BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI
DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Agropolitan
Agropolitan merupakan konsepsi kesisteman yang utuh, terintegrasi, dan bersifat multi sektor, terdiri atas subsistem agribisnis hulu, subsistem usahatani,
subsistem agribisnis hilir, dan subsistem jasa-jasa penunjang. Karena itu pembangunan dengan pendekatan agropolitan sering disebut pembangunan
pertanian perdesaan yang didukung pembangunan industri dan jasa. Kota-kota yang berkembang adalah rural-urban dimana karakteristik rural perdesaan dan
karakteristik urban perkotaan terintegrasi secara harmonis Anugrah, 2003. Program
Pengembangan Kawasan
Agropolitan adalah
untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perdesaan melalui
percepatan pengembangan wilayah dengan membangun berbagai infrastruktur ekonomi dan prasarana pendukungnya. Oleh karena itu diperlukan adanya
kemitraan antar petani perdesaan, pelaku usaha bermodal dan pemerintah. Pola kemitraan semacam kemitraan permodalan, produksi pengolahan, pemasaran
akan menjamin terhindarnya eksploitasi pelaku usahatani di tingkat perdesaan oleh pelaku usaha lain di satu pihak, dan memungkinkan terjadinya nilai tambah
yang bias dinikmati pelaku usahatani. Ini akan menjamin peningkatan pendapatan, dan peningkatan pendapatan memungkinkan kawasan perdesaan melakukan
investasi baik yang berupa pendidikan, maupun penciptaan lapangan usaha baru. Anonimous
c
, 2014
Universitas Sumatera Utara
Friedmann dan Douglass 1976, menyebutkan bahwa kondisi yang diperlukan untuk keberhasilan pengembangan agropolitan atau strategi untuk
menafsirkan ide pembangunan perdesaan dipercepat dari konsep agropolitan adalah sebagai berikut:
1. Mengubah daerah perdesaan dengan cara memperkenalkan gaya hidup kota
urbanism yang telah disesuaikan pada lingkungan perdesaan tertentu. Ini berarti bahwa tidak lagi mendorong perpindahan penduduk desa ke kota, dengan
menanam modal di daerah perdesaan dan dengan demikian merubah tempat pemukiman yang sekarang ini untuk dijadikan suatu bentuk campuran yang
dinamakan agropolis atau kota di ladang. Atau dengan kata lain mentransformasikan fasilitas-fasilitas perkotaan ke perdesaan;
2. Memperluas hubungan sosial perdesaan sampai ke luar batas-batas daerahnya,
sehingga terbentuk ruang sosial ekonomi, dan politik yang lebih luas, atau agropolitan distrik agropolitan district dapat disesuaikan untuk dipakai sebagai
dasar satuan tempat pemukiman untuk kota-kota besar atau pusat kota-kota tertentu yang berada di sekitarnya dan yang selalu berkembang;
3. Memperkecil keretakan sosial social dislocation dalam proses pembangunan,
memelihara kesatuan keluarga, memperteguh rasa aman, dan memberikan kepuasan pribadi dalam sosial dalam membangun suatu masyarakat baru;
4. Menstabilkan pendapatan antara masyarakat desa dengan kota melalui
penambahan kesempatan kerja yang produktif dan khususnya mendukung kegiatan pertanian dengan kegiatan non pertanian di dalam lingkungan
masyarakat yang sama;
Universitas Sumatera Utara
5. Memanfaatkan tenaga kerja secara efektif dan mengarahkan pada usaha
pengembangan sumber-sumberdaya alam secara luas di tiap agropolitan district, termasuk peningkatan hasil pertanian, proyek-proyek untuk memelihara dan
mengendalikan air, pekerjaan umum di perdesaan, memperluas pemberian jasa- jasa untuk perdesaan dan industri yang berkaitan dengan pertanian;
6. Merangkai agropolitan distrik menjadi jaringan regional dengan cara
membangun dan memperbaiki sarana hubungan agropolitan districts dan yang ke kota-kota besar, dan menempatkan pada daerah regional jasa-jasa tertentu
dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang dapat menbutuhkan tenaga kerja yang lebih besar daripada yang terdapat dalam satu district;
7. Menyusun suatu pemerintahan dan perencanaan yang sesuai dengan
lingkungannya yang dapat mengendalikan pemberian prioritas-prioritas pembangunan dan pelaksanaannya pada penduduk daerahnya, yang berupa
pemberian wewenang kepada agropolitan district untuk mengambil keputusan sendiri agar mereka dapat menggunakan kesempatan lingkungan yang ada
dengan menyadari batas-batas lingkungan yang ada, menyalurkan pengetahuan dan kepandaian perorangan dari penduduk setempat pada ilmu pengetahuan
abstrak teoritis dari para ahli-ahli dan orang yang berkecimpung dalam pembangunan agropolitan dan memupuk rasa persatuan dari penduduk setempat
dengan bagian masyarakat yang lebih besar; 8.
Menyediakan sumber-sumber keuangan untuk membangun agropolitan dengan cara: a menanam kembali bagian terbesar dari tabungan setempat pada tiap-tiap
distrik, b menerapkan sistem bekerja sebagai pengganti pajak bagi semua anggota masyarakat yang telah dewasa, c mengalihkan dana pembangunan dari
Universitas Sumatera Utara
pusat-pusat kota dan kawasan industri khusus untuk pembangunan agropolitan, dan d memperbaiki nilai tukar barang-barang yang merugikan antara petani dan
penduduk kota agar lebih menguntungkan petani. Menurut Husodo 2004, teknologi yang diterapkan dalam mendukung
pembangunan pertanian Indonesia merupakan teknologi untuk meningkatkan produktivitas, peningkatan mutu dan diversifikasi produk olahan di sektor hilir,
baik untuk skala kecil, menengah, maupun besar. Teknologi digunakan baik pada kegiatan on farm maupun off farm. Pada kegiatan on farm, pemanfaatan teknologi
meliputi teknologi biologis untuk menghasilkan benih, varietas unggulan termasuk penggunaan teknologi untuk pertanian organik serta pengadaan
peralatan dan mesin pertanian. Sementara pada kegiatan off farm, teknologi yang diterapkan meliputi teknologi pengolahan, pengawetan, pengemasan, pengepakan,
dan distribusi. Teknologi harus diartikan sebagai cara yang lebih baik dan lebih efisien
untuk suatu kegiatan sehingga dapat meningkatkan produktivitas sesuai dengan tingkat perkembangan dan daya serap masyarakat. Teknologi tidak harus serba
baru yang belum terdapat dalam lingkungan masyarakat setempat, meskipun juga tidak harus bersifat tradisional. Teknologi yang berdaya guna dan berkembang
tumbuh adalah yang dapat diserap dengan mudah oleh kebudayaan masyarakat dan dengan demikian menciptakan nilai tambah secara berkesinambungan,
pengembangannya justru adalah inovasi-inovasi baru yang bertolak dari kepentingan para petani itu sendiri Hanani, dkk.,2003.
Universitas Sumatera Utara
Sarana produksi pertanian terdiri dari bahan yang meliputi benih, pupuk, pestisida, zat pengatur tumbuh, obat-obatan lainnya yang digunakan untuk
melaksanakan produksi pertanian Djakfar, dkk.,1990. Alat mesin pertanian ialah susunan dari alat-alat yang kompleks yang
saling terkait dan mempunyai sistem transmisi perubah gerak, serta mempunyai tujuan tertentu di bidang pertanian dan untuk mengoperasikannya diperlukan
masukan tenaga. Alat mesin pertanian bertujuan untuk mengerjakan pekerjaan yang ada hubungannya dengan pertanian, seperti alat mesin pengolahan tanah, alat
mesin pengairan, alat mesin pemberantas hama, dan sebagainya. Macam alat dan mesin pertanian secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga kelompok
Sukirno,1999, yaitu:
1.
Alat mesin pembukaan lahan
2.
Alat mesin untuk produksi pertanian, meliputi: a.
Alat mesin pengolahan tanah b.
Alat mesin penanam c.
Alat mesin pemeliharaan tanaman d.
Alat mesin pemanen
3.
Alat mesin processing hasil pertanian pascapanen, meliputi: a.
Alat mesin pengering b.
Alat mesin pembersih atau pemisah c.
Alat mesin pengupas atau penyosoh atau reduksi
Universitas Sumatera Utara
2.1.2. Kopi 2.1.2.1. Karakteristik Kopi
Kopi Coffea sp, adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang termasuk dalam family Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya tegak,
bercabang dan bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai 12 m. Daunnya bulat telur dengan ujung agak meruncing, daun tumbuh berhadapan pada batang, cabang dan
ranting-rantingnya. Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak berbeda dengan tanaman lain. Kopi dapat tumbuh dalam berbagai kondisi lingkungan,
tetapi untuk mencapai hasil yang optimal memerlukan persyaratan tertentu. Zona terbaik pertumbuhan kopi adalah antara 200 LU dan 200 LS.
Indonesia yang terletak pada zona 50 LU dan 100 LS secara potensial merupakan daerah kopi yang baik. Sebagian besar daerah kopi di Indonesia terletak antara 0-
100 LS yaitu Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Sulawesi Selatan dan sebagian kecil antara 0-50 LU yaitu Aceh dan Sumatera Utara. Unsur iklim yang banyak
berpengaruh terhadap budidaya kopi adalah elevasi tinggi tempat, temperatur dan tipe curah hujan.
Tanaman kopi menuntut persyaratan tanah yang berpori, sehingga memungkinkan air mengalir ke dalam tanah secara bebas. Tanaman kopi tidak
cocok untuk ditanam ditanah liat yang terlalu lekat karena menahan terlalu banyak air, sebaliknya tidak pula cocok untuk ditanam di daerah yang berpasir karena
terlalu berpori porous.
2.1.2.2. Budidaya Kopi
Tanaman kopi pada umumnya memiliki syarat tumbuh dengan ketinggian 400-800 meter dpl, rata-rata temperatur harian 21-24
o
C. Untuk curah hujan rata-
Universitas Sumatera Utara
rata membutuhkan 2000-3000 mmtahun dan pH atau Derajat keasaman 5,5 - 6,5. Untuk penanaman kopi diperlukan beberapa proses yang berkesinambungan.
Proses-proses itu antara antara lain adalah sebagai berikut:
a. Persemaian