10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Anak Tunarungu
1. Pengertian Anak Tunarungu
Tunarungu adalah istilah yang digunakan menunjukkan keadaan kehilangan pendengaran yang dialami seseorang. Istilah tunarungu diambil dari kata “Tuna”
dan Rungu”, tuna artinya kurang dan rungu artinya pendengaran. Tunarungu adalah istilah umum yang menunjukkan ketidak mampuan mendengar yang
rentangnya mulai dari tingkat ringan hingga berat. Berbagai batasan telah dikemukakan oleh beberapa ahli tentang tunarungu. Menurut Permanarian Somad
Tati Hernawati 1995: 27 pengertian tunarungu adalah seseorang yang mengalami kekurangan atau kehilangan kemampuan mendengar baik sebagian
atau seluruhnya yang diakibatkan karena ketidakberfungsinya sebagian atau seluruh alat pendengaran, sehingga ia tidak dapat menggunakan alat
pendengarannya dalam kehidupan sehari-hari yang membawa dampak terhadap kehidupannya secara kompleks. Menurut Sadjaah 2005: 69 anak tunarungu
adalah anak yang karena berbagai hal menjadikan pendengarannya mendapatkan gangguan atau mengalami kerusakan sehingga sangat mengganggu aktivitas
kehidupannya. Menurut Moores 1978:5 mengemukakan orang tuli adalah seseorang yang
kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 70 dB atau lebih, sehingga ia tidak dapat mengerti pembicaraan orang lain melalui indera pendengarannya
11
sendiri tanpa atau menggunakan alat bantu mendengar. Orang kurang dengar adalah seseorang yang kehilangan kemampuan mendengar pada tingkat 35 dB
sampai 69 dB sehingga ia kesulitan dalam mengerti pembicaraan orang lain. Untuk saat ini seseorang yang masih memiliki sisa pendengaran dapat dioptimalkan
kemampuannya dengan membiasakan anak berbahasa ujaran dan pengenalan sejak dini tentang persepsi bunyi. Selanjutnya penggunaan alat bantu dengar juga
memiliki pengaruh besar pada kemampuan berbahasa anak. Pada tingkatan berat atau 70 dB keterampilan pada berbahasa isyarat yang lebih diutamakan, karena
setiap tingkatan ketunarunguan memiliki kebutuhan yang berbeda. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa anak tunarungu adalah
anak yang mengalami gangguan pendengaran dari ringan sampai berat karena ketidak berfungsian organ dengar, sehingga berdampak kesulitan dalam
berkomunikasi dan memahami percakapan dengan orang lain.
2. Karakteristik Anak Tunarungu
Karakteristik anak tunarungu memiliki berbagai pengertian dari berbagai ahli yang mengemukakannya. Berdasarkan berat ringannya, The commite on
Conservation of hearing dalam Sadjaah 2005 mengklasifikasikan anak tunarungu atau Deaf adalah kehilangan ketajaman pendengaran diatas 70 dB. Dengan
klasifikasinya adalah sebagai berikut: 1.
Not significant, berada pada derajat 0 dB – 25 dB 2.
Slight Handicap, pada derajat 25 dB – 40 dB, mulai kesulitan berbahasa dan berbicara
3. Mild Handicap, pada derajat 40 dB – 55 dB, memahami percakapan pada
jarak 3-5 kaki secara berhadapan.