Metode Maxam and Gilbert Metode Sanger Filogenetika

Pada tahun 1977 metode sekuensing telah berkembang di Amerika yang dipelopori oleh Maxam and Gilbert dan pada tahu 1974 di Inggris oleh Sanger. Ada dua metode Sekuensing yaitu metode Maxam and Gilbert dan Sanger Lilian et al. 2002.

a. Metode Maxam and Gilbert

Metode ini didasarkan pada degradasi basa secara kimiawi. Pada metode ini DNA yang akan disekuensing ditandai dengan zat radioaktif. Fragment DNA yang sudah dilabeli merupakan subjek untuk pemecahan secara acak pada posisi basa adenine, sitosin, guanine dan timin menggunakan agen kimia spesifik. Degradasi senyawa kimia ini didasarkan pada tiga tahap: Perubahan basa nukleotida, penggantian dari basa yang telah mengalami perubahan pada molekul gulanya dan rantai DNA yang dipecah pada molekul gulanya. Hal ini akan menghasilkan sekumpulan fragmen bertanda radioaktif yang panjangnya tergantung pada jarak antara letak basa yang dihilangkan dengan ujung molekul bertanda radioaktif. Sekuens DNA dapat dibaca dari hasil pemisahan fragmen – fragmen yang terbentuk pada gel poliakrilamida Lilian et al. 2002.

b. Metode Sanger

Pada metode Sanger, ekstensi rantai DNA dimulai pada situs spesifik pada DNA cetakan dengan menggunakan oligonukleotida pendek yang disebut primer. Primer tersebut diperpanjang menggunakan DNA polimerase, enzim yang mereplikasi DNA. Bersama dengan primer dan DNA polimerase, diikutsertakan pula empat jenis basa deoksinukleotida dNTP dan nukleotida pemutus atau dalam konsentrasi rendah ddNTP. Metode ini didasarkan pada penghambatan sintesis nukleotida akibat adanya persaingan antara dNTP dengan ddNTP. Penempelan ddNTP pada cetakan mengakibatkan berhentinya sintesis utas yang komplementer dengan DNA cetakan oleh dNTP. Pada rekasi ini dihasilkan berbagai fragmen yang berbeda-beda panjanya dengan label raadioaktif. Fragmen-fragmen DNA tersebut lalu dipisahkan menurut ukurannya dengan elektroforesis gel poliakrilamida Lilian et al. 2002.

c. Filogenetika

Filogenetika menggambarkan klasifikasi secara taksonomi dari suatu organisme berdasarkan pada sejarah evolusi. Proses evolusi melibatkan proses rekombinan gen dan mutasi genetik pada spesies yang membentuk spesies yang baru. Sejarah evolusi suatu organisme dapat dilihat berdasarkan perubahan karakter organisme. Karakter merupakan dasar yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara spesies Schmidt 2003. Tujuan dari penyusunan filogenetika salah satunya adalah untuk merekontruksi dengan tepat hubungan antara organisme dan menganalisis perbedaan yang terjadi dari satu nenek moyang kepada keturunannya. Filogenetika dapat menganalisis perubahan yang terjadi dalam evolusi organisme yang berbeda. Pohon filogenetik adalah pendekatan logis untuk menunjukkan hubungan evolusi organisme satu dengan yang lainya dapat digambarkan melalui sebuah poon filogenetik Schmidt 2003. Sebelum menganalisis filogentika suatu organisme, terlebih dahulu mengetahui sejarah filogeni suatu organisme. Bactrocera sp merupakan genus terbanyak dari jenis lalat buah Diptera: Tephritidae yang ditemukan di Benua Asia dan Australia dan merupakan salah satu generasi terbesar yaitu 500 spesies Drew 1989; Drew Hancock 2000. Sebelumnya Bactrocera sp merupakan anggota dari genus Dacus, hal itu disebabkan terjadi kekeliruan identifikasi. Genus Dacus merupakan spesies lalat buah asli dari Afrika, dan biasanya berasosiasi dengan bunga dari tanaman Cucurbitaecea dan kulit buah tanaman kacang-kacangan Muryati 2007. Smith et al. 2002 mengatakan Dacus dan Bactrocera merupakan saudara. Hal ini didasarkan pada persamaan radial veins pada sayap yang memenuhi bagian depan dan sel medial yang sangat lebar. Tergit abdominal enam pada lalat buah betina terpisah dari tergit pertama dan tergit kelima dari lalat buah betina maupun jantan dilengkapi dengan glandular ceromae. Analisis sekuen DNA mitokondria kedua genus tersebut berkerabat dekat. Menurut Zhang et al. 2010, yang membedakan 27 spesies Tabel 1 dari delapan subgenera lalat buah berdasarkan gen Cox I dan 16S rRNA yaitu Afrodacus, Austrodacus, Bactrocera, Daculus, Gymnodacus, Paratridacus, Tetradacus, dan Zeugodacus. Bactrocera dan Zeugodacus merupakan parafiletik, sedangkan Austrodacus dan Zeugodacus yang menyerang tanaman Cucurbitaeceae tidak berkerabat dengan Afrodacus, Bactrocera, dan Gymnodacus yang menyerang tanaman sefamili. Paratridacus yang merupakan saudara dari Tetradacus dan tujuh spesies dari Bactrocera termasuk clade monofiletik, tetapi Daculus mempunyai garis keturunan sendiri yang berbeda dari Bactrocera dan Zeugodacus. Pernyataan tersebut diperjelas pada Gambar 3. Gambar 3. Kladogram yang menggambarkan hubungan kekerabatan dari 27 spesies Bactrocera sp Zhang et al. 2010. Zhang et al. 2010 menambahkan bahwa Bactrocera dorsalis complex yang menduduki subgenus Bactrocera merupakan monofiletik. Bactrocera dorsalis complex mempunyai bentuk dan sifat yang berbeda akan tetapi mereka mempunyai Common ancestor nenek moyang yang sama. Pernyataan tersebut didukung oleh pernyataan Drew Hancock 1994, Smith et al. 2003, dan Muraji Nakahara 2001 yang menyebutkan bahwa subgenus Bactrocera merupakan monofiletik. Tabel 1. Beberapa spesies lalat buah yang diteliti oleh Zhang et al. 2010 NO Spesies Sub genera 1 Bactrocera carambolae Bactrocera 2 Bactrocera correcta Bactrocera 3 Bactrocera dorsalis Bactrocera 4 Bactrocera latifrons, Bactrocera 5 Bactrocera musae, Bactrocera 6 Bactrocera papayae, Bactrocera 7 Bactrocera philippinensis Bactrocera 8 Bactrocera zonata , Bactrocera 9 Bactrocera jarvisi Afrodacus 10 Bactrocera cucumis Austrodacus 11 Bactrocera curvipennis Bactrocera 12 Bactrocera frauenfeldi Bactrocera 13 Bactrocera kandiensis, Bactrocera 14 Bactrocera occipitalis Bactrocera 15 Bactrocera psidii Bactrocera 16 Bactrocera tryoni Bactrocera 17 Bactrocera umbrosa Bactrocera 18 Bactrocera oleae Daculus 19 Bactrocera calophylli Gymnodacus 20 Bactrocera expandens Paratridacus 21 Bactrocera minax Tetradacus 22 Bactrocera tsuneonis Tetradacus 23 Bactrocera caudate Zeugodacus 24 Bactrocera diaphora , Zeugodacus 25 Bactrocera scutellata Zeugodacus 26 Bactrocera tau Zeugodacus 27 Bactrocera cucurbitae Zeugodacus 28 Anastrepha ludens Out group 29 Ceratitis capitata Out group Menurut Dharmayanti et al. 2010 sekuen organisme yang mempunyai hubungan dekat atau saudara menempati cabang yang bertetangga pada pohon filogenetik. Analisis filogenetika juga digunakan untuk mengikuti perubahan yang terjadi secara cepat yang mampu mengubah suatu spesies. Analisis filogenetika dari keluarga sekuen nukleotida atau asam amino adalah analisis untuk menentukan bagaimana keluarga tersebut diturunkan selama proses evolusi. 20

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di lima lokasi yang berbeda. 1. Pengambilan buah liar dari Famili Cucurbitaceae yang terserang Bactrocera sp dilakukan di pegunungan Muria Kabupaten Kudus. Pengambilan buah liar dilakukan pada bulan April 2013. 2. Rearing Bactrocera sp dari buah liar dan identifikasi morfologi imago Bactrocera sp dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Negeri Semarang dan diperkuat di Laboratorium Entomologi UGM pada bulan Mei 2013. 3. Pengambilan sampel B. cucurbitae dan B. papayae dari biakan massal Laboratorium Entomologi Dasar Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada dilakukan pada bulan April 2014. 4. Analisis molekuler sampel di Laboratorium Virology Fakultas Pertanian Universitas Gajah Mada pada April-Mei 2014. 5. Sekuensing nukleotida ketiga sampel dengan bantuan jasa Lembaga Genetica science dilakukan di Singapura.

B. Subjek Penelitian

Sampel dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis Bactrocera sp. Pertama spesimen Bactrocera sp yang terdiri dari imago dan larva yang berasal dari buah liar dari Famili Cucurbitaeceae. Sampel pembanding adalah Bactrocera papayae yang menyerang buah salak dan Bactrocera cucurbitae yang menyerang buah pare yang diambil dari pembiakan massal lalat buah di Laboratorium Entomologi Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada.