16
Obat sebelum dipasarkan atau digunakan harus menjalani serangkaian uji untuk memastikan efektivitas dan keamanannya Priyanto, 2009. Umumnya uji
toksisitas terdiri atas dua jenis, yaitu toksisitas umum akut, subkronik dan kronik
dan toksisitas khusus teratogenik, mutagenik dan karsinogenik Lu, 1995. 2.4.1 Toksisitas umum
2.4.1.1 Toksisitas akut
Uji toksisitas akut adalah suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul dalam waktu singkat setelah pemberian sediaan uji secara oral dalam
dosis tunggal yang diberikan dalam waktu 24 jam Lu, 1995. Tujuan toksisitas akut adalah untuk mendeteksi toksisitas dari suatu zat, menentukan organ sasaran
dan kepekaan spesies, memperoleh informasi bahaya setelah pemaparan suatu zat secara akut dan untuk memperoleh informasi awal yang dapat digunakan untuk
merancang uji toksisitas selanjutnya serta untuk memperoleh nilai LD
50
atau LC
50
suatu sediaan BPOM, RI., 2011. Semakin kecil harga LD
50
atau LC
50
maka semakin besar potensi ketoksikannya OECD, 2001. Prinsip uji toksisitas akut
oral yaitu, sediaan uji dalam beberapa tingkat dosis yang diberikan pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis per kelompok, kemudian dilakukan
pengamatan terhadap adanya efek toksik dan kematian OECD, 2001.
2.4.1.2 Toksisitas sub kronik
Uji toksisitas subkronik merupakan suatu pengujian untuk mendeteksi efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji dengan dosis berulang yang
diberikan secara oral pada hewan uji OECD, 2008. Tujuan toksisitas subkronik oral adalah untuk memperoleh informasi adanya efek toksik zat yang tidak
terdeteksi pada uji toksisitas akut, informasi kemungkinan adanya efek toksik
17
setelah pemaparan sediaan uji secara berulang dalam jangka waktu tertentu, informasi dosis yang tidak menimbulkan efek toksik dan mempelajari adanya efek
kumulatif dan efek reversibilitas zat tersebut OECD, 2008. Serta bertujuan untuk
menentukan organ sasaran organ yang rentan Priyanto, 2009.
Prinsip uji toksisitas subkronik oral adalah sediaan uji dalam beberapa tingkat dosis diberikan setiap hari pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu
dosis per kelompok selama 28 atau 90 hari. Selama pemberian sediaan uji, hewan harus diamati setiap hari untuk menentukan adanya toksisitas. Selama waktu dan
pada akhir periode pemberian sediaan uji, hewan yang mati dan masih hidup diotopsi selanjutnya dilakukan pengamatan secara makropatologi pada setiap
organ dan jaringan. Selain itu juga dilakukan pemeriksaan hematologi, biokimia klinis dan histopatologi OECD, 2008.
2.4.1.3 Toksisitas kronik