Gangguan Psikologis Korban Bencana Alam

36 ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut.

3. Gangguan Psikologis Korban Bencana Alam

Bencana alam menimbulkan dampak baik secara fisik maupun psikologis.Kehilangan harta benda dan kesedihan mendalam pastinya dirasakan oleh korban bencana.Akan tetapi, kondisi penyikapan dari para korban berbeda. Dampak psikologis ini akan mempengaruhi pikiran, emosi, dan perilaku korban bencana. Pengaruh ini dapat berlangsung dalam waktu singkat maupun lama, bahkan hingga seumur hidup. Psiko dipahami sebagai jiwa, pikiran, emosiperasaan dan perilaku, hal – hal yang diyakini, sikap, presepsi, dan pemahaman akan diri. Adapun sosial mengarah pada oranglain, tatanan, norma, nilai dan aturan yang berlaku, system kekerabatan, dan religi dalam masyarakat Heni 2008 Dampak dari bencana menyentuh semua aspek kehidupan masyarakat.Salah satu perubahan besar yaitu kehilangan kehidupan yang terartur. Keadaan kehilangan ini memaksa korban untuk beradaptasi secara cepat dengan lingkungan baru dan memungkinkan munculnya stress karena tekanan yang datang bertubi – tubi Secara umum, stress adalah tekanan yang dirasakan oleh seseorang akibat suatu situasi atau peristiwa, atau penjelasan lain, sehingga terjadi kesenjangan gap antara keinginan dan kenyataan yang dialami. Definisi stressyaitu respon tubuh terhadap situasi yang 37 menuntut, mengancam, atau adanya hambatan. Seseorang kemudian menghindari siatuasi tersebut. Stress terjadi karena adanya situasi di luar diri eksternal yang berpotensi menimbulkan tekanan disebut dengan Stressor. Stress juga dapat disebabkan oleh faktor lain dalam diri internal seperti proses mental yaitu dengan adanya harapan yang terlalu tinggi pada korban yang tidak tercapai sehingga stress dapat muncul. Menurut Berwi 2015 dampak psikologis pada korban bencana alam terbagi pada tiga tahap: a. Tahap Tanggap Darurat Tahap ini yaitu pada masa beberapa jam atau hari setelah bencana. Dampak yang terlihat pada tahapan ini yaitu “ numbing ” atau mati rasa secara psikis, tertegun, linglung, apatis dan tatapan mata kosong. Tidak lama kemudian, korban akan mengalami perasaa takut yang sangat kuat, disertai dengan ransangan fisiologis, jantung berdebar – berdebar, ketegangan otot, nyeri otot, gangguan gastrointestinal, dan ketidakstabilan emosi. Maka pada tahap ini korban bencana masih bingung untuk memilih mengahadapi atau bahkan lari dari persoalan yang dia hadapi. b. Tahap Pemulihan Pada tahap ini korban bencana telah berada pada kondisi stabil, akan tetapi bantuan logistic dan sukarelawan 38 sudah mulai berkurang. Korban harus bisa meghadapi realita yang ada dan optimis tentang masa depan yang dikenal dengan fase “ Honey moon ”.Maka bisa di artikan pada tahap ini korban mulai membuka pikirannya untuk memulai hal yang baru dan bangkit dari keterpurukannya. c. Tahap Rehabilitasi dan Rekontruksi Fase ini sekitar satu tahun atau lebih setelah bencana. Pada fase ini, sebagian besar korban bencana sudah sembuh namun resiko lain dapat meningkatkan seperti bunuh diri, kelelahan kronis, ketidakmampuan untuk bekerja, kehilangan minat dalam kegiatan, dan kesulitan berfikir logis, bahkan hingga konflik internal dalam komunitas. Dampak psikologis yang mungkin terjadi pada korban bencana berdasarkan tingkatan usia :

1. Anak Pra Sekolah