Penatalaksanaan. .1 Penatalaksanaan Awal. TINJAUAN PUSTAKA
2.7 Penatalaksanaan. 2.7.1 Penatalaksanaan Awal.
Penatalaksanaan awal pada pasien dengan kecurigaan trauma maksilofasial meliputi pemeriksaan tahap kesadaran pasien. Pasien dengan trauma maksilofasial
harus ditangani dengan segera, dimana dituntut tindakan diagnostik yang cepat.
3
Tujuan dilakukan penatalaksanaan awal pada pasien yang mengalami trauma maksilofasial adalah untuk memperbaiki jalan napasnya agar tidak menghambat
penapasan, mengontrol perdarahan dan mencegah berlakunya deformitas reduksi pada fraktur hidung dan zigoma.
3,16
Penatalaksanaan pasien trauma maksilofasial dapat dilakukan dengan lima elemen, yaitu:
1. Primary survey, yang dilakukan menggunakan teknik ABCDE, yaitu:
2,10,16,17
A: Airway maintenance with cervical spine control protection •
Menghilangkan fragmen-fragmen gigi dan tulang yang fraktur untuk memudahkan intubasi endotrakeal dengan mereposisi segmen
fraktur wajah untuk membuka jalan napas oral orofaringeal dan jalan napas nasal nasofaringeal.
Gambar 7: Jalan napas nasal dan jalan napas oral.
Universitas Sumatera Utara
• Diantara teknis yang biasa digunakan untuk membuka dan
memelihara jalan napas bagi pasien trauma ialah suction, jaw thrust, chin lift, oropharyngeal, nasopharyngeal airways dan laryngeal mask.
B: Breathing and adequate ventilation. •
Memeriksa jalan napas pasien berfungsi dengan baik tanpa adanya obstruksi. Tanda -tanda obstruksi jalan napas berupa:
i. Agitasi sesak napas.
ii. Suara abnormal suara serak menandakan adanya
obstruksi pada laring. iii.
Kedudukan trakea tidak pada midline. C: Circulation with control of hemorrhage
• Pendarahan dari hidung atau luka intraoral dikontrol untuk
meningkatkan jalan nafas dengan menekan dan mengikat perdarahan pada pembuluh darah serta meletakkan pembalut pada bagian yang
mengalami laserasi. D: Disability: neurologic examination.
• Tingkat kesadaran, ukuran pupil, dan reaksi pasien dapat
menentukan status neurologis. E: Exposure enviromental control.
• Aksesori yang menghambat saat melakukan perawatan dan
pakaian yang di pakai oleh pasien dilepaskan. Pada saat yang sama, dihindari terjadinya hypothermia.
2. Tindakan resusitasi yang termasuk tindakan mengevaluasi kembali keadaan pasien yang telah di identifikasi pada saat melakukan primary survey.
3. Secondary survey, melakukan pemeriksaan total pada pasien bersama dokter umum.
4. Pasien dirujuk berdasarkan cedera yang dialami kepada dokter spesialis untuk dilakukan perawatan.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara