Simpangan Baku Relatif Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

27 Daun kering kelor ditimbang sebanyak 10 gram di dalam krus porselen, lalu ditambahkan 14 ml LIB 2 mangan konsentrasi 10 µgml dan 12 ml LIB 2 zink konsentrasi 10 µgml, kemudian dilanjutkan dengan prosedur destruksi kering seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Menurut Harmita 2004, persen perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus di bawah ini: Persen Perolehan Kembali = C F − C A C A ∗ x 100 Keterangan: C A = kadar logam dalam sampel sebelum penambahan baku mg100g C F = kadar logam dalam sampel setelah penambahan baku mg100g C A = kadar larutan baku yang ditambahkan mg100g

3.13.2 Simpangan Baku Relatif

Keseksamaan atau presisi diukur sebagai simpangan baku relatif atau koefisien variasi. Keseksamaan atau presisi merupakan ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual ketika suatu metode dilakukan secara berulang untuk sampel yang homogen. Nilai simpangan baku relatif yang memenuhi persyaratan menunjukkan adanya keseksamaan metode yang dilakukan Harmita, 2004. Menurut Harmita 2004, rumus untuk menghitung simpangan baku relatif adalah sebagai berikut: RSD = 100 × X SD Universitas Sumatera Utara 28 Keterangan: X = kadar rata-rata sampel SD = standar deviasi RSD = relative standard deviation

3.13.3 Penentuan Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Menurut Harmita 2004, batas deteksi Limit of Detection, LOD merupakan jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan. Sebaliknya batas kuantitasi Limit of Quantitation, LOQ merupakan kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. Menurut Harmita 2004, batas deteksi dan batas kuantitasi ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Simpangan Baku Residual Syx = � ∑�−�� 2 �−2 Batas Deteksi µgml = 3 � ��� ����� Batas Kuantitasi µgml = 10 � ��� ����� Universitas Sumatera Utara 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan

Identifikasi tumbuhan dilakukan oleh Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Bogor, Jalan Raya Jakarta–Bogor Km.46, Cibinong. Disebutkan bahwa tumbuhan yang digunakan adalah daun tumbuhan kelor Moringa oleifera Lam., suku Moringaceae. Surat hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 41.

4.2 Identifikasi Sampel yang Digunakan

Sampel yang digunakan adalah daun kelor segar yang memiliki ciri-ciri berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai, bagian atas daun warna hijau tua dengan permukaan licin sedangkan bagian bawah daun berwarna hijau keputihan, panjang dan lebar rata rata daun kelor adalah 2,6 cm dan 1,6 cm. Daun kelor memiliki tangkai pendek dengan tulang daun menyirip, juga tidak memiliki bau dan rasa yang khas. Pada penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh daun kelor dari 1 tangkai pada tanpa memasukkan daun kelor yang memiliki warna kuning, sebab daun kelor memiliki tekstur lembut walaupun daun tersebut tua. Hasil identifikasi tumbuhan dapat dilihat di Lampiran 2 halaman 42.

4.3 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mengetahui ada atau tidaknya mangan dan zink dalam sampel. Hasil pengamatan Universitas Sumatera Utara