Double Difference DD Laporan Hasil Kerja Praktek

LAPORAN COOP PENELITIAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANG JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 52 Gambar 4.21 Diagram alir metode JHD

c. Double Difference DD

Metode double difference merupakan pengembangan dari metode SED dan JHD dengan menggunakan perbedaan waktu tempuh pasangan gempa, yang dalam penelitian ini berasal dari katalog data. Gambar 4.22 Ilustrasi relokasi peristiwa gempa dengan metode DD Waldhauser, 2000 LAPORAN COOP PENELITIAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANG JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 53 Dalam rangka meminimalkan dampak dari anomali kecepatan yang belum diketahui secara pasti, peristiwa dengan raypath jalur rambat yang sama diterima oleh stasiun pengamatan terkait gambar 4.21. Dalam hal ini, perbedaan antara waktu tempuh hiposenter gempa yang dipasangkan akan dikaitkan terhadap satu dengan yang lainnya, sehingga akan diperhitungkan sebagai satu cluster yang kemudian direlokasi dengan posisi relatif .Untuk asumsi ini, jarak antara dua hiposenter gempa harus kecil dibandingkan dengan jarak antara stasiun dan sumber Waldhauser, 2000. Dengan asumsi tersebut, maka selisih waktu tempuh antara kedua gempa yang terekam pada satu stasiun yang sama dapat dianggap sebagai fungsi jarak antara kedua hiposenter. Sehingga dapat meminimalisasi kesalahan model kecepatan tanpa menggunakan koreksi stasiun. Perubahan residual perbedaan waktu tempuh antar dua gempa observasi dan kalkulasi ∆d didefinisikan sebagai berikut: .................................4.24 dengan, i dan j : indeks dua hiposenter yang jaraknya dekat k : indeks stasiun pengamatan Jarak hiposenter i dan j terhadap stasiun pengamatan dideskripsikan pada persamaan 4.24. Hiposenter i dan j merupakan hiposenter yang akan direlokasi bersama- sama untuk memperbaiki jarak antar kedua hiposenter tersebut. Pada persamaan 4.24 mirip dengan persamaan 4.10 tetapi pada persamaan 4.24 menggunakan dua hiposenter dalam menentukan waktu tempuh gelombang yang berasal dari hiposenter j menuju stasiun k . Dengan menggunakan asumsi yang sama dengan persamaan 4.10 maka persamaan 4.24 dapat ditulis sebagai berikut: ....................................................4.25 Persamaan 4.25 ditulis lengkap menjadi: ................4.26 dengan, i dan j : indeks dua hiposenter yang jaraknya dekat k : indeks stasiun pengamatan LAPORAN COOP PENELITIAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANG JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 54 t : waktu tempuh gelombang r : residual error Serupa dengan proses penentuan lokasi hiposenter SED, persamaan 4.17 perlu diubah ke dalam bentuk matriks agar semua pasangan hiposenter pada semua stasiun yang dugunakan dapat dihitung. Wd = WGm ..........................................................4.27 Di mana G merupakan matriks Jacobi yang berdimensi M x 4N M, jumlah data observasi double-difference; N, jumlah gempa, d merupakan matriks data pada persamaan 4.26 berdimensi M x 1, m adalah matriks perturbasi model ∆m berdimensi 4N x1 sebagai vektor relokasi dala m parameter hiposenter dan W adalah matriks diagonal yang berfungsi sebagai pembobotan berdasarkan kualitas picking. Perbaikan posisi hiposenter akan terus dilakukan dengan melakukan iterasi hingga residual waktu tempuh observasi dan kalkulasi mendekati nol. Dalam penelitian ini metode double difference menggunakan program hypoDD Waldhauser, 2001. Gambar 4.23 Diagram alir metode Double difference LAPORAN COOP PENELITIAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANG JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 55 Metode clustering dalam DD merupakan salah satu teknik analisis dalam data dimana clustering melakukan pengelompokan dari data yang besar dikelompokkan ke dalam data yang lebih kecil berdasarkan kesamaan karakteristik data. Dengan kesamaan karakteristik pada sebuah kelompok ini dapat diambil suatu informasi yang mempunyai arti dan berguna. Metode double difference memungkinkan penggunaan kombinasi fase picking biasa dari katalog gempa disebut sebagai katalog data atau perbedaan waktu tempuh dari korelasi fase gelombang P atau gelombang S korelasi silang cross correlation. Analisis katalog gempa dan bentuk gelombang seismik di berbagai belahan dunia menunjukkan bahwa di setiap daerah ada kelompok peristiwa yang memiliki bentuk gelombang hampir sama. Peristiwa ini disebut multiplet, karena kemiripan yang kuat dari bentuk gelombang yang sangat dekat satu sama lain. Bentuk gelombang yang menunjukkan kesamaan yang kuat ditandai dengan koefisien korelasi silang tinggi Moriya, 2002. Namun dalam penelitian ini penentuan clustering tidak berdasarkan korelasi silang, melainkan pengelompokan hiposenter berdasarkan jarak atau yang sering disebut distance clustering. Gambar 4.24 Ilustrasi clustering Sebuah pengelompokan dengan menghitung jarak pada objek tetangga terdekat nearest neighbor. Dalam penelitian ini diterapkan analisis clustering dengan data gempa lokal daerah “Lamda”. Analisis ini terdiri dari dua langkah: 1 menemukan pasangan hiposenter gempa dan mengklasifikasikannya ke dalam kelompok berdasarkan jarak minimun pasangan gempa dibandingkan dengan jarak stasiun terhadap sumber; 2 relokasi relatif tiap event gempa untuk master event nya. Master event adalah suatu kejadian gempa yang akan dijadikan acuan saat proses inversi DD. Untuk menjadikan suatu hiposenter menjadi master event, dapat dilihat berdasarkan tingkat kepercayaan saat picking pembobotan dan LAPORAN COOP PENELITIAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY AREA KAMOJANG JURUSAN FISIKA FMIPA - ITS 56 hiposenter tersebut memiliki nilai error yang sangat kecil serta bentuk waveform yang bagus.

4.3 Penentuan Hiposenter dan Episenter MEQ di Area Kamojang