negatif terhadap saham yang memiliki return yang negatif di masa lalu.Sehinga dengan demikian, momentum menurutDarusman 2012:31dapat juga dinyatakan
sebagai berikut ini: Momentum = CP – CN
Keterangan : CP = Close price pada periode saat ini.
CN = Close price pada periode sebelumnya yang di tentukan.
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian empiris tentang Laba Per Lembar saham earning per share, Ukuran Perusahaan Firm Size,Perbandingan Nilai Buku Terhadap Nilai Pasar
Perusahaan Book value to market ratio, dan momentum, telah banyak dilakukan.
1. Fama dan French 1993 menyajikan beberapa tes yang menyatakan
bahwa rasio BEME dan ukuran perusahaan pada kenyataanya adalah proksi untuk loading perusahaan atas faktor risiko yang memiliki harga
tertentu. Pertama, mereka menunjukkan bahwa harga pada saham yang memiliki rasio book to market yang tinggi dan ukuran perusahaan yang
kecil cenderung mudah untuk bergerak ke atas dan ke bawah. Kedua, mereka menemukan bahwa loading atas faktor biaya nol portofolio
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan ukuran SMB dan rasio book to market HML bersama dengan suatu nilai tertimbang portofolio pasar menjelaskan kelebihan
tingkat pengembalian pada suatu kumpulan portofolio book to market dan size.
Dalam penelitian mereka, Fama dan French 1993 menyatakan bahwa size dan BEME memiliki sensitifitas terhadap faktor risiko yang
juga merupakan faktor penentu pada variasi stock return dan membantu menjelaskan cross sections of average return. Bukti-bukti pada penelitian
mereka menunjukkan bahwa firm size dan BEME berhubungan dengan keuntungan yang diperoleh.
2. Dengan memperkenalkan model Three Factors Analysis Fama dan French
1992 mengadakan penelitian tentang hubungan market, size, danbook value to market ratio
terhadap return. Tujuan jangka panjang melelui penelitian ini adalah menyediakan dasar ekonomi untuk hubungan empiris
antara hubungan stock returndan size. Dalam penelitian ini, mereka menggunakan dua hipotesa. Jika hubungan dari average return adalah
tergantung dari rational pricing, maka : a Ada suatu faktor risiko pada return yang berhubungan dengan size
dan book to mareket equity BEME.
b Pola dari size dan BEME pada return harus dijelaskan oleh sifat pergerakan dari earnings.
Fama dan French 1992 dalam membagi perusahaan ke dalam 10 desil kelompok menurut rasio nilai buku terhadap harga pasarnya dan menguji
Universitas Sumatera Utara
return bulanan dari setiap kelompok portofolio tersebut selama periode Juli 1963-Desember 1990, desil dengan rasio nilai buku terhadap harga pasar
yang tinggi mempunyai return rata-rata sebesar 1,65 persen, sedangkan desil dengan rasio terendah hanya sekitar 0,72 persen per bulan.
Kenyataannya, Fama dan French menemukan bahwa setelah mengontrol pengaruh rasio nilai buku terhadap harga pasarnya book to market effect
beta tidak lagi mempunyai kemampuan untuk menjelaskan return sekuritas. Temuan ini merupakan tantangan yang penting terhadap gagasan
rasional, karena menunjukkan bahwa sebuah faktor yang seharusnya mempengaruhi return yaitu risiko sistematis beta tampak tidak berarti
apa-apa, sementara faktor yang seharusnya tidak berarti apa-apa yaitu rasio nilai buku terhadap harga pasar tampak mampu memprediksi return
masa depan.
3. Jegandish dan Titman 1993 menemukan hubungan yang signifikan
antara momentum dengan abnormal return saham. Mereka menganalisa sampel dari saham yang terdaftar di NYSE dan AMEX selama 3-12 bulan
periode terdahulu. Dengan menyortir saham berdasarkan Market Capitalisas-i
nya dan β saham penelitian ini menemukan bahwa saham pemenang secara konsisten memperoleh return yang lebih tinggi
dibandingkan saham pecundang loser. Saham pecundang loser membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memperoleh return
dibandingkan saham pemenang winner.
Universitas Sumatera Utara
4. Wiksuana 2009 meneliti tentang Kinerja Portofolio Saham berdasarkan
Strategi Momentum di pasar Modal Indonesia. Variabel yang digunakan adalah Abnormal return. Metode yang digunakan multiphase sampling
a Mengelompokan unit sampel primer berdasarkan tingkat return.
b Menentukan unit sampel sekunder berdasarkan koefisien korelasi antar return saham korelasi antar return saham yang memiliki
return tinggi dan korelasi antar return saham yang memiliki return
rendah.
c Memilih saham yang dijadikan sampel untuk dimasukkan ke dalam portofolio saham winner portofolio saham yang mempresentasikan
8, 10, 15 dan 20 saham yang memiliki return tinggi dan koefisien korelasi rendah, dan portofolio saham loser portofolio saham
yangmempresentasikan 8, 10, 15 dan 20 saham yang memiliki return rendah dan koefisien korelasi tinggi.
Hasil penelitian menemukan portfolio saham winner menghasilkan kinerja negatif dan signifikan pada akhir periode pengujian. Temuan ini
berlawanan dengan teori yang menyatakan bahwa portofolio saham pemenang winner seharusnya menghasilkan kinerja yang positif dan
signifikan dimasa depan. Berlaku sebaliknya pada portofolio saham pecundang loser.
Universitas Sumatera Utara
5. Billings 1999 dalam penelitiannya Book-to-Market Components, Future
Security Returns, and Errors in Expected Future Earnings . Billings
menggunakan variable Book to Market dan Future Return. Tujuan penelitian ini adalah memeriksa apakah komponen book to market yang
berbeda-beda berkaitan dengan pertumbuhan return di masa mendatang. Penelitian ini mengungkapkan faktor utama variasi dalam BTM adalah
perubahan closing price.
6. Ding Du 2009 meneliti momentum dan pembalikannya pada return
portofolio Industri. Variabel yang digunakan adalah momentum. momentum tersebut dihitung melalui pendapatan mingguan saham. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh momentum pada saham di setiap sektor industri dalam jangka pendek dan jangka panjang.
Momentum dalam jangka pendek dilihat selama 1 minggu. Sedangkan momentum jangka panjang dihitung selama 26 minggu atau 6 bulan.
Sampel yang digunakan sebanyak 30 saham dari tahun 1963-2006. Hasil penelitian menunjukan momentum dalam jangka panjang dapat dijabarkan
dengan autocorrelations sedangkan dalam jangka pendek lebih dapat dijabarkan dengan serial correlations. Momentum tidak selalu
menunjukan pembalikan dalam jangka panjang.
7. Fitriati 2010 dalam penelitiannya tentang analisis hubungan distress risk,
firm size, dan book value to market ratio dengan return saham. Variabel
yang digunakan distress risk, firm size dan book value to market ratio. Metode yang digunakan adalah korelasi sederhana dengan mengambil
Universitas Sumatera Utara
sampel 20 saham perushaan manufaktur yang listed di BEI. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan variabel
tersebut terhadap return saham. Hasil penelitiannya menemukan bahwa terdapat hubungan negatif antara distress risk dengan return saham.
Hubungan negatif antara firm size dengan return saham. Hubungan positif antara book value to market ratio dengan return saham.
2.3.
Kerangka Konseptual
Berdasarkan pada kajian teori dan hasil penelitian terdahulu mengenai hubungan antara laba per lembar saham earning per shareukuran perusahaan
firm size, perbandingan nilai buku terhadap nilai pasar perusahaan book value
to market ratio, momentum dengan return saham, maka permasalahan dalam
penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka konseptual sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Earning per share X1 Firm size X2
Book value to market
Momentum X4
Return
Saham
Y
H H1
H H
H
Universitas Sumatera Utara
2.4. Hipotesis