Tinjauan tentang pendidikan Taman Kanak-kanak

14 pada usia yang tepat, 2 berorientasi pada individu yang tepat, dan 3 berorientasi pada konteks sosial budaya. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut. Manusia merupakan makhluk individu, perbedaan individual juga harus menjadi pertimbangan guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi harapan anak. Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak, untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya c. Belajar Kecakapan Hidup Dalam belajar kecakapan hidup, pendidikan TK mengembangkan diri anak secara menyeluruh, bagian dari diri anak yang dikembangkan meliputi bidang fisik-motorik, moral, sosial, emosional, kreativitas, dan bahasa, dalam buku Selamet Suryanto, “Tujuan belajar kecakapan hidup ialah agar kelak anak berkembang menjadi manusia utuh yang memiliki kepribadian dan akhlak yang mulia, cerdas dan terampil, mampu bekerjasama dengan orang lain, dan mampu hidup berbangsa dan ber negara serta bermasyarakat.” 15 Belajar memiliki fungsi untuk memperkenalkan anak dengan lingkungan sekitarnya, belajar kecakapan hidup adalah salah satu cara mengasah kemampuan bertahan hidup. Hal tersebut adalah untuk membekali anak sebagai makhluk individu dan sosial dimasa yang akan datang. d. Belajar dari Benda Konkrit Anak usia 5- 6 tahun menurut Piaget 1972 “sedang dalam taraf perkembangan kognitif fase Pra-Operasional .” Anak belajar dengan baik melalui benda-benda nyata, pada tahap selanjutnya objek permanency sudah muai berkembang, anak dapat belajar mengingat benda-benda, jumlah dan ciri-ciriya meskipun bendanya sudah tidak ada. e. Belajar Terpadu Pada pendidikan TK, pembelajaran diberikan secara terpadu, tidak belajar mata pelajaran tertentu, misalnya melalui air mereka bisa belajar berhitung matematika, menegenal sifat-sifat air IPA, menggambar air mancur seni, dan fungsi air dalam kehidupan masyarakat sosial. Pembelajaran terpadu dengan tema dasar tertentu dikenal dengan pembelajaran tematik, tema dasar dipilih dari kejadian sehari-hari yang dialami oleh sisiwa, dalam tema dasar yang dipilih dikembangkan menjadi tema-tema yang banyak yang disebut unit tema, pemilihan unit tema, didasarkan atas berbagai pertimbangan, 16 seperti muatan kurikulum, pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan, dan sikap yang ingin dikembangkan.

3. Karakteristik Perkembangan anak

a. Perkembangan Motorik

Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya, masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas, anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit dan lincah, oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis, berenang, main bola dan atletik. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Pada masa usia ini, kematangan perkembangan motorik umumnya sudah mulai dicapai, karena itu anak sudah mulai siap untuk menerima kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan. b. Perkembangan Intelektual Perkembangan intelektual merupakan salah satu aspek yang harus dikembangkan pada anak, intelektual sering kali disinonimkan dengan kognitif, karena proses intelektual banyak berhubungan dengan berbagai konsep yang telah dimiliki anak dan berkenaan dengan bagaimana anak menggunakan kemampuan berfikirnya dalam 17 memecahkan suatu persoalan. Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena sebahagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berfikir, kedua hal ini merupakan aktivitas kognitif yang perlu dikembangkan. Piaget merupakan tokoh Psikologi Kognitif yang memandang anak sebagai partisipan aktif di dalam proses perkembangan. Piaget menyakini bahwa anak harus dipandang seperti seorang ilmuwan yang sedang mencari jawaban dalam upaya melakukan eksperimen terhadap dunia untuk melihat apa yang terjadi. Misalnya anak ingin tahu apa yang terjadi bila anak mendorong piring keluar dari meja. Hasil dari eksperimen miniatur anak menyebabkan anak menyusun “teori” tentang bagaimana dunia fisik dan sosial beroperasi. Anak membangun teori berdasarkan eksperimen yang dilakukannya, saat anak menemukan benda atau peristiwa baru, anak berupaya untuk memahaminya berdasarkan teori yang telah dimilikinya. c. Perkembangan Bahasa Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain, dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar atau lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan 18 dan nilai-nilai moral atau agama. Bahasa anak mulai menjadi bahasa orang dewasa setelah anak mencapai usia 3 tahun. Pada saat itu ia sudah mengetahui perbedaan antara saya, kamu dan kita. Pada usia 4-6 tahun kemampuan berbahasa anak akan berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi, sehingga timbul pertanyaanpertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya. Kemampuan berbahasa juga akan terus berkembang sejalan dengan intensitas anak pada teman sebayanya. Dengan memperlihatkan suatu minat yang meningkat terhadap aspek- aspek fungsional bahasa tulis, ia senang mengenal kata-kata yang menarik baginya dan mencoba menulis kata yang sering ditemukan. d. Perkembangan Sosial Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua maupun saudara-saudaranya. Sejak kecil anak telah belajar cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan orang-orang yang paling dekat dengannya, yaitu dengan ibu, ayah, saudara, dan anggota keluarga yang lain, apa yang telah dipelajari anak dari lingkungan keluarganya turut mempengaruhi pembentukan perilaku sosialnya. Perilaku yang ditunjukkan anak dapat berbeda tergantung dengan siapa anak berhadapan, Johnson 1975:82 mengungkapkan bahwa anak berperilaku dalam suatu kelompok berbeda dengan perilakunya dalam kelompok lain, perilaku anak dalam kelompok juga 19 berbeda dengan pada waktu anak sendirian. Menurut Johnson, kehadiran orang lain dapat menimbulkan reaksi yang berbeda pada tiap-tiap anak, perbedaan ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu: persepsi anak yang menjadi anggota kelompok, lingkungan tempat terjadinya interaksi dan pola kepemimpinan yang berlaku. e. Perkembangan Emosi Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak pada diri individu yang disadari dan diungkapkan melalui wajah atau tindakan, yang berfungsi sebagai inner adjustment penyesuaian dari dalam terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu, kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada sejak bayi dilahirkan, gejala pertama perilaku emosional dapat dilihat dari keterangsangan umum terhadap suatu stimulasi yang kuat. Keterangsangan yang berlebih-lebihan dapat tercermin dalam aktivitas yang banyak yang ditunjukkan oleh bayi. Menurut Elizabeth B. Hurlock 1978:79, reaksi yang menyenangkan pada bayi dapat diperoleh dengan cara mengubah posisi tubuh secara tiba-tiba, membuat suara keras, atau membiarkan bayi menggunakan popok yang basah, rangsangan ini menimbulkan reaksi emosional berupa tangisan dan aktivitas yang kuat. Sebaliknya, reaksi emosional yang menyenangkan dapat tampak jelas tatkala bayi menetek pada ibunya. 20 Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional anak mulai kurang menyebar, dan dapat lebih dibedakan, misalnya, anak menunjukkan reaksi ketidaksenangan hanya dengan menjerit dan menangis, kemudian reaksi tersebut berkembang menjadi perlawanan, melempar benda, mengejangkan tubuh, lari menghindar, bersembunyi dan mengeluarkan kata-kata, dengan bertambahnya usia, reaksi emosional yang berwujud kata-kata semakin meningkat, sedangkan reaksi gerakan otot mulai berkurang.

4. Kurikulum Taman Kanak-Kanak

Menurut Oesmarni Patmonodewo 2003: 56, kurikulum adalah usaha atau kegiatan sekolah untuk merangsang anak supaya belajar, baik didalam maupun diluar kelas, pembelajaran anak tidak terbatas ketika mereka disekolahan saja, seluruh pengembangan aspek fisik, intelektual, sosial maupun emosional, pengertian lain disebutkan oleh Patmonodewo pula bahwa kurikulum adalah segala pengalaman dan pengaruh yang bercorak pendidikan yang diperoleh anak di sekolah. Kurikulum ini meliputi segala sarana dan prasarana sekolah, dalam Permendiknas No 58 Th 2009 , tema-tema dalam kurikulum TK selama satu tahun sebagai berikut: Semester I 1. Diri Sendiri 3 minggu identitas diri, anggota tubuh, dan kesukaan 2. Lingkunganku 4 minggu keluarga, rumah, dan sekolah 3. Kebutuhanku 4 minggu makanan, minuman, pakaian, dan kesehatan 21 4. Tanaman 3 minggu buah-buahan, sayur-sayuran, dan bagian-bagian pohon 5. Binatang 3 minggu macam-macam binatang Semester II 1. Rekreasi 4 minggu tempat-tempat rekreasi dan kendaraan 2. Pekerjaan 3 minggu jenis-jenis pekerjaan 3. Air, Api, dan Udara 2 minggu 4. Alat Komunikasi 2 minggu 5. Tanah Airku 3 minggu negaraku, kehidupan di desa dan kota 6. Alam Semesta 3 minggu nama-nama benda dan gejala alam Slamet Suyanto 2005: 136-139 mengemukakan agar kurikulum PAUD mengikuti pola sebagai berikut: a Berdasarkan Keilmuan PAUD Kurikulum PAUD didasarkan atas ilmu terkini dari PAUD dan hasil-hasil penelitian tentang belajar dan pembelajaran. Kajian keilmuan secara komprehensif hendaknya menjadi landasan pengembangan kurikulum. b Mengembangkan anak secara menyeluruh Tujuan kurikuler hendaknya ditunjukkan untuk mengembangkan anak secara menyeluruh, yang meliputi aspek fisik motorik, sosial, moral, emosional dan kognitif. c Relevan, menarik, dan menantang Isi kurikulum hendaknya relevan, menarik, dan menantang anak untuk melakukan eksplorasi, memecahkan masalah, mencoba, dan berpikir. Kurikulum yang efektif dapat mengembangkan 22 pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari konteks yang berarti dalam kehidupan anak. d Mempertimbangkan kebutuhan anak Perencanaan kurikulum hendaknya mempertimbangkan kebutuhan anak, perkembangan anak, kebutuhan masyarakat, dan ideologi bangsa secara nasional. Kurikulum hendaknya realistis dan dapat dicapai oleh anak. Apa yang dipelajari anak hendaknya sesuai dengan apa yang diinginkan anak, masyarakat, dan agama. e Mengembangkan kecerdasan Kurikulum hendaknya mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir, menalar, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah. Pembelajaran pada anak usia dini hendaknya tidak bersifat hafalan, tetapi mengembangkan kecerdasan dengan cara melatih anak berpikir, menalar, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah. f Menyenangkan Kurikulum disesuaikan dengan kondisi psikologis anak sehingga anak merasa mampu, senang, rileks, dan nyaman belajar di TK. g Fleksibel Kurikulum sebaiknya bersifat fleksibel, baik tentang isi maupun waktu agar dapat disesuaikan dengan perkembangan minat, dan kebutuhan setiap anak. 23 h Menyatu dan padu Kurikulum di TK bersifat menyatu padu, artinya tidak mengajarkan bidang studi sendiri-sendiri atau secara terpisah, tetapi secara terpadu dan terintegrasi melalui tematik unit. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengembengkan sebuah media yang memenuhi beberapa pedoman dari kurikulum TK. Peneliti tertarik untuk mengembangkan sebuah media dengan tema cita-citaku yaitu memberikan gambaran kepada anak tentang apa yang mereka inginkan dimasa yang akan dating. terkadang anak sering berperilaku layaknya orang dewasa, mereka bermain sambil berperan menjadi orang dewasa seperti yang merka lihat atau merka inginkan, jadi dengan adanya media ini diharapkan anak dapat terangsang untuk mengembangkan pengetahuan dan memberi pengetahuan anak tentang bermacam-macam cita-cita yang dapat mereka gapai dimasa yang akan datang.

B. Tinjauan tentang Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran.

Gagne Briggs yang dikutip oleh Azhar Arsyad 2010: 4-5 mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar, dari beberapa pengertian tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan-pesan pembelajaran dari pengirim ke penerima, 24 sehingga dapat menimbulkan pengertian dan minat untuk belajar, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pengajaran. Arif S. Sadiman 1993: 3 menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi, sedangkan Bringgs dalam Arif S. Sadiman 1993: 6 menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Azhar Arsyad 2010: 15 mengemukakan, bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Hamalik seperti yang dikutip Azhar Arsyad 2010: 15, mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Dari beberapa pengamatan tentang manfaat media pembelajaran di atas, kaitannya dalam penelitian dan pengembangan media ini bahwa media buku Pop-up ini mempunyai beberapa kelebihan yaitu, visualisasi gambarcerita yang lebih menarik, mulai dari tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi, gambar yang dapat bergerak ketika halaman-nya dibuka atau bagiannya digeser, bagian yang dapat berubah 25 bentuk, memiliki tekstur seperti benda aslinya, sehingga gambar-gambar yang ditampilkan dalam media ini terlihat seperti hidup, media buku Pop- up ini juga dapat memberikan variasi dalam belajar, karena selain digunakan untuk belajar media ini juga bisa digunakan sebagai permainan sehingga siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan belajar dimanapun dan kapanpun, oleh karena itu pada pengembangan media berupa buku Pop-up Cita-citaku ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat dalam kegiatan belajar siswa.

2. Kriteria Memilih Media Pembelajaran

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai 2009: 4-5 menjelaskan rumusan dalam memilih media untuk kepentingan pembelajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebgai berikut: a. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran: artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yangtelah ditetapkan. b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran: artinya bahan pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantunan media agar lebih mudah dipahami siswa. c. Kemudahan memperoleh media: artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat guru pada waktu mengajar. d. Keterampilan guru dalam menggunakannya: apapun jenis media yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran. 26 e. Tersedia waktu untuk menggunakannya sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung. f. Sesuai dengan taraf berfikir siswa: memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa. Wina Sanjaya 2006: 171 menjelaskan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pembelajaran, diantaranya: a. Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran, media tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. b. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran, setiap materi pelajaran memiliki kekhasan dan kekompleksan, media yang digunakan harus sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran, c. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kondisi siswa, Karena setiap siswa memiliki kemampuan dan gaya yang berbeda maka guru perlu memperhatikan setiap kemampuan dan gaya tersebut. d. Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisien, media yang memerlukan peralatan yang mahalbelum tentu