IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

18 pendidikan yang telah dirumuskan dan sesuai pula dengan persyaratan atau harapan lembaga pendidikan pada tingkat berikutnya serta persyaratan yang berlaku di pasar kerja.

C. IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

Implementasi MBS menuntut dukungan tenaga kerja yang terampil dan berkualitas agar dapat membangkitkan motivasi kerja yang lebih produktif dan memberdayakan otoritas daerah setempat serta mengefisiensikan sistem dan menghilangkan birokrasi yang rumit. Keberhasilan implementasi MBS dalam rangka desentralisasi pendidikan sedikitnya dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu efektivtas, efisiensi dan produktivitas. Ketiga dimensi tesebut saling berkaitan adn saling pengaruh-mempengaruhi. Kajian tentang efektivitas pendidikan harus dilihat secara sistemik mulai dari masalah input, process, output dan come, dengan indikator yang tidak hanya bersifat kuantitatif, tetapi juga bersifat kualitatif. Menurut Sergiovanni dalam Mulyasa, 2005:85, efektivitas MBS dapat dilihat dari efektivitas kepala sekolah dalam melaksanakan tugasnya. Efisiensi pendidikan dapat dibedakan menjadi efisiensi internal dan eksternal. Efisiensi internal menunjukkan perbandingan antara prestasi belajar dan masukan biaya pendidikan, sedangkan efisiensi eksternal menunjukkan perbandingan keuntungan finansial pendidikan dengan seluruh jumlah dana yang dikeluarkan untuk pendidikan. Upaya peningkatan efisiensi pendidikan 19 dapat ditentukan oleh dua hal, yaitu manajemen pendidikan yang profesional dan partisipasi dalam pengelolaan pendidikan yang meluas. Menurut Thomas dalam Mulyasa, 2005:93, produktivitas pendidikan dapat ditinjau dari tiga dimensi, yaitu: 1 meninjau produktivitas pendidikan dari segi keluaran administrasi, 2 meninjau produktivitas pendidikan dari segi keluaran perilaku, dan 3 meninjau produktivitas pendidikan dari segi keluaran ekonomis yang berkaitan dengan pembiayaan layanan pendidikan di sekolah. Empat aspek yang harus dipahami dalam mengimplementasikan MBS: 1. Kekuasaan yang dimiliki sekolah. Sekolah dalam hal ini kepala sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar untuk mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan pengelolaan sekolah dibandingkan dengan sistem pendidikan sebelumnya. Pemberian kewenangan secara utuh sebagaimana dalam teori MBS tidak mungkin dilaksanakan dalam waktu singkat, melainkan perlu proses. 2. Pengetahuan dan keterampilan Kepala sekolah dan seluruh warga sekolah perlu menambah pengetahuan dan keterampilan dalam mengimplementasikan MBS, lebih-lebih dalam masa transisi ini yaitu perubahan manajemen yang dikontrol pusat ke MBS. Oleh karena itu kepala sekolah harus memiliki sistem pengembangan SDM lewat berbagai pelatihan atau studi lanjut dalam rangka meningkatkan kinerja sekolah. 20 3. Sistem informasi yang jelas Sekolah yang melaksanakan MBS perlu memiliki sistem informasi yang jelas berkaitan dengan database dan program sekolah. Informasi yang penting untuk dimiliki sekolah antara lain: a visi, misi dan tujuan sekolah, b kemampuan guru dan karyawan, c prestasi dan kegiatan siswa, d peran serta orang tua siswa dan masyarakat dalam pengelolaan sekolah. 4. Sistem penghargaan Sekolah yang melaksanakan MBS perlu menyusun sistem penghargaan untuk semua warga sekolah yang berprestasi. Sistem pengahargaan ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan kinerja warga sekolah dan harus dilakukan secara adil dan merata. Beberapa karakteristik sekolah yang berhasil melaksanakan MBS adalah sebagai berikut Depdiknas, 2003: 1. Kepala sekolah lebih memfungsikan dirinya sebagai fasilitator dan manajer serta mendelegasikan kebijakan dalam proses belajar mengajar kepada guru dan kegiatan administrasi kepada karyawan. 2. Mengubah jadwal kegiatan sekolah sehingga setiap warga dapat berinteraksi akademik dengan warga sekolah yang lain di sekolah. 3. Sekolah memberikan tekanan pada pengembangan kemampuan profesional guru dan kapasitas organisasi sekolah. 4. Selalu mencari upaya untuk melibatkan orang tua siswa dan masyarakat dalam pengelolaan sekolah. 21

D. KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN