Ukuran Lot Dan Persediaan Pengaman

Ukuran lot tidak didasarkan pada minimasi biaya pemesanan dan biaya penyimpanan, bila biaya penyimpanan tidak didefinisikan baik secara marginal maupun incremental . Bahwa untuk menetapkan biaya kehabisan persediaan adalah sangat sulit, kalau tidak dapat dikatakan hampir tidak mungkin. Misalnya dalam suatu perusahaan manufaktur didapatkan situasi seperti berikut ini. Karena sering kali harga komponen suku cadang tidak dijual secara individual, maka nilai nyata dalam proses produksi sulit ditentukan. Apabila karena terjadi kehabisan persediaan, lalu hal ini menyebabkan timbulnya kendala atau berhentinya suatu proses produksi, maka nilai kerugiannya juga sangat sulit dihitung. Di samping itu tidak realistis bila, biaya karena kehabisan persediaan sebanyak dua buah suku cadang tertentu sama dengan dua kali biaya karena kehabisan persediaan sebanyak dua buah suku cadang tertentu sama dengan dua kali biaya karena kehabisan persediaan sebuah suku cadang bukan merupakan suatu konstanta. Oleh karena itu ada pendekatan yang dapat dilakukan, yaitu dengan menggunakan konsep tinghkat layanan service level. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Apabila suatu perusahaan menetapkan layanan sebesar 95, berarti perusahaan tersebut bersedia menanggung kemungkinan kehabisan persediaan sebesar 5, dan seterusnya. Untuk itu, berapa jumlah persediaan pengaman yang diperlukan? Untuk menghitungnya diperlukan data mengenai : 1. Berapa tingkat layanan yang dikehendaki ? 2. Berapa pemakaian rata-rata selama waktu pemesanan? 3. Berapa deviasi standar pemakain selama waktu pemesanan tersebut? 4. Berapa faktor pengaman untuk tiap-tiap tingkat layanan tersebut? Tabel 2. 3 . Formulasi Titik Reorder berdasarkan Distribusi Normal Standart Titik Reorder Tingkat Service Level L DL D  09 , 3  99,90 L DL D  58 , 2  99,50 L DL D  33 , 2  99 L DL D  96 , 1  97,50 L DL D  64 , 1  95 L DL D  28 , 1  90 L DL D  04 , 1  85 L DL D  85 ,  80 L DL D  67 ,  75 Richard J. Tersine. 3 rd , Elsevler Science Publishing Co., Jnc., 2008. hal. 214 Tabel di atas menunjukkan hubungan antara tingkat pelayanan dengan reorder point. Misal kita menggunakan tingkat pelayanan 95 , maka untuk menghitung safety stock kita menggunakan rumus reorder point L DL D  64 , 1  , dan begitu seterusnya. Perhitungan untuk mencari persediaan pengaman dapat dengan menggunakan deviasi standar, atau dapat langsung dengan menggunakan MAD. Perlu dicatat bahwa perhitungan persediaan pengaman dengan menggunakan rumus standar deviasi ada kekurangan, yaitu perhitungan standar deviasi menyangkut perhitungan perkalian, pangkat, akar, dan cukup rumit. Untuk lebih mempermudah dalam perhitungan dapat digunakan rumus MAD mean absolute debviation. Formulasi MAD adalah : Persediaan Pengaman = MAD X Faktor Pengaman Keterangan : - MAD = pemakain barang selama waktu pemesan. - Faktor Pengaman = faktor keaman yang dihitung untuk MAD, yang besarnya tergantung dari tingkat layanan. Contoh perhitung berikut ini akan lebih menjelaskan penggunaan rumus tersebut. Berapa besarnya persediaan pengaman yang paling optimal apabila ditetapkan bahwa tingkat layanan yang dikehendaki adalah 95 dan diketahui bahwa jumlah pemakaian selama tiga puluh 30 kali waktu pemesanan, sebagai berikut : 26 5 20 13 18 13 13 7 19 19 9 22 33 10 5 18 9 9 10 3 18 10 10 7 13 13 17 17 17 17 satuan MAD 2 . 5 30 156 30 14 17 .... 13 14 14 26          Sehingga, Deviasi Standar = 5.20 X 1.25 = 6.50 satuan Jadi, Persediaan Pengaman = 5.20 X 2.06 = 10.7 = 11 satua

2.2.5 Sistem Persediaan Demand Independent : Model Deterministik

Dalam sistem persediaan demand independent model deterministik terdiri dari sistem economic order quantity EOQ single item dan economic order quantity EOQ multi item.

2.2.5.1 Sistem Economic Order Quantity EOQ Single Item

Ukuran dari sebuah order yang meminimumkan total biaya persediaan dikenai sebagai Economic Order Quantity EOQ. Model persediaan klasik dari EOQ dapat dilihat pada gambar 2.1., dimana Q adalah ukuran order. Richard J. Tersine, 2004 , 4 th, hal 93. Gambar 2.4. Model Persediaan Klasik Dimana : Q = Ukuran lot Q2 = Rata - rata persediaan B = Titik order kembali ac = ce = Interval antar order ab = cd = ef = lead time Model persedian yang paling sederhana ini memakai asumsi-asumsi sebagai berikut: 1. Hanya satu item produk yang diperhitungkan. 2. Kebutuhan permintaan setiap periode diketahui. 3. Produk yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia. 4. Lead Time bersifat konstan. 5. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan. 6. Tidak ada pesanan ulang back order karena kehabisan persediaan strorage. 7. Tidak ada quantity discount. Dengan tidak mengijinkan stock out, total biaya persediaan digambarkan pada Gambar 2.2. dan formulasinya adalah: n Penyimpana B Pemesahan B Pembelian B Annual Biaya Total      2 HQ Q CR RP Q TC    Dimana: R = Permintaaan tahunan dalam unit P = Biaya pembelian dari sebuah item C = Biaya pemesanan tiap kali pesan H - PF = Biaya penyimpanan per unit per tahun Q = Ukuran lot atau besarnya order dalam unit F = Fraksi biaya penyimpanan Untuk mendapatkan ukuran lot dengan biaya minimum EOQ, diturunkan total biaya annual terhadap ukuran lot Q dan semakin mendekati hasil nol. Q CR 2 H dQ dTC 2    Sehingga didapat formulasi EOQ PF 2CR H 2CR Q  