Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
4 suatu usaha. Rasa takut yang berlebihan akan kegagalan dan kerugian
seringkali menghantui jiwa seseorang ketika akan memulai usahanya. Leadership atau Jiwa Kepemimpinan merupakan faktor kunci menjadi
technopreneurship suskses. Berani tampil kedepan menghadapi sesuatu yang baru walaupun penuh resiko dengan perhitungan yang rasional.
Seseorang yang mempunyai Jiwa Kepemimpinan akan selalu tahu kemana arah yang harus diambil. Keputusan-keputusannya mantap dan didasari oleh
keyakinan diri disertai data-data dan informasi yang akurat. Sifat-sifat tidak percaya diri, minder, malu yang berlebihan, takut salah dan merasa rendah
diri adalah sifat-sifat yang harus ditinggalkan dari diri kita apabila ingin meraih sukses dalam technopreneurship.
Sebagian besar generasi muda kita saat ini, termasuk didalamnya siswa SMK masih memiliki Jiwa Kepemimpinan yang rendah. Hal ini terlihat
di SMKN 3 Yogyakarta, berdasarkan pengalaman penulis pada saat melaksanakan PPL di sekolah tersebut, dua jam pelajaran berlangsung
hanya beberapa siswa saja yang aktif dalam diskusi kelas maupun pada saat sesi tanya jawab, sebagian besar siswa hanya diam saja. Mereka
cenderung merasa takut salah, malu, dan tidak percaya diri untuk mengungkapkan pendapat mereka didepan kelas.
Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara baru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang.
Kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari kewirausahaan adalah
kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda melalui berpikir kreatif dan inovatif hal ini juga berlaku dalam kewirausahaan
5 berbasis teknologi technopreneurship. Melalui kreativitas kita dapat
menciptakan suatu ide mengenai kemungkinan penciptaan sebuah usaha yang berbeda dari usaha yang telah ada. Sayangnya, Kreativitas Siswa SMK
sekarang ini masih sangat rendah. Seperti yang terlihat di SMKN 3 Yogyakarta. Hal ini terlihat pada siswa yang dihadapkan pada suatu soal
atau permasalahan dalam suatu diskusi kelompok, mereka cenderung belum dapat memecahkan dengan ide kreatif mereka. Saat mereka mengalami
kesulitan dalam memahami suatu pekerjaan, mereka tidak punya inisiatif untuk mencari buku-buku referensi lain maupun bertanya pada teman dan
guru. Siswa SMK perlu di bekali dengan keterampilan-keterampilan yang
mengarah pada keterampilan kerja dan mandiri sehingga jiwa technopreneurship bisa terbentuk. Jika kita melihat pada Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan KTSP untuk SMK Program Keahlian Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik, ada beberapa kompetensi keahlian yang
diberikan kepada siswa untuk membekali lulusan SMK agar menjadi mandiri atau berwirausaha. Salah satunya dengan memberikan kompetensi keahlian
Dasar Perawatan dan Perbaikan Peralatan Listrik Rumah Tangga DP3LRT. Kompetensi keahlian ini berisi teori dan keterampilan dalam merawat dan
memperbaiki peralatan-peralatan listrik rumah tangga, contohnya merawat dan memperbaiki kulkas, merawat dan memperbaiki mesin cuci dan lain-lain.
Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam penyampaian Mata Diklat DP3LRT selama ini belum dapat menggugah minat siswa untuk
berwirausaha terkhusus usaha yang berbasis teknologi technopreneurship. Guru hanya mementingkan pencapain prestasi belajar yang tinggi tanpa
6 memasukkan motivasi kepada siswa untuk mengaplikasikan ilmu yang
diperoleh dalam dunia usaha. Hal ini juga terlihat di SMKN 3 Yogyakarta pada Program Keahlian Teknik Pemanfaatan Tenaga Listrik. Padahal Mata
Diklat DP3LRT ini jika diberikan dengan teknik yang baik dan tidak semata- mata hanya mentrasfer ilmu pengetahuan, guru terampil dalam memberikan
motivasi kepada siswa maka mata diklat ini diharapkan mampu menggugah minat siswa dalam mengembangkan jiwa technopreneurship.
Inti dari technopreneurship disini adalah siswa tergugah untuk melakukan kemandirian dalam usaha yang berbasis teknologi. Siswa
berubah sikap dari ketergantungan kepada orang lain menjadi mandiri, siswa sudah punya cita-cita untuk berusaha sendiri dengan menciptakan lapangan
kerja sendiri yang kreatif dan inovatif. Siswa mampu mengikis kebiasaan meminta, rendah diri dan diganti dengan berusaha bekerja berdasar kualitas
serta punya kepercayaan diri yang tinggi. Permasalahan yang dihadapi sekarang sehubungan dengan usaha untuk mengembangkan jiwa
technopreneurship salah satunya adalah masih ada sebagian siswa yang kurang berminat untuk memulai terjun didalam dunia usaha. Kurangnya
minat siswa dapat dibuktikan dengan masih banyaknya siswa yang memilih bekerja setelah lulus daripada mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dengan
berwirausaha. Hal ini juga terlihat pada siswa lulusan SMKN 3 Yogyakarta yang memiliki kecenderungan yang sama pada setiap lulusannya, yaitu 70
langsung diterima kerja dan melanjutkan kuliah di perguruan tinggi, sedangkan 30 siswa belum bekerja. Berdasarkan pemikiran di atas maka
peneliti bermaksud mengetahui bagaimanakah kontribusi Jiwa Kepemimpinan, Kreativitas Siswa, dan Prestasi Belajar Mata Diklat Dasar
7 Perawatan dan Perbaikan Peralatan Listrik Rumah Tangga terhadap Minat
Technopreneurship Siswa Kelas XI SMKN 3 Yogyakarta.