antara psikologi dan sastra, yakni keduanya berangkat dari manusia dan kehidupan sebagai sumber kajian. Siswantoro, 2005: 29
Menurut Wiyatmi 2011: 23 Psikologi sastra merupakan salah satu kajian sastra yang bersifat interdisipliner, karena memahami dan mengkaji sastra dengan
menggunakan berbagai konsep dan kerangka teori yang ada dalam psikologi. Dengan memofukskan pada karya sastra, pada sebuah fiksi atau drama, psikologi
karya sastra mengkaji tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Untuk menentukan teori psikologi yang relevan untuk karya sastra
tertentu, pada dasarnya sudah terjadi dialog, yang melaluinya akan terungkap berbagai problematika yang terkandung dalam objek.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas didapatkan bahwa psikologi sastra adalah mengkaji karya sastra yang didukung oleh konsep-konsep dan teori-
teori yang ada dalam ilmu psikologi, karena keduanya mempunyai titik temu mempelajari manusia, meskipun dalam karya sastra berupa tokoh. Berikut
merupakan beberapa konsep-konsep dan teori dalam ilmu psikologi :
1. Halusinasi
Halusiasi adalah pengalaman sensorik yang disebabkan oleh stimuli eksternal aktual. Halusinasi dapat terjadi pada indra mana pun, termasuk
halusinasi yang bersifat auditorik. Banyak yang mengalami halusinasi mendengar suara yang mengomentari perilaku mereka atau memberikan perintah Oltmanns
dan Emery,2013: 127
Halusinasi-halusinasi ini sering bersifat auditoris dan orang mungkin akan mengeluhkan mendengar suara-suara tetapi halusiasi ini dapat juga berupa
penciuman dan rasa. Halusinasi dapat melibatkan melihat hal-hal yang tidak ada., misalnya merasa mendengar perintah dari Tuhan Supratiknya,1995: 73.
Oltmanns dan Emery 2013: 127 mengungkapkan bahwa halusinasi, terutama yang bersifat auditorik, dapat memberikan efek menakutkan namun
terkadang juga dapat menenangkan. Untuk orang normal, halusinasi akan diabaikan, namun pada orang yang terganggu akan terasa sangat nyata, meskipun
tidak ada dasar dalam kenyataan. Mereka dapat bervariasi dalam kaitannya dengan durasi dan tingkat keparahan.
2. Delusional
Delusi adalah kepercayaan aneh yang diyakini secara kaku meskipun tidak masuk akal Maher, 2001. Delusi kadang-kadang didefinisikan sebagai
keyakinan yang keliru yang didasarkan pada inferensi yang salah tentang kenyataan. Definisi ini memiliki sejumlah masalah, termasuk kesulitan
membangun kepercayaan mendasar tentang banyak situasi. Beberapa karakteristik lain penting dalam mengidentifikasi delusi dalam kasus yang paling berat, pasien
delusional mengekspresikan dan membela kepercayaannya dengan keyakinan penuh, bahkan ketika disodori dengan bukti-bukti yang kontradiktif. Banyak
delusi memfokuskan pada isi grandiose muluk-muluk atau paranoid. Oltmanns dan Emery,2013: 127.
Delusi grandeur atau kebesaran ditandai dengan merasa bahwa dirinya punya kemampuan istimewa dan terpanggil dalam misi-misi penyelamatan,
pembaruan sosial-politik, diutus oleh Tuhan ; diluar semua itu dia tampak normal dalam berbicara, beremosi dan bertingkah laku lainnya, serta berkesan
meyakinkan. Delusi juga dapat bersifat persecutory jika pasien membayangkan bahwa orang lain mencoba melukainya atau mencegahnya memenuhi
misinyaSupratiknya, 1995: 75. Menurut Hassan 2003: 24 bahwa delusi adalah kepercayaan atau pikiran
yang tidak berdasar, tidak rasional, biasanya bersiat kemegahan atau kebesaran atau perasaan yang dikejar-kejar. Ini adalah ciri khas paranoia.
3. Perilaku Kriminal