2.3.1 Pengolahan kelapa sawit
Pada pengolahan lemak dan minyak, pengerjaan yang dilakukan tergantung pada sifat alami minyak atau lemak tersebut dan juga dari hasil akhir
yang dikehendaki. Skema pengolahan minyak dan lemak:
EKSTRAKSI
PENJERNIHAN
PEMUCATAN
DEODORASI HIDROGENASI
WINTERISASI
PEMUCATAN DEODORASI
DEODORASI INTERESTERIFIKASI
PLASTICIZING PEMURNIAN
a Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini
bermacam-macam, yaitu rendering dry rendering dan wet rendering, mechanical expression dan solvent extraction.
Universitas Sumatera Utara
b Rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung lemak atau minyak dengan kadar air yang tinggi. Pada
semua cara rendering, penggunaan panas adalah suatu hal yang spesifik, yang bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk
memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak yang terkandung didalamnya.
Menurut pengerjaannya rendering dibagi dalam dua cara yaitu: 1 Wet rendering
dan 2 Dry rendering c
Wet Rendering Wet Rendering
adalah proses rendering dengan penambahan sejumlah air selama berlangsungnya proses tersebut. Cara ini dikerjakan pada ketel yang
terbuka atau tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap 40-60 psi. penggunakan temperatur rendah
dalam proses wet rendering dilakukan jika diinginkan flavor netral dari minyak atau lemak. Bahan yang akan di ekstraksi ditempatkan pada ketel yang
diperlengkapi dengan alat pengaduk, kemudian air ditambahkan dan campuran tersebut dipanaskan perlahan – lahan sampai suhu 50
o
C sampai diaduk. Minyak yang terekstraksi akan naik ke atas dan kemudian dipisahkan. Proses wet
rendering dengan menggunakan temperatur rendah kurang begitu popular,
sedangkan proses wet rendering dengan menggunakan temperatur yang tinggi disertai dengan tekanan uap air, dipergukan untuk menghasilkan minyak atau
lemak dalam jumlah yang besar. Peralatan yang dipergunakan adalah autoclave
Universitas Sumatera Utara
atau digester. Air dan bahan yang akan di ekstraksi dimaksukkan ke dalam digester dengan tekanan uap air sekitar 40 sampai 60 pound selama 4-6 jam.
d Dry Rendering
Dry Rendering adalah cara rending tanpa penambahan air selama proses
berlangsung. Dry rending dilakukan dalam ketel yang terbuka dan diperlengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk agitator. Bahan yang diperkirakan
mengandung minyak atau lemak dimasukkan ke dalam ketel tanpa penambahan air. Bahan atdi dipanasi sambil diaduk. Pemanasan dilakukan pada suhu 220
o
F sampai 230
o
F 105
o
C-110
o
C. ampas bahan yang teleh diambil minyaknya akan diendapkan pada dasar ketel. Minyak atau lemak yang dihasilkan dari ampas yang
telah mengendap dan pengambilan minyak dilakukan dari bagian atas ketel. e
Pengepresan Mekanis Mechanical Expression Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak,
terutama untuk bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak tinggi 30-70 persen. Pada pengepresan mekanis ini
diperlukan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih. Perajangan dan
penggilingan serta tempering atau pemasakan. Dua cara yang umum dalam pengepresan mekanis, yaitu : 1 pengepresan
hidraulik hydraulic pressing dan 2 pengepresan berulir expeller pressing Ketaren, 1986.
Universitas Sumatera Utara
Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan masih berupa minyak sawit kasar karena masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel
dari tempurung dan serabut serta 40-50 air. Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar
tersebut mengalami pengolahan lebih lanjut. Minyak sawit yang masih kasar kemudian dialirkan ke dalam tangki minyak kasar Crude Oil Tank dan setelah
melalui pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, maka akan dihasilkan minyak sawit mentah Crude Palm Oil, CPO. Proses penjernihan dilakukan untuk
menurunkan kandungan air di dalam minyak. Minyak sawit ini dapat ditampung dalam tangki-tangki penampungan dan siap di pasarkan atau mengalami
pengolahan lebih lanjut sampaidihasilkan minyak sawit murni Processed Palm Oil, PPO
dan hasil olahan lainnya. Sedangkan sisa olahan yang berupa Lumpur, masih dapat dimanfaatkan dengan proses daur ulang untuk diambil minyak
sawitnya. Biji sawit yang telah dipisah pada proses pengadukan diolah lebih lanjut
untuk diambil minyaknya. Sebelum dipecah, biji-biji sawit dikeringkan dalam silo, minimal 14 jam dengan sirkulasi udara kering pada suhu 50
o
C. Akibat proses pengeringan ini, inti sawit akan mengerutsehingga memudahkan pemisahan inti
sawit dari tempurungnya. Biji-biji sawit yang sudah kering kemudian dibawa ke alat pemecah biji.
f Pemisahan Inti Sawit Dari Tempurung
Pemisahan inti sawit dari tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jenis BJ antara inti sawit dan tempurung. Alat yang digunakan disebut hydrocyclone
Universitas Sumatera Utara
separator. Dalam hal ini, inti dan tempurung dipisahkan oleh aliran air yang
berputar dalam sebuah tabung atau dapat juga dengan mengapungkan biji-biji yang telah pecah dalam larutan lempung yang mempunyai BJ 1.16. Dalam
keadaan ini inti sawit akan terpisah dengan tempurungnya, inti sawit mengapung sedangkan tempurung tenggelam. Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit
dan tempurung sampai bersih. Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit
harus segera dikeringkan dengan suhu 80
o
C. Setelah kering, inti sawit dapat dipak atau diolah lebih lanjut, yaitu diekstraksi sehingga dihasilkan minyak inti sawit
Palm Kernel Oil, PKO . Hasil samping pengohan minyak inti sawit adalah
bungkil inti sawit Kernel Oil Cake, KOC yang dimanfaatkan untuk ternak. Sedangkan tempurung dapat dimanfaatkan sebagai bahan baker, sebagai pengeras
jalan atau dibuat arang dalam industri pabrik bakar aktif Tim Penulis, 2000.
2.3.2 Komposisi Minyak Kelapa Sawit