14
dengan cara ditahbiskan setelah melewati masa vikariat pada gereja tertentu untuk melaksanakan fungsi-fungsi tertentu yang sesuai dengan kebutuhan
gereja.
2.1.2 PENDETA DALAM JABATAN GEREJA
Jabatan kependetaan telah ditetapkan oleh Allah untuk menjalankan pekerjaan Kristus sendiri. Jabatan kependetaan itu boleh menempati beberapa
bentuk atau struktur, misalnya, bishop, praeses, pastor, pendeta, imam, tetapi tugas
dan kuasa
tetap sesama,
yaitu memberitakan Firman Allah, menggembalakan kawanan domba Allah dan melayankan Sakramen sesuai
dengan pesan Kristus. Gereja dapat menetapkan bentuk pelayanan yang lain untuk mendukung pelayanan Firman tersebut. Tetapi pelayanan-pelayanan
yang lain itu hanyalah jabatan gerejawi yang ditetapkan oleh gereja menurut keadaan dan kebutuhan setempat, sedangkan jabatan pelayanan Firman dan
Sakramen jabatan kependetaan telah ditetapkan oleh Kristus.
6
Oleh sebab itu, ada beberapa peranan pendeta di dalam gereja, sebagai berikut : a Seorang pendeta adalah pengajar umum di jemaat; b Seorang
pendeta juga sebagai pengajar khusus; c Seorang pendeta dalam pelayanan pendidikan agama Kristen di jemaat melibatkan dia dalam kerjasama dengan
majelis jemaat agar dilaksanakanlah kesempatan belajar untuk warga dari semua golongan umur; d Peranan pedagogis seorang pendeta dipenuhi
dengan jalan mengklaim identitasnya sebagai seorang pelajar seumur hidup; e Peranan pendeta sebagai seorang
pembayang
atau
penglihat
masa depan.
7
2.1.3 KARAKTERISTIK PENDETA
a. Mempunyai Visi dan Misi
Pendeta biasa disebut sebagai pemimpin
8
Kristen. J. Robert Clinton memberikan definisi berikut, “Seorang pemimpin Kristen adalah seorang
6
Pdt. G. D. Dahlenburg, op.cit., 17.
7
Prof. Dr. Robert R. Boehlke, Pendeta dan Peranan Pedagogisnya, dalam buku Tabah Melangkah Ulang Tahun ke-50 STT Jakarta, Jakarta : Sekolah Tinggi Theologia Jakarta, 1984, 146-155.
8
Pe i pi seri g dise ut pe ghulu, pe uka, pelopor, pembina, panutan, pembimbing, pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja, tua -tua , dan sebagainya. Prof. Dr. H.
Veithzal Rivai, S.E., M. M., MBA, Mayjen TNI Bachtiar, S. IP., Brigadir Jenderal Pol. Drs. Boy Rafli
15
yang mendapat kapasitas dan tanggung jawab dari Allah untuk memberi pengaruh kepada kelompok umat Allah tertentu untuk menjalankan
kehendak Allah bagi kelompok tersebut”.
9
Definisi ini menaruh perhatian pada inisiatif Allah dalam panggilan kepemimpinan, sesuatu yang sangat
ditekankan oleh
Kitab Suci.
Para pemimpin
di Gereja
harus mencerminkan kehambaan Tuhan Yesus
‟ untuk mewakili otoritas yang sah di gereja.
10
That leaders in the church must „reflect the servanthood of the Lord Jesus‟ in order to represent a legitimate authority in the church.
Jika suatu gereja ingin mengalami pertumbuhan dan pengembangan, maka harus didasarkan dengan pola kepemimpinan alkitabiah; kesadaran
yang lebih besar dari karunia rohani dari semua orang percaya; ketergantungan individu pada pendeta sebagai spiritual utama pemimpin di
gereja.
11
Several factors contributed to this development: a renewed sensitivity to the biblical pattern of multiple leadership; greater awareness of the spiritual
giftedness of all believers; caution about reliance upon individual pastors as the primary spiritual leaders in the church.
Oleh sebab itu seorang Pendeta harus memiliki karakteristik sebagai seorang pemimpin. Pemimpin
leader
berbeda dengan
manager
. Sebuah organisasi tidak bisa maju jika dipimpin dengan gaya manager.
Sebaliknya, organisasi tidak bisa sukses jika dipimpin dengan gaya pemimpin
leader
karena tidak ada yang mengelola sistem organisasi. Adapun perbedaan gaya pemimpin
leader
dengan gaya manager, yaitu :
Amar, Pemimpin dan Kepemimpinan Dalam Organisasi, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2013, 1.
9
J. Robert Clinton, Leadership Emergence Theory, Pasadena, Calif. : Barnabas.
10
http:search.ebscohost.comlogin.aspx?direct=truedb=a9hAN=108334754lang=idsite=e host-live
, download tanggal 9 Oktober 2015, Heidebrecht, Doug, Preacher, Teacher, Pastor, and Elder as Authorities in the Church: McClendons Portrayal of Gods Autho rity and Canadian
Mennonite Brethren, Baptistic Theologies. Autumn2015, p.31.
11
Bru e Gue ther a d Doug Heide re ht, The Elusi e Bi li al Model of Leadership , Direction 28,no. 2 1999, pp. 161-162; Toews,
The Chur h Gro th Theory and Mennonite Brethren Polity ,p. 6; a d Toe s, A Pilgrimage of Faith, pp. 225-226. Cf. Herbert Neufeld, The Theology
a d Pra ti al Model of Eldership i Chur h Go er a e paper presented to the General Conference Board of Reference and Counsel, December 1, 1988, Vol. 3, Fld. 8, CMBS, Winnipeg;
a d Joh E. Toe s, A ‘espo se to Her Neufeld Paper o Eldership paper prese ted to the General Conference Board of Reference and Counsel, November 27 , 1989, Vol. 3, Fld. 10, CMBS,
Winnipeg.
16
1 Berdasarkan perbedaan fungsi : gaya pemimpin
leader
lebih berpandangan jauh ke depan dan dengan perencanaan yang lebih bersifat
jangka panjang,
sedangkan gaya
manager
lebih memfokuskan
perhatiannya pada hal-hal yang bersifat jangka pendek; 2 Berdasarkan perbedaan perilaku : seorang pemimpin
leader
dalam bekerja ingin berbuat sesuatu melebihi dari harapan yang ditetapkan dan mencari
terobosan demi berbuat melebihi ekspektasi, sedangkan gaya
manager
hanya mengerjakan tugas yang sudah ditetapkan, lalu bekerja sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang sudah digariskan; 3 Berdasarkan
perbedaan minat : gaya pemimpin
leader
melihat peraturan sebagai alat pengatur
kebebasan untuk
berani melakukan
terobosan dengan
membengkokkan aturan
bending the rules
demi pencapaian tujuan organisasi tidak harus kaku karena fungsi peraturan adalah memfasilitasi
pelaksanaan tugas agar tujuan organisasi tercapai, sedangkan gaya
manager
dalam melaksanakan tugasnya lebih berfokus pada kondisi internal organisasi, lebih memperhatikan penyelesaian masalah jangka
pendek daripada memikirkan masa depan, sehingga ketika berhadapan dengan
konflik lebih
memilih menghindari
konflik daripada
menyelesaikan konflik yang terjadi; 4 Berdasarkan perbedaan dalam melihat kekuasaan
power
: gaya pemimpin
leader
menempatkan sumber kekuasaannya bukan pada posisi jabatan sebagai pemimpin tetapi
pada keahlian dan intelektualitas yang dimilikinya dimana kekuasaan yang dimilikinya digunakan secara fleksibel untuk memajukan organisasi,
sedangkan gaya
manager
melihat dirinya sebagai pemegang kekuasaan dimana memperlakukan karyawan sebagai bawahan yang harus mengikuti
perintah; 5 Berdasarkan perbedaan dalam pola pikir
mindset
: gaya pemimpin
leader
lebih menekankan
pada aspek
intuisi dalam
menghadapi pekerjaannya sebagai pemimpin, sedangkan gaya
manager
lebih berfokus pada tugas analitis dan mencari sebuah solusi yang terbaik dimana perhatiannya hanya pada sebuah keputusan dari segi benar dan
17
salah.
12
Karakteristik pemimpin paling penting yang membedakannya dengan non pemimpin adalah kejelasan tujuanvisi. Visi adalah sikap mental
seorang pemimpin yang melihat bagaimana organisasi di masa mendatang. Hasil dari visi adalah penetapan sasaran dan pengembangan strategi.
13
Sedangkan misi
muncul dari
hati Allah
itu sendiri,
dan dikomunikasikan dari hati-Nya kepada hati kita.
14
Hal ini dimaksudkan bahwa Allah sendiri yang mempunyai sebuah misi. Allah mempunyai
sebuah maksud dan sasaran bagi seluruh ciptaan-Nya. Semua misi kita mengalir dari misi Allah yang ada sebelumnya.
15
Ada banyak karakteristik lain, namun visi adalah prasyarat utama yang harus ada. Seseorang bisa
saja memiliki 50 karakteristik kepemimpinan. Namun, tanpa visi, ia tetap tidak dapat disebut sebagai seorang pemimpin. Oleh sebab itu, seorang
pemimpin haruslah pertama kali mengembangkan semangat dan mental yang positif untuk mencapai harapan yang dikehendaki. Mental positif ini
yang disebut visi, mungkin mirip mimpi yang kadang juga disebut sebagai tujuan atau misi.
16
Celakanya banyak orang yang mengaku sebagai pemimpin namun tidak memiliki arah yang jelas.
17
b. Memiliki Keteladanan yang Dapat Dipercaya
Keteladanan adalah salah satu yang menentukan keberhasilan pelayan. Pelayan yang baik akan didengar dan diikuti warga Gereja. Pelayan selalu
dianggap panutan. Dalam keteladanan pendeta, jemaat memiliki tokoh untuk mengidentifikasi diri dan akan memperkuat keterikatan warga
jemaat pada gerejanya. Seorang hamba tidak pernah memikirkan hal-hal lain yang muluk. Seorang hamba selalu memikirkan pekerjaannya;
bagaimana semua dikerjakan dengan tepat. Yesus adalah model pelayanan
12
Djamaludin Ancok, Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi, Jakarta : Erlangga, 2012, 122-126.
13
Alan E. Nelson, Spirituality Leadership, Bandung : Yayasan Kalam Hidup, 2002, 214-215.
14
John Stott, The Contemporary Christian : An Urgent Plea for Double Listening, Leicester : IVP, 1992, 335.
15
Christopher J. H. Wright, ed. Jonathan Lunde, Misi Umat Allah, Jakarta : Literatur Perkantas, 2010, 26-27.
16
Jony Oktavian Haryanto, Kepemimpinan yang Melayani Tinjauan Teoritis dan Contoh Penerapan, Salatiga : Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana, 2004, 9.
17
Sendjaya, Kepemimpinan Konsep Karakter Kompetensi Kristen, Yogyakarta : Kairos Books, 2004, 36.
18
yang bersedia taat sampai mati dan oleh karena itu Ia ditinggikan di atas segala nama.
Pendetapelayan mesti terus-menerus mengembangkan pelayanannya atau melakukan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Apabila ia mengabaikan
tugas sebagai hamba yang patut diteladani, orang akan mengabaikan dia atau yang sangat mungkin, orang lain tampil sebagai pelayan menggeser
peranannya. Oleh karena itu, pendetapelayan diharapkan menjaga dirinya agar tetap dapat diandalkan oleh umat.
18
c. Membangun Persahabatan
Seringkali seorang pendeta menuntun kita untuk menceritakan kabar baik pada setiap orang setiap saat, terlepas apakah kita mengenal orang
tersebut dengan baik atau tidak dan apakah percakapan rohani yang terjalin cocok atau tidak. Kita harus membangun persahabatan, berbicara
pada orang asing, mempelajari Alkitab dengan orang yang belum percaya, membagi berita Injil, mengundang mereka menerima Yesus melakukan
upaya tindak lanjut. Bagaimana jika kita melihat diri kita sebagai kolaborator daripada sebagai aktifis; mencari petunjuk dimanakah Allah
telah bekerja, mengharapkan Allah untuk mendorong kita selalu berada dalam sikap doa kapanpun ketika kita sedang bersama dengan orang-orang
lain di luar kekristenan? Penginjilan dapat menjadi petualangan untuk menemukan sesuatu daripada sebuah beban.
19
d. Membangun kekeluargaan
Seorang pendeta ketika sedang mengkabarkan Injil, biasanya bermodel
salesman
mengarahkan kita untuk berpikir sebagai
salesman-salesman
yang secara individual berkeliling dari rumah ke rumah dari dari orang ke orang. Hal yang lebih penting daripada setiap kita melakukan hal yang
sama dalam bersaksi kepada orang lain adalah masing-masing kita melakukan bagian kita yang unik dalam komunitas. Menjadi bagian yang
unik dalam komunitas, berarti kita menganggap komunitas itu sebagai bagian keluarga kita sendiri.
18
Ibid, 145.
19
Rick Richardson, Reimagining Evangelism Merombak Citra Penginjilan, Surabaya : Literatur Perkantas Jawa Timur, 2006, 28-32.
19
e. Mau Berkunjung
Seorang pendeta biasanya berfokus pada agenda dan menyampaikan semua materi yang dimiliki dan memperoleh suatu kesepakatan. Seringkali
dengan mudahnya
kita mengasumsikan
bahwa jika
kita belum
membagikan seluruh materi dan menantang orang untuk berkomitmen, maka kita belum menginjili. Namun, dengan percakapan rohani dengan
teman memperindah persahabatan itu sendiri dan memberi kesukaan dalam tiap percakapan spiritual. Jadi, kita mempelajari seni persahabatan
spiritual dan percakapan yang alami. Percakapan spiritual akan terwujud jika seorang pendeta mau berkunjung.
f. Menjadi Teladan
Seorang pendeta biasanya memusatkan perhatian pada kebenaran- kebenaran atau keyakinan tertentu yang hendak dikomunikasikan. Orang-
orang pada masa kini lebih memperhatikan kenyataan bersifat pengalaman dengan Allah daripada dogma-dogma ataupun keyakinan-keyakinan.
g. Mengalami Perjumpaan Secara Pribadi dengan Tuhan
Biasanya seorang pendeta menempatkan Yesus dalam sebuah kotak dan berbicara tentang Yesus dalam cara yang sangat tidak menarik,
dimana mengulas topik tentang Yesus dan keuntungan memperoleh-Nya setiap kali memungkinkan. Sehingga penerimaan kabar dari pendekatan
salesman
ini tidak tahu kapan Yesus akan muncul. Mungkin saja setiap saat, namun mereka selalu seakan-akan tahu seperti apa Yesus. Ia baik,
menyelamatkanmu, mencukupkanmu, dan menjadi sumber jawaban atas segala pertanyaan. Akan tetapi, model yang baik adalah membahas Yesus
secara alami dan dengan cara yang tidak klise. Yesus mengejutkan orang bukan karena kemunculannya yang tiba-tiba, namun dengan menjadi
berbeda dari apa yang diharapkan orang atas kemunculannya.
20
h. Menjadi Saksi Kristus
Kebanyakan pendeta yang menekankan bagaimana kita diampuni dari dosa-dosa kita dan menuju ke surga setelah kita meninggal. Namun
20
Ibid, 28-32.
20
sebenarnya, bukan itu yang menjadi fokus Yesus, walaupun itu adalah bagian dari pesannya. Pesan Yesus yang terutama adalah kerajaan dan
pemerintahan Allah sedang terjadi. Pemerintahan Allah adalah aksi Allah untuk mengatur segala sesuatu menjadi benar dan membuat orang serta
dunia bekerja sebagaimana mereka dimaksudkan untuk bekerja. i.
Mengajak jemaat mengalami perjumpaan dengan Tuhan melalui ziarah hidupnya
Kebanyakan pendeta menggunakan model lama dimana berbicara tentang perubahan keyakinan telah memaksa kita untuk menarik garis
dalam rangka mengetahui siapa yang di dalam dan siapa yang di luar; dan kita mencari sebuah peristiwa, sebuah keputusan, yang membedakan
orang-orang yang berada di luar dengan orang-orang yang berada di dalam. Sedangkan model yang baru, sebuah model yang berdasarkan citra
sebuah perjalanan, memeriksa kita semua sebagaimana kita sedang bergerak entah menuju tujuan ataukah justru menjauhi tujuan tersebut.
2.1.4 TIPE KEPEMIMPINAN PENDETA