeksi penjualan = xxx
Periode Net Working Capital excl kas minimum
= xxx – Kebutuhan modal kerja
= xxx Hutang dagang proyeksi
= xxx – Kebutuhan kredit modal kerja KMK
= xxx
3. Pendekatan Net Trading Assets Base Working Capital Need
Piutang lancar = xxx
Persediaan = xxx +
= xxx Hutang dagang
= xxx Kewajiban yang masih harus dibayar
= xxx – Net Trading Assets
NTA MKD = xxx
97
Sedangkan untuk calon debiturdebitur yang memiliki karakteristik usaha debitur menghasilkan laba free cash flow baik, tetapi aset usaha dari periode ke
periode tidak tumbuh secara signifikan karena penggunaan laba free cash flow dilakukan untuk membeli aset-aset lain seperti: rumah, tanah, atau pembiayaan
lainnya yang bersifat pribadi, maka kepada debiturcalon debitur dapat diberikan kredit modal kerja dengan konsep refinancing, dengan menggunakan pendekatan
formula lending yang sesuai. Pemberian refinancing KMK tetap harus tunduk pada kriteria kesehatan struktur permodalan capital structure sebagaimana
diatur dalam kebijakan KRD yaitu batasan maksimum DER Debt to Equity Ratio
. Refinancing
KMK dapat diberikan dalam bentuk dua 2 cara angsuran, yaitu:
1. Maksimun CO menurun Cara ini digunakan untuk memenuhi kriteria:
a. Untuk usaha yang memenuhi kriteria dengan kondisi usaha nasabah sudah pada tahap maturitydecline, meskipun masih menghasilkan cash flow
dengan baik, dan atau b. PKL perlu menetapkan pola angsuran plafon menurun sebagai bagian
dari mitigasi risiko. Perhitungan kebutuhan kredit menggunakan pendekatan Repayment
Capacity RPC dan jangka waktu kredit maksimal dibatasi 36 tiga puluh enam
bulan dengan rumus sebagai berikut: RPC = Maks 100 Laba bersih = Penyusutan – Biaya PribadiPriveDeviden
Jumlah Kredit = R
Keterangan : RPC:
Repaym R:
Suku bung N:
Jangka
Penerapan pada
Sdr. Didit barang-barang ele
Didit memperoleh 12 bulan, sebesa
permohonan perpa Hermansy
mengumpulkan d dianalisis berdasa
untuk jangka wakt signifikan yang m
datang. Jika pos adanya sesuai de
mencapai Rp100.000.00, Atas perm
Manajer Pemasar
RPC
payment capacity uku bunga per bulan
ka waktu kredit dalam bulan
a kasus Toko Karisma:
dit adalah pemilik toko Karisma yang bergerak elektronik. Ybs telah menjadi debitur BRI seja
oleh fasilitas Kredit Modal Kerja dengan bentuk sar Rp100.000.000,00. Bulan Februari 2004
rpanjangan kredit tersebut ke Kanca BRI Yogy nsyah sebagai AO pemegang account kredit
data-data yang dibutuhkan dalam analisi sarkan data yang ada, Hermansyah mulai ke
aktu 1 tahun kedepan tidak ada pertumbuhan mencerminkan adanya kebutuhan KMK untuk
pos persediaan barang dagangan dan piutang da dengan kenyataan, maka perhitungan kebutuh
p100.000.00,00 sesuai dengan kredit sebelumnya masalahan tersebut, Hermansyah mengajak diskus
saran Kanca BRI Yogyakarta. Sutopo menyar 98
k dibidang penjualan sejak tahun 2002. Sdr
uk RC jangka waktu 2004 ybs mengajukan
gyakarta. dit Sdr. Didit, mulai
lisis kredit. Setelah kebingungan karena
n aktiva lancar yang uk periode yang akan
dagang dicatat apa uhan kreditnya tidak
a. diskusi Sutopo selaku
arankan penggunaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
formula lending Repayment Capacity untuk menghitung kebutuhan kredit Sdr. Didit tersebut.
Berikut neraca dan laporan laba-rugi Toko Karisma pada posisi tiga tahun terakhir, dapat dilihat pada tabel 5.1 dan tabel 5.3 dibawah ini:
100
Tabel 5.1: Neraca UD. Karisma Posisi Tiga Tahun Terakhir Rp000,00
NO. KETERANGAN
12312001 12312002
12312003 AKTIVA
1 Kas 4,500
4,483 5,535
2 Bank 3 Piutang UsahaDagang
45,000 80,000
80,000 4 Persediaan Barang
174,435 309,484
385,336 5 Uang Muka
6 Aktiva Lancar Lainnya Jumlah Aktiva Lancar
223,935 393,967
470,871 7 Tanah
60,000 60,000
60,000 8 Bangunan
128,000 128,000
128,000 9 Tanah Bangunan
10 Mesin-mesin 11 Kendaraan
16,500 16,500
16,500 12 Peralatan PabrikKantor
1,750 1,750
1,750 13 Aktiva Tetap Lainnya
8,000 8,000
8,000 14 Penyusutan
-2,062 -4,124
-6,186 Jumlah Aktiva Tetap
212,188 210,126
208,064 Aktiva dalam penyelesaian
TOTAL AKTIVA 436,123
604,093 678,935
PASSIVA
1 Hutang Dagang 3,000
4,000 5,000
2 Ht. Jangka Panjang Jth. Tempo 3 Hutang Bank
100,000 100,000
4 Hutang Lainnya Jumlah Hutang Lancar
3,000 104,000
105,000 6 Ht. Jangka Panjang
Jumlah Ht. Jangka Panjang Total Seluruh Hutang
3,000 104,000
105,000 7 PrivePenyertaan
8 Modal Disetor 322,401
322,401 322,401
9 Laba Ditahan 50,000
110,722 177,692
10 Laba Tahun Berjalan 60,722
66,970 73,842
Jumlah Modal Sendiri 433,123
500,093 573,935
TOTAL PASSIVA 436,123
604,093 678,935
101
Tabel 5.2: Laporan Laba-Rugi UD Karisma Posisi Tiga Tahun Terakhir Rp000,00
NO. KETERANGAN
12312001 12312002
12312003 1 Penjualan Bersih
1,205,000 1,325,500
1,458,050 2 Harga Pokok Penjualan
1,100,000 1,210,000
1,331,000 3 Laba Kotor
105,000 115,500
127,050 4 Biaya Adm. Penjualan Umum
31,500 34,650
38,115 5 Laba Operasional
73,500 80,850
88,935 6 Biaya Bunga
7 Biaya Penyusutan 2,062
2,062 2,062
8 Pendptn Stl B. Bunga Penyusutan 71,438
78,788 86,873
9 Penghasilan Lainnya 10 Pendapatan Sblm Pajak EBT
71,438 78,788
86,873 11 Pajak
10,716 11,818
13,031 12 Laba Bersih
60,722 66,970
73,842 Sumber: BRI Cik Di Tiro Yogyakarta
Dari neraca dan laporan labarugi pada tahun 2003 dibawah ini diketahui: Laba bersih:
Rp73.842.000,00 Rp6.154,00 per bulan
Biaya penyusustan: Rp2.062,00
Rp172,00 per bulan PriveDeviden:
Rp0,00 Jangka waktu:
12 bulan Suku bunga:
16 per tahun atau 1,33 per bulan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Perhitunga RPC
= Ma
Priba = 75
= 4.744
Jumlah Kredit = RPC
= 4,744
= 4,744 = 4.744
= 134.955 Jumlah
Rp100.000.000,00, dipertimbangkan
bank sebesar Rp134.955.000,00 ungan kredit dengan menggunakan metode RPC
Maks 75
x Laba
Bersih +
Peny ibadiPriveDeviden
75 x 6.154 + 172 – 0 4.744
PC
4,744
4,744
4.744 x 28,4475 134.955
kredit sebesar
Rp134.955,00 dibul
p100.000.000,00, maka permohonan kredit yang diajukan n karena berdasarkan perhitungan kredit yang
p134.955.000,00 tetapi Didit hanya meminjam 102
C : nyusutan
– Biaya
dibulatkan sebesar
n Didit, masih dapat g dapat dipinjamkan
Rp100.000.000,00. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Dalam Tipe dan Struktur Kredit : a. Peminjam:
Didit b. Bentuk Kredit:
Maksimum CO menurun c. Tujuan:
Refinancing KMK
d. Jangka Waktu: 3 Tahun 36 Bulan
2. Bentuk Kredit Maksimum CO tetap Plafond Tetap Digunakan untuk yang memenuhi kriteria:
a. Diberikan kepada jenis usaha perdagangan dengan perputaran stock dan piutang kontinyu
b. Usaha masih stabil tidak dalam fase maturity decline Besarnya kredit yang dapat diberikan dihitung berdasarkan besarnya
equitas yang tertanam dalam modal kerja, dengan ketentuan sharing dana sendiri
SDS debitur minimal 70, dengan rumus sebagai berikut: NWC Aktiva Lancar – Hutang Lancar x 30
Keterangan: NWC: Net Working Capital
Dalam kasus Toko Karisma sebagaimana tersebut diatas, maka besar refinancing
KMK yang dapat diberikan dihitung sebagai berikut: Refinancing KMK= NWC AL – HL x 30
= Rp470.871.000,00 – Rp105.000.000,00 x 30 = Rp365.871.000,00 x 30
= Rp109.762.000,00 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Dibulatkan = Rp100.000.000,00
Dalam Tipe dan Struktur Kredit : a. Peminjam:
Didit b. Bentuk Kredit:
Maksimum CO tetap c. Tujuan:
Refinancing KMK
d. Jangka waktu: 1 Tahun 12 Bulan
Dengan menyadari bahwa dalam praktik telah terjadi penyajian laporan keuangan debitur bisnis ritel komersial yang bias secara luas, yang disebabkan
oleh sistem karena tidak ada pilihan bagi para PKL di lapangan, maka diharapkan dengan adanya pilihan pendekatan ini dapat dilakukan perbaikan data
keuangan recasting secara bertahap, sebagai berikut: 1. Existing Costomer
Untuk debitur lama yang memenuhi kriteria masuk dalam Type-2 pada saat review tahunan perpanjangan agar dikaji dengan cermat, apabila
perbedaan antara kondisi riil di lapangan dengan laporan keuangan tidak terlalu besar dalam pengertian dapat dilakukan recasting, maka analisis
perpanjangan dilakukan dengan laporan keuangan yang telah diperbaiki sesuai dengan kondisi usaha di lapangan recasting, untuk selanjutnya
diberikan perpanjangan
kredit dengan
konsep refinancing
, dengan
menggunakan pendekatan formula lending yang sesuai. Sebagai penegasan bahwa recasting ini tidak boleh dikaitkan dengan menyalahkan PKL lama,
karena kekeliruan yang lama bersifat sistem. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Apabila bias antara laporan keuangan dengan kondisi riil usaha nasabah dilapangan sangat tinggi, maka harus ditempuh pendekatan persuatif
dengan debitur, dengan sebaik-baiknya dan harus dihindari adanya
miskomunikasi yang menyebabkan hubungan dengan debitur terganggu. Dalam kondisi demikian, untuk sementara
tidak ada target waktu
penyelesaian recasting. Upaya ini merupakan bagian dari pembenahan data secara nasional
pembenahan data dari hulu, agar penerapan konsep manajemen risiko seperti penerapan Credit Risk Rating, dapat memiliki nilai tambah yang
optimal. 2. Debitur Baru
Untuk nasabah baru agar dilakukan pendekatan secara konsisten, apabila calon debitur termasuk dalam kategori Type-1 maka digunakan
pendekatan formula growth WTCO, NTA, Spreadsheet dan lainnya. Jika calon nasabah termasuk dalam kategori Type-2, maka pemberian KMK
menggunakan konsep refinancing, dengan menggunakan pendekatan formula lending
yang sesuai. Dalam praktik di lapangan, debitur-debitur yang masuk dalm Type-1
terbuka kemungkinan dapat berubah menjadi Type-2 dan sebaliknya. Yang perlu dipahami dan dipatuhi, bahwa perubahan ini harus didasarkan atas
kondisi usaha riil di lapangan dan bukan karena upaya PKL untuk dapat memilih pendekatan formula yang lebih disukai.
Kecual untuk KMK
rumus:
D. Analisis Kebutu Dahlan Yogyakar