PENGEMBANGAN MEDIA BUKU POP-UP CITA-CITAKU UNTUK SISWA KELOMPOK B TK MARDI PUTERA WONOSOBO.

(1)

i

PENGEMBANGAN MEDIA BUKU POP-UP CITA-CITAKU UNTUK SISWA KELOMPOK B TK MARDI PUTERA

WONOSOBO

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Ingga Pramukti NIM 08105241002

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Buku adalah jendela dunia (Anonim)


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Sebuah karya dengan ijin Allah SWT dapat kuselesaikan. Sebagai ungkapan rasa syukur serta terimakasih dengan sepenuh hati karya ini kupersembahkan kepada: 1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa memberikan semangat dalam

mengerjakan skripsi.

2. Almamater Prodi Teknologi Pendidikan. 3. Nusa, Bangsa, Agama


(7)

vii

PENGEMBANGAN MEDIA BUKU POP-UP CITA-CITAKU UNTUK SISWA KELOMPOK B TK MARDI PUTERA WONOSOBO

Oleh Ingga Pramukti NIM 08105241002

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan media pembelajaran yang memenuhi kriteria untuk tema pekerjaan kelas B Taman Kanak-kanak dengan materi “Cita-cita dan Pekerjaan” ditinjau dari aspek perkembangan anak, aspek materi, dan aspek tampilan media.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pengembangan Borg dan Gall dengan beberapa langkah yaitu penelitian pendahuluan dan pengumpulan data awal, perencanaan, mengembangkan produk awal, uji coba lapangan tahap awal, revisi produk utama, uji coba lapangan utama, revisi produk operasional, uji lapangan operasional, perbaikan produk akhir. Data dikumpulkan menggunakan angket, observasi dan wawancara. Data penelitian dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif.

Media buku pop-up cita-citaku telah memenuhi kriteria kebaikan untuk untuk proses pembelajaran sesuai dengan hasil dari validasi ahli media, ahli materi, dan 3 kali tahap uji lapangan. Hasil penilaian media pembelajaran berdasarkan prosedur pengembangan media: uji validasi ahli materi sebesar 2,77, ahli media sebesar 3,00. Pada uji coba lapangan tahap awal dengan rerata 2,78, uji coba lapangan utama dengan rerata 2,73 dan untuk uji coba lapangan operasional sebesar 2,73 termasuk dalam kriteria baik. Secara keseluruhan maka media pembelajaran ini termasuk dalam kriteria baik atau sesuai untuk digunakan sebagai media pembelajaran di Taman Kanak-kanak.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Tidak lupa sholawat serta salam selalu terucap kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan tauladan bagi kita.

Laporan skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan Akademik Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Melalui kegiatan ini mahasiswa dapat melihat langsung, mengimplementasikan hal-hal yang sudah didapat dalam perkuliahan kedalam sebuah penelitian dan skripsi.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, ada banyak bantuan, bimbingan dan dukungan yang penulis dapatkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kelanjutan studi sehingga dapat menyelesaikan studi di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin guna melakukan penelitian sampai selesainya skripsi ini.

3. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah memberikan ijin, masukan, dan fasilitas dalam melancarkan proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Sungkono, M. Pd. selaku pembimbing I dan Bapak Deni Hardianto , M. Pd. selaku pembimbing II yang dengan penuh kesabaran telah meluangkan waktu, pemikiran, dan tenaga untuk membimbing, memotivasi, memberikan arahan, serta saran-saran dalam proses penyusunan skripsi ini.


(9)

ix

5. Bapak Estu Miyarso, M. Pd. selaku dosen jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang telah berkenan menjadi ahli media untuk mengevaluasi dan memvalidasi produk dalam penelitian pengembangan ini.

6. Ibu Ika Budi Maryatun, M. Pd. selaku dosen jurusan PAUD UNY yang telah berkenan menjadi ahli materi untuk memberikan penilaian dan saran, sehingga penelitian ini menghasilkan produk yang berkualitas serta telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

7. Kepala Sekolah, Guru dan Siswa TK Mardi Putera Wonosobo yang telah meluangkan waktu untuk dapat membantu terlaksananya penelitian ini. 8. Sahabat-sahabatku Wirya, Fajar, Arfan, Faris, dan semuanya yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas semangat, dukungan dan motivasinya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

9. Semua pihak yang turut membantu guna terselesaikannya laporan skripsi ini.

Ucapan terimakasih beriring doa semoga kita semua selalu dalam perlindungan-Nya, amin. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Yogyakarta, Juni 2015 Penulis


(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Pentingnya Pengembangan Media ... 8

H. Spesifikasi Produk ... 8

I. Definisi Operasional ... 9

BAB II. KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Pendidikan TK ... 10

1. Pengertian Pendidikan TK ... 10

2. Karakteristik Pembelajaran Anak TK ... 12


(11)

xi

4. Kurikulum Taman Kanak-Kanak ... 19

B. Tinjauan Tentang Media Pembelajaran ... 23

1. Pengertian Media Pembelajaran ... 23

2. Kriteria Memilih Media Pembelajaran ... 24

3. Pengelompokan Jenis Media Pembelajaran ... 28

C. Komunikasi Visual... 32

1. Teori Visual ... 32

2. Teori Warna ... 35

3. Teori Layout ... 36

D. Tinjauan Media Buku Pop-Up Cita-Citaku ... 37

1. Definisi dan Elemen Media Buku Pop-Up Cita-Citaku ... 37

2. Pengembengan Media Buku Pop-Up Cita-Citaku ... 39

3. Jenis-jenis Buku Pop-Up ... 45

4. Kelebihan dan Kekurangan Media Buku Pop-Up ... 46

E. Keragka Pikir ... 47

BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 50

B. Prosedur Pengembangan ... 51

1. Penelitian Pendahuluan dan Pengumpulan Data ... 51

2. Perencanaan... 53

3. Pengembangan Draf Produk ... 53

4. Uji Lapangan Awal ... 53

5. Revisi Uji Coba Lapangan Awal... 53

6. Uji Coba Lapangan Utama ... 54

7. Revisi Uji Coba Lapangan utama ... 54

8. Uji Coba Pelaksanaan Lapangan ... 54

9. Revisi Uji Coba Pelaksanaan Lapangan ... 54

10. Deseminasi ... 54

C. Uji Coba Produk ... 55

1. Validasi ... 55


(12)

xii

3. Subjek Uji Coba ... 57

4. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 58

5. Langkah-langkah Pengembangan Instrument ... 60

6. Validasi Instrument ... 62

BAB IV. HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN A. Pengembangan ... 67

1. Deskripsi Analisis Kebutuhan ... 67

2. Deskripsi Pegembangan Produk Awal ... 68

3. Pengembangan Produk Awal dan Validasi ... 70

4. Data Hasil Uji Coba Lapangan Awal ... 79

5. Data Hasil Uji Coba Lapangan ... 81

6. Data Hasil Uji Coba Pelaksanaan Lapangan ... 83

7. Deseminasi ... 83

B. Pembahasan ... 83

C. Keterbatasan Penelitian ... 85

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1 Prosedur Pengembangan Media Borg & Gall………... 55 Gambar 2 Desain Cover Buku …………... 69 Gambar 3

Gambar 4

Cover Buku Sebelum Revisi Jenis Huruf……….. Cover Buku Setelah Revisi Jenis Huruf………

75 75


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Ahli Materi………... 61

Tabel 2. Kisi-kisi Instrumen Ahli Media……… 61

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Untuk Siswa………. 62

Tabel 4. Kategori Kelayakan Pada Validasi Ahli Materi……… 64

Tabel 5. Kategori Kelayakan Pada Validasi Ahli Media……… ... 64

Tabel 6. Kategori Kelayakan Pada Validasi Uji Lapangan ... 65

Tabel 7. Tabel 8. Hasil Penilaian Ahli Materi……... Hasil Penilaian Ahli Media……….. 71 73 Tabel 9. Hasil Penilaian Ahli Media Tahap 2... 77

Tabel 10. Hasil Penilaian Uji Lapangan Awal... 78

Tabel 11. Hasil Penilaian Uji Lapangan………….;... 80


(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1 Produk Akhir Media... 89

Lampiran 2 Hasil Validasi Ahli Materi………... 91

Lampiran 3 Hasil Validasi Ahli Media………... 93

Lampiran 4 Contoh dan Hasil Angket Siswa…………... 97

Lampiran 5 Tabel Hasil Uji Coba Lapangan Awal……... 99

Lampiran 6 Tabel Hasil Uji Coba Lapangan... 100

Lampiran 7 Tabel Hasil Uji Coba Lapangan Operasional... 101

Lampiran 8 Dokumentasi Uji Coba Lapangan…... 102

Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian………... 104


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dibagi dalam beberapa fase mennurut usia, akar dari pendidikan adalah fase usia dini. Pada UU RI Sisdiknas No 20 Tahun 2003 pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang periode usia dini merupakan periode yang penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Erik H. Erikson (Helms & Turner,1994:64) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative, pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan.

Anak hendaknya tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, maka anak akan mampu mengembangkan prakarsa, dan daya kreatifnya, dan hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya, guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu padahal anak dapat melakukannya sendiri, menurut Erikson dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan.


(17)

2

Menurut Soemarti Patmonodewo (2003: 24), anak usia dini memiliki kemampuan untuk berkembang pada empat ranah yaitu: perkembangan motorik/jasmani, perkembangan kognitif, perkembangan emosi dan sosial serta perkembangan bahasa. Menurut Juwita K (1997: 27) masa kanak-kanak juga merupakan masa saat anak belum mampu untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Mereka cenderung ingin menyenangkan orang dewasa, senang bermain bersama tiga atau empat teman pada saat yang bersamaan, tetapi mereka juga ingin menang sendiri dan sering merubah aturan bermain untuk kepentingannya sendiri.

Pada masa itu, anak menjadi sensitif untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi yang dimilikinya, pada masa itu pula terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial emosional, konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral dan nilai-nilai agama.

Sebagian besar kehidupan anak-anak dipenuhi dengan permainan, permainan menjadi bagian yang menyeluruh dalam kehidupan anak-anak, mereka mencoba mengekspresikan dan mengekplorasi semua yang mereka fikirkan dalam berbagai permainan.

Anak cenderung ingin menirukan apa yang orang dewasa lakukan, seperti bermain rumah-rumahan, bermain peran, menirukan segala tingkah laku orang dewasa yang ada disekitar mereka, semua itu dilakukan secara spontan, untuk itu tugas sebagai orang tua atau guru sebagai pendidikan harus


(18)

3

mengarahkan anak ke permainan-permainan yang bermanfaat untuk mengembangkan fungsi-fungsi fisik dan psikis anak, salah satunya yaitu penggunaan media buku Pop-up.

Media buku pop-up merupakan sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi, pop-up lebih cenderung pada pembuatan mekanis kertas yang dapat membuat gambar tampak secara lebih berbeda baik dari sisi perspektif/dimensi, perubahan bentuk hingga dapat bergerak yang disusun sealami mungkin sehingga dalam penggunaannya sangat menarik jika dipadukan dengan tema-tema dalam pembelajaran di TK.

Pembelajaran di Taman Kanak-kanak menggunakan pendekatan Tematik yaitu menggunakan tema-tema yang sesuai dalam proses belajarnya, tema digunakan sebagai alat atau sarana untuk mengenalkan sebuah konsep kepada anak, pemilihan tema dalam kegiatan pembelajaran juga hendaknya dikembangkan dari hal-hal yang berhubungan dekat dengan anak, tema yang sederhana tetapi dapat menarik minat anak untuk belajar. Dalam penggunaanya, tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas misalnya dalam proses pembelajarannya menggunakan tema-tema seperti aku, lingkunganku, binatang, atau makhluk hidup.

Dalam kurikulum 2004 Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudlatul Athfal (RA) juga menguraikan bahwa pendekatan pembelajaran pada pendidikan TK/RA dilakukan dengan berpedoman pada suatu program kegiatan yang telah disusun sehingga seluruh pembiasaan dan kemampuan


(19)

4

dasar yang ada pada anak dapat dikembangkan dengan sebaik-baiknya, pendekatan pembelajaran pada anak TK/RA hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip salah satunya yaitu bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.

Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada anak-anak usia TK sehingga dalam memberikan pendidikan pada anak usia TK harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan sehingga anak tidak merasa bosan dalam mengikuti pelajaran.

Melalui kegiatan bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna, bermain bagi anak juga merupakan suatu proses kreatif untuk bereksplorasi, mempelajari keterampilan yang baru dan dapat menggunakan simbol untuk menggambarkan dunianya. Untuk menunjang pendekatan tersebut perlu mengguba metode, materi dan media yang bervariasi yang digunakan juga harus menarik perhatian serta mudah diikuti oleh anak, sehingga anak akan termotivasi untuk lebih baik dalam proses belajarnya.

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di TK Mardi Putera pembelajaran yang berlangsung sudah menggunakan media-media belajar, tetapi kurang bervariatif, media yang digunakan yaitu berupa buku cerita bergambar, gambar-gambar, puzzle, dan poster-poster seadanya, sehingga tidak semua media dapat mengembangkan beberapa aspek-aspek kemampuan anak.


(20)

5

Media-media di TK Mardi Putera kurang menarik perhatian dan minat anak, mereka malah asik bermain dengan mainan yang dibawa sendiri atau bermain bersama teman-temanya, kurangnya pengoptimalan media belajar dari pihak guru juga menjadi persoalan, belum banyak pengembangan media pembelajaran yang dapat memudahkan guru dalam menghubungkan tema yang sedang diajarkan.

Guru sebaiknya memikliki kemampuan memilih media belajar yang baik/sesuai dengan kebutuhan siswa guna menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar. Oleh karna itu diperlukan media alternatif yang menarik perhatian anak dan bisa membuat anak aktif untuk mengenal dan mengembangkan kemampuan-kemampuan mereka, seperti kemampuan berbahasa, kognitif, sosial dan emosi.

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di atas, perlunya media alternatif yang dapat merangsang keaktifan dan menarik perhatian anak perlu diperhatikan dan segera ditindak lanjuti, supaya pembelajaran di dalam kelas bisa lebih menyenangkan salah satunya yaitu dengan menyediakan media dapat menarik perhatian siswa dalam hal ini yaitu media buku Pop-up, media ini berupa buku bergambar 3 dimensi, gambar yang terdapat di media buku Pop-up ini disesuaikan dengan tema-tema yang sedang dibahas dalam pembelajaran, khususnya untuk siswa Taman Kanak-Kanak kelompok B.

Berdasarkan uraian di atas peneliti mengadakan penelitian tentang proses pembelajaran menggunakan media Buku Pop-up dengan judul


(21)

6

“Pengembangan Media Buku Pop-up Cita-Citaku untuk Siswa Kelompok B TK Mardi Putera,

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Media pembelajaran yang digunakan kurang variatif sehingga siswa kurang antusias dalam mengikuti pelajaran.

2. Kurangnya perhatian dan minat siswa terhadap proses pembelajaran di TK Mardi Putera kelompok B.

3. Siswa lebih banyak menghabiskan waktu dengan mainan yang mereka bawa sendiri dan lebih banyak bermain dengan teman-temanya.

4. Kurangnya kemampuan guru dalam memilih media yang baik.

5. Belum banyak dikembangkan media pembelajaran buku pop-up yang dapat memudahkan siswa dalam mengkaitkan tema yang sedang diajarkan dikelas.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan indentifikasi masalah di atas, maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada pengembangan media pembelajaran yang memudahkan murid dalam mengakaitkan tema yang sedang diajarkan, dalam hal ini yaitu media Buku Pop-up Cita-Citaku untuk pembelajaran siswa kelompok B TK Mardi Putera.


(22)

7 D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana mengembangkan media buku pop-up Cita-Citaku yang baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak kelompok B TK Mardi Putera.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menghasilkan media Buku Pop-up Cita-Citaku yang baik untuk digunakan sebagai media alternatif dan mempermudah dalam proses pembelajaran siswa kelompok B. TK Mardi Putra.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat, secara praktis kepada berbagai pihak sebagai berikut:

1. Bagi siswa,

a. Menambah pengetahuan tentang beragam cita-cita yang dapat menjadi panutan anak dimasa yang akan datang.

b. Dapat memberikan solusi belajar yang variatif dan menyenangkan. c. Media ini dapat digunakan sebagai sarana belajar siswa baik secara

kelompok maupun secara individual. 2. Guru TK

a. Media ini diharapkan dapat membantu guru mempermudah mengkaitkan sub tema yang diajarkan dengan penggunaan media Buku Pop-up Cita-Citaku ini.


(23)

8

b. Media ini menampilkan gambar dan sedikit penjelasan tentang sub tema yang diajarkan, sehingga mempermudah guru dalam memancing interaksi anak.

3. Bagi sekolah,

Melalui media ini diharapkan dapat menambah sarana pendidikan yang digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

4. Jurusan KTP FIP UNY

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan dan acuan dalam pengembangan media pembelajaran.

G. Pentingnya Pengembangan Media

Penggunaan media pembelajaran buku pop-up dalam proses pembelajaran merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan pembelajaran, lebih-lebih pada media yang memungkinkan untuk memberikan peningkatan motivasi dan minat belajar siswa, serta merangsang siswa untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui media pembelajaran buku pop-up Cita-Citaku untuk TK kelompok B ini, diharapkan dalam proses pembelajarannya akan lebih menyenangkan dan menambah motivasi siswa untuk belajar baik dikelas maupun ketika siswa berada dirumah

H. Spesifikasi Produk

Media Buku Pop-up Cita-citaku adalah buku yang berisi kumpulan gambar-gambar yang menampilkan ilustrasi gambar 3 dimensi tentang sub tema pekerjaan dengan spesifikasi sebagai berikut:


(24)

9

1. Media buku Pop-up Cita-citaku berisi kumpulan gambar beserta penjelasannya tentang berbagai macam pekerjaan.

2. Cover buku Pop-up Cita-citaku ini memakai beraneka ragam warna cerah dan menggunakan illustrasi grafis animasi.

3. Media ini dicetak dengan kertas ivory 230 gr ukuran 30x20 cm. 4. Media ini dilengkapi dengan petunjuk penggunaan.

5. Tulisan dalam media ini menggunakan font arial bold ukuran 60 untuk cover, ukuran huruf 40 untuk isi dan comic sans ukuran 40.

6. Buku ini hanya menampilkan 6 ragam cita-cita, yaitu pilot, dokter, guru, koki, polisi, dan astronot.

7. Gambar dalam media ini menggunakan illustrasi grafis animasi, agar menarik bagi anak TK.

I. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan meluasnya penafsiran terhadap permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, maka perlu disampaikan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini: a. Pengembangan, adalah strategi atau upaya peningkatan dan

pengembangan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan agar dapat mempermudah sekaligus membantu seseorang dalam melakukan pekerjaannya.

b. Media Buku Pop-up Cita-Citaku adalah buku yang berisi kumpulan gambar-gambar yang menampilkan ilustrasi gambar 3 dimensi tentang sub tema cita-citaku.


(25)

10

c. Anak usia Taman Kanak-kanak (TK), Anak usia dini adalah anak yang memasuki usia 6 tahun.


(26)

11 BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan tentang pendidikan Taman Kanak-kanak 1. Pengertian pendidikan TK

Beberapa ahli dalam bidang pendidikan dan psikologi memandang periode usia dini merupakan periode yang penting yang perlu mendapat penanganan sedini mungkin. Maria Montessori (Elizabeth B. Hurlock, 1978:13) berpendapat bahwa usia 3-6 tahun merupakan periode sensitif atau masa peka pada anak, yaitu suatu periode dimana suatu fungsi tertentu perlu dirangsang, diarahkan sehingga tidak terhambat perkembangannya..

Erik H. Erikson (1994:64) memandang periode usia 4-6 tahun sebagai fase sense of initiative. Pada periode ini anak harus didorong untuk mengembangkan prakarsa, seperti kesenangan untuk mengajukan pertanyaan dari apa yang dilihat, didengar dan dirasakan. Jika anak tidak mendapat hambatan dari lingkungannya, maka anak akan mampu mengembangkan prakarsa, dan daya kreatifnya, dan hal-hal yang produktif dalam bidang yang disenanginya, guru yang selalu menolong, memberi nasehat, dan membantu mengerjakan sesuatu padahal anak dapat melakukannya sendiri, menurut Erikson dapat membuat anak tidak mendapatkan kesempatan untuk berbuat kesalahan atau belajar dari kesalahan. Froebel (Roopnaire, J.L & Johnson, J.E., 1993:56) berpendapat bahwa masa anak merupakan suatu fase yang sangat penting dan berharga, dan merupakan masa pembentukan dalam periode kehidupan manusia (a


(27)

12

noble and malleable phase of human life), oleh karenanya masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age) bagi penyelenggaraan pendidikan.

Lebih lanjut menurut Soemiarti Patmonodewo S (2003: 44-45) Pendidikan prasekolah masing–masing mempunyai pengertian yang tidak sama sehingga akan mengaburkan arah pembicaraannya. Batasan yang dipergunakan oleh The National Association for The Education of Young Children (NAEYC), dan para ahli umumnya adalah sebagai berikut :

a. Yang dimaksudkan dengan “Early Childhood” (anak masa awal) adalah anak yang sejak lahir sampai dengan usia delapan tahun. Hal tersebut merupakan pengertian yang baku yang dipergunakan oleh NAEYC. Batasan ini sering kali dipergunakan untuk merujuk anak yang belum mencapai usia sekolah dan masyarakat menggunakannya bagi berbagai tipe prasekolah (preschool).

b. Early Childhood Setting (tatanan anak masa awal) menunjukkan pelayanan untuk anak sejak lahir sampai dengan delapan tahun di suatu pusat penyelenggaraan, rumah atau institusi, seperti kindergarten, sekolah dasar dan program rekreasi yang menggunakan sebagian waktu atau penuh waktu.

c. Early Childhood Education (pendidikan awal masa anak) terdiri dari pelayanan yang diberikan dalam tatanan awal masa anak. Biasanya oleh para pendidik anak usia dini (young children) digunakan istilah early


(28)

13

childhood (anak masa awal) dan early childhood education (pendidikan anak masa awal).

2. Karakteristik Pembelajaran Anak TK

Kegiatan pembelajaran pada anak usia dini, menurut Sujiono (Yuliani Nurani Sujiono, 2009: 138) pada dasarnya adalah pengembangan kurikulum secara konkret berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka pencapaian kompetensi yang harus dimiliki oleh anak. Berdasarkan pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Belajar, bermain, dan bernyanyi

Pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar, bermain, dan bernyanyi (Slamet Suyanto, 2005: 133). “Pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa sehingga dapat membuat anak aktif, senang, bebas memilih. Anak-anak belajar melalui interaksi dengan alat-alat permainan dan perlengkapan serta manusia, anak belajar dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan, hasil belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman sebayanya.

b. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan

Menurut Masitoh Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan mengacu pada tiga hal penting, yaitu: 1) berorientasi


(29)

14

pada usia yang tepat, 2) berorientasi pada individu yang tepat, dan 3) berorientasi pada konteks sosial budaya. Pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan harus sesuai dengan tingkat usia anak, artinya pembelajaran harus diminati, kemampuan yang diharapkan dapat dicapai, serta kegiatan belajar tersebut menantang untuk dilakukan anak di usia tersebut.

Manusia merupakan makhluk individu, perbedaan individual juga harus menjadi pertimbangan guru dalam merancang, menerapkan, mengevaluasi kegiatan, berinteraksi, dan memenuhi harapan anak. Selain berorientasi pada usia dan individu yang tepat, pembelajaran berorientasi perkembangan harus mempertimbangkan konteks sosial budaya anak, untuk dapat mengembangkan program pembelajaran yang bermakna, guru hendaknya melihat anak dalam konteks keluarga, masyarakat, faktor budaya yang melingkupinya

c. Belajar Kecakapan Hidup

Dalam belajar kecakapan hidup, pendidikan TK mengembangkan diri anak secara menyeluruh, bagian dari diri anak yang dikembangkan meliputi bidang fisik-motorik, moral, sosial, emosional, kreativitas, dan bahasa, dalam buku Selamet Suryanto, “Tujuan belajar kecakapan hidup ialah agar kelak anak berkembang menjadi manusia utuh yang memiliki kepribadian dan akhlak yang mulia, cerdas dan terampil, mampu bekerjasama dengan orang lain, dan mampu hidup berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat.”


(30)

15

Belajar memiliki fungsi untuk memperkenalkan anak dengan lingkungan sekitarnya, belajar kecakapan hidup adalah salah satu cara mengasah kemampuan bertahan hidup. Hal tersebut adalah untuk membekali anak sebagai makhluk individu dan sosial dimasa yang akan datang.

d. Belajar dari Benda Konkrit

Anak usia 5-6 tahun menurut Piaget (1972) “sedang dalam taraf perkembangan kognitif fase Pra-Operasional.” Anak belajar dengan baik melalui benda-benda nyata, pada tahap selanjutnya objek permanency sudah muai berkembang, anak dapat belajar mengingat benda-benda, jumlah dan ciri-ciriya meskipun bendanya sudah tidak ada.

e. Belajar Terpadu

Pada pendidikan TK, pembelajaran diberikan secara terpadu, tidak belajar mata pelajaran tertentu, misalnya melalui air mereka bisa belajar berhitung (matematika), menegenal sifat-sifat air (IPA), menggambar air mancur (seni), dan fungsi air dalam kehidupan masyarakat (sosial). Pembelajaran terpadu dengan tema dasar tertentu dikenal dengan pembelajaran tematik, tema dasar dipilih dari kejadian sehari-hari yang dialami oleh sisiwa, dalam tema dasar yang dipilih dikembangkan menjadi tema-tema yang banyak yang disebut unit tema, pemilihan unit tema, didasarkan atas berbagai pertimbangan,


(31)

16

seperti muatan kurikulum, pengetahuan, nilai-nilai, keterampilan, dan sikap yang ingin dikembangkan.

3. Karakteristik Perkembangan anak a. Perkembangan Motorik

Seiring dengan perkembangan fisik yang beranjak matang, perkembangan motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakannya sudah selaras dengan kebutuhan atau minatnya, masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau aktivitas, anak cenderung menunjukkan gerakan-gerakan motorik yang cukup gesit dan lincah, oleh karena itu, usia ini merupakan masa yang ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik, seperti menulis, menggambar, melukis, berenang, main bola dan atletik. Perkembangan fisik yang normal merupakan salah satu faktor penentu kelancaran proses belajar, baik dalam bidang pengetahuan maupun keterampilan. Pada masa usia ini, kematangan perkembangan motorik umumnya sudah mulai dicapai, karena itu anak sudah mulai siap untuk menerima kegiatan yang berkaitan dengan keterampilan.

b. Perkembangan Intelektual

Perkembangan intelektual merupakan salah satu aspek yang harus dikembangkan pada anak, intelektual sering kali disinonimkan dengan kognitif, karena proses intelektual banyak berhubungan dengan berbagai konsep yang telah dimiliki anak dan berkenaan dengan bagaimana anak menggunakan kemampuan berfikirnya dalam


(32)

17

memecahkan suatu persoalan. Faktor kognitif mempunyai peranan penting bagi keberhasilan anak dalam belajar, karena sebahagian besar aktivitas dalam belajar selalu berhubungan dengan masalah mengingat dan berfikir, kedua hal ini merupakan aktivitas kognitif yang perlu dikembangkan.

Piaget merupakan tokoh Psikologi Kognitif yang memandang anak sebagai partisipan aktif di dalam proses perkembangan. Piaget menyakini bahwa anak harus dipandang seperti seorang ilmuwan yang sedang mencari jawaban dalam upaya melakukan eksperimen terhadap dunia untuk melihat apa yang terjadi. Misalnya anak ingin tahu apa yang terjadi bila anak mendorong piring keluar dari meja. Hasil dari eksperimen miniatur anak menyebabkan anak menyusun “teori” tentang bagaimana dunia fisik dan sosial beroperasi. Anak membangun teori berdasarkan eksperimen yang dilakukannya, saat anak menemukan benda atau peristiwa baru, anak berupaya untuk memahaminya berdasarkan teori yang telah dimilikinya.

c. Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dengan orang lain, dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk tulisan, lisan, isyarat atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambang, gambar atau lukisan. Dengan bahasa semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar, ilmu pengetahuan


(33)

18

dan nilai-nilai moral atau agama. Bahasa anak mulai menjadi bahasa orang dewasa setelah anak mencapai usia 3 tahun.

Pada saat itu ia sudah mengetahui perbedaan antara saya, kamu dan kita. Pada usia 4-6 tahun kemampuan berbahasa anak akan berkembang sejalan dengan rasa ingin tahu serta sikap antusias yang tinggi, sehingga timbul pertanyaanpertanyaan dari anak dengan kemampuan bahasanya. Kemampuan berbahasa juga akan terus berkembang sejalan dengan intensitas anak pada teman sebayanya. Dengan memperlihatkan suatu minat yang meningkat terhadap aspek-aspek fungsional bahasa tulis, ia senang mengenal kata-kata yang menarik baginya dan mencoba menulis kata yang sering ditemukan. d. Perkembangan Sosial

Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam berhubungan dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, orang tua maupun saudara-saudaranya. Sejak kecil anak telah belajar cara berperilaku sosial sesuai dengan harapan orang-orang yang paling dekat dengannya, yaitu dengan ibu, ayah, saudara, dan anggota keluarga yang lain, apa yang telah dipelajari anak dari lingkungan keluarganya turut mempengaruhi pembentukan perilaku sosialnya.

Perilaku yang ditunjukkan anak dapat berbeda tergantung dengan siapa anak berhadapan, Johnson (1975:82) mengungkapkan bahwa anak berperilaku dalam suatu kelompok berbeda dengan perilakunya dalam kelompok lain, perilaku anak dalam kelompok juga


(34)

19

berbeda dengan pada waktu anak sendirian. Menurut Johnson, kehadiran orang lain dapat menimbulkan reaksi yang berbeda pada tiap-tiap anak, perbedaan ini dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu: persepsi anak yang menjadi anggota kelompok, lingkungan tempat terjadinya interaksi dan pola kepemimpinan yang berlaku. e. Perkembangan Emosi

Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang bergejolak pada diri individu yang disadari dan diungkapkan melalui wajah atau tindakan, yang berfungsi sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu, kemampuan untuk bereaksi secara emosional sudah ada sejak bayi dilahirkan, gejala pertama perilaku emosional dapat dilihat dari keterangsangan umum terhadap suatu stimulasi yang kuat. Keterangsangan yang berlebih-lebihan dapat tercermin dalam aktivitas yang banyak yang ditunjukkan oleh bayi.

Menurut Elizabeth B. Hurlock (1978:79), reaksi yang menyenangkan pada bayi dapat diperoleh dengan cara mengubah posisi tubuh secara tiba-tiba, membuat suara keras, atau membiarkan bayi menggunakan popok yang basah, rangsangan ini menimbulkan reaksi emosional berupa tangisan dan aktivitas yang kuat. Sebaliknya, reaksi emosional yang menyenangkan dapat tampak jelas tatkala bayi menetek pada ibunya.


(35)

20

Dengan meningkatnya usia anak, reaksi emosional anak mulai kurang menyebar, dan dapat lebih dibedakan, misalnya, anak menunjukkan reaksi ketidaksenangan hanya dengan menjerit dan menangis, kemudian reaksi tersebut berkembang menjadi perlawanan, melempar benda, mengejangkan tubuh, lari menghindar, bersembunyi dan mengeluarkan kata-kata, dengan bertambahnya usia, reaksi emosional yang berwujud kata-kata semakin meningkat, sedangkan reaksi gerakan otot mulai berkurang.

4. Kurikulum Taman Kanak-Kanak

Menurut Oesmarni Patmonodewo (2003: 56), kurikulum adalah usaha atau kegiatan sekolah untuk merangsang anak supaya belajar, baik didalam maupun diluar kelas, pembelajaran anak tidak terbatas ketika mereka disekolahan saja, seluruh pengembangan aspek fisik, intelektual, sosial maupun emosional, pengertian lain disebutkan oleh Patmonodewo pula bahwa kurikulum adalah segala pengalaman dan pengaruh yang bercorak pendidikan yang diperoleh anak di sekolah. Kurikulum ini meliputi segala sarana dan prasarana sekolah, dalam Permendiknas No 58 Th 2009 , tema-tema dalam kurikulum TK selama satu tahun sebagai berikut:

Semester I

1. Diri Sendiri (3 minggu)

(identitas diri, anggota tubuh, dan kesukaan) 2. Lingkunganku (4 minggu)

(keluarga, rumah, dan sekolah) 3. Kebutuhanku (4 minggu)


(36)

21 4. Tanaman (3 minggu)

(buah-buahan, sayur-sayuran, dan bagian-bagian pohon) 5. Binatang (3 minggu)

(macam-macam binatang) Semester II

1. Rekreasi ( 4 minggu)

(tempat-tempat rekreasi dan kendaraan) 2. Pekerjaan (3 minggu)

(jenis-jenis pekerjaan)

3. Air, Api, dan Udara (2 minggu) 4. Alat Komunikasi (2 minggu) 5. Tanah Airku ( 3 minggu)

(negaraku, kehidupan di desa dan kota) 6. Alam Semesta ( 3 minggu)

(nama-nama benda dan gejala alam)

Slamet Suyanto (2005: 136-139) mengemukakan agar kurikulum PAUD mengikuti pola sebagai berikut:

a) Berdasarkan Keilmuan PAUD

Kurikulum PAUD didasarkan atas ilmu terkini dari PAUD dan hasil-hasil penelitian tentang belajar dan pembelajaran. Kajian keilmuan secara komprehensif hendaknya menjadi landasan pengembangan kurikulum.

b) Mengembangkan anak secara menyeluruh

Tujuan kurikuler hendaknya ditunjukkan untuk mengembangkan anak secara menyeluruh, yang meliputi aspek fisik motorik, sosial, moral, emosional dan kognitif.

c) Relevan, menarik, dan menantang

Isi kurikulum hendaknya relevan, menarik, dan menantang anak untuk melakukan eksplorasi, memecahkan masalah, mencoba, dan berpikir. Kurikulum yang efektif dapat mengembangkan


(37)

22

pengetahuan, keterampilan, dan sikap dari konteks yang berarti dalam kehidupan anak.

d) Mempertimbangkan kebutuhan anak

Perencanaan kurikulum hendaknya mempertimbangkan kebutuhan anak, perkembangan anak, kebutuhan masyarakat, dan ideologi bangsa secara nasional. Kurikulum hendaknya realistis dan dapat dicapai oleh anak. Apa yang dipelajari anak hendaknya sesuai dengan apa yang diinginkan anak, masyarakat, dan agama.

e) Mengembangkan kecerdasan

Kurikulum hendaknya mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir, menalar, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah. Pembelajaran pada anak usia dini hendaknya tidak bersifat hafalan, tetapi mengembangkan kecerdasan dengan cara melatih anak berpikir, menalar, mengambil keputusan, dan memecahkan masalah.

f) Menyenangkan

Kurikulum disesuaikan dengan kondisi psikologis anak sehingga anak merasa mampu, senang, rileks, dan nyaman belajar di TK.

g) Fleksibel

Kurikulum sebaiknya bersifat fleksibel, baik tentang isi maupun waktu agar dapat disesuaikan dengan perkembangan minat, dan kebutuhan setiap anak.


(38)

23 h) Menyatu dan padu

Kurikulum di TK bersifat menyatu padu, artinya tidak mengajarkan bidang studi sendiri-sendiri atau secara terpisah, tetapi secara terpadu dan terintegrasi melalui tematik unit.

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengembengkan sebuah media yang memenuhi beberapa pedoman dari kurikulum TK. Peneliti tertarik untuk mengembangkan sebuah media dengan tema cita-citaku yaitu memberikan gambaran kepada anak tentang apa yang mereka inginkan dimasa yang akan dating. terkadang anak sering berperilaku layaknya orang dewasa, mereka bermain sambil berperan menjadi orang dewasa seperti yang merka lihat atau merka inginkan, jadi dengan adanya media ini diharapkan anak dapat terangsang untuk mengembangkan pengetahuan dan memberi pengetahuan anak tentang bermacam-macam cita-cita yang dapat mereka gapai dimasa yang akan datang.

B. Tinjauan tentang Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran.

Gagne & Briggs yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2010: 4-5) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar, dari beberapa pengertian tersebut, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan-pesan pembelajaran dari pengirim ke penerima,


(39)

24

sehingga dapat menimbulkan pengertian dan minat untuk belajar, sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pengajaran. Arif S. Sadiman (1993: 3) menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi, sedangkan Bringgs dalam Arif S. Sadiman (1993: 6) menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Azhar Arsyad (2010: 15) mengemukakan, bahwa salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Hamalik seperti yang dikutip Azhar Arsyad (2010: 15), mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.

Dari beberapa pengamatan tentang manfaat media pembelajaran di atas, kaitannya dalam penelitian dan pengembangan media ini bahwa media buku Pop-up ini mempunyai beberapa kelebihan yaitu, visualisasi gambar/cerita yang lebih menarik, mulai dari tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi, gambar yang dapat bergerak ketika halaman-nya dibuka atau bagiannya digeser, bagian yang dapat berubah


(40)

25

bentuk, memiliki tekstur seperti benda aslinya, sehingga gambar-gambar yang ditampilkan dalam media ini terlihat seperti hidup, media buku Pop-up ini juga dapat memberikan variasi dalam belajar, karena selain digunakan untuk belajar media ini juga bisa digunakan sebagai permainan sehingga siswa dapat berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan belajar dimanapun dan kapanpun, oleh karena itu pada pengembangan media berupa buku Pop-up Cita-citaku ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat dalam kegiatan belajar siswa.

2. Kriteria Memilih Media Pembelajaran

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2009: 4-5) menjelaskan rumusan dalam memilih media untuk kepentingan pembelajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebgai berikut:

a. Ketepatannya dengan tujuan pengajaran: artinya media pengajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan instruksional yangtelah ditetapkan. b. Dukungan terhadap isi bahan pelajaran: artinya bahan pelajaran yang

sifatnya fakta, prinsip, konsep dan generalisasi sangat memerlukan bantunan media agar lebih mudah dipahami siswa.

c. Kemudahan memperoleh media: artinya media yang diperlukan mudah diperoleh, setidak-tidaknya mudah dibuat guru pada waktu mengajar. d. Keterampilan guru dalam menggunakannya: apapun jenis media yang

diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam proses pengajaran.


(41)

26

e. Tersedia waktu untuk menggunakannya sehingga media tersebut dapat bermanfaat bagi siswa selama pengajaran berlangsung.

f. Sesuai dengan taraf berfikir siswa: memilih media untuk pendidikan dan pengajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa.

Wina Sanjaya (2006: 171) menjelaskan beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam penggunaan media pembelajaran, diantaranya: a. Media yang akan digunakan oleh guru harus sesuai dan diarahkan

untuk mencapai tujuan pembelajaran, media tidak digunakan sebagai alat hiburan, atau tidak semata-mata dimanfaatkan untuk mempermudah guru menyampaikan materi, akan tetapi benar-benar untuk membantu siswa belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

b. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan materi pembelajaran, setiap materi pelajaran memiliki kekhasan dan kekompleksan, media yang digunakan harus sesuai dengan kompleksitas materi pembelajaran,

c. Media pembelajaran harus sesuai dengan minat, kebutuhan dan kondisi siswa, Karena setiap siswa memiliki kemampuan dan gaya yang berbeda maka guru perlu memperhatikan setiap kemampuan dan gaya tersebut.

d. Media yang akan digunakan harus memperhatikan efektivitas dan efisien, media yang memerlukan peralatan yang mahalbelum tentu


(42)

27

efektif untuk mencapai tujuan tertentu, demikian juga media yang sangat sederhana belum tentu tidak memiliki nilai. Setiap media yang dirancang guru perlu memperhatikan efektivitas penggunannnya. e. Media yang akan digunakan harus sesuai dengan guru dalam

mengoperasikannya, oleh karena itu sebaiknya guru mempelajari dahulu bagaimana mengoperasikan dan memanfaatkan media yang akan digunakan, hal ini perlu ditekankan, sebab guru sering melakukan kesalahan-kesalahan dalam menggunakan media pembelajaran yang pada akhirnya penggunaan media bukan menambah kemudahan siswa belajar malah sebaliknya mempersulit siswa.

Menurut wilkinson, (1984: 13) ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam memilih media pembelajaran, yakni:

a. Tujuan

Media yang dipilih hendaknya menunjang tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

b. Ketepatgunaan,

Jika materi yang akan dipelajari adalah bagian-bagian yang penting dari benda, maka gambar seperti bagan dan slide dapat digunakan. c. Keadaan siswa

Media dapat efektif digunakan apabila tidak tergantung dari perbedaan interindividual antara siswa


(43)

28

Walaupun suatu media dinilai sangat tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran, media tersebut tidak dapat digunakan jika tidak tersedia, menurut Wilkinson, media merupakan alat mengajar dan belajar, peralatan tersebut harus tersedia ketika dibutuhkan untuk memenuhi keperluan siswa dan guru.

e. Biaya

Biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menggunakan media, hendaknya benar-benar seimbang dengan hasil-hasil yang akan dicapai.

Menurut Canei, R. Springfield dan Clark., C. (1998: 62), dasar pemilihan alat bantu visual adalah memilih alat bantu yang sesuai dengan kematangan, minat dan kemampuan kelompok, memilih alat bantu secara tepat untuk kegiatan pembelajaran, mempertahankan keseimbangan dalam jenis alat bantu yang dipilih, menghindari alat bantu yang berelebihan, serta mempertanyakan apakah alat bantu tersebut diperlukan dan dapat mempercepat pembelajaran atau tidak. Yahya, Nursidik. 2010, Teknologi Informasi.

Dari penjelasan tentang kriteria-kriteria pemilihan media pembelajaran dan juga prinsip dalam penggunaan media, peneliti memilih media Buku Pop-up untuk dijadikan media pembelajaran di TK mardi Putera Wonosobo.


(44)

29

Peneliti memilih media buku pop-up karena sesuai dengan syarat-syarat media yang di kemukakan dalam kriteria media pembelajaran yang baik.

Buku pop-up diharapkan sangat membantu guru dalam penyampaian materi yang dapat dikaitkan dengan tema yang sedang diajarkan, karena selain mudah dalam penggunaannya media Buku Pop-up ini juga dapat digunakan sebagai sarana bermain siswa, sehingga dapat menarik perhatian siswa dan dapat melibatkan siswa secara langsung dalam penggunaanya.

3. Pengelompokan Jenis Media Pembelajaran

Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam penyampaian informasi dan pesan-pesan pembelajaran, setiap jenis atau bagian dapat pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan sifat-sifat media tersebut, banyak tenaga ahli mengelompokkan atau membuat klasifikasi media akan tergantung dari sudut mana mereka memandang dan menilai media tersebut, jika kita bedakan dari bentuknya yaitu:

a. Media Visual

Media visual juga di sebut media pandang,karena seseorang dapat menghayati media tersebut melalui penglihatannya.media ini dapat di bedakan menjadi dua, yaitu:

1) Media visual yang tidak diproyeksikan,


(45)

30 b. Media audio

Jenis media audio yang dapat di pergunakan di dalam kelas adalah berbagai alat rekaman seperti,open-reel,tape recorder,cassette tape recorder,piringan hitam,radio atau MP3.

c. Media Audio Visual

Yaitu media yang hanya dapat dilihat,kemudian berikutnya di uraikan tentang media audio,yaitu media yang hanya dapat di dengar.melalui media ini seseorang tidak hanya dapat melihat atau mengamati sesuatu,melainkan sekaligus dapat mendengar sesuatu yang di visualisasikan.

d. Media berbasis cetakan,

Azhar Arsyad (2007:87) menjelaskan bahwa materi pembelajaran berbasis cetakan yang paling umum di kenal adalah buku teks, buku penuntun, jurnal, majalah, dan lembaran lepas, teks berbasis cetakan menuntut enam elemen yang perlu di perhatikan pada saat merancang, yaitu konsistensi, format, organisasi, daya tarik, ukuran huruf, dan penggunaan spasi kosong.

Jenis media pembelajaran jika dilihat dari segi perkembangan teknologi menurut Seels dan Glasgow (1990) yang dikutip oleh Azhar Arsyad (2010: 33) dibagi kedalam dua katagori luas, yaitu sebagai berikut: a. Pilihan Media Tradisional, meliputi:

1) Visual diam yang diproyeksikan, seperti: proyeksi opaque (tak-tembus pandang), proyeksi overhead, slides, filmstrip.


(46)

31

2) Visual yang tak diproyeksikan, seperti: gambar, poster, foto, chart, grafik, diagram, pameran, papan info, papan bulu.

3) Audio, seperti: rekaman piringan, pita kaset, reel, dan cartridge. 4) Penyajian Multimedia, seperti: slide plus suara (tape), multi-image. 5) Visual dinamis yang diproyeksikan, seperti: film, televisi dan

video.

6) Cetak, seperti: buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah, lembaran lepas (hand-out)

7) Permainan, seperti: teka-teki, simulasi, permainan papan. 8) Realita, seperti: model, specimen, manipulatif (peta, boneka) b. Pilihan Media Teknologi Mutakhir

1) Media berbasis telekomunikasi, seperti: Teleconference, kuliah jarak jauh.

2) Media berbasis mikroprosesor, seperti: computer-assisted instuction (CAI), permainan komputer, hypermedia, compact (video) disc.

Leshin, Pollock & Reigeluth yang dikutip Azhar Arsyad (2010:36), mengklasifikasikan media ke dalam 5 kelompok, yaitu:

a. Media berbasis manusia (guru, instruktur, tutor, main-peran, kegiatan kelompok, field-strip);

b. Media berbasis cetak (buku, penuntun, buku latihan (workbook), alat bantu kerja, dan lembaran lepas);


(47)

32

c. Media berbasis visual (buku, alat bantu kerja, bagan, grafik, peta, gambar, transparansi, slide);

d. Media berbasis audio-visual (video, film, program slide-tape, televisi); dan

e. Media berbasis komputer (pengajaran dengan bantuan komputer, interaktif video, hypertext).

Kemp & Dayton seperti yang dikutip Azhar Arsyad (2010: 37), mengelompokkan media ke dalam delapan jenis, yaitu

a. Media cetakan, b. Media panjang,

c. Overhead transparancies, d. Rekaman audiotape, e. Seri slide dan filmstrips, f. Penyajian multi-image,

g. Rekaman video dan film hidup, dan h. Komputer.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2010: 3-4), menyebutkan beberapa jenis media pembelajaran yang biasa digunakan dalam proses pembelajaran, yaitu:

a. Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, komik, dan lain-lain. Media grafis disebut juga media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar.


(48)

33

b. Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model, seperti model padat (solid model), model penampang, model susun, model kerja, diorama, dan lain-lain. Ketiga model proyeksi seperti slide, film strip, film, penggunaan OHP, dan lain-lain. Keempat penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran.

Berkaitan dengan taksonomi media tersebut di atas, dalam penelitian dan pengembangan media ini produk akhir yang dihasilkan adalah berupa buku Pop-up Cita-citaku, dalam konteks ini media tersebut dikelompokkan ke dalam media 3 dimensi yang berupa media cetak dalam bentuk model padat, media ini dikemas dalam bentuk buku, pengemasan dalam bentuk buku dimaksudkan agar praktis/mudah dibawa, mudah dimiliki dan digunakan oleh siswa dengan harga yang relatif terjangkau. C. Komunikasi Visual

1. Teori Visual

Belajar merupakan bentuk komunikasi dua arah antara guru dan siswa. Ada beberapa teori yang melandasi pentingnya komunikasi visual dalam pembelajaran. Pertama adalah teori Gestalt, Persepsi visual dapat diperoleh dari suatu observasi yang simpel, hal ini dikemukakan oleh Max Wertheimer. Teori ini menjelaskan bahwa pandangan mata akan mengambil keseluruhan stimuli visual baru kemudian masuk pada tahap coherent image.

Penekanan teori Gestalt pada persepsi visual adalah atensi terhadap bentuk individual bagaimana menciptakan isi gambar. Teori Gestalt


(49)

34

memberi pelajaran bahwa komunikasi visual perlu mengkombinasikan elemen-elemen dasar ke dalam bentuk yang bermakna. Pada umumnya kita telah paham bahwa sinyal-sinyal non verbal sangat berpengaruh dalam komunikasi, bahkan lebih banyak sinyal non verbal yang akan kita hadapi. Dalam hal ini alat peraga/media menjadi piranti yang sangat penting yang seyogyanya digunakan dalam proses komunikasi, dalam hal ini kegiatan belajar-mengajar. Dengan begitu tujuan dari kegiatan komunikasi akan tercapai dengan baik. Jadi tak pelak lagi pesan-pesan visual digunakan untuk membantu siswa dalam melakukan interpretasi secara akurat terhadap lambang-lambang visual.

Pesan-pesan visual ini akan mempengaruhi sikap-sikap, opini, maupun aspek yang lain. Oleh karena itu perlu adanya kemahiran dalam membaca pesan-pesan visual. Kedua adalah teori Konstruktivisme, yang dikembangkan oleh Julian Hochberg bahwa mata seorang pengamat bergerak secara konstan dalam menciptakan suatu citra. Pengamat akan mengkonstruksi hal-hal yang dilihatnya yang kemudian oleh otak akan dikombinasi sebagai bentuk keseluruhan. Ketiga adalah Semiotics/Semiologi yang menyatakan bahwa banyaknya yang diketahui orang merupakan seberapa banyak yang dia lihat. Citra yang dibentuk lebih banyak ditentukan oleh interes dan hal-hal yang dapat diingat serta dipahami dari suatu apa yang dilihatnya. Teori ini juga mengemukakan tiga jenis tanda/ simbol dalam komuniasi visual yakni Iconic signs, Indexical signs, Symbolic signs.


(50)

35

Sistem pembelajaran pada hakekatnya adalah proses komunikasi yang berorientasi pada tujuan. Komunikasi visual sudah seharusnya dilakukan mengingat pesan belajar menyangkut hal-hal yang konkrit terjadi atau ada dalam kehidupan. Keterlibatan secara aktif dalam menangkap pesan visual merupakan aktivitas mengamati dan bukan sekedar melihat. Lebih lanjut Tversky yang dikutip oleh Dwyer (1978) mengungkapkan bahwa informasi (pesan) verbal dan visual dipahami secara berbeda tergantung atas penggunaan informasi yang diperoleh peserta belajar. Menurutnya, informasi visual akan diubah untuk disimpan dalam bentuk verbal simbolik. Namun ketika informasi ini akan diungkapkan kembali, maka terlebih dulu diubah dari bentuk verbal simbolik menjadi bentuk visual. Bahasa lisan dan tulisan menurut Astini Su’udi (1990) merupakan simbol komunikasi verbal. Semestinya penggunaan simbol verbal ini tidaklah mendominasi komunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

Dalam hal ini pesan yang akan disampaikan oleh guru dikemas dalam bentuk gambar. Dalam buku “Basic Visual Concepts and Principles” oleh Charles Wallschlaeger dan Cynthia Busic-Snyder, dipaparkan bahwa gambar sebagai salah satu bentuk komunikasi, sedangkan menggambar adalah proses grafis yang menciptakan bentuk dan ruang yang bersifat ilustratif.

Gambar dapat mengekspresikan ide dalam berbagai bentuk. Gambar juga memiliki arti penting dalam metode komunikasi seperti halnya lisan


(51)

36

dan tulisan. Dalam bidang seni, arsitektur, dan desain, gambar memiliki berbagai macam fungsi seperti:

a. Mengekspresikan atau memperlihatkan objek/dunia yang kita lihat b. Mendeskripsikan objek dan lingkungannya

c. Sebagai acuan untuk memahami sebuah desain dan problematikanya d. Memperjelas atau mempertajam kepekaan akan sebuah bentuk e. Mengklarifikasi ide yang sudah tertulis

f. Mempertahankan dan mengkomunikasikan apa yang telah dimengerti g. Mengembangkan dan eksplorasi ide secara visual

2. Teori Warna

Menurut Russel (1992), salah satu unsur yang paling serba guna untuk sebuah desain adalah warna. Warna dapat menarik perhatian dan membantu menciptakan sebuah mood (suasana hati). Bergantung pada daya tarik suatu karya, warna dapat digunakan dengan beberapa alasan berikut:

a. Warna merupakan sebuah alat untuk mendapat perhatian.

b. Warna dapat menyoroti unsur-unsur khusus secara realistis dalam warna

c. Warna memiliki bahasa psikologis yang menyusun mood karya tersebut.

3. Teori Layout

Menurut Frank F. Jefkin (1997) dalam pembentukan layout, digunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:


(52)

37 a. The law of unity

Semua elemen dalam layout harus dirancang sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu kesatuan komposisi yang baik dan enak untuk dilihat.

b. The law of variety

Sebuah layout harus dibuat bervariasi untuk menghilangkan kesan monoton.

c. The law of rythm

Dalam sebuah layout mata pembaca sebaiknya bergerak secara wajar, jadi sebaiknya dimulai sesuau dengan urutan yang ada.

d. The law of balance

Dalam sebuah layout, titik dan garis keseimbangan tidaklah terletak di tengah-tengah, tetapi merupakan ruangan yagn dibagi daerah layout menjadi kira-kira sepertiga atau dua pertiga bagian.

e. The law of harmony

Sebuah lay out harus dirancang dengan harmonis untuk menghilangkan kesan monoton.

f. The law of scale

Perpaduan warna terang dan gelap akan menghasilkan sesuatu yang kontras. Hal ini dapat dipakai untuk memberi tekanan pada bagian-bagian tertentu dalam sebuah layout.


(53)

38

Pentingnya penggunaan bahan-bahan visual sebagai sarana komunikasi visual dalam pembelajaran dikemukakan oleh Francis.M.Dwyer sebagai berikut:

1. Memudahkan mengkomunikasikan pesan secara tepat dan terstandar. 2. Menunjukkan ke dalam kelas proses, peristiwa, situasi, materi dan

perubahan fase yang tidak mungkin dapat dibawa ke kelas karena keterbatasan ruang dan waktu.

3. Menggambarkan, menjelaskan dan memperkuat komunikasi secara lisan, verbal maupun tertulis hubungan kuantitatif, detail yang bersifat khusus, konsep abstrak dan hubungan yang bersifat ruangan (spatial). 4. Memberikan hal-hal konkrit dalam situasi belajar.

5. Meningkatkan minat, rasa ingin tahu dan konsentrasi siswa untuk belajar.

6. Memberikan kepada siswa kesempatan untuk mengamati suatu benda, proses atau situasi dari berbagai segi yang menguntungkan.

7. Memberikan umpan balik pembelajaran kepada siswa. D. Tinjauan Media Buku Pop-up Cita-Citaku

1. Definisi dan Elemen Media Buku Pop-up Cita-Citaku

Menurut Ann Montanaro (2009: 12) buku Pop-up merupakan sebuah buku yang memiliki bagian yang dapat bergerak atau memiliki unsur 3 dimensi, sekilas Pop-up hampir sama dengan origami dimana kedua seni ini mempergunakan tehnik melipat kertas, walau demikian origami lebih memfokuskan diri pada menciptakan objek atau benda


(54)

39

sedangkan Pop-up lebih cenderung pada pembuatan mekanis kertas yang dapat membuat gambar tampak secara lebih berbeda baik dari sisi perspektif/dimensi, perubahan bentuk hingga dapat bergerak yang disusun sealami mungkin.

Dalam buku Short History of Pop-up Mark Hiner (1989:7) penggunaan buku Pop-up bermula dari abad ke-13, pada awalnya Pop-up digunakan untuk mengajarkan anatomi, matematika, membuat perkiraan astronomi, menciptakan sandi rahasia dan meramalkan nasib, selama berabad-abad lamanya buku seperti ini hanya digunakan untuk membantu pekerjaan ilmiah, hingga abad ke-18 teknik ini mulai diterapkan pada buku yang dirancang sebagai hiburan terutama ditujukan untuk anak-anak.

Menurut Robert Sabuda (2009) pop-up book merupakan salah satu jenis dari movable books . Movable books merupakan buku yang didesain untuk dapat dioperasikan oleh penggunanya yakni dengan diperankan sesuai dengan isi dan tema yang terdapat dalam materi. Menurut Robert Sabuda (2009). Jenis pop-up books ada bermacam-macam, beberapa diantaranya adalah transformations, tunnel books, volvelles, flaps, pull-tabs, pop-outs, pull-downs dan sebagainya, beberapa buku Pop-up mengunakan salah satu jenis, yang lainnya menggunakan lebih dari satu jenis, pencipta dan pendesain buku seperti ini dikenal dengan sebutan paper engineering.

Dalam perkembanganya jenis cerita yang disampaikan dalam buku Pop-up bisa sangat beragam mulai dari pengetahuan seperti pengenalan


(55)

40

diri, lingkungan sekitar, profesi, cita-cita, hewan, geografis suatu negara, kebudayaan, sejarah, kegiatan keagamaan, hingga cerita imaginer seperti dongeng, fabel, cerita rakyat, mitos, legenda.

Pada penelitian dan pengembangan media ini, definisi oprasional Buku Pop-up Cita-Citaku yang dimaksud adalah bahan cetak/buku yang berisi gambar yang memiliki unsur 3 dimensi, buku pop-up ini dapat memberikan visualisasi cerita yang lebih menarik, mulai dari tampilan gambar yang terlihat lebih memiliki dimensi, gambar yang dapat bergerak ketika halamannya dibuka atau bagian atasnya digeser bagian yang dapat berubah bentuk, memiliki tekstur seperti benda aslinya, hal-hal seperti ini membuat tema gambar yang ditampilkan lebih menyenangkan dan menarik untuk dinikmati. Media ini dikembangkan untuk siswa Taman Kanak-Kanak kelompok B dengan pembahasan tentang tema Aku, sub tema Cita-Citaku.

2. Pengembangan Media Buku Pop-up Cita-citaku

Menurut Sells, Barbara B & Richey, Rita C (1994: 38). Pengembangan adalah suatu proses penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik, kawasan pengembangan berakar pada produksi media. Dalam mengembangkan suatu media harus memperhatikan prinsip desain pesan pembelajaran. Desain pesan pembelajaran dimaksudkan agar pesan pembelajaran mudah ditangkap dan dimengerti, yaitu dengan menekankan pada pemilihan dan penataan elemen-elemen yang ada pada media yang


(56)

41

akan dikembangkan, tentunya disesuaikan dengan karakteristik atau perkembangan belajar siswa.

Pada kesempatan ini media yang dikembangkan adalah media berbasis cetak berupa buku pop-up cita-citaku, media cetak merupakan suatu bahan ajar yang mengutamakan kegiatan membaca atau dengan menggunakan simbol-simbol kata dan visual. Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2010: 20), mengemukakan bahwa dalam merancang suatu media pengajaran perlu memperhatikan beberapa prinsip/patokan, antara lain: prinsip kesederhanaan, keterpaduan, penekanan, keseimbangan, garis, bentuk, tekstur, ruang, dan warna.

a) Kesederhanaan

Secara umum kesederhanaan mengacu pada jumlah elemen yang terkandung dalam suatu konteks, jumlah elemen yang lebih sedikit memudahkan siswa menangkap dan memahami pesan yang disajikan, pesan atau informasi yang panjang harus dibagi ke dalam beberapa bahan agar mudah dibaca dan mudah dipahami, kata-kata harus memakai huruf yang sederhana dengan gaya huruf yang mudah terbaca dan tidak terlalu beragam dalam serangkaian tampilan, kalimat-kalimatnya harus ringkas, padat, dan mudah dimengerti.

Prinsip kesederhanaan yang dijadikan acuan dalam mengembangan buku pop-up cita-citaku ini yaitu: penggunaan huruf-huruf dan gambar-gambar yang disesuaikan sehingga lebih menarik, mudah dibaca dan tidak terlalu sulit dalam menggunakan media ini


(57)

42 b) Keterpaduan

Keterpaduan mengacu kepada hubungan antara elemen-elemen yang ketika diamati akan berfungsi secara bersama-sama, elemen-elemen tersebut harus saling terkait dan menyatu sebagai satu keseluruhan yang merupakan suatu bentuk menyeluruh yang dapat membantu pemahaman pesan dan informasi yang dikandungnya. Pada pengembangan media buku pop-up cita-citaku, prinsip keterpaduan dijadikan sebagai acuan untuk memilih gambar, jenis huruf, ukuran angka/huruf dan unsur-unsur visual lain sperti garis, bentuk, warna dan ruang.

c) Penekanan

Prinsip penekanan harus diperhatikan dalam pengembangan media ini, meskipun penyajian secara visual dirancang sesederhana mungkin, seringkali konsep yang ingin disajikan memerlukan penekanan terhadap salah satu unsur yang dapat menjadi pusat perhatian siswa, dengan menggunakan ukuran, hubungan-hubungan, perspektif, warna atau ruang, penekanan hanya diberikan kepada unsur terpenting.

d) Keseimbangan

Keseimbangan mencakup dua macam, yaitu: keseimbangan formal (simetris) dan keseimbangan informal (asimetris). Bentuk atau pola yang dipilih sebaiknya menempati ruang penayangan yang


(58)

43

memberikan persepsi keseimbangan, meskipun tidak seluruhnya simetris, keseimbangan yang simetris memberikan kesan yang statis, sebaliknya keseimbangan yang asimetris akan memberikan kesan dinamis.

e) Garis

Garis digunakan untuk menghubungkan unsur-unsur sehingga dapat menuntun perhatian siswa untuk mempelajari suatu urutan-urutan khusus, fungsi garis adalah sebagai penuntun bagi para pengamat (siswa), dalam mempelajari rangkaian konsep, gagasan, makna atau isi materi pelajaran yang disampaikan, selain itu garis juga berfungsi untuk membatasi masing-masing elemen, bentuk suatu garis tidak harus tegak lurus, tetapi dapat menyesuaikan penempatan elemen-elemen tersebut.

f) Bentuk

Bentuk yang aneh dan asing bagi siswa dapat membangkitkan minat dan perhatian, oleh karena itu pemilihan bentuk sebagai unsur visual dalam penyajian pesan, informasi atau isi pelajaran perlu diperhatikan, berkaitan dengan prinsip bentuk, pada umumnya siswa TK lebih menyukai bentuk gambar-gambar kartun dan berwarna. g) Ruang

Ruang merupakan salah satu unsur visual penting dalam merancang media pengajaran, ruang terbuka yang mengelilingi unsur-unsur visual dengan kata-kata dapat menghindarkan kesan berdesakan,


(59)

44

tetapi pada dasarnya penggunaan prinsip ruang bisa berdasarkan imajinasi masing-masing individu

h) Tekstur

Tekstur adalah unsur visual yang dapat menimbulkan kesan kasar atau halusnya permukaan, tekstur dapat digunakan untuk penekanan, aksentuasi atau pemisahan, serta menambah kesan keterpaduan dari suatu unsur seperti halnya warna, dan dalam pengembangan media buku pop-up cita-citaku, unsur tekstur sangat diperlukan karena menggunakan ilustrasi gambar 3 dimensi.

i) Warna

Warna digunakan untuk memberi kesan pemisahan, penekanan atau untuk membangun keterpaduan, disamping itu warna dapat mempertinggi tingkat realisme objek atau situasi yang digambarkan menunjukkan persamaan dan perbedaan dan menciptakan respon emosional tertentu, Azhar Arsyad (2010: 113), mengemukakan ada tiga hal penting yang harus diperhatikan ketika menggunakan warna, yaitu (1) pemilihan warna khusus (merah, kuning, biru, dan sebagainya), (2) nilai warna (tingkat ketebalan dan ketipisan warna itu dibandingkan dengan unsur lain dalam visual tersebut), (3) intensitas atau kekuatan warna itu untuk memberikan dampak yang diinginkan.

Selain prinsip-prinsip di atas, masih ada beberapa teori yang dijadikan pijakan dalam mengembangkan media buku pop-up cita-citaku, yaitu: teori tentang gambar. Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2010: 12),


(60)

45

mengemukakan hasil penelitian Edmund Faison tentang penggunaan gambar dan grafik dalam pengajaran, yaitu:

a) Terdapat beberapa hasil penelitian, yang menunjukkan bahwa untuk memperoleh hasil belajar siswa secara maksimal, gambar-gambar harus erat kaitannya dengan materi pemebelajaran, dan ukurannya cukup besar sehingga rincian unsur-unsurnya mudah diamati, sederhana, direproduksi bagus, lebih realistik, dan menyatu dengan teks.

b) Terdapat bukti bahwa gambar-gambar berwarna lebih menarik minat siswa daripada hitam putih, dan daya tarik terhadap gambar bervariasi sesuai dengan umur, jenis kelamin, serta kepribadian seseorang.

c) Dari hasil penelitian Mabel Rudisil mengenai gambar-gambar yang lebih disukai anak-anak, menunjukkan bahwa suatu penyajian visual yang sempurna realismenya adalah pewarnaan, karena pewarnaan pada gambar dapat menumbuhkan impresi atau realistik.

Teori gambar di atas mengimplikasikan bahwa dalam menentukan dan menata suatu gambar untuk keperluan pembelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar dapat mencapai tujuan instruksional yang telah ditentukan, pada pengembangan media buku pop-up cita-citaku, semua gambar yang disajikan adalah gambar-gambar berwarna agar dapat menambah daya tarik siswa, gambar diatur sedemikian rupa sehingga dapat menyatu dengan teks. Pada tahap proses produksi, desain media


(61)

46

yang sudah jadi dicetak berwarna menggunakan print laser dengan jenis kertas yang berkualitas agar memperoleh hasil pewarnaan yang bagus. 3. Jenis-jenis buku pop-up

Menurut David A. Carter jenis-jenis buku pop up ada beberapa macam, diantaranya

a. Transformation

Transformation merupakan suatu jenis buku pop up yang pada penggunaannya dengan cara digeser atau di tarik untuk melihat gambar atau halaman selanjutnya

b. Volvelles

vollveles merupakan salah satu jenis buku yang berbentuk bundar, yang cara penggunaanya dengan memutar bagiannya untuk melihat gambar atau tulisan selanjutnya

c. Tunnel books

Buku Tunnel terdiri dari satu set halaman terikat dengan lipatan di setiap sisi dan dilihat melalui lubang. lubang di setiap halaman memungkinkan pemirsa untuk melihat keseluruhan dari buku , untuk mendapatkan kesan 3 dimensi

d. Flip book

Sebuah buku flip terdiri dari tumpukan gambar yang terkait di mana setiap halaman sedikit diubah sehingga ketika buku ini di balik akan terlihat gambar yang seolah-olah bergerak.


(62)

47 e. Flap book

Flap book merupakan jenis buku yang didalam satu halamannya terdiri dari bererapa lapisan gambar,

4. Kelebihan dan Kekurangan Media Buku Pop-Up

Menurut Roxanne Holmes: (2002: 14) buku pop-up mempunyai kelebihan dan kelemahan sebagai berikut

a. Kelebihan

1) Jenis buku ini dapat membantu menjembatani kesenjangan antara isi pelajaran dan materi.

2) Buku ini dapat membantu menjembatani kesenjangan antara pemahaman abstrak dan pemahaman konkrit.

3) Buku ini dapat merangsang siswa untuk dapat lebih terlibat dalam proses pembelajaran.

4) Buku ini lebih familiar dengan anak, dan dapat memberikan rangsangan bagi siswa yang jenuh dengan kegiatan belajar.

5) Buku ini merupakan media yang baik untuk menyampaikan materi. 6) Buku ini menerapkan teori belajar aktif : " Saya mendengar dan

saya lupa , saya melihat dan saya ingat , saya lakukan dan saya memahami ( pepatah Cina kuno )”.

7) Buku jenis ini menarik bagi anak-anak karena keunikannya, b. Kelemahan

1) Kebanyakan jenis buku ini memiliki materi yang sedikit , karena penekanannya sering pada unsur-unsur pop – up, bahkan ,


(63)

anak-48

anak sering mengabaikan teks , dan hanya memperhatikan bagian-bagian yang di anggap mereka menarik

2) Pop up book rawan akan kerusakan. Dalam penggunaanya siswa harus berhati-hati

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan di TK Mardi Putra pembelajaran yang berlangsung sudah menggunakan media-media belajar, tetapi kurang bervariatif, media yang digunakan yaitu berupa buku cerita bergambar, gambar-gambar, puzzle, dan poster-poster seadanya, sehingga tidak semua media dapat mengembangkan beberapa aspek-aspek kemampuan anak.

Media-media tersebut kurang menarik perhatian dan minat anak, mereka malah asik bermain dengan mainan yang mereka bawa sendiri atau bermain bersama teman-temanya, kurangnya pengoptimalan media belajar dari pihak guru juga menjadi persoalan, bagaimana menghubungkan tema yang sedang diajarkan dengan media yang ada di TK tersebut dan pemilihan media belajar yang baik/sesuai dengan kebutuhan siswa guna menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar.

Oleh karna itu diperlukan media alternatif yang menarik perhatian anak dan bisa membuat anak aktif untuk mengenal dan mengembangkan kemampuan-kemampuan mereka, seperti kemampuan berbahasa, kognitif, sosial dan emosi.


(64)

49

Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengajaran menggunakan media Buku Pop-up dengan judul Pengembangan Media Buku Pop-up Cita-Citaku untuk Siswa Kelompok B TK Mardi Putra, media ini menarik perhatian siswa karena selain digunakan sebagai media belajar, media ini juga dapat dijadikan sebagai suatu permainan.

Media buku Pop-up ini adalah media bergambar 3 dimensi yang digabungkan dengan tema tentang cita-citaku, dilengkapi dengan gambar-gambar yang terkait dan juga penjelasan singkat tentang tema yang diangkat dalam pembelajaran, hasil produk penelitian dan pengembangan media ini diharapkan dapat dinyatakan baik untuk digunakan dalam proses pembelajaran, juga dapat merangsang dan memotivasi siswa dalam belajar, pada pembelajaran Taman Kanak-kanak khususnya pada sub tema cita-citaku.

Berdasarkan uraian kerangka pikir di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengan penggunaan media ini diharapkan dapat membantu keberhasilan pembelajaran karena media buku pop-up ini dapat mengembangkan kemampuan berfikir, motorik dan kognitif anak TK Mardi Putra kelompok B. Untuk melihat apakah produk media berupa buku pop-up sesuai dengan yang diharapkan dan sesuai dengan kriteria serta aspek yang ditetapkan, maka perlu dilakukan serangkaian validasi/evaluasi. Baik validasi kepada ahli media maupun ahli materi, dan juga uji coba lapangan awal, uji coba lapangan utama, hingga uji coba lapangan operasional.


(65)

50

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan research and development atau penelitian dan pengembangan, yaitu penelitian dengan mengadakan percobaan dan penyempurnaan, semua kejadian yang berhubungan dengan proses belajar mengajar dicatat, diteliti, serta disempurnakan seperlunya sehingga ditemukan suatu prototipe metode penyampaian pembelajaran yang sesuai (Suharsimi, 2002:6).

Menurut Nana Syaodih S. (2010: 164) yang dimaksud penelitian dan pengembangan atau research and development (R&D) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu prodak baru atau menyempurnakan prodak yang telah ada, yang dapat dipertanggung jawabkan, lebih lanjut menurut Borg dan Gall (1983: 772) penelitian dan pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pengajaran.

Penelitian dan pengembangan ini merupakan jenis penelitian yang berorientasi pada produk dan dalam penelitian ini serangkaian langkah penelitian dan pengembangan dilakukan secara siklus, setiap langkah yang dikembangkan selalu mengacu pada hasil langkah sebelumnya dan hasil akhirnya diperoleh suatu produk pengembangan. Penelitian yang


(66)

51

dikembangkan/lakukan saat ini difokuskan pada pengembangan media Buku Pop-up Cita-Citaku untuk Siswa Kelompok B TK Mardi Putra. B. Prosedur Pengembangan

Dalam penelitian pengembangan ini, peneliti mengacu pada pedoman penelitian pengembangan menurut Borg & Gall (Nana Syaodih, 2006:169). Borg & Gall menjelaskan sepuluh prosedur penelitian pengembangan yang akan dijadikan pedoman dalam penelitian pengembangan ini yaitu: 1) Penelitian dan pengumpulan data (Research and information collecting), 2) Perencanaan (Planning), 3) Pengembangan draf produk (Develop preliminary from of roduct), 4) Uji coba lapangan awal (Preliminary field testing), 5) Merevisi hasil uji coba (Main product revision), 6) Uji coba lapangan (Main field testing), 7) Penyempurnaan produk hasil uji lapangan (Operasional product revision), 8) Uji pelaksanaan lapangan (operasional field testing), 9) Penyempurnaan produk akhir (final produck revision) dan 10) Diseminasi dan implementasi (Dissemmination and implementation).

1. Penelitian Pendahuluan dan Pengumpulan Informasi

Pada tahap ini peniliti melakukan studi pendahuluan, yang merupakan langkah awal dalam melaksanakan penelitian, studi pendahuluan dilakukan dalam dua bentuk, yaitu studi pustaka dan studi lapangan.

a. Studi lapangan dilakukan untuk mencari informasi tentang kebutuhan pengembangan media pembelajaran, khususnya media


(1)

NO

SISWA

1

2

3

4

5

6

7

8

Jumlah Rata-

rata

1

2

3

4

Jumlah Rata-rata Kriteria

Penilaian Terhadap indikator

3

3

3

3

3

3

2

2

3

3

3

2

3

3

3

2

3

2

3

2

3

3

3

2

3

3

3

3

3

3

3

3

22

2.75

22

2.75

22

2.75

23

2.87

5

6

7

8

9

10

11

12

3

2

3

3

2

3

3

3

2

3

3

3

3

2

3

3

2

3

2

3

3

3

3

3

3

3

2

3

2

3

2

2

3

3

3

3

3

3

2

2

3

2

3

3

2

3

3

3

3

2

2

3

3

3

3

3

3

2

2

3

3

3

3

3

34

32

33

31

32

33

34

34

2.83

2.66

2.75

2.58

2.66

2.75

2.83

2.83

24

18

21

23

21

23

21

23

263

3

2.25

2.62

2.87

2.62

2.87

2.62

2.87

32.84

21.89

2.73

Baik


(2)

NO

SISWA

1

2

3

4

5

6

7

8

Jumlah

Rata-

rata

1

2

3

4

Jumlah Rata-rata Kriteria

Penilaian Terhadap indikator

3

3

3

3

3

3

2

2

3

3

3

2

3

3

3

2

3

2

3

2

3

3

3

2

3

3

3

3

3

3

3

3

22

2.75

22

2.75

22

2.75

23

2.87

5

6

7

8

9

10

11

12

3

2

3

3

2

3

3

3

2

3

3

3

3

2

3

3

2

3

2

3

3

3

3

3

3

3

2

3

2

3

2

2

3

3

3

3

3

3

2

2

3

2

3

3

2

3

3

3

3

2

2

3

3

3

3

3

3

2

2

3

3

3

3

3

24

18

21

23

21

23

21

23

3

2.25

2.62

2.87

2.62

2.87

2.62

2.87

13

14

15

16

17

18

19

20

3

3

2

3

3

3

2

3

3

3

3

2

3

3

3

2

3

2

2

3

3

3

3

3

3

3

3

2

3

2

3

3

3

3

3

3

3

2

3

2

3

2

3

2

3

3

3

2

3

3

2

2

3

3

3

3

3

3

2

3

3

3

3

2

21

22

20

24

22

22

21

24

2.62

2.75

3

2.5

2.75

2.75

3

56

54

55

53

54

53

56

56

2.62

2.8

2.7

2.75

2.65

2.7

2.65

2.8

2.8

437

21.85

2.73

54.6

Baik


(3)

Lampiran 8. Dokumentasi uji lapangan


(4)

dokumentasi uji coba pelaksanaan lapangan


(5)

(6)

SURAT KETERANGAN PENE LITIAN Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Partini S.Pd

NIP : 196901122007012013 Pangkat/Golongan : IV/A

Jabatan : Kepala Sekolah Menerangkan bahwa : Nama : Ingga Pramukti NIM : 08105241002 Program Studi : Teknologi Pendidikan Fakultas : Ilmu Pendidikan

Universitas : Universitas Negeri Yogyakarta

Bahwa saudara tersebut diatas telah melaksanakan penelitian di TK Mardi Putera pada tanggal April 2015 dengan judul skripsi: Pengembangan media buku Pop-Up cita-citaku untuk siswa kelompok B TK Mardi Putera

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Wonosobo, April 2015 Kepala Taman Kanak-Kanak

Mardi Putera Wonosobo Hormat Saya,

Partini S.Pd Ingga Pramukti 19680209200604 2 003 08105241002