Analisis perbedaan sistem pemberian kredit [pembiayaan] antara Bank Konvensional dan Bank Syariah.

(1)

xv ABSTRAK

ANALISIS PERBEDAAN SISTEM PEMBERIAN KREDIT (PEMBIAYAAN) BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH

(Studi Kasus pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Yogyakarta dan Bank Rakyat Indonesia Syariah Ahmad Dahlan Yogyakarta)

Dewi Rakhmawati NIM: 042114103 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Tujuan Penelitian ini untuk dapat membandingkan mekanisme pemberian kredit, perhitungan bunga kredit atau bagi hasil pada pembiayaanmusyarakahdan kredit modal kerja pada Bank Konvensional dan Syariah. Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya pemahaman masyarakat terhadap konsep perbankan syariah sehingga pemanfatan terhadap bank syariah masih sedikit.

Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teknik Analisa data yang digunakan adalah dengan membandingkan kedua sistem perbankan tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan prosedur atau sistem pengambilan pembiayaan di bank syariah hampir sama dengan dengan sistem yang ada pada bank konvensional. Perbedaannya terlihat pada bagi hasil atau bunga yang harus dibayarkan debitur kepada pihak bank. Besarnya bagi hasil yang diberikan debitur kepada pihak bank bergantung pada pendapatan debitur, nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank, nominal pinjaman debitur, jangka waktu pinjaman. Sedangkan pada bank konvensional besar kecilnya bunga yang diperoleh bank bergantung pada: tingkat bunga yang berlaku, nominal pinjaman, jangka waktu pinjaman.


(2)

xvi ABSTRACT

AN ANALYSIS OF THE DIFFERENCES OF CREDIT EXTENSION (FINANCING) BETWEEN CONVENTIONAL BANK AND SYARIAH BANK

(A Case study at BRI Yogyakarta and BRI Syariah Ahmad Dahlan Yogyakarta) Dewi Rakhmawati

NIM: 042114103 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The objective of this research was to compare the mechanism of extension credit, the calculation of credit interest rate or revenue sharing of musyarakah financing and working capital credit at conventional bank and syariah bank. The background of this research is the people’s lack understanding toward the concept of syariahbanking so the usage ofsyariahbank is still low.

The type of this research was case study. The data were taken by doing interview and documentation. The technique of data analysis used was by comparing both banking systems.

The result of the research showed that the procedure or system of financing in syariah bank was almost similar with the system used in conventional bank. The difference was in the revenue sharing or interest that should be paid by the debtor to bank. The amount of share or interest that should be paid depended on the debtor’s income, the ratio of share between client and bank, debtor’s loan nominal, period of loan. However, in the conventional bank, the amount of interest that should be obtained by the bank depended on the recent level of interest, loan nominal, period of loan.


(3)

ANALISIS PERBE BANK (Studi Kasus p

Bank Rakyat

Diaj

PROGRAM

i

EDAAN SISTEM PEMBERIAN KREDIT ( NK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIA

pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Yogyak akyat Indonesia Syariah Ahmad Dahlan Yogyak

SKRIPSI

iajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh : Dewi Rakhmawati

NIM : 042114103

AM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2008

IT (PEMBIAYAAN) IAH

ogyakarta dan ogyakarta)

yarat


(4)

(5)

iii


(6)

iv

Halaman Persembahan

Karya ini kupersembahkan untuk :

Ibu dan ayah yang mencintai dan mendukungku

Kakakku dan adek yang menyayangiku

Dan Almamaterku

Manusia diciptakan dengan kelebihan

Manusia diciptakan dengan kekurangan

Manusia hidup dengan perjuangan

Manusia hidup tidak untuk menyerah

Manusia hidup dengan harapan dan kasih

sayang

Nikmati hidupmu meski deritamu

Bangkit dan berusahalah slalu

Kita berkehendak Allah menentukan


(7)

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis sadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak membutuhkan bantuan, doa dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis untuk menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, doa dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada:

1. Rama Dr. Ir. P. Wiryono P., S.J., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Drs. Alex Kahu Lantum, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ir. Drs. Hansiadi Yuli Hartanto, M.Si., Akt., Selaku Kaprodi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma dan sebagai Dosen Pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberikan nasehat, saran, dukungan dan petunjuk serta dorongan selama penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Yusef Widya Karsana, M.Si., Akt., Selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, pikiran dan tenaga dalam memberikan nasehat, saran, dukungan dan petunjuk serta dorongan selama penyusunan skripsi ini.

5. Drs. G. Anto Listianto, M.Sa., Akt., selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah memberikan masukan saran dan diskusi dalam penulisan skripsi ini.

6. E. Maryarsanto P., SE., Akt., dan Drs. F.A. Joko Siswanto, M.M., Akt., yang telah memberikan masukan saran dan diskusi dalam penulisan skripsi ini.


(9)

vii

7. Seluruh Dosen FE USD atas ilmu dan inspirasi selama proses belajar hingga sampai penulisan skripsi, juga sekretariat FE, Pojok BEI, dan Laboratorium Fakultas Ekonomi.

8. Seluruh staf Perpustakaan USD dan UII yang telah menyediakan informasi dan ilmu.

9. Bapak Bambang Prihartono, Kepala Bagian BRI Kanwil Yogyakarta, yang telah membantu proses penelitian.

10. Bapak Dani Alfianto, Bapak Asef, Bapak Agung dan seluruh karyawan BRI Kanwil Yogyakarta yang telah banyak membantu selama penelitian. 11. Bapak Muh. Chudori, Bapak Arif, Bapak Marsana, dan seluruh karyawan

BRI Syariah Ahmad Dahlan Yogyakarta yang telah banyak membantu selama penelitian.

12. Bapak dan Ibu tersayang, terima kasih atas dukungan dan doanya hingga sampai sekarang.

13. Mas Dayat yang telah mendukungku, menghiburku dan mendoakanku dengan sepenuh hati.

14. Mas Agus yang selalu telah mendukungku.

15. Teman–teman seperjuanganku Ratna, Helmy, Amik, Lisa, Iting, Ikun, Ratih, Arum, Tyas Jember, Thomas, terima kasih atas diskusi, saran, bantuan dan dukungannya.

16. Untuk Nadya dan Rika terima kasih atas saran dan pinjaman buku– bukunya.

17. Teman–teman kelas C angkatan 2004, teman-teman MPT-ku, dan KKP IV terima kasih atas kerjasamanya dan dukungannya.

18. Untuk semua teman yang mengenal aku, terima kasih telah memberiku warna dalam kehidupanku.

19. Semua pihak yang ikut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.


(10)

viii

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangannya sehingga penulis terbuka untuk menerima saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.

Yogyakarta, 1 Juni 2008 Penulis


(11)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Sistematika Penulisan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kredit ... 9


(12)

x

B. Proses Permohonan Kredit ... 27

C. Penyelidikan dan Analisis Kredit ... 30

D. Keputusan dan Permohonan Kredit ... 32

E. Penolakan dan Persetujuan Permohonan Kredit ... 35

F. Pencairan Fasilitas Kredit ... 37

G. Cara-Cara Perhitungan Bunga Kredit ... 38

H. Pembiayaan ... 39

I. Pelaksanaan Pemberian Pembiayaan ... 40

J. Musyarakah ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 57

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 57

C. Subyek dan Objek Penelitian ... 57

D. Jenis Data ... 58

E. Teknik Pengumpulan Data ... 58

F. Teknik Analisis Data ... 59

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. PT BANK RAKYAT INDONESIA TBK 1. Latar Belakang Pendirian Usaha ... 61

2. Visi Bank Rakyat Indonesia Konvensional ... 63

3. Misi Bank Rakyat Indonesia Konvensional ... 63


(13)

xi

5. Produk Bank Rakyat Indonesia ... 65

B. PT BANK RAKYAT INDONESIA SYARIAH 1. Latar Belakang Pendirian Usaha ... 66

2. Visi Bank Rakyat Indonesia Syariah ... 67

3. Misi Bank Rakyat Indonesia Syariah ... 67

4. Sasaran Jangka Panjang BRI Syariah ... 68

5. Struktur Organisasi ... 68

6. Produk Pembiayaan BRI Syariah ... 69

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Prosedur Pengajuan Kredit BRI Cik Di Tiro ... 71

B. Prosedur Pengajuan Pembiayaan BRI Syariah ... 81

C. Analisis Kebutuhan Kredit Modal Kerja di BRI Cik Di Tiro ... 90

D. Analisis Kebutuhan Pembiayaan Modal Kerja di BRI Syariah ... 106

E. Teknik Perhitungan Pengembalian Kredit di BRI Cik Di Tiro ... 113

F. Teknik Perhitungan Pengembalian Pembiayaan di BRI Syariah ... 117

G. Perbedaan Sistem Pemberian Kredit Kedua Bank ... 123

BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 125

B. Keterbatasan Penelitian ... 126

C. Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 128


(14)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Pemberian Kredit ... 29

Gambar 2.2 SkemaAl- Musyarakah ... 52

Gambar 2.3 FlowchartMusyarakah... 53

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Kanca BRI Cik Di Tiro Yogyakarta ... 65

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Kanca BRI Syariah Ahmad Dahlan Yogyakarta ... 69

Gambar 5.1 Prosedur Pengajuan Kredit ... 73

Gambar 5.2 Lanjutan Prosedur Pengajuan Kredit ... 74

Gambar 5.3 Lanjutan Prosedur Pengajuan Kredit ... 75

Gambar 5.4 Lanjutan Prosedur Pengajuan Kredit ... 76

Gambar 5.5 Lanjutan Prosedur Pengajuan Kredit ... 77

Gambar 5.6 Lanjutan Prosedur Pengajuan Kredit ... 78

Gambar 5.7 Lanjutan Prosedur Pengajuan Kredit ... 79

Gambar 5.8 Bagan Proses Kredit Putusan MP/Pinca Prakarsa kanca ... 80

Gambar 5.9 Detail Prosedur Pengajuan PembiayaanMusyarakah ... 83

Gambar 5.10 Lanjutan Detail Prosedur Pengajuan PembiayaanMusyarakah ... 84

Gambar 5.11 Lanjutan Detail Prosedur Pengajuan PembiayaanMusyarakah ... 85

Gambar 5.12Lanjutan Detail Prosedur Pengajuan PembiayaanMusyarakah ... 86

Gambar 5.13 Lanjutan Detail Prosedur Pengajuan PembiayaanMusyarakah ... 87

Gambar 5.14 Lanjutan Detail Prosedur Pengajuan PembiayaanMusyarakah ... 88

Gambar 5.15 Prosedur Pengajuan PembiayaanMusyarakah ... 89


(15)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Neraca UD. Karisma Posisi Tiga Tahun Terakhir ... 100

Tabel 5.2 Laporan Laba-Rugi UD Karisma Posisi Tiga Tahun Terakhir ... 101

Tabel 5.3 Neraca RS. XXX Posisi Tiga Tahun Terakhir ... 107

Tabel 5.4 Lanjutan Neraca RS. XXX Posisi Tiga Tahun Terakhir ... 108

Tabel 5.5 Laporan Laba/Rugi RS. XXX Posisi Tiga Tahun Terakhir ... 109

Tabel 5.6 Sumber dan Penggunaan Dana ... 110

Tabel 5.7 Rasio-Rasio Keuangan ... 111

Tabel 5.8 Perhitungan Bunga dan Pokok Pinjaman yang Dikembalikan di BRI Cik Di Tiro Yogyakarta (Asumsi 1) ... 114

Tabel 5.9 Perhitungan Bunga dan Pokok Pinjaman yang Dikembalikan di BRI Cik Di Tiro Yogyakarta (Asumsi 2) ... 115

Tabel 5.10 Perhitungan Bunga dan Pokok Pinjaman yang Dikembalikan di BRI Cik Di Tiro Yogyakarta (Asumsi 3) ... 116

Tabel 5.11 Perhitungan Bagi Hasil PembiayaanMusyarakah di BRI Syariah Ahmad Dahlan Yogyakarta (Asumsi 1) ... 118

Tabel 5.12 Perhitungan Bagi Hasil PembiayaanMusyarakah di BRI Syariah Ahmad Dahlan Yogyakarta (Asumsi 2) ... 119

Tabel 5.13 Perhitungan Bagi Hasil PembiayaanMusyarakah di BRI Syariah Ahmad Dahlan Yogyakarta (Asumsi 3) ... 120

Tabel 5.14 Perhitungan Bagi Hasil PembiayaanMusyarakah di BRI Syariah Ahmad Dahlan Yogyakarta (Asumsi 4) ... 121


(16)

xiv

Tabel 5.15 Perhitungan Bagi Hasil PembiayaanMusyarakah


(17)

xv ABSTRAK

ANALISIS PERBEDAAN SISTEM PEMBERIAN KREDIT (PEMBIAYAAN) BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH

(Studi Kasus pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Yogyakarta dan Bank Rakyat Indonesia Syariah Ahmad Dahlan Yogyakarta)

Dewi Rakhmawati NIM: 042114103 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2008

Tujuan Penelitian ini untuk dapat membandingkan mekanisme pemberian kredit, perhitungan bunga kredit atau bagi hasil pada pembiayaanmusyarakahdan kredit modal kerja pada Bank Konvensional dan Syariah. Latar belakang penelitian ini adalah kurangnya pemahaman masyarakat terhadap konsep perbankan syariah sehingga pemanfatan terhadap bank syariah masih sedikit.

Jenis penelitian adalah studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan dokumentasi. Teknik Analisa data yang digunakan adalah dengan membandingkan kedua sistem perbankan tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan prosedur atau sistem pengambilan pembiayaan di bank syariah hampir sama dengan dengan sistem yang ada pada bank konvensional. Perbedaannya terlihat pada bagi hasil atau bunga yang harus dibayarkan debitur kepada pihak bank. Besarnya bagi hasil yang diberikan debitur kepada pihak bank bergantung pada pendapatan debitur, nisbah bagi hasil antara nasabah dan bank, nominal pinjaman debitur, jangka waktu pinjaman. Sedangkan pada bank konvensional besar kecilnya bunga yang diperoleh bank bergantung pada: tingkat bunga yang berlaku, nominal pinjaman, jangka waktu pinjaman.


(18)

xvi ABSTRACT

AN ANALYSIS OF THE DIFFERENCES OF CREDIT EXTENSION (FINANCING) BETWEEN CONVENTIONAL BANK AND SYARIAH BANK

(A Case study at BRI Yogyakarta and BRI Syariah Ahmad Dahlan Yogyakarta) Dewi Rakhmawati

NIM: 042114103 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2008

The objective of this research was to compare the mechanism of extension credit, the calculation of credit interest rate or revenue sharing of musyarakah financing and working capital credit at conventional bank and syariah bank. The background of this research is the people’s lack understanding toward the concept of syariahbanking so the usage ofsyariahbank is still low.

The type of this research was case study. The data were taken by doing interview and documentation. The technique of data analysis used was by comparing both banking systems.

The result of the research showed that the procedure or system of financing in syariah bank was almost similar with the system used in conventional bank. The difference was in the revenue sharing or interest that should be paid by the debtor to bank. The amount of share or interest that should be paid depended on the debtor’s income, the ratio of share between client and bank, debtor’s loan nominal, period of loan. However, in the conventional bank, the amount of interest that should be obtained by the bank depended on the recent level of interest, loan nominal, period of loan.


(19)

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertengahan bulan Juli 1997, Indonesia diguncang krisis moneter yang mengakibatkan hancurnya perekonomian serta menurunnya nilai tukar rupiah. Imbas dari krisis moneter ini sampai saat ini masih dirasakan masyarakat Indonesia terutama lapisan masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Kondisi perekonomian Indonesia yang semakin kompleks ini, tentunya membutuhkan ketersediaan dan peran serta pemerintah serta lembaga keuangan untuk membantu dan mendukung masyarakat agar dapat menata kembali perekonomian mereka. Lembaga keuangan menjadi sangat penting perannya dalam memenuhi kebutuhan dana bagi masyarakat dalam rangka untuk memulihkan kembali usaha atau bisnis mereka yang akhir-akhir ini lesu.

Saat ini ada dua jenis lembaga keuangan yaitu lembaga keuangan perbankan dan lembaga keuangan bukan perbankan. Lembaga keuangan perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak, sedangkan lembaga keuangan bukan perbankan adalah lembaga keuangan yang menghimpun dana dari masyarakat melalui penjualan surat-surat


(21)

berharga. Bentuk dari lembaga keuangan bukan perbankan ini adalah modal ventura, anjak piutang, dana pensiun, dan penggadaian.

Lembaga perbankan di Indonesia telah terbagi menjadi dua jenis yaitu bank yang bersifat konvensional dan bank yang bersifat syariah. Perbankan yang bersifat konvensional adalah bank yang pelaksanaan operasionalnya menjalankan sistem bunga (interest fee), sedangkan perbankan yang bersifat syariah adalah bank yang dalam pelaksanaan operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip syariah Islam. Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah (UU, No 10:1998).

Bulan Mei 1992 merupakan babak baru dalam dunia perbankan Indonesia. Sejak itulah perbankan syariah eksis di Indonesia, tepatnya dengan mulai beroperasinya PT Bank Muamalat Indonesia (BMI), atas prakarsa Majelis Ulama Indonesia (MUI), yang didukung oleh sekelompok pengusaha dan cendekiawan muslim. Latar belakang munculnya perbankan syariah juga terkait dengan munculnya fatwa MUI mengenai bunga yang dianggap riba dan hukumnya haram. Krisis ekonomi juga memberi momentum bagi perbankan syariah, dimana kinerja perbankan syariah lebih baik dibanding bank konvensional. Banyak perbankan konvensional runtuh dan perlu direkapitalisasi dikarenakan tidak memiliki ketersediaan dana liquid yang cukup untuk operasionalnya. Nasabah peminjam mengalami ketidakmampuan untuk mengembalikan dana pinjaman karena tingginya nilai suku bunga. Kemacetan


(22)

pengembalian dana pinjaman dari pihak nasabah ke perbankan berimplikasi pada ketidakmampuan pihak perbankan untuk mengembalikan dana pinjaman kepada Bank Indonesia. Pada saat nilai suku bunga melonjak tinggi, kondisi ini mengakibatkan goncangan pada sistem manajemen moneter perbankan konvensional. Sebaliknya kondisi ini tidak terlalu menggangu kinerja Bank Mualamat. Bank Muamalat tetap kokoh dan tidak menderita kerugian yang besar akibat negative spread. Walaupun kinerja perbankan syariah lebih baik daripada perbankan konvensional, namun masih sedikit masyarakat yang memanfaatkan jasa perbankan syariah, karena masih terbatasnya pengetahuan masyarakat mengenai perbankan syariah.

Dalam operasionalnya, perbankan syariah melaksanakan kegiatan yang hampir sama dengan perbankan konvensional. Secara umum kegiatan tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian: yakni kegiatan penghimpun dana masyarakat, penyaluran dana (pembiayaan) serta jasa pelayanan bank. Kedua jenis bank tersebut juga mengandalkan kredit sebagai kegiatan utama untuk memperoleh penghasilan. Pada perbankan syariah, kredit mempunyai padanan kata yaitu aktivitas pembiayaan. Kedua perbankan ini sama-sama menyalurkan dana kepada masyarakat. Namun, mempunyai cara-cara yang berbeda dalam memperoleh keuntungan yang diharapkan. Bagi perbankan konvensional, keuntungan diperoleh melalui bunga. Sedangkan bagi perbankan syariah keuntungan diperoleh melalui imbalan atau bagi hasil. Sistem kredit yang ditawarkan oleh perbankan konvensional sudah familier ditengah-tengah masyarakat, berbeda dengan sistem pembiayaan perbankan syariah, walaupun


(23)

berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI), performance bank syariah menunjukkan kemajuan yang mengesankan. Jaringan bank syariah tumbuh dari 112 kantor pada Desember 2000 menjadi 188 kantor pada Agustus 2003. Sedangkan volume usaha naik dari Rp1,8 triliun pada Desember 2000 menjadi Rp6,2 triliun pada Agustus 2003. Meskipun demikian, bila dibandingkan dengan bank konvensional, nasabah bank syariah masih sangat kecil. Kendala ini disebabkan karena kurangnya pemahaman masyarakat terhadap konsep perbankan syariah. Disinilah peran serta pemerintah dan perbankan syariah dalam memperkenalkan alternatif perbankan lain yaitu perbankan syariah.

Berdasarkan paparan tersebut diatas, penulis merasa perlu memberikan pengetahuan kepada pembaca mengenai jasa yang ditawarkan oleh perbankan syariah dan membandingkannya dengan perbankan konvensional terutama berkaitan dengan sistem kredit (pembiayaan). Dengan bertambahnya pengetahuan, masyarakat dapat menggunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam bertransaksi dengan pihak perbankan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka judul yang dipilih oleh penulis adalah “Analisis Perbedaan Sistem Pemberiaan Kredit (Pembiayaan) antara Bank Konvensional dan Bank Syariah”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah:


(24)

1. Bagaimanakah perbedaan mekanisme pemberian kredit modal kerja terkait dengan prosedur dan penentuan kelayakan kredit dilihat dari sisi keuangan pada bank konvensional dan bank syariah?

2. Bagaimanakah perbedaan proses perhitungan kredit beserta bunga atas kredit modal kerja pada bank konvensional dan bank syariah?

C. Batasan Masalah

Dalam penulisan ini, penulis membatasi ruang lingkup permasalahan sebagai berikut:

1. Yang dimaksud dengan sistem pemberian kredit dalam penelitian ini, yaitu proses bank dalam memberikan kredit dari pengajuan proposal kredit sampai dengan proses pelunasan kredit.

2. Pada bank syariah pemberian kredit modal kerja yang dimaksud adalah pemberian pembiayaanmusyarakah.

3. Pada bank syariah yang dimaksud proses perhitungan kredit beserta bunga, adalah proses perhitungan pembiayaan beserta bagi hasilnya.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui mekanisme pemberian kredit modal kerja dan pemberian pembiayaan musyarakah, serta untuk mengetahui perhitungan bunga kredit modal kerja pada Bank Rakyat Indonesia Cik Di Tiro Cabang Yogyakarta dan bagi hasil pembiayaan musyarakah pada Bank Rakyat Indonesia Syariah Ahmad Dahlan Yogyakarta


(25)

yang nantinya digunakan untuk membandingkan manakah yang lebih menguntungkan antara mengambil kredit di bank konvensional atau bank syariah dilihat dari segi bunga/bagi hasil yang harus dibayarkan debitur kepada pihak bank.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, penelitian dapat digunakan untuk menambah pengetahuan penulis tentang materi perbankan, terutama sistem pemberian kredit bank konvensional dan syariah.

2. Bagi Universitas, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan tambahan pustaka atau referensi mengenai dunia perbankan.

3. Bagi Bank, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan, khususnya mengenai penilaian sistem pemberian kredit yang sudah ada, sehingga dapat dipergunakan sebagai pertimbangan perusahaan dalam menetapkan dan melaksanakan kebijakan tersebut dengan lebih baik dan tepat. 4. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang gambaran umum mengenai bank syariah dan bank konvensional terutama mengenai sistem atau mekanisme pemberian kreditnya dan penentuan bunga kredit atau bagi hasilnya dalam praktik nyata di lapangan maupun teorinya.


(26)

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini disusun dengan urutan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang dasar-dasar teoritis. Selanjutnya teori tersebut digunakan sebagai dasar (pedoman) dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, subyek dan obyek penelitian, jenis data yang digunakan dalam penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum Bank Rakyat Indonesia Cik Di Tiro Cabang Yogyakarta dan Bank Rakyat Indonesia Syariah Ahmad Dahlan Yogyakarta, yaitu mengenai pendirian usaha, visi dan misi, serta struktur organisasi dan manajemen.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan analisis mengenai persamaan dan perbedaan sistem serta perhitungan bunga kredit dalam pemberian kredit modal kerja dan bagi hasil musyarakahberdasarkan praktik yang terdapat di


(27)

Bank Rakyat Indonesia Cik Di Tiro Cabang Yogyakarta dan di Bank Rakyat Indonesia Syariah Ahmad Dahlan Yogyakarta.

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN

Pada akhir bab penelitian dituliskan kesimpulan dari hasil analisis, keterbatasan penelitian yang ditulis dan saran-saran yang bermanfaat bagi penelitian selanjutnya, dan pihak lain yang berkepentingan.


(28)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kredit

Definisi kredit menurut PSAK No. 31 adalah sebagai berikut: “Peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan”.

Hal yang termasuk dalam pengertian kredit yang diberikan adalah kredit dalam rangka pembiayaan bersama, kredit dalam restrukturisasi, dan pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan Note Purchase Agreement (NPA). Sedangkan pengertian kredit menurut UU RI No. 10 Tahun 1998, mendefinisikan sebagai berikut: “Penyediaan barang uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

Dalam kata kredit mengandung berbagai maksud, atau dengan kata lain dalam kata kredit terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu.


(29)

Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut:

1. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan keyakinan si pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (baik berupa uang, barang atau jasa) benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang sesuai jangka waktu kredit. Kepercayaan diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang melandasi mengapa suatu kredit berani dikucurkan. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi pemohon kredit sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan etikat baik nasabah terhadap bank.

2. Kesepakatan

Disamping unsur percaya di dalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing.

3. Jangka Waktu

Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut bisa berbentuk bisa berbentuk jangka pendek (dibawah satu tahun), jangka menengah (satu sampai tiga tahun), atau jangka panjang (diatas tiga tahun). Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran kredit yang sudah disepakati kedua belah pihak.


(30)

4. Resiko

Tenggang waktu pengembalian kredit memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macetnya pemberian suatu kredit. Semakin panjang suatu jangka waktu kredit, maka semakin besar resikonya, demikian pula sebaliknya. Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko yang disengaja oleh nasabah, maupun oleh resiko yang tidak disengaja, misalnya karena unsur bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainnya, sehingga nasabah tidak mampu lagi melunasi kredit yang diperolehnya.

5. Balas Jasa

Balas jasa bagi merupakan keuntungan atau pendapatan atas pemberian suatu kredit. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah berupa biaya administrasi kredit yang juga merupakan keuntungan bank.

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yang tentunya tergantung dari tujuan bank itu sendiri. Tujuan pemberian kredit juga tidak terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Dalam praktiknya tujuan pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut:

1. Mencari keuntungan

Tujuan utama pemberian kredit adalah untuk memperoleh keuntungan. Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada


(31)

nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank, disamping itu keuntungan juga dapat membesarkan usaha bank.

2. Membantu usaha nasabah

Tujuan selanjutnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dalam hal ini baik bank maupun nasabah sama-sama diuntungkan.

3. Membantu pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan di berbagai sektor, terutama sektor riil.

Secara garis besar keuntungan bagi pemerintah dengan menyebarnya pemberian kredit oleh dunia perbankan adalah sebagai berikut:

a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank. b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan

usaha baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru, sehingga dapat menyedot tenaga kerja yang masih menganggur.

c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah produksi barang dan jasa yang beredar di masyarakat, sehingga akhirnya masyarakat memiliki banyak plihan.


(32)

d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara. e. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai

untuk keperluan ekspor.

Disamping memiliki tujuan pemberian suatu fasilitas kredit juga memiliki suatu fungsi yang sangat luas. Fungsi kredit yang secara luas tersebut, antara lain: 1. Untuk meningkatkan daya guna uang

Meningkatkan daya guna uang maksudnya jika uang hanya disimpan saja dirumah tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna, dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit, kemudian juga dapat memberikan penghasilan tambahan kepada pemilik dana.

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan memperoleh tambahan uang dari daerah lainnya.

3. Untuk meningkatkan daya guna barang

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh si debitur untuk mengolah barang yang semula tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.


(33)

4. Untuk meningkatkan peredaran barang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar. Kredit untuk meningkatkan peredaran barang biasanya untuk kredit perdagangan atau kredit ekspor impor.

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi

Kredit dikatakan sebagai alat stabilitas ekonomi, karena dengan adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat.

6. Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

Dengan memperoleh kredit nasabah bergairah untuk dapat memperbesar atau memperluas usahanya.

7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik, terutama dalam hal meningkatkan pendapatan.

8. Untuk meningkatkan hubungan internasional

Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya, sehingga dapat pula tercipta perdamaian dunia.

Menurut Kasmir (2006: 109-112), secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain:


(34)

1. Dilihat dari segi kegunaan a. Kredit investasi

Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau biasanya digunakan untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dibutuhkan modal yang relatif besar pula.

b. Kredit modal kerja

Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit a. Kredit produktif

Kredit produktif digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai contohnya kredit untuk membangun pabrik yang nantinya akan menghasilkan barang, kredit pertanian akan menghasilkan produk pertanian, kredit pertambangan menghasilkan bahan tambang atau kredit industri akan menghasilkan barang industri.


(35)

b. Kredit konsumtif

Kredit konsumtif digunakan untuk konsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. Sebagai contoh kredit untuk perumahan, kredit mobil pribadi, kredit perabotan rumah tangga dan kredit konsumtif lainnya.

c. Kredit perdagangan

Kredit perdagangan merupakan kredit yang diberikan kepada pedagang dan digunakan untuk membiayai aktivitas perdagangannya seperti untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli barang dalam jumlah besar. Contoh kredit ini misalnya kredit ekspor dan impor.

3. Dilihat dari segi jangka waktu a. Kredit jangka pendek

Kredit jangka pendek merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja. Contohnya untuk peternakan, misalnya kredit peternakan ayam atau jika untuk pertanian misalnya tanaman padi atau palawija.

b. Kredit jangka menengah

Kredit jangka menengah merupakan kredit yang jangka waktu kreditnya berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga tahun dan biasanya kredit


(36)

ini digunakan untuk melakukan investasi. Sebagai contoh kredit untuk pertanian seperti jeruk, atau peternakan kambing.

c. Kredit jangka panjang

Kredit jangka panjang merupakan kredit yang masa pengembaliannya paling panjang. Kredit jangka panjang waktu pengembaliannya di atas tiga tahun atau lima tahun. Biasanya kredit ini untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa sawit, atau manufaktur dan untuk kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

4. Dilihat dari segi jaminan a. Kredit dengan jaminan

Kredit dengan jaminan merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud atau tidak berwujud atau jaminan orang, artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi minimal senilai jaminan atau untuk kredit tertentu jaminan harus melebihi jumlah kredit yang diajukan si calon debitur.

b. Kredit tanpa jaminan

Kredit tanpa jaminan merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas atau nama baik si calon debitur selama berhubungan dengan bank atau pihak lain.


(37)

5. Dilihat dari segi sektor usaha

a. Kredit pertanian, merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

b. Kredit peternakan, merupakan kredit yang diberikan untuk sektor peternakan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Untuk jangka pendek misalnya peternakan ayam dan jangka panjang, ternak kambing atau ternak sapi.

c. Kredit industri, merupakan kredit yang diberikan untuk membiayai industri, baik industri kecil, industri menengah atau industri besar.

d. Kredit pertambangan, merupakan kredit yang diberikan kepada usaha tambang. Jenis usaha tambang yang dibiayai, biasanya jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau timah.

e. Kredit pendidikan, merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana dan prasarana pendidikan atau dapat pula berupa kredit untuk para mahasiswa.

f. Kredit profesi, merupakan kredit yang diberikan kepada para kalangan profesional, seperti dosen, dokter, atau pengacara.

g. Kredit perumahan, yaitu kredit untuk membiayai pembangunan atau pembelian perumahan dan biasanya berjangka waktu panjang.

Kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang diberikan oleh bank mengandung risiko, sehingga dalam setiap pemberian kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah harus memperhatikan asas-asas


(38)

perkreditan atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang sehat berdasarkan prinsip kehati-hatian. Berdasarkan penjelasan pasal 8 Undang-Undang Perbankan yang diubah, yang mestinya dinilai oleh bank sebelum memberikan kredit atau pembiayan berdasarkan prinsip syariah adalah watak, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah debitur, dimana menurut Teguh ( 2001: 11 ), dikenal dengan sebutan “the six C of credit analysis” atau prinsip 6 C, yang terdiri dari: 1. Character

Charactermerupakan sifat atau watak seseorang. Sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat dipercaya. Untuk membaca watak atau sifat dari calon debitur dapat dilihat dari latar belakang si nasabah, baik yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobi dan jiwa sosial. Dari sifat dan watak ini dapat dijadikan suatu ukuran tentang“kemauan”nasabah untuk membayar.

2. Capacity

Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat “kemampuannya” dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.Capacitysering disebut dengan namaCapability.


(39)

3. Capital

Untuk melihat penggunaan modal apakah efektif atau tidak, dapat dilihat dari laporan keuangan (neraca dan laporan laba/rugi) yang disajikan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas dan solvabilitasnya, rentabilitasdan ukuran lainnya. Analisis capitaljuga harus menganalisis dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini, termasuk persentase modal yang digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan, berapa modal sendiri dan berapa modal pinjaman.

4. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi, sosial dan politik yang ada sekarang dan prediksi untuk di masa yang akan datang. Penilaian kondisi atau prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.

5. Collateral

Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang diberikan. Jaminan juga harus diteliti keabsahan dan kesempurnaannya, sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat mungkin.


(40)

6. Constraints

Constraints merupakan hambatan atau rintangan berupa faktor sosial psikologi yang ada pada suatu daerah tertentu yang mengakibatkan proyek tidak dapat dilaksanakan.

Selanjutnya penilaian suatu kredit menurut Kasmir (2006: 119) dapat pula dilakukan dengan analisis 7 P dengan unsur penilaian sebagai berikut:

1. Personality

Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun kepribadiannya masa lalu. Penilaian personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah dan menyelesaikannya.

2. Party

Party yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. Nasabah yang digolongkan kedalam golongan tertentu akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

3. Purpose

Purpose digunakan untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam sesuai kebutuhan. Sebagai contoh apakah untuk modal kerja, investasi, konsumtif, produktif, dan lain-lain.


(41)

4. Prospect

Prospect digunakan untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang menguntungkan atau tidak dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah.

5. Payment

Payment merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. Sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh usaha lainnya.

6. Profitability

Profitability untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode-periode, apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

7. Protection

Protection bertujuan untuk menjaga agar kredit yang diberikan mendapatkan jaminan perlindungan, sehingga kredit yang diberikan benar-benar aman, perlindungan yang diberikan oleh debitur dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.


(42)

Dalam praktiknya disamping menggunakan analisis 6 C dan analisis 7 P, maka penilaian suatu kredit layak atau tidak untuk diberikan dapat dilakukan dengan menilai seluruh aspek yang ada. Penilaian dengan seluruh aspek yang ada dikenal dengan nama studi kelayakan usaha. Penilaian dengan model ini biasanya digunakan untuk proyek-proyek yang bernilai besar dan berjangka waktu panjang. Aspek-aspek yang dinilai antara lain meliputi:

1. Aspek yuridis/hukum

Dalam aspek ini yang dinilai adalah masalah legalitas badan usaha serta ijin-ijin yang dimiliki perusahaan yang mengajukan kredit. Penilaian dimulai dengan meneliti keabsahan dan kesempurnaan akta pendirian perusahaan, sehingga dapat diketahui pemilik. Kemudian juga diteliti keabsahannya dari dokumen atau surat-surat penting lainnya seperti:

a. Surat Ijin Usaha Industri (S.I.U.I.) untuk sektor industri.

b. Surat Ijin Usaha Perdagangan (S.I.U.P.) untuk sektor perdagangan. c. Tanda Daftar Perusahaan (TDP).

d. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).

e. Keabsahan surat-surat yang dijaminkan misalnya sertifikat tanah dan sertifikat deposito.

f. Serta dokumen-dokumen yang dianggap penting lainnya, seperti KTP. 2. Aspek Pasar dan Pemasaran

Dalam aspek ini yang kita nilai adalah besar kecilnya permintaan terhadap produk yang dihasilkan sekarang ini dan di masa yang akan datang, sehingga


(43)

diketahui prospek pemasaran produk tersebut. Yang perlu diteliti dalam aspek ini adalah:

a. Hasil penjualan produksi minimal tiga bulan yang lalu atau tiga tahun yang lalu.

b. Rencana penjualan dan produksi minimal tiga bulan atau tiga tahun yang akan datang.

c. Peta kekuatan pesaing yang ada, sepertimarket shareyang dikuasai. d. Prospek produk secara keseluruhan.

3. Aspek keuangan

Aspek yang dinilai adalah sumber-sumber dana yang dimiliki untuk membiayai usahanya dan bagaimana penggunaan dana tersebut. Disamping itu hendaknya dibuatkan cash flow keuangan perusahaan. Dari cash flow ini akan terlihat pendapatan dan biaya-biaya sehingga dapat dinilai layak atau tidak usaha tersebut, termasuk keuntungan yang diharapkan. Penilaian bank dari aspek keuangan biasanya mencakup antara lain:

a. Rasio Likuiditas, mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif dengan hutang lancarnya.

b. Rasio Solvabilitas, mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya.


(44)

d. Net Present value (NPV), menghitung selisih nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan kas bersih (operasional maupun terminalcash flow) di masa yang akan datang.

e. Profitability index (PI), membandingkan antara nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa datang dengan nilai sekarang investasi. PI > 1, maka proyek diterima, PI < 1, maka proyek ditolak. f. Internal Rate of Return (IRR)

= − −

g. DanBreak Event Point (BEP)

= 1−

4. Aspek teknis/operasi

Merupakan aspek yang membahas masalah yang berkaitan dengan produksi, lokasi dan lay out, seperti kapasitas mesin yang digunakan. Masalah lokasi usaha seperti kantor pusat, cabang atau pergudangan. Demikian pula dengan masalah lay out gedung dan lay out ruangan dan lay out mesin-mesin termasuk jenis mesin dan teknologi yang digunakan.

5. Aspek manajemen

Aspek ini digunakan untuk menilai struktur organisasi perusahaan, sumber daya manusia yang dimiliki serta latar belakang pendidikan dan pengalaman sumber daya manusianya. Pengalaman perusahaan dalam mengelola berbagai proyek yang ada juga menjadi pertimbangan lain.


(45)

6. Aspek sosial ekonomi

Aspek sosial ekonomi adalah menganalisis dampak yang timbul akibat adanya proyek terhadap perekonomian masyarakat dan sosial masyarakat secara umum, seperti:

a. Meningkatnya ekspor barang atau sebaliknya mengurangi ketergantungan terhadap impor.

b. Mengurangi pengangguran.

c. Meningkatkan pendapatan masyarakat. d. Tersedianya sarana dan prasarana. e. Membuka isolasi daerah tertentu. 7. Aspek amdal

Amdal atau analisis dampak lingkungan merupakan analisis terhadap lingkungan baik darat, air, atau udara, termasuk kesehatan manusia akibat proyek tersebut dijalankan. Analisis ini dilakukan secara mendalam sebelum kredit tersebut disalurkan, sehingga proyek yang dibiayai tidak akan mengalami pencemaran lingkungan di sekitarnya.

Disamping menggunakan prinsip pemberian kredit di atas, bank dalam memberikan kredit juga menggunakan prinsip 3R, yaitu:

1. Returns(Hasil yang Diperoleh)

Returns, merupakan hasil yang diperoleh oleh debitur dalam hal ini ketika kredit telah dimanfaatkan dan dapat diantisipasi oleh calon kreditur, artinya perolehan tersebut mencukupi untuk membayar kembali kredit beserta bunga,


(46)

ongkos-ongkos, disamping membayar keperluan perusahaan yang lain seperti untuk cash flow, kredit lain jika ada.

2. Repayment(Pembayaran Kembali)

Kemampuan membayar dari pihak debitur tentu saja juga harus dipertimbangkan, dan apakah kemampuan membayar tersebut match dengan schedulepembayaran kembali dari kredit yang akan diberikan.

3. Risk Bearing Ability(Kemampuan Menanggung Resiko)

Menurut Munir Fuady (1996:25-27), kemampuan debitur untuk menanggung resiko juga perlu diperhatikan, untuk itu harus diperhitungkan apakah misalnya jaminan dan/atau asuransi barang atau kredit sudah cukup aman untuk menutupi resiko.

B. Proses Permohonan Kredit

1. Menurut Suyatno (2003: 62), permohonan kredit mencakup: a. Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas kredit. b. Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.

c. Permohonan perpanjangan/pembaharuan masa berlaku kredit yang telah berakhir jangka waktunya.

d. Permohonan-permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas kredit yang sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan, perubahan/pengunduran jadwal angsuran dan lain sebagainya.

2. Berkas permohonan kredit, terdiri dari:

a. Surat-surat permohonan nasabah yang ditandatangani secara lengkap dan sah.


(47)

b. Daftar isian yang disediakan oleh bank yang secara sebenarnya dan lengkap diisi oleh nasabah.

c. Daftar lampiran lainnya yang diperlukan menurut jenis fasilitas kredit. 3. Pencatatan

Setiap surat permohonan kredit yang diterima harus dicatat dalam register khusus yang disediakan.

4. Kelengkapan dan Berkas Permohonan

Permohonan dinyatakan lengkap bila telah memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk pengajuan permohonan menurut jenis kreditnya. Selama permohonan kredit sedang dalam proses, maka berkas-berkas permohonan harus dipelihara dalam berkas permohonan.

5. Formulir Daftar Isian Permohonan Kredit

Untuk memudahkan bank memperoleh data yang diperlukan, bank mempergunakan Daftar Isian Kredit yang harus diisi oleh nasabah, formulir-formulir neraca, daftar laba-rugi.

Proses pemberian kredit untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini.


(48)

Gambar 2.1: Proses Pemberian Kredit Sumber : Jusup, 1992: 134


(49)

C. Penyidikan dan Analisis Kredit

Penyidikan (investigasi) kredit adalah pekerjaan yang meliputi: 1. Wawancara dengan pemohon kredit atau debitur.

2. Pengumpulan data yang berhubungan dengan permohonan kredit yang diajukan nasabah, baik data intern bank maupun data ekstern. Dalam hal ini termasuk informasi antarbank dan pemeriksaan pada daftar-daftar hitam dan daftar-daftar kredit macet.

3. Pemeriksaan/penyidikan atas kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal yang dikemukan nasabah dan informasi lainnya yang diperoleh.

4. Penyusunan laporan seperlunya mengenai hasil penyidikan yang telah dilaksanakan.

Analisis kredit adalah pekerjaan yang meliputi:

1. Mempersiapkan pekerjaan-pekerjaan penguraian dari segala aspek, baik aspek keuangan maupun non keuangan untuk mengetahui kemungkinan dapat/tidak dapat dipertimbangkan suatu permohonan kredit.

2. Menyusun laporan analisis yang diperlukan, yang berisi penguraian dan kesimpulan serta penyajian alternatif-alternatif sebagai bahan pertimbangan untuk pengembalian keputusan pimpinan dari permohonan kredit nasabah.

Dalam permintaan kredit modal kerja, petugas kredit harus melakukan analisis kebutuhan modal kerja sebagai dasar menetapkan jumlah kredit yang akan diberikan dengan menggunakan beberapa pendekatan, antara lain:

1. Untuk kredit produksi, ekspor, perdagangan dan lain-lain usaha yang kegiatan perputaran modalnya berjalan terus-menerus secara tetap (constan) sesuai


(50)

dengan kapasitas yang dimiliki serta kemampuan pemasarannya, perhitungan modal kerja dapat menggunakan pendekatan berdasarkan jumlah ratio/hari atas activity ratio’s dari angka-angka neraca dan daftar laba/rugi nasabah yang sudah dinilai kewajarannya dalam bentuk, misalnya:

Days Receivable × 360ℎ = hari Days Inventory × 360ℎ = hari

Days Payable × 360ℎ = hari

(-) Net Trade Cycle = hari Proyeksi kebutuhan modal kerja, sebagai berikut:

Proyek modal kerja (tahun depan)

360 × × (100% + %) =

Modal kerja yang tersedia (tahun berjalan) Current Assets – Current Liabilities =

Kebutuhan Modal Kerja =

Catatan: x % persentase peningkatan sales yang direncanakan.

2. Untuk kredit usaha musiman, kredit industri konstruksi (bridging finance) dan lain-lain kredit uang bersifat transaksional, hendaknya menggunakan pendekatan berupa cash flow projection. Pendekatan ini di samping untuk mengukur berapa banyak kebutuhan modal kerja yang diperlukan juga untuk mengukur waktu penggunaan kredit yang akan diberikan.


(51)

D. Keputusan atas Permohonan Kredit

Keputusan atas permohonan kredit adalah setiap tindakan pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan berupa menolak, menyetujui dan atau mengusulkan permohonan fasilitas kredit kepada pejabat yang lebih tinggi.

Setiap keputusan permohonan kredit, harus memperhatikan penilaian syarat-syarat umum yang pada dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan kredit dan analisis kredit. Bahan pertimbangan atau informasi-informasi lainnya yang diperoleh pejabat pengambil keputusan, harus dibubuhkan secara tertulis (disposisi-disposisi).

Wewenang mengambil keputusan kredit, adalah sebagai berikut: 1. Wewenang Kepala Bagian Kredit/Cabang

a. Sampai dengan jumlah permohonan dalam jenis kredit yang ditentukan oleh direksi/kantor pusat, kepala bagian kredit/kepala cabang diberi wewenang untuk memutuskan permohonan dalam batas-batas tertentu tanpa mengusulkan terlebih dahulu kepada kantor pusat.

b. Jika permohonan berada di luar batas wewenangnya, cabang harus mengusulkan terlebih dahulu permohonan fasilitas kredit tersebut kepada direksi/kantor pusat disertai hasil penilaian serta kesimpulan-kesimpulan dan usul-usul yang definitif.


(52)

2. Wewenang Direksi/Kantor Pusat

Direksi/kantor pusat memberikan keputusan permohonan fasilitas kredit yang dilakukan oleh bagian kredit/cabang setelah mengadakan penilaian permohonan fasilitas kredit yang diusulkan.

3. Direksi/Kantor Pusat dengan Bank Indonesia

Tentang jenis-jenis yang menurut ketentuan memerlukan persetujuan dari Bank Indonesia, terlebih dahulu kantor pusat akan meneruskan permohonan kredit tersebut kepada Bank Indonesia. Pemberitahuan keputusan kepada cabang, baru dilakukan setelah mendapat keputusan dari Bank Indonesia.

Laporan penggunaan wewenang, setiap keputusan yang diambil oleh bagian kredit/cabang dalam hubungannya dengan wewenangnya, baik berupa persetujuan maupun penolakan atas permohonan fasilitas kredit, harus dilaporkan ke direksi/kantor pusat yang umumnya berupa tembusan surat, serta tindakan analisis lengkap, setelah itu dikirim kepada biro yang membidanginya. Setiap keputusan harus diberitahukan kepada pemohon secara tertulis.

Pada prinsipnya pengusulan permohonan kredit ke direksi/kantor pusat harus dilakukan dengan surat. Apabila dipandang perlu, pengusulan dapat diajukan melalui kawat/teleks yang kemudian harus selalu ditegaskan dengan surat, disertai penjelasan-penjelasan yang diperlukan.

Dalam hal bagian kredit atau cabang memutuskan untuk mengusulkan permohonan kredit kepada direksi/kantor pusat, maka dalam surat usul harus dimuat minimal data sebagai berikut:


(53)

1. Informasi mengenai nasabah selengkapnya

Informasi yang dimaksud terutama mengenai perilaku/karakter nasabah, kemampuan dan pengalaman berusaha dan hal-hal yang mencerminkan kepribadian serta kemampuan nasabah/calon nasabah sebagai ukuran dari sebagian sumber dan daya pelunasan kreditnya.

2. Aktivitas usaha nasabah 3. Jaminan

4. Financial Statement 5. Cash Flow Projection

Untuk jenis-jenis kredit (seperti kredit industri konstruksi, kredit musiman, kredit investasi dan kredit lainnya yang sifatnya transaksional atau berangsuran dengan jangka tertentu), surat usul tersebut secara mutlak harus disertai dengan cash flow projection, sehingga dapat disusun jadwal waktu (time schdule) pelunasannya secara baik. Untuk kredit produksi proyeksi ini hanya berfungsi sebagai alat pembantu dalam menentukan kebutuhan maksimal nasabah modal kerja.

6. Aktivitas rekening

Calon nasabah/nasabah yang memiliki rekening (giro dan atau pinjaman), harus menguraikan juga mengenai aktivitas rekening antara lain: saldo tertinggi, terendah dan saldo rata-rata tiap bulan serta indikasi aktivitas rekening berupa jumlah/frekuensi mutasi debit dan kreditnya.


(54)

E. Penolakan dan Persetujuan Permohonan Kredit 1. Penolakan permohonan kredit

Oleh bagian kredit atau cabang

Penolakan ini adalah untuk permohonan kredit yang nyata-nyata dianggap oleh bank secara teknis tidak memenuhi persyaratan. Langkah-langkah yang harus diperhatikan adalah:

a. Semua keputusan penolakan harus disampaikan secara tertulis kepada nasabah dengan disertai alasan penolakannya.

b. Surat penolakan permohonan minimal dibuat dalam rangkap tiga: 1) Asli dikirimkan kepada pemohon.

2) Lembar kedua beserta copy (salinan) surat permohonan nasabah dikirim kepada direksi.

3) Lembar ketiga untuk arsip bagian kredit atau kantor cabang.

c. Dalam hal penolakan permohonan baru, maka jika diminta semua berkas permohonan dapat dikembalikan kepada pemohon kecuali surat permohonannya.

d. Dalam hal penolakan permohonan perpanjangan, berarti jangka waktu kredit tidak diperpanjang. Bank harus menegaskan kepada nasabah agar segera menyelesaikan semua kewajibannya kepada bank atau mengajukan rencana pelunasannya.

e. Dalam hal penolakan tambahan kredit, maka harus ditegaskan bahwa nasabah hanya tetap menikmati limit kredit yang telah disetujui semula. Berkas-berkas permohonan tambahan tidak dikembalikan kepada pemohon.


(55)

f. Dalam hal penolakan perubahan persyaratan lainnya dari kredit yang sedang berjalan, maka nasabah tetap mempunyai hak dan kewajiban sesuai dengan syarat-syarat yang telah disetujui semula. Apabila permohonan perubahan syarat-syarat ini menunjukkan hubungan dengan gejala-gejala yang tidak sehat, maka harus diambil tindakan pengamanan berupa inventarisasi jaminan dan memberikan bimbingan dan pengawasan yang lebih ketat terhadap nasabah.

Oleh bagain kredit atau cabang setelah mendapat keputusan penolakan direksi Langkah-langkah yang diambil, sama dengan penolakan yang diuraikan pada subbab diatas dengan memperhatikan alasan-alasan penolakannya yang disampaikan oleh direksi.

2. Persetujuan permohonan kredit

Persetujuan permohonan kredit adalah keputusan bank untuk mengabulkan sebagian atau seluruh permohonan kredit dari calon debitur. Untuk melindungi kepentingan bank dalam pelaksanaan persetujuan tersebut, maka biasanya ditegaskan terlebih dahulu syarat-syarat fasilitas kredit dan prosedur yang harus ditempuh oleh nasabah, seperti surat penegasan persetujuan permohonan kredit kepada pemohon, pengikatan jaminan, penandatanganan perjanjian kredit, penandatanganan surat aksep, pembayaran bea meterai kredit, pembayaran provisi kredit, asuransi barang jaminan, dan asuransi kredit.


(56)

F. Pencairan Fasilitas Kredit

Pencairan fasilitas kredit adalah setiap transaksi dengan menggunakan kredit yang telah disetujui oleh bank. Dalam praktiknya, pencairan kredit ini berupa pembayaran dan/atau pemindahbukuan atas beban rekening pinjaman atau fasilitas lainnya.

Bank hanya menyetujui pencairan kredit oleh nasabah, bila syarat-syarat yang harus dipenuhi nasabah telah dilaksankan. Pengikatan jaminan secara sempurna dan penandatanganan warkat-warkat kredit (perjanjian kredit) mutlak harus mendahului pencairan kredit.

Bentuk penyediaan fasilitas kredit berbagai macam, yaitu: penyediaan fasilitas kredit dengan suatu limit yang ditarik menurut kebutuhan dengan sifat revolving (dana yang berputar), hal ini biasa dikenal dengan nama “Pencairan dalam Rekening Koran”, penyediaan fasilitas kredit yang pencairannya dilakukan berdasarkan jadwal pencairan yang mencapai suatu limit yang disetujui, kemudian dengan pembayaran kembali secara sekaligus atau dengan cara angsuran menurut jadwal, penyedian fasilitas kredit yang pencairannya sekaligus dengan pembayaran kembali atau dengan angsuran menurut jadwal tertentu, pernyataan bank sebagai pinjaman atau menyanggupi ikatan lainnya yang dapat mengakibatkan kewajiban bank untuk membayar kepada pihak ketiga.

Cara pencairan kredit yang telah disetujui dapat dilakukan dengan alat-alat dan cara yang ditentukan oleh bank, antara lain pencairan dengan cara menarik cek atau giro bilyet, dengan kuitansi, dengan dokumen-dokumen lainnya yang oleh bank dapat diterima sebagai perintah pembayaran, atau dengan pemindahbukuan atas beban rekening pinjaman nasabah.


(57)

G. Cara-Cara Perhitungan Bunga Kredit

Suyatno (1992:99) menjelaskan bahwa, berdasarkan cara-cara perhitungan bunga kredit yang dibebankan bank kepada nasabahnya, cara perhitungan bunga kredit dapat dibedakan atas:

1. Sliding Rate

Cara perhitungan bunga dengan rumussliding rateadalah pembebanan bunga terhadap nilai pokok pinjaman akan semakin menurun dari bulan ke bulan (atau dari suatu periode ke periode berikutnya) sesuai dengan menurunnya pokok pinjaman sebagai akibat adanya pembayaran cicilan pokok pinjaman. 2. Flat Rate

Cara perhitungan bunga dengan rumus flat rate adalah pembebanan bunga terhadap nilai pokok pinjaman akan tetap dari satu periode ke periode lainnya walaupun pokok pinjaman menurun sebagai akibat adanya pembayaran cicilan pokok pinjaman.

3. Floating Rate

Cara perhitungan bunga dengan rumus floating rate (bunga mengembang) adalah cara penentuan bunga yang besarnya ditetapkan dengan perkembangan tingkat bunga yang ada di pasar uang (money market rate). Tingkat bunga bisa ditetapkan dengan dasar domestic money market ataupun international money market rate.

Rumusfloating ratedapat dijelaskan sebagi berikut:

a. Money market rate 6 bulan + 2% b. LIBOR/SIBOR(London Interbank Offered Rate) 6 bulan + 2%


(58)

Penggunaan perhitungan bunga dengan rumus floating rate pada umumnya dikenakan kepada nasabah peminjam (debitur) yang jangka waktu pinjamannya lebih dari 5 tahun, ataupun pinjaman jangka panjang lainnya.

H. Pembiayaan

Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah yang tercantum dalam UU RI No. 10 Tahun 1998 adalah “Penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil”.

Pembiayaan merupakan sumber pendapatan bagi bank syariah. Tujuan pembiayaan yang dilaksanakan perbankan syariah terkait dengan stakeholder, yaitu:

1. Para pemilik dana mengharapkan akan memperoleh penghasilan atas dana yang ditanamkan pada bank tersebut.

2. Para pegawai mengharapkan dapat memperoleh kesejahteraan dari bank yang dikelolanya.

3. Para debitur, dengan penyediaan dana baginya, mereka terbantu guna menjalankan usahanya (sektor produktif) atau terbantu untuk pengadaan barang yang diinginkannya (pembiayaan konsumtif)

4. Akibat penyediaan pembiayaan, pemerintah terbantu dalam pembiayaan pembangunan negara disamping itu akan diperoleh pajak (berupa pajak pengahasilan atas keuntungan yang diperoleh bank dan juga perusahaan-perusahaan).


(59)

5. Bagi bank yang bersangkutan, hasil dari penyaluran pembiayaan, diharapkan bank dapat meneruskan dan mengembangkan usahanya agar tetap survive, dan meluas jaringan usahanya, sehingga semakin banyak masyarakat yang dapat dilayaninya.

Pembiayaan ada berbagai macam jenis seperti: berdasarkan prinsip bagi-hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual-beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina).

I. Pelaksanaan Pemberiaan Pembiayaan Proses pemberian pembiayaan meliputi: 1. Surat Permohonan Pembiayaan

Dalam surat permohonan berisikan jenis pembiayaan yang diminta nasabah, untuk berapa lama, berapalimit/plafon yang diminta, serta sumber pelunasan pembiayaan berasal dari mana.

Disamping itu, surat di atas dilampiri dengan dokumen pendukung, antara lain: identitas pemohon, legalitas (akta pendirian/perubahan, Surat Keputusan Menteri, perijinan-perijinan), bukti kepemilikan agunan (jika diperlukan). 2. Proses Evaluasi

Dalam penilaian suatu permohonan, bank syariah tetap berpegang pada prinsip kehati-hatian serta aspek lainnya, sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil analisis yang cermat dan akurat.


(60)

Proses penilaian yang dimaksud, meliputi: 1. Didasarkan pada surat permohonan yang lengkap

Dengan kata lain, permohonan yang tidak didukung data dan dokumen yang lengkap tidak dapat diproses. Biasanya cepat/lambatnya pemprosesan suatu permohonan pembiayaan, terutama ditentukan pada tahap ini. Jika dipaksakan (baik oleh nasabah maupun pimpinan bank), hasilnya akhirnya sangat beresiko, yang kemungkinan besar menimbulkan kerugian di pihak bank dan nasabah yang bersangkutan. 2. Proses penilaian

a. Kantor Pusat/Kanwil

1) Permohonan dari Kantor cabang

2) Unit Penilai di Kantor Pusat/Wilayah melakukan review atas permohonan nasabah yang telah dilakukan penilaian/analisis oleh Kantor Cabang.

3) Komite Pembiayaan (Kantor Pusat/Wilayah) 4) Keputusan

5) Unit Penilai (Kantor Puasat/Wilayah) meneruskan keputusan Kantor Pusat/Wilayah ke Kantor Cabang yang bersangkutan 6) Keputusan diterima Kantor Cabang, dengan macam keputusan:

a) Ditolak

Bila permohonan nasabah ditolak, maka keputusan Kanpus/Kanwil tersebut diteruskan ke pemohon yang bersangkutan.


(61)

b) Dipenuhi

1. Persetujuan Kanpus/Kanwil diteruskan ke pemohonan 2. Penandatangan akad

3. Pengamanan Pembiayaan, misal penutupam asuransi dan pengikatan agunan (jika perlu)

4. Realisasi 5. Pemantauan

6. Pelunasan/perpanjangan b. Kantor Cabang

1) Pembuatan nota/memo penilaian oleh Unit Penilai Kantor Cabang 2) Proses pengambilan keputusan oleh Komite Pembiayaan

3) Keputusan: a) Ditolak

Oleh Unit Penilai, keputusan ini diteruskan ke nasabah pemohon.

b) Disetujui

1. Oleh Unit Penilai, keputusan ini dibuatkan surat persetujuan yang memuat persyaratan serta klausula lainnya

2. Penandatangan akad pembiayaan 3. Pengamanan Pembiayaan

4. Realisasi Pembiayaan 5. Pemantauan


(62)

6. Pelunasan/perpanjangan/tambahan plafon/lainnya. 3. Format memo/nota penilaian, meliputi antara lain:

a. Informasi Umum

1) Perusahaan : Nama, alamat kantor/pabrik/gudang, bidang usaha 2) Status hukum : PT, CV, Perorangan, Koperasi.

3) Pemegang saham : Nama dan porsi saham yang dimiliki b. Aspek legalitas

1) SIUP-Surat Ijin Usaha Perdagangan 2) TDP-Tanda Daftar Perusahaan 3) SITU-Surat Ijin Tempat Usaha

4) HO-Hinder Ordonantie/Ijin Gangguan c. Aspek Manajemen

1) Struktur organisasi: bentuk organisasi, kepengurusan (nama, jabatan, kewarganegaraan)

2) Reputasi perusahaan: Pengalaman usaha dan kemampuan mengatasi kesulitan

3) Independensi 4) Integritas

5) Management Policies/Practices and Control 6) Umur dan tingkat kesehatannya

7) Gaya manajemen (otoriter, demokratis, cepat/lambat dalam mengambil keputusan/bersikap)


(63)

d. Aspek Pemasaran 1) Produk

a) Karakteristik produk ( kebutuhan pokok/barang sekunder ) b) Life cycle

c) Pengembangan produk d) Diversifikasi/konsentrasi

e) Tingkat harga, menyangkut sumber bahan baku (lokal/impor, bagaimana peraturan pemerintahan), proses produksinya (padat karya/modal)

2) Pemasaran dan kompetisi:

a) Tujuan: domestik atau ekspor b) Saluran distribusi: pendek atau panjang c) Tingkat persaingan: tajam atau longgar d) Produk pengganti: banyak atau sedikit

e) Daya beli dan minat masyarakat terhadap produk perusahaan tersebut.

f) Manajemen pemasaran.

g) Pangsa pasar dan posisi pasar(market leader/follower) e. Aspek Sosial Ekonomi

1) Manfaat perusahaan

Tersedianya lapangan kerja, menghemat/menghasilkan devisa, keuntungan lain yang diterima masyarakat luas, sumbangannya terhadap pajak pendapatan negara.


(64)

2) Dampak lain

Dampak terhadap lingkungan negatif/positif, aspek sosial budaya yang dipengaruhi.

f. Aspek Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang dibutuhkan: skilled/unskilled labour, dari mana berasal, dapatkah menyerap/mengurangi pengangguran sekitar.

g. Aspek Teknis

1) Lokasi usaha: Apakah dekat dengan pasar atau tenaga kerja atau sumber daya listrik atau transportasi?

2) Bangunan gedung kantor/gudang yang tersedia: Apakah memadai/ mendukung atau tidak?

3) Mesin yang dipergunakan: kapasitas, umur (teknis/ekonomis), suku cadang mudah didapat.

4) Teknologinya: kuno, madya atau mutakhir. 5) Lay outmesin: menyangkut efisiensi 6) Kelengkapan alat yang dimiliki h. Aspek Keuangan

1) Sifat laporan keuangan : komersiil,auditeddan kualifikasinya. 2) Kewajaran laporan keuangan

3) Analisaratio

4) Analisa sumber dan penggunaan dana 5) Proyeksi aliran kas(Projected Cash Flow) 6) Perhitungan modal kerja


(65)

7) Perhitungan pembiayaan investasi i. Aspek Komersiil

1) Apakah produknya mudah dijual?

2) Apakah bahan mentah tersedia banyak dan mudah didapat? 3) Kemudahanprosesing

j. Agunan/Jaminan

1) Status kepemilikan : milik sendiri/orang lain.

2) Status hukum : bukti kepemilikan dapat diikat/tidak, sudah diikat/belum.

3) Nilai taksasi/harga jual k. Analisa Risiko

1) Apakah potensiil yang mungkin timbul? 2) Bagaimana solusi untuk menyelesaikannya? l. Pertimbangan

Berupa pertimbangan dari berbagai sudut pandang. m. Kesimpulan

Berdasarkan keseluruhan evaluasi/penilaian, dapat ditarik suatu kesimpulan apakah proyek layak/tidak untuk dibiayai.

n. Saran

Unit kerja pemprosesan dapat memberikan saran diterima dengan persyaratan apa atau ditolak dengan alasan apa.

o. Keputusan


(66)

J. Musyarakah

Musyarakah merupakan akad kerjasama diantara para pemilik modal yang mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan. Istilah lain dari musyarakah adalah sharikah atau syirkah. Menurut Al-Harran Saad, musyarakah adalah kerjasama antara kedua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Musyarakah ada dua jenis, yaitu musyarakah pemilikan dan musyarakah akad (kontrak). Musyarakah pemilikan tercipta karena warisan wasiat atau kondisi lainnya yang berakibat pemilikkan satu aset oleh dua orang atau lebih. Sedangkan musyarakah akad tercipta dengan kesepakatan di mana dua orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka memberikan modal musyarakah dan berbagi keuntungan dan kerugian.

Dalam musyarakah mitra dan bank bersama-sama menyediakan modal untuk membiayai suatu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru. Pembiayaanmusyarakahdapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aktiva non kas, termasuk aktiva tidak berwujud seperti lisensi dan hak paten.

Musyarakah dapat bersifat permanen maupun menurun. Dalam musyarakahpermanen, bagian modal setiap mitra ditentukan sesuai dengan akad dan jumlahnya tetap sampai akhir masa akad, sedangkan dalam musyarakah menurun, bagian modal bank akan dialihkan secara bertahap kepada mitra, sehingga bagian modal bank akan menurun dan pada akhir masa akad mitra akan menjadi pemilik usaha tersebut.


(67)

Laba musyarakah dibagi diantara para mitra, baik secara proporsional sesuai dengan modal yang disetorkan atau sesuai dengan nisbah yang disepakati oleh semua mitra. Sedangkan jika rugi dibebankan secara proporsional sesuai dengan modal yang disetorkan.

Menurut Muhammad (2000:64), teknik musyarakah dalam perbankan syariah, sebagai berikut:

1. Bentuk umum dari usaha bagi hasil musyarakah (syirkah atau syarikah atau serikat atau kongsi). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-sama.

2. Termasuk dalam golonganmusyarakahadalah bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. 3. Secara spesifikasi bentuk kontribusi dari pihak yang bekerjasama dapat

berupa dana, barang perdagangan (trading asset), kewiraswastaan (entrepreneurship), kepandaian(skill) atauintangible asset, seperti hak paten atau goodwill, kepercayaan reputasi (Credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang.

4. Dengan merangkum seluruh kombinasi dan bentuk kontribusi masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat fleksibel.


(68)

Ketentuan umum pembiayaanmusyarakahsebagai berikut:

1. Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek, tetapi pemilik modal tidak diperkenankan melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Menggabungkan harta proyek dengan harta pribadi.

b. Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa ijin pemilik modal lainnya.

c. Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan pihak lain.

d. Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerjasama apabila menarik diri dari perserikatan, meninggal dunia atau menjadi tidak cakap hukum. 2. Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus

diketahui bersama. Keuntungan dibagi sesuai porsi kesepakatan, sedangkan kerugian dibagi sesuai dengan porsi kotribusi modal.

3. Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati.

Sebagaimana diketahui, pembiayaan musyarakah adalah suatu teknik pembiayaan di bank syariah diantara dua atau lebih pemilik dana, secara bersama-sama membiayai suatu usaha yang akan dijalankan oleh pelaksana. Pelaksana dapat berasal dari salah satu pemilik dana, dapat juga orang lain yang bukan pemilik dana.


(69)

Menurut imam Hanafi hanya ada dua rukun dan syaratmusyarakah yaitu ijabdanqabul. Tetapi para ulama dan praktisi perbankan menjabarkan lagi rukun musyarakahmenjadi:

1. Ucapan (sigot), penawaran dan penerimaan(ijabdanqabul). 2. Pihak yang berkontrak.

3. Obyek kesepakatan: modal dan kerja.

Sedangkan syarat pembiayaanmusyarakahadalah sebagai berikut: 1. Baik pemilik modal maupun pengelola keduannya cakap hukum. 2. Modal harus tunai, dalam jumlah yang dapat dihitung/terukur. 3. Porsi pembagian keuntungan disepakati bersama.

4. Jenis usaha fisik yang dilakukan dalam syirkah ini harus dapat diwakilkan kepada orang lain. Hal ini penting karena dalam kenyataan, sering kali satu partner mewakili perusahaan untuk melakukan persetujuan/transaksi dengan perusahaan lain. Jika syarat ini tidak ada dalam jenis usaha, maka akan sulit menjalankan perusahaan dengan leluasa.

5. Keuntungan yang didapat nanti dari hasil usaha diketahui dengan jelas. Masing-masing partner harus mengetahui saham dan keuntungannya seperti 15 % atau 34 % dan seterusnya.

Selanjutnya para ahli fikih dan perbankan menjabarkan rukun dan syarat dalam bermusyarakahdapat dijabarkan seperti:

1. Ucapan (sigot)

Tidak ada bentuk khusus dari kontrak musyarakah. Ia dapat berbentuk pengucapan yang menunjukkan tujuan. Berakad dianggap sah jika diucapkan


(70)

secara verbal atau tertulis. Kontrak musyarakah dicatat dalam tulisan dan disaksikan.

2. Pihak yang berkontrak

Disyaratkan bahwa mitra harus kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilan, karena dalam musyarakah mitra kerja juga berarti mewakilkan harta untuk diusahakan sama halnya denganmudharabah.

3. Obyek kontrak (dana dan kerja) a. Dana

1) Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama.

2) Modal dapat terdiri dari aset perdagangan, seperti barang-barang, properti, perlengkapan dan sebagainya. Dapat juga dalam bentuk hak yang tidak terlihat, seperti lisensi, hak paten dan sebagainya. Dana yang disediakan oleh para pihak itu harus dicampur supaya tidak ada keistemewaan diberikan kepada bagian salah satu dari mereka.

b. Kerja

Partisipasi para mitra dalam pekerjaan musyarakahadalah sebuah hukum dasar dan tidak dibolehkan bagi salah satu dari mereka untuk mencatumkan ketidakikutsertaan dari mitra lainnya. Tetapi kesamaan kerja bukanlah merupakan syarat. Dibolehkan seorang mitra melaksanakan kerja lebih banyak dari yang lainnya, dan dalam hal ini ia boleh mensyaratkan bagian keuntungan tambahan bagi dirinya.


(71)

Untuk mempermudah memahami skema dan proses pemberian pembiayaanmusyarakah dapat dilihat pada gambar 2.2 dan gambar 2.3 dibawah ini.

Gambar 2.2: SkemaAl-Musyarakah Sumber: Muhammad, 1992:65


(72)

NASABAH ACCOUNT OFFICER KOMITE UNIT SUPPORT SPM SPESIFIKASI PROYEK SETUJU LENGKAPI DOKUMEN (SPRM) TTUON DATA PERUSAHAAN PROYEK DILAKSANAKAN ANALISA NASABAH PROYEK SPRM ACCOUNT OFFICER PERSETUJUAN JUMLAH NISBAH & J.WAKTU

ANALISA YURIDIS NASABAH PROYEK AKAD MUSYARAKAH & PENGIKATAN JAMINAN SETUJU REALISASI PEMBAYARAN PEMBAYARAN BAGI HASIL PEMBAYARAN POKOK MONITORING YES 1 6 8 10 12 11 5 2 4 3 7 9 13 14

Gambar 2.3: FlowchartMusyarakah Sumber: Taswani, 2006:169 Keterangan:

1. Nasabah ke bank dengan membawa Surat permohonan Musyarakah (SPM). Dalam surat ini nasabah menjelaskan kebutuhan dana sebagai modal kerja untuk suatu proyek tertentu. Nasabah menjelaskan tentang proyek yang dikerjakan, pihak-pihak yang terlibat, dan tujuan proyek. Juga pihak yang akan memanfaatkan proyek, pengalaman nasabah dalam melaksankan proyek sejenis atau pengalaman nasabah dalam proyek lain. Keuntungan yang dapat diraih dari proyek ini, dan sumber dana untuk mengembalikan modal tersebut kepada bank. Selain Surat Permohonan Pembiayaan Musyarakah, nasabah juga menyertakan data-data perusahaan dan spesifikasi proyek. Data perusahaan mencakup neraca, laporan laba/rugi tiga tahun terakhir, riwayat perusahaan, data-data manajemen dan data lainnya yang diminta dan sesuai dengan kebijakan bank. Spesifikasi proyek harus dilengkapi dengan cash flow, asumsi pendapatan, biaya, laba/rugi, termasuk kendala dan halangan yang mungkin akan dihadapi dalam pengelolaan


(73)

proyek. Keseluruhan proposal ini harus dapat menggambarkan kegiatan proyek secara lengkap dan akurat.

2. Account Officer/Marketing akan menganalisa kelayakan bisnis nasabah, histori usaha nasabah baik dari segi kualitatif dan kuantitatif serta kelayakan proyek/usaha yang akan dikerjakan oleh nasabah.

3. Selanjutnya bagian administrasi pembiayaan akan menganalisis nasabah dari segi yuridis maupun kelengkapan/perijinan dan keabsahan proyek, juga kelengkapan dokumentasi perusahaan dalam bidang hukum dan bank checking atas nasabah. Hasil pemeriksaan (checking) bagian administrasi pembiayaan disampingkam dengan account officer/marketing bersamaan dengan analisa kualitatif dan kuantitatif.

4. Kemudian account officer akan melakukan presentasi proyek tersebut pada Komite Pembiayaan untuk memperoleh persetujuan. Bila proyek nasabah dianggap tidak layak dan tidak memenuhi kriteria untuk dibiayai, maka seluruh dokumen harus dikembalikan pada nasabah, dan account officer menyampaikan penolakan proyek tersebut kepada nasabah. Bila permintaan nasabah dianggap layak dan memenuhi kriteria, komite akan memberikan persetujuan yang khususnya menyangkut aspek:

a) Jumlah modal nasabah. b) Jumlah modal bank.

c) Jangka waktu kerja samamusyarakah.

d) Nisbah bagi hasil dari keuntungan atau pendapatan proyek. e) Persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi nasabah.


(74)

Bila diperlukan bank juga dapat meminta bantuan pihak ketiga atau menempatkan pegawai bank dalam proyek untuk mengawasi perkembangan proyek. Dalam pembiayaanmusyarakah, masalah jaminan tidak menjadi prioritas utama, namun pengelolaan proyek yang menjadi tolak ukur keberhasilan proyek. 5. Berdasarkan persetujuan komite, account officer akan mengirimkan Surat

Persetujuan Musyarakah (SPM) kepada nasabah. Selain itu bank meminta kelengkapan dokumen lainnya bila masih dibutuhkan. Isi Surat persetujuan Musyarakah adalah menyetujui pemberian fasilitas musyarakah pada nasabah dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh komite.

6. Setelah menerima surat persetujuan musyarakah dari bank, nasabah dapat menyetujui atau tidak menyetujui persyaratan-persyaratan ataupun nisbah bagi hasil yang diajukan oleh bank. Bila nasabah setuju maka nasabah akan mempersiapkan kelengkapan dokumen untukAkad Musyarakah.

7. Bagian administrasi pembiayaan khususnya sub unit hukum mempersiapkan Akad Musyarkah yaitu perjanjian bagi hasil antara nasabah dengan bank dengan memperhatikan kelengkapan dokumen dan rincian spesifikasi proyek yang akan dibuat, serta segala ketentuan yang telah disepakati antara nasabah dan bank. 8. Setelah akad musyarakah ditandatangani nasabah diminta untuk mengeluarkan

Surat Permohonan realisasi Musyarakah (SPRM). Isi SPRM adalah meminta pencairan dan untuk dimulainya pelaksanaan proyek.

9. Bagian administrasi pembiayaan memberikan informasi bahwa akad musyarakah telah terlaksana, danaccount officerdapat menyetujui dilaksanakannya pencairan dana kepada nasabah.


(75)

10. Setelah menerima dana dari pihak bank nasabah akan menyerahkan Tanda Terima Uang Oleh Nasabah (TTUON) kepada bank.

11. Selama proyek berjalan account officer diwajibkan untuk turut terlibat, monitoringperkembangan proyek dan pendapatan serta biaya yang dikeluarkan. 12. Setelah proyek berjalan nasabah melakukan pembayaran bagi hasil kepada bank

sesuai dengan nisbah yang telah disepakati bersama.

13. Pembayaran pokok/pengembalian pokok dilakukan di akhir periode selesainya jangka waktu musyarakah. Secara prinsip syariah selama jangka waktu musyarakah yang dibagikan pemilik modal adalah bagi hasil yang dihitung dari pendapatan atau laba, dan pengembalian pokok dilakukan pada akhir periode jangka waktu musyarakah.Namun dalam aplikasinya, untuk menjaga terjadinya slide streaming dan melihat cash flow nasabah cukup/mampu untuk mengembalikan modal, maka pembayaran pokok dapat diangsur dan disimpan dalam escrow account (tidak diambil oleh bank sampai jangka waktu musyarakahselesai).


(76)

57 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah studi kasus, yaitu analisis dengan cara membandingkan antara sistem pemberian kredit (pembiayaan) musyarakah Bank Rakyat Indonesia Syariah Ahmad Dahlan Yogyakarta dan modal kerja Bank Rakyat Indonesia Cik Di Tiro Cabang Yogyakarta.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Februari 2008. 2. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Ahmad Dahlan Yogyakarta dan PT. Bank Rakyat Indonesia Cik Di Tiro Yogyakarta.

C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Ahmad Dahlan Yogyakarta dan PT. Bank Rakyat Indonesia Cik Di Tiro Yogyakarta.


(77)

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah data tentang prosedur/tata cara pengambilan kredit (pembiayaan) PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah Ahmad Dahlan Yogyakarta dan di PT. Bank Rakyat Indonesia Cik Di Tiro Yogyakarta.

D. Jenis data 1. Data umum

a. Sejarah berdirinya perusahaan. b. Struktur organisasi perusahaan. c. Produk perusahaan.

d. Prosedur pengajuan kredit.

e. Analisa kelayakan kredit modal kerja danmusyarakah. f. Data perhitungan bunga atau bagi hasil.

2. Data khusus

Data khusus yang diambil yaitu form keterangan permohonan kredit atau pembiayaan, daftarcheklistkelengkapan dokumen pinjaman, bagan alir sistem pemberian kredit atau pembiayaan, surat perjanjian atau akad persetujuan kredit atau pembiayaan dan laporan keuangan debitur.

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan untuk mendapatkan data yang obyektif yang sesuai dengan yang diharapkan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode:


(78)

1. Penelitian lapangan

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang akad kredit modal kerja dan musyarakah sesuai dengan kondisi di lapangan agar lebih obyektif.

2. Metode wawancara

Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi langsung tentang gambaran umum perusahaan, sistem pemberian kreditnya, dan perhitungan bunga atau bagi hasilnya.

3. Dokumentasi kredit modal kerja danmusyarakah.

F. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab rumusan masalah pertama menggunakan teknik analisis sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan prosedur dan menganalisis kelayakan kredit modal kerja dan pembiayaanmusyarakah.

2. Membandingkan kedua prosedur dan kelayakan kredit dilihat dari aspek keuangan.

3. Menemukan perbedaan pada kedua bank.

Untuk menjawab rumusan masalah kedua menggunakan teknik analisis sebagai berikut:

1. Mensimulasikan perhitungan pengambilan kredit baik di bank syariah ataupun bank konvensional, beserta perhitungan bunga dan jumlah angsuran yang harus dibayarkan debitur kepada pihak bank.


(79)

2. Menganalisis hasil perhitungan kredit kedua bank tersebut dengan berbagai macam asumsi yang berbeda antara pokok pinjaman yang akan dikembalikan kepada pihak bank oleh nasabah dan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan.


(80)

61 BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. PT BANK RAKYAT INDONESIA TBK 1. Latar Belakang Pendirian Usaha

Sejarah singkat Bank Rakyat Indonesia dimulai ketika pada tanggal 16 Desember 1885 Raden Wiriadmadja dan kawan-kawan mendirikan De Poerwokertosche Hulp en Sparrbank der Islandsche Hoofdn (Bank Priyayi Purwokerto). Tujuan semula didirikannya bank ini adalah untuk menolong memberikan pinjaman kepada para pegawai pemerintah (priyayi) yang menjadi korban riba. Karena dirasakan manfaatnya, maka di beberapa daerah bermunculan bank-bank serupa namun satu sama lain berdiri sendiri.

Selanjutnya tahun 1896 W. P. D. De Wolff Van Westterrode, asisten Purwokerto yang menggantikan E. Sieburgh bersama Al Schiff mendirikan Poerwokerto Hulp Spaar en Landbouw Credietbank (Bank Bantuan Simpanan dan Kredit Usaha Tani Purwokerto) yang lebih dikenal sebagai Volksbank atau Bank Rakyat yang daerah kerjanya di wilayah administrasi kabupaten atau Afdeling, sehingga kemudian juga dinamakanAfdeling Bank.

Volksbank kemudian mengalami kesulitan, sehingga pemerintah Hindia Belanda mendirikan Dinas Pendidikan Rakyat pada tahun 1904, yang berguna untuk membantu Volksbank secara materiil maupun inmateriil dengan tambahan


(1)

161 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

Lampiran 10. Instruruksi Pencairan Kredit

163 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

(5)

165

Lampiran 11. Surat Keterangan Penelitian


(6)