Keadaan Alam Keadaan Penduduk

commit to user 40 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Keadaan Alam

Kota Surakarta atau Kota Solo merupakan salah satu kota besar di provinsi Jawa Tengah yang terletak antara 110°45’15” - 110°45’35” Bujur Timur dan 7°36’ - 7°56’ Lintang Selatan. Wilayah Kota Surakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian kurang lebih 92 m di atas permukaan laut, dengan suhu udara rata-rata berkisar antara 25,9°C sampai dengan 27,9°C dan kelembaban udaranya berkisar antara 71 sampai dengan 87. Wilayah Kota Surakarta atau yang lebih dikenal dengan Kota Solo berbatasan dengan beberapa Kabupaten, yaitu: Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo Sebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar Kota surakarta memiliki luas wilayah sebesar 44,06 km 2 . secara administratif, wilayah Kota Surakarta terbagi menjadi 5 Kecamatan dan 51 Kelurahan, yaitu: Kecamatan Banjarsari dengan 13 Kelurahan, Kecamatan Jebres dengan 11 Kelurahan, Kecamatan Pasar Kliwon dengan 9 Kelurahan, Kecamatan Serengan dengan 7 Kelurahan, dan Kecamatan Laweyan dengan 11 Kelurahan. Kecamatan Banjarsari merupakan Kecamatan terluas dengan luas mencapai 33,83 dari luas Kota Surakarta. Sebagian besar lahan di Kota Surakarta digunakan sebagai tempat pemukiman, yaitu 61,68. Sedangkan kegiatan ekonomi juga menempati tempat yang cukup besar, yaitu kurang lebih 20 dari luas lahan yang ada di Kota Surakarta Badan Pusat Statistik Kota Surakarta, 2009.

B. Keadaan Penduduk

Berdasarkan data BPS tahun 2009, Kota Surakarta mempunyai jumlah penduduk 528.202 jiwa. Jika dibandingkan dengan luas wilayahnya yang commit to user 41 seluas 44,06 km 2 , kepadatan penduduk Kota Surakarta adalah sebesar 11.993 jiwakm 2 . 1. Pertumbuhan Penduduk Laju pertumbuhan penduduk di suatu daerah dipengaruhi oleh jumlah kelahiran, jumlah kematian, dan migrasi yang terjadi di daerah tersebut. Pertumbuhan penduduk Kota Surakarta tahun 2004-2009 ditampilkan pada tabel berikut : Tabel 5. Perkembangan Penduduk Kota Surakarta Tahun 2004 – 2009 Tahun Jumlah Penduduk jiwa Persentase Pertumbuhan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 510.711 534.540 502.898 515.372 522.935 528.202 - 4,59 -6,09 2,40 1,46 1,01 Rata-rata 519.110 0,67 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta Dari Tabel 5. dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah penduduk Kota Surakarta tahun 2004 – 2009 adalah 519.110 jiwa. Pada tahun 2006 terjadi penurunan jumlah penduduk sebesar 6.09. Hal ini dapat disebabkan karena adanya kesalahan dalam pencatatan seperti pada saat registrasi, banyak penduduk yang tidak tercatat atau melaporkan kejadian demografi yang dialaminya seperti kematian, kelahiran maupun kepindahan Out Migran . Sedangkan pertumbuhan penduduk Kota Surakarta rata-rata sebesar sebesar 0,67. 2. Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu indikator kemajuan masyarakat. Apabila penduduk di suatu daerah telah mengenyam pendidikan, maka potensi untuk pengembangan daerah tersebut besar. Tingkat pendidikan di suatu daerah dipengaruhi antara lain oleh kesadaran akan pentingnya pendidikan dan keadaan sosial ekonomi serta ketersediaan sarana pendidikan yang ada. Keadaan penduduk Kota Surakarta menurut tingkat pendidikan dapat diamati pada tabel berikut : commit to user 42 Tabel 6. Penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja Menurut Tingkat Pendidikan di Kota Surakarta Tahun 2009 Tingkat Pendidikan Jumlah jiwa Persentase Belum pernah sekolah Tidak tamat SD SDMI SMP UmumTsanawiyah SMPKejuruan SMUSMA SMK Diploma III AkademiD.III D.IVS1S2S3 6.418 13.499 32.704 40.761 4.858 64.653 41.812 7.512 12.020 22.531 2,61 5,47 13,25 16,52 1,97 26,20 16,94 3,04 4,87 9,13 Jumlah 246.768 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta Dari Tabel 6 persentase penduduk yang belum pernah sekolah hanya 2,61 dari total jumlah penduduk. Secara mayoritas penduduk Kota Surakarta memiliki tingkat pendidikan tamat SMUSMA sebesar 26,20 dan tingkat pendidikan paling tinggi adalah D.IVS1S2S3 yaitu sebesar 9,13. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Surakarta memiliki kesadaran pendidikan yang cukup tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya jumlah penduduk yang tidak bersekolah atau belum pernah bersekolah. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi jenis pekerjaan dan kemudian juga akan mempengaruhi pendapatan penduduk. Semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk maka jenis pekerjaannya semakin baik dan pada akhirnya pendapatan yang diterima oleh penduduk juga akan semakin besar 3. Keadaan Penduduk Menurut pekerjaan Keadaan mata pencaharian penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh sumberdaya yang tersedia dan kondisi sosial ekonomi seperti ketrampilan yang dimiliki, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan dan modal yang tersedia. Menurut data Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 2009, berdasarkan monografi masing-masing Kelurahan Kota Surakarta, commit to user 43 diketahui jumlah penduduk Kota Surakarta menurut mata pencaharian, yang dibagi menjadi sepuluh kategori mata pencaharian dan disajikan psebagai berikut: Tabel 7. Keadaan Penduduk Kota Surakarta Menurut Mata Pencaharian Tahun 2009 Jenis Pekerjaan Jumlah jiwa Persentase Petani sendiri Buruh tani Pengusaha Buruh industri Buruh bangunan Pedagang Pengangkutan PNSPOLRITNI Pensiunan Lain-lain 478 452 9.399 68.556 58.346 33.526 18.644 26.935 19.602 194.011 0,11 0,11 2,18 15,93 13,56 7,79 4,33 6,26 4,55 45,07 Jumlah 430.430 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta Mata pencaharian penduduk suatu daerah dapat digunakan untuk mengetahui kesejahteraan penduduknya. Dari Tabel 7 diketahui bahwa penduduk Kota Surakarta yang bekerja di bidang non pertanian lebih banyak daripada yang bekerja di bidang pertanian. Hal ini disebabkan karena semakin berkembangnya Kota Surakarta sehingga lahan untuk pertanian semakin menyempit dan beralih fungsi menjadi perumahan, pabrik industri, dan bangunan sarana perekonomian. Kenyataan ini juga ditunjukkan dengan paling banyaknya jumlah penduduk yang bermata pencaharian di bidang lain-lain yaitu dengan persentase 45,07, termasuk di dalamnya adalah sektor jasa. Dengan semakin banyaknya penduduk yang bekerja dan berkurangnya pengangguran maka diharapkan dapat meningkatkan pendapatan per kapita. Dimana apabila pendapatan semakin meningkat maka daya beli masyarakat juga akan meningkat. commit to user 44 4. Keadaan Penduduk Menurut Umur Keadaan penduduk menurut umur bagi suatu daerah dapat digunakan untuk mengetahui besarnya penduduk yang produktif dan angka beban tanggungan dependency ratio . Keadaan penduduk Kota Surakarta menurut kelompok umur ditampilkan pada Tabel 8: Tabel 8. Keadaan Penduduk Kota Surakarta Menurut Umur Tahun 2009 Umur tahun Jumlah jiwa Persentase 0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 34.496 41.310 40.815 43.741 54.427 43.981 37.659 41.787 41.298 39.605 35.477 25.746 14.575 33.285 6,53 7,82 7,73 8,28 10,30 8,33 7,13 7,91 7,82 7,50 6,72 4,87 2,76 6,30 Jumlah 528.202 1 00,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Surakarta Tabel 8 menunjukkan bahwa persentase terbesar penduduk Kota Surakarta adalah penduduk usia produktif yaitu antara 15–59 tahun sebesar 68,86 dari total jumlah penduduk, sedangkan penduduk usia belum produktif dan non produktif sebesar 31,14 dari total jumlah penduduk. Angka beban tanggungan dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah penduduk usia non produktif dengan jumlah penduduk usia produktif. Dari data jumlah penduduk usia produktif dan non produktif dapat dihitung Angka Beban Tanggungan ABT yaitu perbandingan antara jumlah usia non produktif dengan jumlah penduduk usia produktif Dari hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran diketahui Angka Beban Tanggungan ABT penduduk di Kota Surakarta adalah sebesar 45,22 artinya setiap 100 penduduk usia produktif di Kota commit to user 45 Surakarta harus menanggung ± 45 penduduk usia belum produktif dan non produktif. Menurut Mantra 2003 tingginya ABT merupakan faktor penghambat pembangunan ekonomi, karena sebagian dari pendapatan yang diperoleh oleh golongan produktif harus dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang belum produktif ataun sudah tidak produktif lagi. 5. Pendapatan Per Kapita Salah satu indikator tingkat kesejahteraan penduduk di suatu wilayah adalah tingkat pendapatan per kapita. Konsep pendapatan per kapita biasanya digunakan untuk mengembangkan pengertian yang lebih baik mengenai peranan pendapatan dalam menentukan pengeluaran keseluruhan untuk berbagai produk. Dalam penelitian pemasaran, pendapatan per kapita yang disesuaikan menurut jumlah anggota keluarga mungkin meningkatkan kemungkinan peramalan pembelian terhadap barang dan jasa karena berhubungan dengan pendapatan Engel et al .,1994. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Surakarta tahun 2009, maka dapat diketahui pendapatan per kapita Kota Surakarta sebagai berikut : Tabel 9. Pendapatan per Kapita Penduduk Kota Surakarta Tahun Pendapatan Per Kapita Menurut Harga Konstan 2005 2006 2007 2008 2009 6.624.197,37 6.903.019,84 7.209.440,24 7.541.529,63 7.884.994,63 Sumber: BPS Surakarta 2009 Berdasarkan Tabel 9. di atas dapat dikatakan bahwa pendapatan per kapita Kota Surakarta terus mengalami peningkatan mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2009. Hal ini karena semakin membaiknya kondisi perekonomian di Kota Surakarta. Meningkatnya pendapatan per kapita Kota Surakarta akan memberikan dampak terhadap peningkatan daya beli dan kesejahteraan hidup penduduknya. commit to user 46

C. Keadaan Sarana Perekonomian