Rawai Hanyut Pengembangan Perikanan Tangkap Berbasis Optimasi Sumberdaya Ikan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Propinsi Sumatera Selatan

Gambar 12 Teknik pengoperasian bagan tancap di Kabupaten Banyuasin

5.3 Rawai Hanyut

5.3.1 Unit penangkapan rawai hanyut Kapal rawai hanyut hampir sama seperti yang digunakan pada jaring insang hanyut dan bagan tancap dengan spesifikasi yaitu kapal rawai hanyut terbuat dari kayu dengan ukuran panjang L = 13 m, lebar B = 2.5 m, dalam D = 1,5 m, dengan kapasitas muatan 2 – 5 GT. Seperti terlihat pada Gambar 13. 64 Persiapan di Fishing Base Setting Soaking Daerah Penangkapan Bagan Tancap Hauling Penanganan Hasil Tangkap Mulai Selesai Cukup Tangkap ya tidak Keterangan : 1. Ruang kemudi 2. Palka hasil tangkapan 3. Palka jangkar Gambar 13 Kapal rawai hanyut yang dioperasikan di Kabupaten Banyuasin Rawai merupakan suatu alat penangkapan yang terdiri dari rangkaian tali-temali yang bercabang-cabang dan pada setiap cabangnya diikatkan sebuah mata pancing. Rawai termasuk ke dalam jenis longline, Rawai di daerah Sungsang menggunakan 83 basket. Nelayan di daerah Sungsang menggunakan rawai yang terdiri dari tali utama yang terbuat dari PE diameter 3 mm dan tali cabang menggunakan senar nomor 200 – 300. Tali utama yang digunakan berjumlah satu buah. Pada satu tali utama tersebut terdapat 1000 – 3000 tali cabang. Mata pancing yang digunakan bernomor 7 dengan jumlah 1000 – 3000 mata pancing untuk setiap unit rawai. Pada setiap tali cabang terdapat satu buah mata pancing. Panjang tali cabang sekitar 1 m dengan jarak antar tali cabang sekitar 3 m. Deskripsi alat tangkap rawai di daerah Sungsang Gambar 14. 65 Gambar 14 Konstruksi rawai hanyut yang dioperasikan di Kabupaten Banyuasin 5.3.2 Teknik pengoperasian rawai hanyut Tahapan yang dilakukan untuk mengoperasikan alat tangkap rawai hanyut hampir sama dengan pengoperasian alat tangkap jaring insang hanyut, yaitu tahap persiapan, pencarian daerah penangkapan fishing ground, penurunan jaring setting, perendaman soaking dan pengangkatanpenarikan jaring hauling. 1. Tahap persiapan Persiapan yang dilakukan terdiri dari persiapan perbekalan melaut, persiapan umpan dan memeriksa seluruh peralatan. Perbekalan yang disiapkan antara lain pembelian bahan bakar, oli, es balok, air tawar, garam dan makanan. Pengecekan peralatan yang dilakukan untuk mempelancar jalannya pengoperasian antara lain mempersiapkan dan memeriksa alat tangkap, mesin, kapal, palka ikan, dan lampu petromaks. Persiapan perjalanan ke fishing ground yaitu mencakup pemasangan umpan, penyiapan pelampung, jangkar dan penyusunan tali temali. Penebaran pancing dilakukan setelah arah dan kekuatan arus diketahui. Nelayan biasanya berangkat dari fishing base pada waktu siang hari menjelang sore hari. 2. Tahap pencarian daerah penangkapan fishing ground Penentuan daerah penangkapan fishing ground untuk menangkap ikan dilakukan berdasarkan informasi atau pengalaman nelayan dalam operasi penangkapan sebelumnya. Perairan yang sering dijadikan daerah penangkapan ikan adalah Laut Mentok, Sungai Sembilang, Sungai Barong, Sungai Manan, Sungai Benu, Laut Jambi, Laut Tujuh, Laut Palu dan Laut Jermal. Setelah berada di daerah penangkapan ikan, nelayan akan memeriksa kondisi dasar perairan dan kedalaman perairan. 3. Tahap penurunan alat tangkap rawai hanyut setting Penurunan pancing ke perairan dilakukan setelah diketahui kedalaman dan kondisi dasar perairannya serta potensi ikannya. Penaburan rawai diawali dengan penurunan jangkar dan pelampung tanda, setelah itu rangkaian tali cabang yang sudah dipasangi umpan dilepaskan satu persatu. Pada waktu penurunan alat rawai mesin kapal dimatikan. Umpan yang digunakan adalah ikan yang sudah mati seperti belanak, sampah dan ikan talangsimbak. 4. Tahap perendaman alat tangkap rawai hanyut soaking Setelah alat tangkap dilepaskan ke perairan, maka rawai didiamkan atau direndam kurang lebih selama 2 – 3 jam. Pada saat perendaman, salah satu ujung tali selambar dikaitkan pada salah satu sisi kapal dan mesin dalam keadaan mati. Perendaman pancing ini dilakukan untuk memberikan waktu pada ikan agar dapat mendeteksi keberadaan umpan dan kemudian memakannya. Nelayan berharap dengan adanya waktu perendaman, maka ikan yang tertangkap lebih banyak. Waktu perendaman tidak boleh terlalu lama, karena dapat dikhawatirkan ikan yang sudah tertangkap dapat terlepas. Walaupun ini sudah diantisipasi dengan menggunakan mata pancing yang memiliki kait, tidak tertutup kemungkinan ikan masih dapat terlepas. 5. Tahap pengangkatanpenarikan alat tangkap rawai hanyut hauling Setelah pancing rawai direndam kurang lebih 2 – 3 jam maka nelayan mulai melakukan pengangkatan rawai. Pada saat melakukan hauling, tali utama main line berada di sebelah kanan kapal dengan membentuk sudut 30° - 45° antara haluan kapal dengan tali utama main line. Pada waktu penarikan rawai ke atas kapal, letak rawai diatur agar memperlancar pemasangan umpan selanjutnya pada waktu rawai akan diturunkan kembali. Hauling dilaksanakan dalam waktu sekitar 2 – 4 jam. Setelah pelampung dan pemberat semuanya diangkat baru kapal melanjutkan pelayaran ke daerah penangkapan lainnya Gambar 15. Gambar 15 Teknik pengoperasian rawai hanyut di Kabupaten Banyuasin 68 Persiapan Mencari umpan Pemotongan umpan Pemasangan umpan pada mata pancing Pencarian daerah penangkapan ikan Dasar perairan Musim penangkapan Pengalaman nelayan DPI Cocok ? Setting Soaking Hauling Tidak Mulai ya Kembali ke fishing base Selesai HT Cukup ? ya Tidak 6 HASIL PENELITIAN

6.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Tangkap di Kabupaten Banyuasin