analisis GC-MS daun pinus diperoleh monoterpen 34,49 , seskuiterpen 62,48 , dan lain-lain 3,03 dan menunjukkan kemampuan daya hambat minimum pertumbuhan
S.aureus pada konsentrasi 0,25, tetapi sampai dengan kadar 12,5 minyak atsiri pinus tidak menunjukkan daya antibakteri terhadap E.coli Erindyah, 2003.
Produksi daun pinus menghasilkan sekitar 12,56-16,65 tonhektar Komarayati et all., 2002 salah satunya adalah daerah Kabupaten Samosir yang merupakan
penghasil pohon pinus. Selama ini daun pinus yang diperoleh pada saat penebangan pohon pinus hanya dianggap sebagai limbah yang belum dimanfaatkan secara
maksimal oleh masyarakat. Oleh karena itu peneliti tertarik menggunakan sampel daun pinus segar sebagai sumber minyak atsiri. Sampel yang digunakan merupakan
daun pinus yang tumbuh kira-kira 2 tahun dengan tinggi kisaran 4 meter. Daun pinus yang digunakan dalam keadaan segar untuk menghindari terjadinya penguapan
minyak atsiri dari daun pinus tersebut. Metode yang digunakan untuk mengisolasi minyak atsiri adalah dengan Hidrodestilasi dan untuk menentukan komponen minyak
atsiri dianalisis dengan GC-MS selanjutnya diuji sifat antibakteri dengan metode difusi agar terhadap bakteri gram positif dan gram negatif yaitu Staphylococcus
aureus sebagai gram positifbiasanya terdapat pada jerawat dan Pseudomonas aeruginosa sebagaigram negatifterdapat pada luka dibagian kulit.
1.2. Permasalahan
1. Komponen kimia minyak atsiri apa sajakah yang terkandung pada daun pinus Pinus merkussi Jungh. Et deVries dari Desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta
Kabupaten Samosir yang dianalisis secara GC-MS ? 2. Bagaimanakah aktifitas antibakteri minyak atsiri daun Pinus terhadap
Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa yang diuji dengan metode difusi agar ?
Universitas Sumatera Utara
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk menentukan komponen minyak atsiri yang terkandung di dalam daun pinus segarsecara GC-MS
2. Untuk menguji aktivitas antibakteri minyak atsiri daun pinusterhadap Staphylococus aureus dan Pseudomonas aeruginosa menggunakan metode difusi
agar
1.4.Pembatasan Masalah
1. Penentuan komponen minyak atsiri daun pinus segar dari desa Sijambur Kecamatan Ronggurnihuta Kabupaten Samosir yang tumbuh selama 2 tahun
yang telah diisolasi dengan alat Stahl dan dianalisis dengan GC-MS 2. Minyak atsiri daun pinus diuji sifat antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus
aureus dan Pseudomonas aeruginosa dengan metode difusi agar
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai aktivitas antibakteri minyak atsiri daun pinus terhadap Staphylococus aureus dan Pseudomonas
aeruginosa. Dengan demikian daun pinus dapat dimanfaatkan sebagai penghasil minyak atsiri yang dapat digunakan sebagai antibakteri sehingga lebih bermanfaat dan
tidak lagi sebagai limbah.
1.6. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Organik FMIPA -USU Medan. Uji antibakteri dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi USU, analisis
GC-MS dilakukan di Laboratorium FMIPA-UGM Yogyakarta.
Universitas Sumatera Utara
1.7. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui eksperimen laboratorium. Dimana minyak atsiri daun pinus diperoleh dengan metode Hidrodestilasi menggunakan alat Sthal. Minyak atsiri
yang diperoleh dipisahkan dari lapisan airnya kemudian ditambahkan Na
2
SO
4
anhidrous bertujuan untuk menyerap kandungan airnya, yang masih terikat kemudian didekantasi. Minyak atsiri yang diperoleh dianalisis dengan metode GC-MS untuk
mengetahui komponen kimianya, serta dilakukan pengujian aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa menggunakan metode
difusi agar.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Tanaman Pinus
Pinus merkusii Jungh. et deVries
Pinus merkusii Jungh. et deVries merupakan satu-satunya jenis pinus yang tumbuh di Indonesia salah satunya tumbuh di Sumatera Utara dan sebaran alaminya sampai di
Asia Tenggara antara lain Laos, Kamboja, Thailand, Vietnam, dan diFlipina.Pinus merkusii Jungh.et deVries termasuk suku Pinacea nama daerah Pinus Jawa, tusam
Sumatera Siregar, 2005. Pohon pinus tersebut pertama kali ditemukan di daerah Sipirok, Tapanuli Selatan Sumatera Utara seorang ahli botani dari Jerman oleh
Dr.F.R.Junghuhn pada tahun 1841.Tumbuhan ini tergolong jenis cepat tumbuh dan tidak membutuhkan persyaratan yang khusus Harahap, 2000.
Deskripsi botani pinus pada umumya batang berkayu, bulat, keras, bercabang horizontal, kulit retak-retak seperti saluran dan berwarna cokelat, daunya majemuk
dan bentuk jarum Agusta,2000 memiliki buah dengan perisai ujung berbentuk jajaran genjang, akhirnya merenggang, Steenis and Van, 2003 tinggi kisaran 20-40
m dan diameter 30-60 cm Hidayat dan Hansen, 2001.
Gambar 2.1.Tanaman Pinus merkusii
Universitas Sumatera Utara
Sistematika klasifikasi tanaman pinus adalah sebagai berikut: Kingdom
: Plantae Divisio
: Spermatophyta Class
: Pinopsida Ordo
: Pinales Famili
: Pinaceae Genus
: Pinus Spesies
: Pinus merkusii Jungh. et deVries Nama lokal
: Pinus Pinus merkusii dapat tumbuh di tanah kurang subur, tanah berpasir, dan tanah berbatu,
dengan curah hujan tipe A-C pada ketinggian 200-1.700 m diatas permukaan laut.Di hutan alam masih banyak ditemukan pohon besar berukuran tinggi 70 m dengan
diameter 170 cm Harahap dan Izudin, 2002.
2.1.1. Manfaat Pinus
Pinus merkusii Jungh.et deVries atau sering disebut dengan tusam salah satunya jenis pohon industri yang mempunyai produk tinggi dan merupakan prioritas jenis tanaman
untuk reboisasi dapat menghasilkan daun 12,56-16,65 tonhektar Komarayati et all2002. Pinus termasuk dalam jenis pohon serba guna yang terus-menerus
dikembangkan dan diperluas masa penanamanya masa mendatang untuk penghasil kayu produksi, getah dan konservasi lahan Dahlian dan Hartoyo,1997. Kayunya
dapat dimanfaatkan menjadi bahan konstruksi, korek api, pulp, kertas serat panjang. Bagian batangnya dapat disadap untuk mengambil getahnya dan diproses lebih
lanjut dengan penyulingan menghasilkan gondorukem sebagai komponen utama dan terpentin sebagai hasil samping. Gondorukem telah banyak diperdagangkan untuk
keperluan dalam negeri dan ekspor Sastrohamidjojo, 2004 yang dapat digunakan sebagai bahan membuat sabun, resin dan cat Dahlian dan Hartoyo, 1997 sementara
terpentin yang dihasilkan berupa bagian minyak atsiri yang dapat digunakan dalam bidang farmasi ataupun industri, bidang farmasi minyak terpentin dari pinus memiliki
komponen utama α-pinen yang bersifat sebagai anti jamur, antiseptikantibakteri, serta potensi untuk mengurut otot dan persendian yang mengalami depresi Sutiya,2006.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penelitian Erindyah, 2003, daun pinus juga sudah terbukti mempunyai efek antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli.
2.1.2. Minyak Atsiri Pinus
Minyak terpentin yang diperoleh dari tanaman-tanaman bermarga pinus famili Pinaceae yang terbagi dalam 80-90 jenis spesies Gunawan dkk,2004 yang sering
disebut dengan spirits of turpentine berupa cairan yang mudah menguap, berasal dari penyulingan getah pinus.Minyak terpentin secara garis besar dibagi menjadi dua
jenis, yaitu yang dihasilkan dari getah pinus dan yang dihasilkan dari kayu pohon pinus. Secara umum minyak terpentin dapat diperoleh dengan 4 cara yaitu:
1. Destilasi getah pinus yang diperoleh dengan menyadap pohon pinus yang masih hidup terpentin dari getah.
2. Ekstraksi dari potong-potonganirisan ujung batang pohon pinus yang tua, dilanjutkan dengan destilasi terpentin kayu hasil destilasi uap dan ekstraksi
3. Destilasi destruksi, yaitu destilasi terhadap potongan kayu pinus yang berumur tua terpentin hasil destilasi destruksi
4. Proses sulfat, yaitu permasalahan bubur kayu pinus yang masih berumur muda terpentin kayu hasil proses sulfat Sastrohamidjojo,2004.
Berdasarkan data lembaga Penelitian Hasil Hutan LPHH Bogor melalui proses penyulingan, minyak terpentin Pinus merkusii Jungh.et deVries dapat
menghasilkan 70-85 terpentin komponen utama menghasilkan α-pinen, dan sisanya
te rdiri dari β-pinen, Δ-karen dan δ-longifolen Silitonga, 1976. Terpentin ini berupa
cairan tidak berwarna dengan bau khas dan rasa menggigit, dapat larut dalam alkohol, eter, kloroform dan asam asetat glasial.Terpentin bersifat opstis aktif dengan
pemutaran bidang polarisasi bervariasi, tergantung dari spesies pohon yang menghasilkanya jika di udara terbuka terpentin cenderung teroksidasi membentuk
komplek resin yang berwarna lebih gelap Gunawan dkk, 2004.
2.2. Sumber-sumber Minyak Atsiri
Minyak atsiri merupakan salah satu hasil akhir proses metabolisme sekunder dalam tumbuhan. Tumbuhan penghasil minyak atsiri antara lain Pinaceae, Labiatae,
Compsitae, Lauranceae, Myrataceae, Rutaceae, Piperaceae, Zingeberaceae,
Universitas Sumatera Utara
Umbelliferae, Gramineae. Minyak atsiri terdapat pada setiap bagian tumbuhan yaitu di daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, akar, dan rhizome Ketaren, 1985. Minyak
atsiri yang banyak digunakan dalam industri tertera dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Sumber-sumber Minyak Atsiri Agusta, 2000 Tumbuhan
Bagian Kandungan Nama
Minyak komposisi Senyawa
Acorus calamus rimpang
β-Asaron Kalamenena
Kalamol α-Asarona
Allium sativa umbi
Dialil disulfide Dialil trisulfida
Metil alil trisulfida Metil alil disulfide
Avocado` daun
Metil kanivol gratissima
Citrus limon kulit buah segar 0,1-3
Limonen, β-Pinen, γ-Terpinen, Sitral
Elettaria buah
3-7 α-Terpinil,
Asetat cardamomun
Linalool, Sineol Zingiber
rimpang kering 1,5-3 Zingiberena
officinale β- Seskuifelandrena
β- Felandrena β- Bisabolone
Myristica fragrans biji
5-16 Sabinena, α-Pinena
β-pinena, Terpinena, Miristisin, Elemisin
Eugenia aromatic bunga
15-20 Eugenol, Eugenial
β-Kariofilena, Asetat Lilicium verum
buah 5-8
Anetol, Esdragol
Universitas Sumatera Utara
2.3. Komposisi Kimia Minyak Atsiri