Teknik Vokal KAJIAN TEORI

14 • Konsonan l, m, n, r, ng disebut juga konsonan hambat nasal, dibunyikan dengan membentuk “hambatan” di nasal. Konsonan ini disebut juga huruf mati yang bersuara. c. Artikulasi vokal rangkap Diftong. Diftong adalah bunyi dua vokal yang berurutan, keduanya berbeda antara kualitas huruf vokal awal dan akhirnya. Pengucapan setiap vokal memerlukan penyesuaian pada kerongkongan dan mulut. Dalam menyanyi diftong, vokal pertama dinyanyikan lebih lama dari vokal keduanya, maka vokal yang mendahului diberi tekanan sedikit kemudian berubah lebih rileks atau luwes kebunyi vokal yang mengikutinya. Contoh : Diftong “ai” permai, damai, melambai, “au” engkau , hijau, lampau, “oi” amboi, sepoi- sepoi, “ia” karunia, dunia, “ua” semua. Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa artikulasi bunyi yang berasal dari dalam mulut merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam bernyanyi, sehingga penyanyi harus pandai-pandai mengucapkan artikulasi dengan jelas serta pemenggalan kata yg benar agar makna dalam lagu tidak berubah. 3. Resonansi “ Resonansi adalah ikut bergetarnya udara dalam suatu rongga, suatu rongga yang bisa menghasilkan resonan disebut resonator. Mengapa alat musik bisa nyaring ? jawabannya tidak lain, kaena masing-masing alat musik memiliki rongga resonator.” Pranadjaja 1976 : 93. 15 Resonator dalam tubuh manusia dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu, resonan atas, resonan tengah, dan resonan bawah. Dibagian bawah ini dijelaskan adana pembagian 3 resonan sebagai berikut : a. Resonan atas Rongga resonansi atas sering disebut dengan resonansi kepala yangberfungsi untukmembuat suara penyanyi menjadi cemerlang. Resonansi atas ini biasanya baik digunakan untuk nada-nada tinggi. Dalam penggunan resonansi kepala pada nada tinggi untuk mendapatkan suara yang maksimal dapat dibantu dengan berimajinasi atau membayangkan suara tersebut berada diatas kepala, seolah olah membiarkan suara melayang-layang diudara.Namun tetap menjaga koneksi dari diafragma dan larynx. b. Resonan tengah yakni mulut, pharynx atau bagian belakang mulut. c. Resonan bawah dada, yakni rongga-rongga dada. Widyastuti, 2007 : 12. Rongga-rongga resonansi sendiri dapat dibedakan menjadi 2 yaitu rongga yang tidak dapat berubah dan rongga yang dapat berubah Tim Pusat Liturgi : 1992. Adapun rongga resonansi yang tidak dapat berubah yaitu rongga dahi, tulang baji, tulang saringan yang terdapat di kanan dan kiri dari tulang baji, dan tulang tulang rahang, baik rahang atas maupun rahang bawah. Sedangkan rongga resonansi yang 16 dapat berubah yaitu, rongga tenggorokan, rongga mulut, dan rongga hidung. Teknik resonansi juga dilakukan saat bernyanyi melayu. Banyak lagu-lagu melayu yang menggunakan interval atau jarak melompat sangat jauh dari nada yang rendah hingga nada yang tinggi, dan begitu juga sebaliknya. Penulis menyimpulkan bahwa teknik membagi fokus resonansi dalam teknik vokal gaya melayu sangatlah diperlukan dengan tujuan untuk memperindah lagu dan enak didengar. Gambar 2. Resonansi Jamalus, 1988: 35 4. Phrasering Pusat Musik Liturgi 2014 : 69 mengatakan bahwa dalam pemenggalan kalimat, bukan irama melodi yang menentukan, melainkan arti kata. Menurut Soewito 1996 : 22, phrasering ialah aturan pemenggalan kalimat bahasa atau kalimat musik menjadi bagian yang lebih pendek, tetapi tetap mempunyai kesatuan arti. 17 Dari pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa phrasering adalah aturan pemenggalan kalimat yang baik dan benar, tetapi tetap mempunyai kesatuan arti dan mudah dimengerti. Phrasering memudahkan kita memberi tanda-tanda saat dimana kita mengatur nafas dalam bernyanyi. Bernyanyi adalah upaya mengekspresikan lagu yang dibawakan supaya dapat dinikmati oleh orang lain, dengan sebaik-baiknya. Phrasering dapat terbentuk jika kita bernyanyi dengan baik dan aturan pemenggalan kalimatnya mudah dimengerti. 5. Ekspresi Ekspresi sering diartikan sebagai bentuk pengungkapan hati. Soewito 1996 : 22 mengatakan, seorang penyanyi harus dapat membawakan lagu dengan baik dari suatu ciptaan sesuai dengan jiwa lagu tersebut. Misalnya: sedih, gembira, kehalusan perasaan, semangat dan lain lain. Oleh karena itu, sebelum membawakan lagu, pelajarilah lagu tersebut dengan baik dan teliti seperti syair, dinamik, melodi, tempo dan nada dasarnya. Sebuah lagu yang gembira harus pula disertai dengan raut muka atau gerakan yang gembirapula. Demikian pula sebuah lagu yang sedih usahakanlah suasana menjadi sedih dengan raut muka atau gerakan yang memilukan pula sehingga pendengarpun larut dalam kesedihan. Suatu hal yang dapat dilakukan untuk mendapatkan penjiwaan atau ekspresi dari suatu lagu yang dinyanyikan adalah : 18 a. Berusaha mengerti maksud atau isi syair lagu yang akan dinyanyikan. b. Berusaha mengetahui latar belakang penciptaan lagu tersebut, misalnya suasana sedih, gembira, senang, hiburan, perjuangan, dan lain lain. c. Memahami tanda tanda dinamik, tempo, dan tanda lain yang tertulis dalam lagu tersebut. d. Menguasai tehnik pengucapan kata dengan benar. e. Memahami tehnik pemenggalan kalimat musik secara tepat. f. Menghafalkan lagu dengan sempurna. Susilowati 2010: 6 mengutarakan ekspresi digunakan untuk menunjukkan perasaan dan jiwa dari suatu lagu. Ekspresi dapat diungkapkan melalui pandangan yang memperlihatkan perasaan seseorang. Mengekspresi diartikan dengan mengungkapkan gagasan, maksud, perasaan, dengan gerak anggota badan, air mata, kata-kata dan sebagainya Suharso dan Retnoningsih, 2009:130. Joseph 2004: 59 mengungkapkan ekspresi adalah ungkapan pikiran dan perasaan yang mencangkup semua nuansa dari tempo, dinamika, dan warna nada dari unsur-unsur pokok musik, dalam pengelompokkan frase yang diwujudkan oleh pemusik. Dari beberapa pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa ekspresi adalah sesuatu yang bersifat menyatakan perasaan yang 19 mencakup semua nuansa dari dinamik, tempo atau kecepatan musik dan warna suara yang disampaikan pada pendengarannya.

C. Teknik Vokal Melayu

Setiap menyanyikan lagu-lagu Melayu gaya khas Melayu tidak boleh diabaikan. Penyanyi harus memperhatikan bagian mana yang harus diberi cengkok, generek, dan patah lagu. Hiasan berupa cengkok, grenek, dan patah lagu banyak digunakan pada lagu-lagu Melayu dalam tempo lambat yang dalam istilah Melayu Deli disebut rentak senandung, dalam lagu Melayu Malaysia dinamakan rentak asli, dan dalam lagu gamat Minangkabau disebut tempo langgam. Sedangkan lagu-lagu Melayu tempo sedang Mak Inang dan tempo cepat Joget. Dilihat dari segi lirik, lagu Melayu menggunakan lirik yang berupa pantun dan pastinya mempunyai arti tersendiri dari setiap lagu dan lirik. Sebenarnya yang memberi karakter gaya Melayu dalam sebuah melodi itu adalah pemakaian cengkok, gerenek, serta patah lagu yang tepat, dan yang dimaksud tepat disini bukan berarti permanen standar tidak berubah, akan tetapi tepat menurut cita rasa estetika musik Melayu. Takari 2013 : 4 menjelaskan 3 konsep improvisasi khas vokal gaya Melayu, yaitu: 1. Cengkok, adalah sebuah ayunan nada yang menggunakan improvisasi atau berjalan begitu saja tanpa adanya yang mengatur, yang tidak menggunakan teks nyanyian. Jika dibandingkan dengan cara bernyanyi paduan suara sangat berbeda sekali, bisa dilihat dengan cara 20 benyanyi yang mendapat pengaturan atau arahan saat bernyanyi, yang dilatih oleh pelatih paduan suara itu sendiri, dan juga sebelum bernyanyi mereka melakukan pernafasan yang berfungsi untuk dapat menahan nada-nada panjang dengan kata lain mereka menggunakan teknik bernyanyi yang pada dasarnya ini juga dilakukan oleh penyanyi-penyanyi lainnya. Contoh cengkok : Gambar 3. Contoh Cengkok 2. Generek, yang berarti satu ide improvisasi dengan menggunakan nada-nada yang beridentitas rapat dan ini juga menggunakan improvisasi dalam menyanyanyikan lagu-lagu Melayu. Contoh Generek : Gambar 4. Contoh Generek 3. Patah lagu, yang berarti suatu ide improvisasi melodi dengan memberikan tekanan-tekanan aksentuasi pada nada-nada tertentu, terutama pada nada down beat. Takari, 2008. 21 Contoh Patah Lagu : Gambar 5. Contoh Patah Lagu Selain keterangan tersebut, menurut wawancara dengan Januarsih sebagai pelatih sekaligus pendri di Sanggar kemuning pada tanggal 12 April 2015 menjelaskan bahwa, pembawaan vokal dalam musik Melayu harus luwes dan bisa mengungkapkan variasi-variasi serta improvisasi. Penyanyi tidak boleh menyanyikan persis seperti apa yang tertulis dalam partitur lagu kecuali syairnya, tetapi dituntut untuk bisa bervariasi dengan cengkok, gerenek, maupun patah lagu dengan luwes dan baik, juga teknik pembawaan dalam dinamika. Selain itu, pada wawancara tanggal 15 April 2015, Januarsih berpendapat bahwa dalam bernyanyi Melayu hendaknya penyanyi harus dapat memproduksi suara dengan baik agar enak didengar dan dinikmati oleh pendengar khususnya pencinta musik Melayu. Sentuhan gaya Melayu asli merupakan ciri khas si penyanyi itu sendiri dan tidak meniru gaya penyanyi lain namun masih dalam taraf kewajaran dan keindahan dalam bernyanyi melayu. Selain itu, penyanyi juga harus menghindari cengkok, gerenek, patah lagu serta vibrasi yang berlebihan sehingga tidak menimbulkan kebosanan bagi pendengar. Hal tersebut merupakan salah satu cara agar lagu terdengar indah, vibrasi akan muncul dengan sendirinya jika sudah 22 tergolong matang, bukan dibuat-buat misalnya dengan menggetarkan tenggorokan. Menurut Sugiartri, tetang cara memproduksi nafas saat bernyanyi dengan ketika sedang bernyanyi lagu Melayu modal utama dalam bernyanyi Melayu bisa memperluwes cengkok sehingga keindahan cengkok Melayu tersebut dapat dinikmati oleh pendengar. Dalam hal ini penyanyi tidak boleh sembarangan memutus nafas, karena akan mempengaruhi makna lagu dan si pendengar juga merasa kurang nyaman karena bernyanyi terkesan terengah-engah. Teknik pengambilan nafas yang harus diperhatikan pada saat mulai bernyanyi yaitu menghirup nafas secukupnya, lalu disimpan di otot diafragma kemudian nafas dikeluarkan sedikit demi sedikit bersama syair lagu yang diucapkan. Selain melatih nafas, penyanyi juga harus memproduksi suara dengan enak salah satunya dengan vibrasi. Hal terebut merupakan salah satu cara agar lagu terdengar indah. Vibrasi akan muncul dengan sendirinya jika sudah tergolong matang, bukan dibuat-buat misalnya dengan menggetarkan tenggorokan. Disisi lain, tugas seorang penyanyi juga harus menyanyikan dengan pembawaan yang sesuai dengan isi lagu atau disebut interpretasi, sehingga pendengar juga bisa merasakan apa yang disampaikan oleh penyanyi. Penyanyi juga harus mengetahui makna lagu yang akan dinyanyikan, dan benar-benar dapat menginterpretasikan lagu tersebut dari mulai tatapan mata, raut muka, gerak tubuh, dan dinamika, sehingga lagu tersebut bisa dinikmati oleh pendengar. 23 Dari beberapa penjelasan mengenai teknik vokal, penulis berpendapat bahwa seorang penyanyi harus menguasai teknik vokal yang sudah disebutkan sebagai dasar dalam bernyanyi Melayu. Pada saat bernyanyi, teknik-teknik dasar dapat dilakukan secara bersamaan dengan syarat penyanyi bisa membagi fokus dan konsentrasi terhadap teknik dengan posisi rileks dan santai.

D. Kajian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah : 1. Kajian Teknik Vokal Gaya Keroncong Asli di Orkes Keroncong Surya Mataram Yogyakarta oleh Canggih Finalti, Jurusan Pendidikan Seni Musik FBS UNY 2012, menyimpulkan bahwa teknik menyanyikan gaya vokal keroncong merupakan hal yang sangat penting dipelajari oleh setiap penyanyi keroncong, karena disinilah letak ciri khas keroncong asli tersebut diantarany luk, gregel, embat, cengkok, dan nggandul. Selain itu, syair dan notasi lagu merupakan bagian yang harus dikuasai oleh penyanyi dari segi materi lagu, pembawaan lagu, pernafasan, frasering, intonasi, dan artikulasi lagu. Dalam penelitian tersebut membantu dalam hal format penulisan. 2. Karakteristik Pupuh Kinanti Kawali oleh Yussi Nisfi Faridan, Jurusan Pendidikan Seni Musik FBS UNY 2012, menyimpulkan bahwa dalam hal pembuatan sesuai dengan aturan tata cara, yaitu terdiri dari 6 baris dalam satu bait, suku kata berjumlah 8 pada tiap-tiap baris dan bunyi 24 akhiran vokal u, i, a, i, a, i. Pada masing-masing barisnya dan berwatak rasa sayang serta rasa cinta, sedangkan makna yang terkandung didalamnya menceritakan tentang tanaman-tanaman yang terdapat di lingkungan sekitar alun-alun kota kawali yang memiliki filosofi terendiri dalam kebudayaan sunda. Dalam penelitian tersebut membantu peneliti dalam hal pembahasan karakteristik dalam menentukan subyek penelitian. Dari kedua penelitian tersebut, peneliti menganggap bahwa penelitian Kajian Teknik Vokal Gaya Keroncong Asli di Orkes Keroncong Surya Mataram Yogyakarta dan Karakteristik Pupuh Kinanti Kawali dianggap relevan dengan penelitian “Karakteristik Vokal Pada Musik Melayu di Sanggar Kemuning, Belitung Timur” karena aspek-aspek yang diteliti hampir sama.

E. Kerangka Berfikir

Dalam penelitian ini hal yang harus dilakukan pertama kali adalah mengambil indikator-indikator dalam kajian teori, dimana indikator- indikator tersebut akan digunakan sebagai pembuatan kisi-kisi instrumen. Kajian teori merupakan pondasi utama penelitian, hal tersebut dikarenakan indikator yang dihasilkan oleh kajian teori akan mempengaruhi hasil penelitian. Bagian selanjutnya yang harus diperhatikan adalah kisi-kisi instrumen. Kisi-kisi instrumen ini dihasilkan dari indikator-indikator yang