BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi berkaitan erat dengan ketahanan pangan. Tidak ada satu negara pun yang dapat mempertahankan proses pertumbuhan ekonomi
tanpa terlebih dahulu memecahkan masalah ketahanan pangan food security. Dalam kaitannya dengan politik, pangan merupakan komoditas terpenting sebagai
stabilisator politik dan sosial untuk memulihkan kepercayaan masyarakat Amang, 1999.
Penyediaan pangan, terutama beras dalam jumlah yang cukup dan harga yang terjangkau tetap merupakan prioritas utama pembangunan nasional, oleh
karena itu pemerintah telah menetapkan berbagai kebijakan dalam hal ketahanan pangan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Salah satu paket kebijakan
ekonomi perberasan nasional dalam program jaminan ketersediaan pangan bagi konsumen rawan pangan adalah menetapkan pendistribusianbantuan pangan bagi
kelompok miskin targeted food subsidy. Program pendistribusian pangan bagi kelompok miskin ditetapkan pada saat terjadinya krisis ekonomi di negara
Indonesia yaitu pada bulan Juli 1998, yang dikenal dengan Operasi Pasar Khusus OPK, dimana masyarakat memperoleh beras dengan harga Rp.1000kg 54
dari harga beras saat itu dengan jumlah 10 kg setiap rumah tangga. Pelaksanaan program ini dilatarbelakangi oleh dampak kemarau panjang, serangan wereng dan
belalang, harga pupuk dan pestisida mahal yang mengakibatkan produksi beras nasional mengalami penurunan yang sangat tajam pada tahun 1997 dan tahun
1998 masing – masing 3,34 persen dan 4,46 persen Suryana, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Pelaksanaan OPK ataupun subsidi beras bagi masyarakat kurang mampu tetap dipandang baik oleh pemerintah khususnya untuk mengurangi beban
pengeluaran rumah tangga. Hal ini dapat diketahui dari beberapa hasil studi, kajian dan penilaian yang dilakukan oleh berbagai pihak meliputi perguruan
tinggi, lembaga pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, lembaga Internasional, dan lembaga profesi yang independen yang dilaksanakan selama 5 tahun yaitu
tahun 1998-2003, sehingga kebijakan ini tetap dilaksanakan dalam rangka pengetasan kemiskinan. Pada tahun 2002, program OPK berganti namanya
menjadi program Raskin atau program beras bagi masyarakat miskin. Perubahan ini bertujuan untuk lebih mempertajam ketepatan sasaran penerima manfaat Self
targeting BULOG, 2010. Dari hasil penelitianevaluasi terhadap pelaksanaan Raskin yang
dilaksanakan dibeberapa daerah di Indonesia, timbul beberapa permasalahan. Permasalahan kekurang- akuratan data yang ditentukan oleh Biro Pusat Statistik
BPS, yaitu masih terdapat rumah tangga miskin yang tidak terdaftar, juga penerima Raskin yang fiktifpalsu, orangnya sudah meninggal dunia tetapi
namanya masih tercantum di daftar penerima. Di lain pihak, kecamatan, desa dan ketua RT merasa tidak dilibatkan sehingga Raskin yang disalurkan tidak tepat
sasaran. Pengawasan yang tidak baik berdampak terhadap kualitas beras, dimana pengawasan terhadap penyimpanan Raskin itu masih kurang, maka beras yang
sampai kepada masyarakat adalah beras yang kualitasnya semakin rendah berkutu, berulat dan bau. Hasil penjualan Raskin yang tidak disetorkan ke
BULOG menjadi suatu masalah, karena BULOG tidak mau menyalurkan lagi jatah Raskin sebelum tunggakan dilunasi. Masalah ini tentunya merugikan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat penerima manfaat Raskin, karena mereka membeli secara kontan. Pengawasan yang kurang terhadap aparat pemerintah yang menyalurkan Raskin
merupakan masalah yang sering dihadapi dimana terjadi beberapa kecurangan yang dilakukan untuk keuntungan pribadi.
Meskipun pelaksanaan Raskin sudah berlangsung lebih dari 14 tahun namun, perlu juga diperhatikan untuk peningkatan kualitas program sesuai dengan
indikator ketepatan tepat sasaran, jumlah, harga, waktu, administrasi, kualitas dan prinsip perencanaan dan pelaksanaan program Raskin yang mengacu kepada
transparasi, akuntabilitas, dan partisipatif TAP. Dalam mengevaluasi program Raskin yang ditetapkan oleh perintah maka perlu diketahui respon masyarakat
penerima Raskin terhadap pelaksanaan program tersebut. Respon masyarakat yang mencakup persepsi, sikap dan partisipasi terhadap program beras bagi
keluarga miskin Raskin penting juga bagi pengelola Raskin. Respon masyarakat dibutuhkan dalam merancang implementasi Raskin yang berorientasi sesuai
harapan dan kepuasan rumah tangga sasaran. Kepuasan RTS dinilai dengan perbandingan kinerja Raskin selama ini dengan harapan terhadap Raskin
. Sehingga penelitian berguna untuk memberikan masukan dan sebagai bahan
evaluasi dalam peningkatan efektivitas program Raskin di masa yang akan datang, sehingga manfaat Raskin benar – benar dirasakan oleh rumah tangga sasaran
dalam upaya pengetasan kemiskinan. Penduduk miskin di provinsi Sumatera Utara yaitu 1.378.400 jiwa BPS
SUMUT, 2012, dimana angka tersebut menunjukkan tingkat kemiskinan yang cukup besar, sehingga masyarakat miskin di provinsi Sumatera Utara
membutuhkan pagu Raskin untuk memenuhi sebagian kebutuhan pangannya.
Universitas Sumatera Utara
Jumlah pagu Raskin untuk rumah tangga miskin menurut kabupaten di provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut :
Tabel 1.Daftar Pagu Raskin Periode Januari-Mei 2012 Kabupaten Kota Se Sumatera Utara
No KabupatenKota Jumlah
Kec. Rumah
Tangga Sasaran
Penyaluran Per Bulan
15 Kg Jan sd Mei
Kg
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 18
19 20
21 22
23 24
25 26
27 28
29 30
31 32
33 Deli Sedang
Serdang Bedagai Langkat
Karo Dairi
Pakpa Bharat Medan
Binjai Tebing Tinggi
Simalungun Tapanuli Utara
Pematang Siantar Toba Samosir
Samosir Humbang Hasundutan
Asahan Batubara
Tanjung Balai Labuhan Batu
Labuhan Batu utara Labuhan Batu selatan
Mandailing Natal Tapanuli Selatan
Tapanuli Tengah Nias
Nias Selatan Gunung Sitoli
Nias Utara Nias Barat
Padang Sidimpuan Sibolga
Padang Lawas Padang Lawas Utara
22 17
23 17
15
8
21
5 5
31 15
6 14
9 10
13 7
6 9
8 5
23 12
19
9 18
6 11
8 6
4 9
9 77.203
21.002 86.012
29.981 26.096
5.228
79.136
7.153 4.470
61.326 19.645
11.596 15.393
14.652 14.663
32.303 24.174
10.145 20.411
16.870
6.680 35.548
26.550 33.668
21.128 36.917
9.635 16.937
10.187 8.809
4.270 18.015
12.560 1.158.045
615.030 1.290.180
449.715 391.440
78.420
1.187.040
107.295 67.050
919.890 294.675
173.940 230.895
219.780 219.945
484.545 362.610
152.175 306.165
253.050 100.200
533.220 398.250
505.020 316.920
553.755 144.525
254.055 152.805
132.135
64.050 270.225
188.400 5.790.225
3.075.150 6.450.900
5.396.580 1.957.200
392.100
5.935.200 536.457
335.250 4.599.450
1.473.375 869.700
1.154.475 1.098.900
1.099.725 2.422.725
1.813.050
760.876 1.530.825
1.265.250 501.000
2.666.100 1.991.250
2.525.100 1.584.600
2.768.775
722.625 1.270.275
764.025 660.675
320.250
1.351.125 942.000
JUMLAH 400
838.363 12.575.445 62.877.225
Sumber :Badan Urusan Logistik, 2012
Universitas Sumatera Utara
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa Kota Medan memiliki 21 kecamatan dengan jumlah rumah tangga sasaran penerima manfaat untuk periode
Januari sampai dengan Mei tahun 2012 sebesar 79.136 KK. Angka tersebut menunjukkan bahwa pagu Raskin untuk Kota Medan cukup besar dimana tingkat
kemiskinan di Kota Medan masih tinggi.
1.2 Identifikasi Masalah