Pada buku yang sama yaitu Paradigma Pedagogi Reflektif 2010: 22 menuliskan bahwa, pedagogi adalah cara para pengajar mendampingi para siswa
dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Pedagogi merupakan seni dan ilmu mengajar. Pedagogi tidak boleh hanya dikuruskan menjadi metode belaka.
Pedagogi meliputi pandangan hidup dan visi mengenai idealnya pribadi terpelajar. Hal itu memberi tujuan, incaran ke arah mana semua aspek tradisi pendidikan
diarahkan. Paradigma Ignasianreflektif yang terdiri atas langkah: pengalaman, refleksi, dan aksi menawarkan bermacam-macam cara seorang pengajar dapat
mendampingi para pelajar mereka untuk memudahkan proses belajar dan berkembang lewat menatap kebenaran dan menggali arti manusiawi.
Dari beberapa pengertian yang ada di atas peneliti menyimpulkan bahwa, pendekatan Paradigma Pedagogi Reflektif merupakan pendekatan yang digunakan
pengajar hanya untuk membantu dalam penyampaian materi saja, akan tetapi pendekatan PPR juga mengajarkan kepada siswa untuk menjadi pribadi yang
memiliki pola pikir kemanusian. Pendektan PPR juga memberikan pengalaman yang dirasakan oleh siswa, sehingga siswa dapat lebih memahami makna dari
pembelajaran yang sudah diterima. Tidak berhenti dipengalaman saja, pendekatan PPR juga mengajak siswa untuk merefleksikan pengalaman yang sudah dilalui
oleh siswa. Melalui refleksi siswa akan berfikir melakukan aksi yang akan dilakukan untuk menunjang apa yang sudah siswa alami, siswa akan diberi
evaluasi ini adalah sebuah hal wajar dalam pembelajaran.
2.1.7.2 Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif
Tujuan dari pendekatan PPR adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menanggapi berbagai hal yang terjadi di sekitar secara kritris dalam upaya
untuk semakin memperdalam pemahaman akan pembelajaran yang telah diterima di sekolah dan lingkungan sosial mereka, sehingga kelak akan menghasilkan
lulusan yang handal dan cakap dalam mengatasi permasalahan yang ada dikehidupa sosialnya Subagya, 2010: 22-25.
Tujuan PPR terwujud dalam 3 unsur yang ada pada tujuan pembelajaran. Ketiga unsur tersebut adalah Competence, Conscience, dan Compassion.
Comptence merupakan kemampuan secara kognitif atau intelektual, consciencei ialah
mampu aktif
dalam menentukan
pilihan-pilihan yang
dapat dipertanggungjawabkan secara moral, sedangkan compassion adalah kemampuan
dalam psikomotorik yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai sikap bela rasa bagi sesama Subagya, 2010: 23-24.
2.1.7.3 Tata Cara Pelaksanaan PPR
Penerpan paradigma pedagogi reflektif dalam pembelajaran melalui sebuah siklus yang terdiri dari atas 5 siklus unsur pokok. Siklus unsur pokok
tersebut yaitu: konteks, pengalaman, refleksi, aksi, dan evaluasi. Berikut ini merupakan penjabaran tentang siklus unsur pokok pada pembelajaran PPR.
a. Konteks
Konteks merupakan proses dalam siklus PPR yang dilakukan oleh guru yang didukung oleh keterbukaan diri dari siswa. Konteks untuk menumbuh
kembangkan pendidikan antara lain sebagai berikut. Pertama, guru fasilitator perlu menyemangati mereka agar memiliki nilai
seperti: persaudaraan, solidaritas, penghargaan terhadap sesama, tanggung jawab, kerja keras, kasih, kepentingan bersama, cinta lingkungan hidup, dan nilai-nilai
lain yang semacam itu. Diharapkan seluruh anggota komunitas berbicara mengenai nilai-nilai.
Kedua, contoh-contoh
penghayatan mengenai
nilai-nilai yang
diperjuangkan, lebih-lebih contoh dari pihak guru. Ketiga, hubungan akrab, saling percaya, agar bisa terjalin dialog yang saling terbuka antara guru dan siswa.
b. Pengalaman
Pengalaman untuk menumbuhkan persaudaraan, solidaritas, dan saling memuji adalah pengalaman bekerja sama dalam kelompok kecil yang
“direkayasa” sehingga terjadi interaksi dan komunikasi yang intensif, ramah, dan sopan, penuh tenggang rasa, dan akrab. Pengalaman juga merupakan dimana
siswa memahami materi yang dipelajarinya secara mendalam dengan melibatkan seluruh kemampuan kognitif, afektif, dan psiomotorik. Pengalam dalam
pembelajaran sendiri dibedakan atas pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung Subagyo, 2010: 52.
Seringkali tidak mungkin guru fasilitator menyediakan pengalaman langsung mengenai nilai-nilai yang lain. Untuk itu siswa difasilitasi dengan
pengalaman yang tidak langsung. Pengalaman tidak langsung bisa diciptakan, misalnya dengan membaca atau memperlajari suatu kejadian.
c. Refleksi
Refleksi merupakan
proses memperimbangkan
dengan seksama
mengguakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, pengalaman, dan ide-ide atau tujuan-tujuan yang diinginkan. Refleksi merupakan unsur pokok yang paling
penting dan harus ada dalam pembelajaran PPR Subgaya, 2010: 55.
Guru memfasilitasi dengan pertanyaan agar siswa terbantu untuk berefleksi. Pertanyaan yang baik adalah pertanyaan divergen agar siswa secara otentik dapat
memahami, mendalami, dan meyakini temuannya. Siswa dapat diajak untuk diam dan hening untuk meresapi apa yang baru saja dibicarakan. Melalui refleksi, siswa
meyakini makna nilai yang terkandung dalan pengalamannya. Refleksi menjadi sarana dalam menghubungkan antara pengalaman yang telah diperoleh siswa
dalam kegiatan pembelajaran dengan tindakan yang akan siswa lakukan. d.
Aksi Sumber dari tindakan yang dilakukan siswa berasal dari hasil refleksi yang
telah dilakukan siswa. Aksi merupakan pertumbuhan batin yang mancakup dua tahap, yaitu pilihan-pilihan batin hasil dari refleksi pengalaman dan kemudian
diwujudkan dalam tindakan nyata. Guru memfasilitasi siswa dengan pertanyaan aksi agar siswa terbantu untuk
membangun niat dan bertindak sesuai dengan hasil refleksinya. Dengan membangun niat dan berprilaku dari kemauannya sendiri siswa membentuk
pribadinya agar nantinya menjadi pejuang bagi nilai-nilai yang direfleksiakannya. e.
Evalusai Setelah pembelajaran, guru memberikan evaluasi atas kompetensinya dari
sisi akademik. Ini adalah hal wajar dan merupakan keharusan. Sekolah memang dibangun untuk mengembangkan ranah akademik dan menyiapkan siswa menjadi
kompeten dibidang studi yang dipelajari. Namun gurusekolah juga perlu mengevaluasi apakah ada perkembangan pada pribadi siswa.
Berdasarkan dari lima sisklus yang sudah dikemukan di atas, peneliti menyimpulkan PPR yang baik adalah Pendekatan PPR yang melalui kelima siklus
tersebut. Dimana kelima siklus tersebut saling berkaitan satu sama lain, walau bukan dimulai dari konteks tidak menjadi masalah asalkan sesuai dengan urutan
siklus yang sudah ada. PPR bukan hanya ingin mengajarkan tentang akademik saja akan tetapi menyangkut juga pada kepribadian siswa. Perkembangan
akademik yang baik akan lebih baik apabila diimbangi dengan keperibadian yang baik dan memiliki pola pikir kemanusiaan.
2.1.7.4 Kelebihan-kelebihan Pendekatan Pradigma Pedagogi Reflektif