Anatomi Telinga Manusia Konsep Pendengaran

beribu-ribu sel rambut yang berfungsi menghantarkan rangsangan suara ke otak. Organ Corti mempunyai sekitar 24.000 sel rambut yag terletak pada membrane basilar. Sel rambut organ Corti adalah sel sensorik yang bertanggung jawab dalam proses pendengaran. Jika sel rambut ini selalu menghantarkan suara dengan frekuensi yang tinggi maka sel rambut akan kelelahan dan kemudian mati. Kerusakan seperti ini adalah ireversibel.

2.1.2 Fisiologi Pendengaran

Gambar: 2.2 Fisologi Pendengaran Bunyi memasuki telinga melalui kanalis auditorius eksternus dan menyebabkan membran timpani bergetar. Getaran menghantarkan suara dan membentuk energi mekanis, melalui gerakan pengungkit osikulus jendela oval. Energi mekanis ini kemudian dihantarkan melalui cairan telinga dalam koklea, dimana akan dikonversi menjadi energi elektrik. Gelombang bunyi yang dihantarkan oleh membran timpani ke osikulus telinga tengah yang akan dipindahkan ke koklea, organ pendengaran, yang terletak didalam labirin telinga dalam. Osikel yang penting, stapes yang menggoyang dan memulai getaran gelombang dalam cairan yang berada di telinga dalam. Gelombang cairan ini, pada gilirannya, mengakibatkan terjadinya gerakan membran basolalis yang akan merangsang sel- sel rambut organ korti dalam koklea, bergerak seperti gelombang. Gerakan membran akan menimbulkan arus listrik yang akan merangsang berbagai daerah koklea. Nervus koklearis membawa informasi sensorik dari sel rambut organ corti ke otak. Sel rambut akan memulai implus saraf yang telah dikode dan kemudian dihantarkan ke korteks auditorius dalam otak, dimana kemudian dikodekan menjadi pesan bunyi Bruner Sudarth, 2002. Batas frekuensi bunyi yang dapat didengar oleh telinga manusia kira-kira dari 20 Hz sampai 20.000 Hz pada amplitudo umum dengan berbagai variasi dalam kurva responsnya. Suara yang sangat keras menyebabkan kerusakan pada sel rambut, karena sel rambut yang rusak tidak dapat tumbuh lagi maka bisa terjadi kerusakan sel rambut progresif dan berkurangnya pendengaran.

2.1.3 Tes Fungsi Pendengaran

Ada 4 cara yang dapat kita lakukan untuk mengetes fungsi pendengaran penderita, yaitu : a. Tes bisik. b. Tes bisik modifikasi. c. Tes garputala. d. Pemeriksaan audiometri.

2.2 Konsep Ambang Pendengaran

Ambang pendengaran adalah suara terendah yang masih dapat didengar. Makin rendah tingkat suara yang terlepas yang dapat didengar berarti makin rendah nilai ambang pendengaran NAP. Hal ini berarti semakin baik pula telinganya. Kebisingan dapat mempengaruhi ambang pendengaran, pengaruh ini bersifat sementara ataupun bersifat menetap Soertito, 2001.

2.2.1 Ganguguan Pendengaran

Gangguan pendengaran adalah perubahan pada tingkat pendengaran yang berakibat kesulitan dalam melaksanakan kehidupan normal, biasanya dalam hal memahami pembicaraan. Secara kasar, gradasi gangguan pendengaran karena bising itu sendiri dapat ditentukan menggunakan parameter percakapan sehari-hari sebagai berikut: Gradasi Parameter: a. Normal : Tidak mengalami kesulitan dalam percakapan biasa 6 m b. Sedang : Kesulitan dalam percakapan sehari-hari mulai jarak 1,5 m c. Menengah : Kesulitan dalam percakapan keras sehari-hari mulai jarak 1,5 m d. Berat : Kesulitan dalam percakapan kerasberteriak pada jarak 1,5 m e. Sangat berat : Kesulitan dalam percakapan kerasberteriak pada jarak 1,5 m f. Tuli total : Kehilangan kemampuan pendengaran dalam berkomunikas Buchari, 2007. Tabel. 2.1 Standar WHO Tentang Gangguan Pendengaran Tahun 2004

2.2.2 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Gangguan Pendengaran

Daya dengar seseorang di dalam menangkap suara dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksterna Tarwaka dkk, 2004. Faktor internal meliputi umur, kondisi kesehatan, maupun riwayat penyakit yang pernah diderita. Faktor eksternal meliputi tingkat intensitas suara disekitarnya, lama terpajan dengan kebisingan, karakteristik kebisingan serta frekuensi suara yang ditimbulkan. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi ambang dengar tersebut, yang paling menonjol adalah faktor umur dan lamanya pemajanan terhadap kebisingan. Dengan bertambahnya umur, sebagian dari sel-sel rambut yang terdapat di telinga bagian dalam ini akan mati karena. Daya dengar subjek pada kelompok umur 20-40 tahun lebih baik. Orang yang berusia lebih dari 40 tahun akan lebih mudah tuli akibat bising Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1990. Lamannya terpapar dengan bising 8 jam per hari dengan intensitas 85 desibel berisiko terkena NIHL. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko kehilangan pendengaran berhubungan dengan terpaparnya kebisingan Tarwaka dkk, 2004: a. Intensitas kebisingan tingkat tekanan suara b. Jenis kebisingan c. Lamanya terpapar per hari Rata-rata pengukuran dB Kategori 25 Normal 26-40 Gangguan ringan 41-60 Gangguan sedang 61-80 Gangguan berat 81 Gangguan sanggat berat

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ASUPAN KAFEIN DENGAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT TIGA SERANGKAI SURAKARTA Hubungan Asupan Kafein dengan Tekanan Darah pada Pekerja Bagian Produksi PT Tiga Serangkai Surakarta.

0 4 15

HUBUNGAN ASUPAN KAFEIN DENGAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA BAGIAN PRODUKSI PT TIGA SERANGKAI Hubungan Asupan Kafein dengan Tekanan Darah pada Pekerja Bagian Produksi PT Tiga Serangkai Surakarta.

0 4 18

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PEKERJA DI BAGIAN PROSES GRINDA DAN PERMESINAN DI PT. BAJA Hubungan Intensitas Kebisingan terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pekerja di Bagian Proses Grinda dan Permesinan Ceper, Klaten J

0 2 16

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENINGKATAN TEKANAN DARAH PEKERJA BAGIAN PROSES GRINDA DAN Hubungan Intensitas Kebisingan terhadap Peningkatan Tekanan Darah Pekerja di Bagian Proses Grinda dan Permesinan Ceper, Klaten Jawa Tengah.

0 4 17

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP PENURUNAN DAYA DENGAR PADA PEKERJA Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Penurunan Daya Dengar Pada Pekerja Di PG. Poerwodadie Magetan.

0 1 17

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA DI PT PERTANI (PERSERO) Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Kenaikan Tekanan Darah Pada Pekerja Di PT Pertani (Persero) Cabang Surakarta.

0 0 16

PENGARUH INTENSITAS KEBISINGAN TERHADAP KENAIKAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA Pengaruh Intensitas Kebisingan Terhadap Kenaikan Tekanan Darah Pada Pekerja Di PT Pertani (Persero) Cabang Surakarta.

0 1 17

HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN KELELAHAN DAN TEKANAN DARAH PADA PEKERJA KERAJINAN TEMBAGA CEPOGO BOYOLALI.

0 0 11

Hubungan kebisingan dan tekanan panas dengan tekanan darah pekerja weaving pt. iskandar indah printing Surakarta COVER

0 2 11

Hubungan Intensitas Kebisingan dan Masa Kerja Terhadap Nilai Ambang Dengar Pada Pekerja di Bagian Produksi PT. WIKA Beton Boyolali - UNS Institutional Repository

0 0 12