Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Bongkar Muat

BAB III PENYELENGARAAN KEGIATAN BONGKAR MUAT DALAM AREAL PELABUHAN BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR 60 TAHUN 2014

A. Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Bongkar Muat

Barang 1. Persyaratan Izin Usaha Bongkar Muat Barang Pelabuhan adalah tempat yang terdiri dan daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang danatau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. 28 Usaha Jasa Pengurusan Transportasi freight forwadingadalah kegiatanusaha yang ditujukan untuk semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan barang danatau hewan melalui angkatan darat, laut, danatau udara. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999, yakni pada pasal 1 huruf 17 disebutkan bahwa : 29 Sedangkan yang dimaksudkan dengan kepelabuhan adalah meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan penyelenggaraan pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang danatau barang, 28 Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Bongkar Muat Dalam Areal Pelabuhan. 29 Sinta Uli, Loc.cit hlm. 22. Universitas Sumatera Utara keselamatan berlayar, tempat perpindahan intra dan atau antar moda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah. Adapun beberapa jenis pelabuhan meliputi; a. Pelabuhan Umum adalah pelabuhan yang diselenggarakan untuk kepentingan pelayanan masyarakat umum. b. Pelabuhan khusus merupakan pelabuhan yang dibangun dan dijalankan guna menunjang kegiatan yang bersifat khusus dan pada umumnya untuk kepentingan individu atau kelompok tertentu. c. Pelabuhan laut merupakan tempat yang digunakan untuk melakukan pelayanan angkutan laut d. Pelabuhan penyebrangan merupakan pelabuhan yang digunakan khusus untuk kegiatan penyebrangan dari satu pelabuhan dengan pelabuhan yang lainnya yang mempunyai keterkaitan e. Pelabuhan sungai dan danau merupakan pelabuhan yang melayani kebutuhan angkutan di sebuah danau ataupun sungai f. Pelabuhan Daratan adalah suatu tempat tertentu di daratan dengan batas-batas yang jelas, dilengkapi dengan fasilitas bongkar muat, lapangan penumpukan dan gudang serta prasarana dan sarana angkutan barang dengan cara pengemasan khusus dan berfungsi sebagai pelabuhan umum. 30 Kata angkut berarti mengangkat dan membawa, memuat atau mengirimkan. Pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan 30 http:dishubkominfo.natunakab.go.idberita104-jenis-jenis-pelabuhan.html , diakses pada tanggal 22 Juni 2016, diakses pada tanggal 10 September 2016. Universitas Sumatera Utara manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. 31 a. Memuat penumpang atau barang ke dalam alat pengangkut Produsen yang melakukan pengangkutan barang, akan melakukan kegiatan bongkar muat barang di areal pelabuhan agar barang yang telah dibawa dapat dikirim sampai ke konsumen. Rangkaian peristiwa pemindahan itu meliputi kegiatan : b. Membawa penumpang atau barang ke tempat tujuan c. Menurunkan penumpang atau membongkar barang di tempat tujuan 32 Usaha bongkar muat barang adalah kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan yang meliputi kegiatan stevedoring, cargodoring, dan receivingdelivery. Stevedoring: Pekerjaan membongkar barang dari kapal ke dermaga tongkang truk atau memuat barang dari dermaga tongkang truk ke dalam kapal sampai dengan tersusun dalam palka kapal dengan menggunakan derek kapal atau derek darat. Cargodoring: Pekerjaan melepaskan sling jala - jala barang dari Cargo hook kapal di dermaga dan memindahkan barang ex tackle tersebut dari dermaga ke gudang lapangan penumpukan, selanjutnya menyusun di gudang lapangan atau sebaliknya. Receiving Delivery: Pekerjaan penerimaan barang di gudang lapangan penumpuka n dan menyerahkan ke atas truk penerima barang untuk cargo yang dibongkar, sebaliknya untuk cargo yang akan dimuat ke kapal diserahkan ke atas kapal. Tanggung jawab PBM kalau cargo yang dibongkarsampai diatas chasis truck 31 Ridwan Khairandy, et.al., Pengantar Hukum Dagang Indonesia, Jilid 1, Gama Media, Yogyakarta, 2001, hlm. 195. 32 Abdulkadir Muhammad, Hukum Pengangkutan Niaga, Cetakan ke V, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013. hlm. 42. Universitas Sumatera Utara penerima barang, kalau cargo yang dimuat sampai tersusun rapi didalam palka kapal. 33 a. Syarat administrasi, meliputi : Untuk dapat melakukan kegiatan bongkar muatan dalam areal pelabuhan ada beberapa persyaratan yang harus di penuhi. Dalam pasal 6 Peraturan Menteri Perhubungan nomor 60 tahun 2014 di sebutkan bahwa untuk dapat melakukan bongkar muat barang di areal pelabuhan, dibutuhkan 2 syarat, yaitu : 1 Surat permohonan bermeterai cukup dari Pimpinan Perusahaan yang Fotokopi Akta PendirianPerubahan perusahaan. 2 Fotokopi Pengesahan Akta PendirianPerubahan perusahaan dari pihak yang berwenang. untuk Jenis PT disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM 3 Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP 4 Memiliki Penanggung Jawab dibuktikan dengan Fotokopi KTP Direktur Perusahaan. 5 Memiliki modal usaha sesuai ketentuan sebagaimana ketentuan Pasal 6 ayat 3 KM 14 Tahun 2002 : a Modal Dasar Perusahaan yg beroperasi di Pelabuhan Utama : Rp. 1.000.000.000,- b Modal Dasar Perusahaan yg beroperasi di Pelabuhan Regional : Rp. 500.000.000,- 33 http:www.indonesiashippingline.comindex.phpdaftar-pbm428-definisi-pbm-dan- istilah-istilah-kegaitannya , diakses pada tanggal 10 September 2016. Universitas Sumatera Utara c Modal Dasar Perusahaan yg beroperasi di Pelabuhan Lokal : sesuai penetapan Gubernur. 6 Menempati tempat usaha baik berupa milik sendiri maupun sewa, yang dibuktikan dengan Surat Izin Tempat Usaha SITU atau Surat Keterangan Domisili Perusahaan dari instansi yang berwenang kepala desakelurahan. 7 Memiliki sekurang-kurangnya 1 satu orang tenaga ahli kualifikasi ahli nautika atau ahli ketatalaksanaan pelayaran niaga, yang dibuktikan dengan sertifikatijazah tenaga ahli tersebut. 8 Rekomendasipendapat tertulis dari Otoritas PelabuhanUnit Penyelenggara Pelabuhan Adpel Kakanpel setempat terhadap keseimbangan penyediaan dan permintaan kegiatan usaha bongkar muat. 9 Izin PMA dari BKPM khusus bagi usaha patungan joint venture b. Syarat teknis, berupa peralatan bongkar muat barang yang meliputi : 1 Forklift 2 Pallet 3 Ship side-net 4 Rope sling 5 Rope net, dan 6 Wire net. 34 34 http:bpptpm.babelprov.go.idcontentizin-usaha-bongkar-muat , diakses pada tanggal 10 September 2016 Universitas Sumatera Utara 2. Tata Cara Pemberian Izin Usaha Bongkar Muat Barang Ketika suatu kapal telah sampai disuatu pelabuhan dan sandar di dermaga, tidak serta merta pula saat itu dapat dilakukan kegiatan bongkar muat. Ada beberapa tata cara dan syarat yang harus dipenuhi agar dapat melakukan kegiatan bongkar muatan barang yang telah dibawa diareal pelabuhan. Adapun tata cara yang harus dipenuhi oleh pemohon untuk dapat melakukan kegiatan bongkar muatan barang yang telah di angkut dari suatu lokasi ke lokasi lainnya di areal pelabuhan adalah sebagai berikut : a. Untuk memperoleh izin usaha bongkar muat barang, badan usaha mengajukan permohonan kepada Gubernur disertai dengan rekomendasi Penyelenggara Pelabuhan setelah mendapatkan masukan dari asosiasi bongkar muat barang dan dokumen persyaratan angkutan laut.Dokumen angkutan laut merupakan surat-surat yang diperlakukan sebagai prasyarat untuk menjamin kelancaran dan keamanan pengangkutan barang dan atau penumpang dilaut. b. Gubernur melakukan penelitian persyaratan permohonan izin usaha bongkar muat barang dalam jangka waktu paling lama 14 empat belas hari kerja setelah diterima berkas permohonan lengkap. c. Apabila hasil penelitian persyaratan belum terpenuhi, Gubernur mengembalikan permohonan secara tertulis kepada pemohon untuk melengkapi persyaratan berdasarkan format yang telah ditentukan. d. Permohonan dapat dikembalikan kembali kepada Gubernur setelah permohonan dilengkapi berdasarkan persyaratan yang telah ditentukan. Universitas Sumatera Utara e. Apabila hasil penelitian persyaratan telah terpenuhi, Gubernur akan menerbitkan izin usaha bongkar muat dengan format yang telah ditentukan. 35 Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 1999 Pasal 47 : 1. Untuk memperoleh ijin usaha pengurusan transportasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat 2, wajib dipenuhi persyaratan sebagai berikut: a. Memiliki modal dan peralatan yang cukup sesuai dengan perkembangan teknologi; b. Memiliki tenaga ahli yang sesuai; c. Memiliki Akte Pendirian Perusahaan; d. Memiliki Surat keterangan domisili perusahaan; dan e. Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. 2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara untuk meperoleh izin usaha dan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 duatur dengan Keputusan Menteri. Dalam rangka mengupayakan adanya angkutan yang dapat lebih menunjang ekspor non-migas melalui sebuah mekanisme yang memungkinkan tersedianya angkutan terpadu antarmoda dari pintu ke pintu serta sebagai kesatuan rangkaian jasa transportasi yang utuh. Jasa pengurusan transportasi freight forwading oleh Pasla 1 Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 10 Tahun 1988 dimaksudkan sebagai usaha yang dutujukan untuk mewakili kepentingan pemilik barang untuk semua kegiatan yang diperlukan bagi terlaksananya pengiriman dan penerimaan 35 Hasim Purba, Modul Kuliah Hukum Pengangkutan Di Laut, Fakultas Hukum USU, Medan, 2011, hlm. 67. Universitas Sumatera Utara barang melalui transport darat, laut atau udara yang dapat mencakup kegiatan penerimaan, penyimpanan, sortasi, pengepakan, penandaan, pengukuran, penimbangan, pengurusan penyelesaian dokumen, penerbitan dokumen angkutan, perhitungan biaya pengankutan, klaim asuransi atas pengiriman barang, serta penyelesaian tagihan dan biaya-biaya lainnya berkenaan dengan pengiriman barang-barang tersebut sampai dengan diterimanya barang oleh yang berhak menerimanya. Jadi dalam hal ini batasan tentang usaha jasa pengurusan transportasi yang digariskan oleh pemerintah hampir sama dengan apa yang digariskan oleh keputusan menteri perhubungan, seperti apa yang telah disebutkan diatas. 36 Namun sering kali untuk mengurus kelengkapan berkas-berkas yang diperlukan agar lengkap memakan waktu dan biaya yang tidak sedikit. Disamping itu adanya oknum yang menyalahgunakan wewenang juga semakin memperburuk keadaan. Pihak pemohon sering mengeluhkan akan lambatnya prosedur yang harus dipenuhi ntuk dapat melakukan bongkar muat barangnya didalam areal pelabuhan. Bagi pemohon, keterlambatan bongkar muat barang memberikan dampak yang sangat banak dan besar bagi kegiatan produksinya. Keterlambatan waktu akan semakin memperbesar biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak pemohon. Disamping itu, keterlambatan juga dapat berdampak buruk berupa keterlambatan pengiriman barang kepada pihak konsumen. Hal inilah yang harus dibenahi oleh para aparatur negara yang 36 Sinta Uli, Op.cit, hlm. 22-23 Universitas Sumatera Utara memiliki kewenangan dalam hal pelaksanaan areal pelabuhan untuk digunakan sebagai tempat bongkar muat. Namun tidak semua keterlambatan merupakan kelalaian dari para pihak yang terkait, Keterlambatan juga dapat diakibatkan dari keadaan alam Natural factor hal ini tidak bisa kita tebak, sebagai contoh saat cuaca terang dan cerah dan tiba-tiba mendung, apa lagi anda muat barang seperti semen, maka tidak mau harus ditunda terlebih dahulu memuat barang itu, dan proses ini akan memakan waktu, karena jika dikapal harus tutup palka terlebih dahulu yang tentunya memakan waktu yang sangat lama. Keterlambatan proses bongkar muatjuga dapat disebabkan akibat terjadinya penumpukan muatan dipelabuhan Congestion, karena disaat bersamaan beberapa shipper tiba dan akhirnya barang mereka tertumpuk pada pelabuhan dermaga tempat anda sandar, dan akhirnya anda harus menunggu terlebih dahulu sampai dermaga itu kosong makaanda akan sandar untuk bongkar muat.

B. Pihak-Pihak Yang Terkait

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Perjanjian Pinjaman Dana Program Kemitraan Antara PT. Pelabuhan Indonesia I (Persero) Cabang Belawan Dengan Mitra Binaannya

5 56 146

Sistem Administrasi Kepegawaian pada PT. Persero Pelabuhan Indonesia I Belawan

7 63 57

Tanggung Jawab Otoritas Pelabuhan Dalam Hal Kenavigasian Terhadap Kapal yang Akan Bersandar (Studi pada PT. Pelindo I Cabang Belawan)

6 86 88

Tanggung Jawab Otoritas Pelabuhan Dalam Hal Kenavigasian Terhadap Kapal yang Akan Bersandar (Studi pada PT. Pelindo I Cabang Belawan)

0 0 9

Tanggung Jawab Otoritas Pelabuhan Dalam Hal Kenavigasian Terhadap Kapal yang Akan Bersandar (Studi pada PT. Pelindo I Cabang Belawan)

0 0 1

Kajian Hukum Terhadap Kontrak Kerja Untuk Kegiatan Bongkar Muat Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro Tbk (Studi Pada PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan)

0 1 8

Kajian Hukum Terhadap Kontrak Kerja Untuk Kegiatan Bongkar Muat Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro Tbk (Studi Pada PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan)

0 0 1

Kajian Hukum Terhadap Kontrak Kerja Untuk Kegiatan Bongkar Muat Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro Tbk (Studi Pada PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan)

0 0 16

Kajian Hukum Terhadap Kontrak Kerja Untuk Kegiatan Bongkar Muat Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro Tbk (Studi Pada PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan)

0 1 24

Kajian Hukum Terhadap Kontrak Kerja Untuk Kegiatan Bongkar Muat Antara PT. Pelindo I Cabang Belawan Dengan PT. FKS Multi Agro Tbk (Studi Pada PT. Pelabuhan Indonesia I Cabang Belawan)

0 0 3