Hubungan Pola Makan Vegetarian Terhadap Status Periodontal Di Maha Vihara Maitreya, Medan, Sumatera Utara.

(1)

Hubungan Pola Makan Vegetarian Terhadap Status Periodontal

di Maha Vihara Maitreya, Medan, Sumatera Utara.

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

SITI AISHAH ABU BAKAR NIM: 080600129

DEPARTEMEN PERIODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2013

Siti Aishah

Hubungan pola makan vegetarian terhadap status periodontal di Maha Vihara Maitreya, Medan, Sumatera Utara.

xxxviii + 35 Halaman

Pola makan vegetarian mempunyai prinsip dasar mirip dengan pola makan empat sehat lima sempurna hanya berbeda pada jenis protein yang dikonsumsi. Didapati kebersihan rongga mulut pada vegetarian lebih baik berbanding non-vegetarian. Ketidakseimbangan nutrisi secara tidak langsung memberi pengaruh terhadap perkembangan, daya tahan, atau membaiki jaringan periodonsium. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status periodontal pada kelompok vegetarian dan melihat perbedaan status periodontal pada kelompok vegetarian dan non-vegetarian di Medan.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif cross-sectional. Penelitian ini dilakukan pada 40 orang vegetarian dan 40 orang non-vegetarian di Maha Vihara Maitreya, Medan. Pengambilan data dilakukan dengan memberi wawancara, pengisian kuesioner oleh sampel dan pemeriksaan klinis untuk melihat status periodontal, yaitu dengan menggunakan indeks OHIS, indeks plak, dan indeks gingiva. Data yang diperoleh dianalisa dengan uji Mann-Whitney dan uji T.

Hasil penelitian didapat ada hubungan yang bermakna antara pola makan vegetarian dengan status periodontal dan pengamal pola makan vegetarian mempunyai status periodontal yang baik berbanding yang non-vegetarian.

Kata kunci : vegetarian; indeks OHIS; indeks plak; indeks gingiva


(3)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2013

Siti Aishah

Relationship of vegetarian diet on periodontal status in Maha Vihara Maitreya, Medan, North Sumatra.

xxxviii + 35 Pages

Vegetarian diets have a similar basic principle diet of ‘Empat sehat lima sempurna’ diet and it only differ in the type of protein consumed. Oral hygiene was found to be better in vegetarian versus non-vegetarian. Nutritional imbalances indirectly have an influence on the development, endurance, or periodontium tissue repair. The purpose of this study was to determine the periodontal status in vegetarian group and to find out the differences in periodontal status of vegetarians and non-vegetarians in Medan.

This is a descriptive cross-sectional research. The study was conducted on 40 vegetarians and 40 non-vegetarians in Maha Vihara Maitreya, Medan. Data retrieval is done by giving interviews and questionnaires to samples and also clinical examinations to find out the periodontal status, using OHIS index, plaque index, and gingival index. The data obtained were analyzed with Mann-Whitney test and T-test.

The results obtained show a significant association between vegetarian diet and periodontal status. Vegetarians has a good periodontal status compare to non-vegetarians.

Key words : vegetarian; OHIS index; plaque index; gingival index


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 2013

Pembimbing : Tanda tangan

1. Irmansyah R., drg., PhD ………. NIP : 19540210 198303 1 002

2. Krisna Murthy Pasaribu, drg., Sp.Perio ……….. NIP : 19461125 197703 1 001


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 27 Februari 2013

TIM PENGUJI

Tanda Tangan

KETUA : Irmansyah R., drg., PhD ………. NIP : 19540210 198303 1 002

ANGGOTA : 1. Krisna Murthy Pasaribu, drg., Sp.Perio ....………. NIP : 19461125 197703 1 001

2. Zulkarnain, drg., M.Kes ………. NIP : 19551020 198503 1 001


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, serta segala kemudahan yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Irmansyah R., drg., PhD selaku dosen pembimbing skripsi penulis dan Kepala Departemen Periodonsia pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan panduan untuk menulis skripsi ini dengan penuh kesabaran supaya penulis dapat memahami ilmu periodonsia dan aplikasinya kepada masyarakat agar dapat berbakti kepada masyarakat.

2. Krisna Murthy Pasaribu, drg., Sp.Perio, selaku pembimbing kedua dan penguji yang telah banyak memberikan nasihat dan saran yang bermanfaat kepada penulis agar skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Zulkarnain, drg., M.Kes, selaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran dan idea yang bermanfaat kepada penulis agar dapat disusun skripsi dengan lebih teratur.

4. Seluruh pegawai Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebut satu persatu namanya yang telah memberikan bantuan kepada penulis sewaktu menjalani penelitian skripsi.

5. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis, Abu Bakar Mohamud dan Sadiah A.Hamid serta


(7)

seluruh keluarga besar atas segala kasih sayang, doa, bimbingan, semangat, serta dukungan baik moril maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis.

6. Teman-teman seperjuangan, Vidyavati, Nur Adila, Kirandeep, Azi Pertiwi, Thilages, Cecilia, dan Wong Chun Kiat yang telah membantu memberi dukungan moral dan membantu di lapangan. Tidak lupa juga jutaan terima kasih buat teman lain yang memberi sokongan sehingga penulis mampu menyiapkan skripsi dengan baik.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan mutu kesehatan gigi masyarakat.

Medan, 27 Februari 2013

Penulis,

NIM. 080600129 (Siti Aishah Abu Bakar)


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR……… xi

DAFTAR LAMPIRAN……… . xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Hipotesis ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3


(9)

2.1 Nutrisi Yang Dibutuhkan ... 4

2.1.1 Karbohidrat ... 4

2.1.2 Protein ... 4

2.1.3 Lemak ... 4

2.1.4 Vitamin ... 5

2.1.5 Mineral ... 9

2.1.6 Serat ... 11

2.2 Jumlah Asupan Makanan Vegetarian dan Non-vegetarian ... 12

2.3 Ketidakseimbangan Nutrisi Pada Vegetarian... 12

2.4 Gambaran Klinis Gingiva Normal Dengan Gambaran Mikroskopis ... 13

2.4.1 Warna ... 13

2.4.2 Besar ... 13

2.4.3 Kontur ... 13

2.4.4 Konsistensi ... 14

2.4.5 Tekstur Permukaan ... 14

2.4.6 Posisi ... 14

2.5 Gambaran Klinis Gingiva Patologis Dengan Gambaran Mikroskopis ... 14

2.5.1 Gambaran Klinis ... 14

2.5.2 Gambaran Mikroskopis ... 15

2.6 Plak dan Higiena Oral ... 15


(10)

2.7.1 Pengaruh Tekstur Makanan Terhadap

Status Periodontal ... 16

2.7.2 Pengaruh Ketidakseimbangan Nutrisi Pada Jaringan Periodontal ... 16

2.8 Kerangka Teori... 18

2.9 Kerangka Konsep ... 19

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 20

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 20

3.2.2 Waktu Penelitian ... 20

3.3 Populasi dan Sampel ... 21

3.3.1 Penetapan Populasi ... 21

3.3.2 Besar Sampel ... 21

3.4 Variabel dan Definisi Operasional ... 22

3.4.1 Variabel ... 22

3.4.2 Definisi Operational ... 22

3.5 Metode Pengumpulan Data/Pelaksanaan Penelitian ... 25

3.5.1 Alat dan Bahan Penelitian ... 25

3.5.2 Alur Penelitian ... 26

3.6 Pengolahan dan Analisis Data ... 27


(11)

BAB 5 PEMBAHASAN ... 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... xiii


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perbedaan jumlah asupan makanan

vegetarian dan non-vegetarian ... 12

2. Tabel Rasio Prevalensi Status Kesehatan Periodontal

Pada Vegetarian dan Non-Vegetarian ... 20

3. Level Higiena Oral ... 23

4. Kriteria Skor Indeks Gingiva ... 25


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Skema Alur Penelitian... 26 2. Persentase frekuensi responden vegetarian

dan non-vegetarian mengkonsumsi sayur-sayuran,

buah-buahan, dan daging, telur, ikan atau kacang ... 29 3. Hasil uji Mann-Whitney ... 30 4. Perbedaan rerata dan standar deviasi skor indeks OHIS,

indeks plak dan indeks gingiva pada kelompok vegetarian

dan non-vegetarian ... 31 5. Rasio prevalensi higiena oral, indeks plak dan indeks


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Surat Komisi Etik

2. Surat Keterangan Maha Vihara Maitreya

3. Lembar Penjelasan Kepada Calon Subjek Penelitian

4. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) 5. Kuesioner Penelitian

6. Formulir Pemeriksaan Klinis Status Periodontal 7. Output Analisis


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pola makan vegetarian mempunyai prinsip dasar mirip dengan pola makan empat sehat lima sempurna hanya berbeda pada jenis protein yang dikonsumsi. Pada pola makan vegetarian, protein hewani disubstitusi sebagian dengan protein nabati. Disebut substitusi sebagian karena ada tipe vegetarian yang mengonsumsi telur dan susu.

Vegetarian mempunyai dua pengertian, yakni sebagai kata benda dan kata sifat. Sebagai kata benda, berarti orang yang berpantang makan daging, tetapi hanya makan sayur-sayuran dan bahan nabati lainnya. Sebagai kata sifat, vegetarian berarti tidak mengandung daging atau kebiasaan berpantang daging.

1

2

International Vegetarian Union (IVU) mendefinisikan vegetarian sebagai

seseorang yang hidup dengan berbagai produk tumbuhan(nabati), dengan atau tanpa mengonsumsi susu dan telur serta produk olahannya, tetapi secara keseluruhannya, menghindari penggunaan daging segala jenis hewan.3

The American Dietetic Association (ADA) pula mendefinisikan diet

vegetarian sebagai diet yang tidak mengandung daging, ikan, dan makanan laut. ADA juga berpendapat bahwa diet vegetarian dapat memberi manfaat terhadap kesehatan dan dapat mencegah serta merawat beberapa penyakit jika diet ini diatur dengan baik dan benar.

International Vegetarian Union (IVU) membagi vegetarian dalam tiga

kelompok utama, yaitu :

4


(16)

1. Vegan yaitu vegetarian murni yang tidak mengonsumsi semua makanan hewani, tetapi mengonsumsi makanan nabati seperti sayur-sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

2. Lakto-vegetarian yaitu vegetarian yang masih mengonsumsi susu beserta produk olahannya.

3. Lakto-ovo-vegetarian yaitu vegetarian yang masih mengonsumsi susu dan telur beserta produk olahannya.

Nutrisi berperan dalam pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan tubuh termasuk karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Diet vegetarian pada umumnya tinggi dengan karbohidrat, serat, folat, vitamin C, dan vitamin E.5 Tetapi, rendah dalam protein, vitamin B12, vitamin D, seng, besi, dan kalsium.6 Menurut

Kundu D dkk., vegetarian mempunyai status periodontal yang baik daripada non-vegetarian.7 Tingkat kebersihan gigi dan mulut vegetarian juga lebih baik.8 Ketidakseimbangan nutrisi tidak menyebabkan penyakit periodontal tetapi nutrisi secara tidak langsung memberi pengaruh terhadap perkembangan, daya tahan, atau membaiki jaringan periodonsium.5

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka timbul permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ada pengaruh pola makan vegetarian terhadap status periodontal (OHIS, indeks plak, dan indeks gingiva)?

2. Apakah ada perbedaan status periodontal (OHIS, indeks plak, dan indeks gingiva) pada kelompok vegetarian dan non-vegetarian?


(17)

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk melihat pengaruh pola makan vegetarian dengan status periodontal pada kelompok vegetarian.

2. Untuk melihat perbedaan status periodontal pada kelompok vegetarian dan non-vegetarian.

1.4 Hipotesis

Adanya pengaruh pola makan vegetarian terhadap status periodontal.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Memberi informasi kepada masyarakat yang mengamalkan diet vegetarian tentang pentingnya kebersihan dan kesehatan gigi dan rongga mulut walaupun kelompok ini secara umumnya hanya mengonsumsi sayur-sayuran dan bahan nabati lainnya.

2. Memberi informasi kepada masyarakat yang ingin mula menjalani diet vegetarian dalam pola makan sehari-hari.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nutrisi Yang Dibutuhkan 2.1.1 Karbohidrat

Karbohidrat merupakan senyawa organik yang mengandung elemen hidrogen, oksigen dan karbon.9 Karbohidrat berperan sebagai sumber energi, memastikan suplai glikogen mencukupi, memproduksi asam amino tidak esensial dari protein, membantu metabolisme lemak, dan mempermudah pencernaan makanan. Jumlah asupan yang direkomendasi untuk orang dewasa adalah 130 gr per hari.5 Antara sumber makanan yang menjadi sumber utama karbohidrat adalah susu, gandum, buah-buahan, dan sayur-sayuran.

2.1.2 Protein

10

Protein merupakan senyawa organik yang tersusun dari asam amino. Protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen dan nitrogen.9 Protein penting dalam pertumbuhan sel baru, memperbaiki sel, memproduksi senyawa esensial, meregulasi keseimbangan cairan, resistensi terhadap penyakit, bertindak sebagai transpor dalam suatu mekanisme, dan sebagai sumber tenaga.5 Protein penting dalam memelihara kesehatan periodontal, menyembuhkan dan memperbaiki tisu selepas trauma atau pembedahan periodontal. Jumlah asupan protein yang direkomendasi bagi laki-laki dewasa adalah 56gr/hari dan wanita dewasa adalah 46gr/ hari. Tetapi ini tergantung besar tubuh dan level aktifitas dalam sehari. Jumlah asupan seseorang meningkat pada periode pertumbuhan, pada ibu hamil dan ibu menyusui.9 Makanan sumber protein adalah daging, ayam, kedelai, dan kacang-kacangan.5

2.1.3 Lemak

Lemak adalah senyawa organik yang tersusun dari karbon, hidrogen dan oksigen. Lemak terbagi kepada 3 tipe yaitu, trigleserida, fosfolipid dan sterol.9 Lemak merupakan sumber energi dalam tubuh manusia, melarutkan vitamin A, D, E, dan K,


(19)

dan memperbaiki rasa enak pada makanan. Nilai asupan yang direkomendasi untuk orang dewasa adalah 20-35% tergantung penggunaan energi/aktifitas seseorang. Antara makanan sumber lemak termasuk susu, ayam, telur, dan minyak.

2.1.4 Vitamin

5

Vitamin A merupakan nutrisi organik yang dibutuhkan dalam kuantitas yang kecil. Vitamin tidak berperan sebagai suplai energi tapi membantu dalam proses metabolisme dalam tubuh.9

1. Vitamin A

Vitamin A (retinoids) membantu menjaga kesehatan mata, kulit, menghindar kanker, dan mempertinggi daya tahan tubuh terhadap infeksi.5 Malnutrisi vitamin A menyebabkan niktalopia (rabun malam), xerophthalmia, mukosa oral menjadi kering, glositis, kalsifikasi pulpa, hipoplasia enamel, kecacatan dentin dan mengalami masalah kulit seperti jerawat. Pada asupan vitamin A yang tinggi menyebabkan hipervitaminosis sehingga menimbulkan manifestasi seperti rambut rontok, mual dan sakit kepala yang parah.9,11 Jumlah asupan yang direkomendasi untuk lelaki adalah 900µ g dan wanita adalah 700µ g. Orang dewasa jarang mengalami kekurangan vitamin A karena dapat disimpan di hati melainkan seseorang tidak mengkonsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan secara adekuat. Vitamin A dapat diperoleh dari hati sapi, hati ayam, kentang, wortel, bayam, dan telur.

2. Vitamin D

5

Vitamin D bertindak sebagai hormon. Vitamin D membantu dalam absorpsi dan meregulasi kalsium.5 Malnutrisi vitamin D menyebabkan penyakit riket di kalangan anak-anak, yaitu tulang yang tidak mengalami proses kalsifikasi sempurna dan penyakit osteomalasia pada orang dewasa dan mudah fraktur.9,11 Jumlah asupan yang direkomendasi untuk orang dewasa adalah 40 IU. Tubuh manusia mampu memproduksi vitamin D secukupnya dengan terpapar dibawah sinar matahari, dan terdapat dalam berbagai jenis makanan. Contoh makanan sumber vitamin D adalah minyak ikan, ikan sardin, susu, dan telur.5 Asupan vitamin D pada kadar tinggi menyebabkan hipervitaminosis yang terlihat timbulnya simptom seperti mual, anoreksia, masalah konstipasi, poliuria dan kalsifikasi metastatis.11


(20)

3. Vitamin E

Vitamin E berperan dalam melindungi integritas membrana sel normal, mencegah hemolisis sel darah merah, meningkatkan respon imun pada orang tua, sebagai anti-oksidan, melindung vitamin A,C, β-karotin, dan asam lemak tak jenuh dari oksidasi.5,11 Kekurangan asupan vitamin E menyebabkan hemolisis eritrosit dan anemia.9 Jumlah asupan direkomendasi untuk individu dewasa adalah 15 mg kecuali pada ibu yang menyusui. Makanan sumber vitamin E adalah seperti sereal, tomat, ubi jalar, dan kacang kiring.

4. Vitamin K

5

Vitamin K disebut sebagai vitamin anti-hemoragik.11 Vitamin K berfungsi sebagai katalisator untuk sintesis pembekuan darah dimana bertindak sebagai mengekalkan level protrombin. Nilai protrombin rendah akan menyebabkan gangguan pembekuan darah.5 Malnutrisi vitamin K menyebabkan pendarahan dan pada wanita dapat mengurangkan massa tulang.9 Jumlah asupan yang direkomendasi untuk laki-laki adalah 120 µg dan wanita adalah 90 µg. Antara makanan sumber vitamin K adalah bayam, brokoli, dan kol.

5. Vitamin C

5

Vitamin C berperan dalam memproduksi kolagen yang berkait dengan penyembuhan luka, menguatkan tisu, mempromosi integritas kapilari, membantu produksi sel darah merah dengan meningkatkan absorpsi besi, meningkat respon imun, dan bertindak sebagai anti-oksidan dalam banyak reaksi fisiologik.5 Kekurangan asupan vitamin C menyebabkan terjadinya penyembuhan luka yang lambat, kulit menjadi kasar dan penyakit skurvi, yang ditandai dengan pembengkakan dan pendarahan gingiva.9 Jumlah asupan direkomendasi untuk laki-laki adalah 90 mg dan 75 mg untuk wanita. Contoh makanan kaya vitamin C adalah buah-buahan sitrus seperti jeruk, papaya dan jambu biji.

6. Vitamin B

5,11

Vitamin B

1

1 bertindak sebagai koenzim dalam metabolism energi untuk

membantu organ lain seperti otak, syaraf, otot dan jantung berfungsi seperti normal.5 Malnutrisi vitamin B1 menyebabkan oedema akibat gagal jantung kongestif dan


(21)

penyakit beri-beri yang dapat memberi kesan buruk terhadap sistem kardiovaskular dan sistem syaraf.9,11 Nilai asupan yang direkomendasi 1,1 mg per hari. Antara makanan yang mengandung vitamin B1 adalah nasi putih, buncis, susu kedelai, dan

roti putih.

7. Vitamin B

5

Vitamin B

2

2 berperan sebagai koenzim dalam metabolism karbohidrat, protein,

dan lemak untuk menghasilkan energi, menjaga kesehatan mata, dan penting dalam sintesis vitamin B3 (niasin).5 Defisiensi vitamin B2 dapat menyebabkan glositis,

angular cheilitis, anemia dan dermatitis pada telinga dan hidung.9,11 Jumlah asupan yang direkomendasi untuk laki-laki adalah 1,3 mg per hari dan wanita adalah 1,1 mg per hari. Vitamin B2 dapat diperoleh dari hati sapi, kacang kedelai, susu, dan bayam.

8. Vitamin B

5

Vitamin B

3

3 penting sebagai koenzim dalam produksi energi. Ia bertindak

dengan vitamin B2 dalam produksi glukosa dan metabolismenya, metabolisme lemak

dan protein.5 Kekurangan vitamin B3 menyebabkan gangguan pencernaan, kurang

selera makan, stomatitis, glositis dan penyakit pelagra yang ditandai dimensia, dermatitis, diare dan kematian.9,11 Nilai yang direkomendasi untuk orang dewasa dalam asupan sehari-hari adalah 14-16 mg. Contoh makanan yang mengandung vitamin B3 adalah daging sapi, ayam, kentang, dan susu.5

9. Vitamin B

Vitamin B

6

6 berperan sebagai koenzim dalam metabolism protein, konversi

triptofan kepada niasin, sintesis hemoglobin, sintesis asam lemak esensial menjadi asam lemak tak jenuh, produksi energi dari glikogen, sintesis neurotransmitter dan membantu sistem syaraf berfungsi dengan baik.5 Malnutrisi vitamin B6 melemahkan

sistem imun, lelah, insomnia, dermatitis, anemia, angular chelitis dan glositis.9 Jumlah asupan yang direkomendasi untuk orang dewasa adalah 1,1-1,7 mg per hari. Antara contoh makanan adalah gandum utuh, daging sapi, ayam, bayam dan kuning telur.

10. Vitamin B

5,11


(22)

Vitamin B12 berfungsi sebagai koenzim dalam sintesis asam nukleat,

metabolisme asam amino, asam lemak, karbohidrat, dan folat. Ia juga diperlukan dalam pembentukan dan regenerasi sel darah merah, sintesis mielin, dan membantu system syaraf berfungsi dengan baik.5 Kekurangan nutrisi vitamin B12 menyebabkan

terjadinya anemia pernisiosa, glositis, stomatitis, xerostomia, kehilangan tulang dan gangguan sensori periferal.9,11 Nilai asupan yang direkomendasi bagi orang dewasa adalah 2,4 µg per hari. Vitamin B12 terdapat dalam hati sapi, ikan salmon, susu, dan

telur.

11. Asam Folat

5

Asam folat penting dalam sintesis RNA dan DNA, dan bersama dengan vitamin B12 dan C dalam mengekalkan level kematangan sel darah merah yang

normal.5 Malnutrisi asam folat menyebabkan gangguan pembagian sel dan respon imun, anemia megaloblastik, diare, glositis dan penyakit periodontal.9 Jumlah asupan yang direkomendasi adalah 400 µg untuk orang dewasa. Makanan seperti gandum utuh, hati sapi, brokoli, dan jeruk mengandung asam folat.

12. Asam Pentotenik

5

Asam pentotenik berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Ia juga penting dalam sintesis hormon. Asupan yang adekuat untuk orang dewasa adalah 5-12 mg per hari. Asam pentotenik terdapat pada makanan gandum utuh, hati ayam, susu, dan brokoli.

13. Biotin

5,11

Biotin berfungsi sebagai koenzim dalam metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak, mengekalkan homeostasis, dan regulasi dalam transkripsi gen.5 Malnutrisi biotin menyebabkan glositis, atropi papila, mukosa oral terlihat pucat, mual, sakit otot, kurang selera makan, kulit bersisik, anemia dan insomnia.9,11 Asupan yang adekuat adalah 10-200 µg per hari. Makanan seperti kuning telur, hati, dan sereal kaya dengan biotin.5


(23)

2.1.5 Mineral 1. Kalsium

Kalsium berperan dalam pembentukan tulang, dalam proses pembekuan darah, transmisi dalam rangsangan saraf, proses relaksasi dan kontraksi otot, permiabilitas membran, dan terlibat dalam beberapa aktivitas enzim.5 Antara efek samping akibat malnutrisi kalsium adalah osteoporosis, tetanus kalsium, riket pada anak-anak, dan tekanan darah tinggi.9 Jumlah asupan kalsium yang adekuat untuk orang dewasa adalah 1000 mg per hari. Kalsium bisa didapat pada susu, susu kedelai, brokoli, dan daging sapi.

2. Fosfor

5

Fosfor dibutuhkan dalam hampir semua metabolisme dalam tubuh, termasuk pemindahan dan pelepasan tenaga dalam bentuk adenosina trifosfat, pembentukan fosfolipid, DNA, RNA, dan metabolisme lemak, karbohidrat, dan protein.5 Defisiensi nutrisi ini jarang terjadi, namun malnutrisi dari fosfor dapat menyebabkan hipokalsifikasi tulang dan lemah otot.9 Jumlah asupan yang direkomendasi untuk orang dewasa adalah 700 mg. Fosfor terdapat pada susu, daging sapi, susu kedelai, dan brokoli.

3. Magnesium

5

Magnesium berperan dalam mengekalkan homeostasis kalsium, metabolisme energi, aktivitas insulin, dan penggunaan glukosa.5 Kekurangan asupan magnesium dapat menyebabkan rasa mual, diare, tetanus, merasa lemah, penurunan tulang alveolar, hipoplasia enamel dan dentin. Jumlah asupan untuk laki-laki dewasa yang direkomendasi adalah 400 mg per hari dan wanita dewasa adalah 310 mg per hari.9 Kacang mete, bayam, dan jagung kaya dengan magnesium.

4. Fluor

5

Fluor penting dalam menjaga kesehatan gigi sebelum dan selepas erupsi gigi. Jumlah asupan yang direkomendasi adalah 3-4 mg per hari. Zat fluor bisa didapat dari air minum yang berflour dan dari beberapa jenis makanan. Fluor terdapat dalam teh, udang, dan nasi putih.5


(24)

5. Natrium

Natrium berperan dalam mengekalkan konsentrasi cairan tubuh yang normal, mengatur keseimbangan asam basa dalam tubuh, dan membantu transmisi ransangan dalam saraf dan serat otot.5 Malnutrisi yodium menyebabkan otot menjadi kejang, mental yang apatis, pusing, kurang selera makan dan mual.9 Jumlah asupan natrium yang adekuat untuk orang dewasa adalah 1500 mg per hari. Natrium terdapat dalam roti bijian utuh(whole-grain), sayur-sayuran, buah-buahan, daging, dan ikan.5

6. Klorida

Klorida membantu natrium dalam menyeimbangkan konsentrasi cairan tubuh, keseimbangan tekanan osmotik dan eloktrolit, berperan dalam pencernaan protein, dan memperbanyak absorpsi besi, kalsium, dan vitamin B12.5 Kekurangan asupan

klorida menyebabkan kejang otot, apatis mental, dan kurang selera makan.9 Jumlah asupan yang adekuat adalah 2300 mg per hari. Sumber utama klorida adalah garam.5

7. Kalium

Kalium berperan dalam menjaga keseimbangan konsentrasi cairan dalam sel, membantu dalam kontraksi otot, membantu transmisi rangsangan saraf, dan memjaga keseimbangan asam basa dalam tubuh.5 Defisiensi kalium menyebabkan hipokalemia, tegang otot, kurang selera makan dan mengalami masalah pencernaan.9 Jumlah asupan yang adekuat untuk orang dewasa adalah 4700 mg per hari. Makanan seperti kentang dan pisang kaya kalium.

8. Besi

5

Zat besi merupakan komponen terpenting dalam hemoglobin selain terlibat dalam konversi β-karotin kepada vitamin A, sintesis kolagen, sintesis asam nukleat, penyingkiran lemak dalam darah, detoksifikasi obat dalam hati, dan memproduksi antibodi.5 Kekurangan asupan zat besi menyebabkan anemia hipokromik dengan resiko pendarahan dan mudah merasa lelah.9 Jumlah asupan yang direkomendasi untuk orang dewasa adalah 8-18 mg per hari. Zat besi bisa didapat dari ayam dan bayam.5


(25)

9. Seng

Seng penting dalam pertumbuhan dan replikasi sel, pertahanan sistem imun, sintesis RNA, DNA, protein, pertumbuhan tulang dan metabolisme mineral. Jumlah asupan seng yang direkomendasi adalah 8-11mg per hari. Makanan seperti hati sapi, kacang-kacangan, susu, dan telur mengandung seng.5

10. Yodium

Yodium berfungsi dalam produksi hormon tiroksin yang meregulasi kadar metabolisme basal yang mampu mempengaruhi kebutuhan nutrisi lain.5 Malnutrisi dari yodium menyebabkan penyakit goiter dan kretinisme yang terjadi pada anak bayi dengan karakteristik seperti retardasi mental, protrusi abdominal, bibir tebal, dan pembesaran lidah.9,10 Jumlah asupan yang direkomendasi adalah 150 µ g per hari. Antara sumber makanan alami yang mengandung yodium adalah makanan laut, dan susu.5

2.1.6 Serat

Serat merupakan komponen makanan yang tidak larut karena enzim dalam salur pencernaan manusia tidak mampu mencerna dan mengabsorpsinya.5 Serat membantu menyediakan massal yang dibutuhkan untuk menjamin peristalsis yang normal. Asupan serat rendah menyebabkan kanker usus besar dan penyakit kardiovaskular.10 Jumlah asupan yang adekuat untuk lelaki dewasa adalah 38 gr per hari dan untuk wanita dewasa adalah 25 gr per hari. makanan seperti brokoli, jeruk, apel yang kaya dengan serat.5


(26)

2.2 Jumlah Asupan Makanan Vegetarian dan Non-Vegetarian

Tabel 1. Perbedaan jumlah asupan makanan vegetarian dan non-vegetarian.12,13 Kelompok Makanan Vegetarian Non-vegetarian Roti, sereal, nasi, pasta 6 – 11 hidangan 6 – 11 hidangan Sayur-sayuran 3 – 5 hidangan 3 – 5 hidangan Buah-buahan 2 – 4 hidangan 2 – 4 hidangan Daging, ikan, telur, dan

kacang-kacangan

2 – 3 hidangan 2 – 3 hidangan

Susu, yogurt, keju 0 – 3 hidangan 2-3 hidangan

Minyak dan gula Digunakan secara

terbatas

Digunakan secara terbatas

2.3 Ketidakseimbangan Nutrisi Pada Vegetarian

Pada vegetarian sering terjadi masalah defisiensi protein, vitamin B12, vitamin

D, kalsium, seng, dan besi.6 Hasil penelitian Venti CA. dkk. menyatakan bahwa pada vegetarian beresiko untuk berlaku defisiensi protein, vitamin B12, dan vitamin D.

Status kalsium, seng, dan zat besi juga umumnya berkurang meskipun jumlah asupannya sama antara vegetarian dan non-vegetarian karena bioavailabilitas mineral ini berkurang ketika mengamalkan diet vegetarian.

Menurut Kundu D dkk. melalui penelitiannya menunjukkan vegetarian mempunyai status periodontal yang baik berbanding non-vegetarian.

14

7

Diet vegetarian juga mempunyai kandungan yang tinggi dalam karbohidrat, serat, folat, vitamin C, dan vitamin E.5 Pada penelitian Helman AD. dkk. membuktikan folat dan vitamin E tinggi dalam diet vegetarian.15 Penelitian dari Janelle KC. dkk. menunjukkan karbohidrat, serat, dan vitamin C tinggi pada vegetarian berbanding pada non-vegetarian.16


(27)

2.4 Gambaran Klinis Gingiva Normal Dengan Gambaran Mikroskopis 2.4.1 Warna

Warna gingiva yang normal adalah merah jambu (coral pink). Warna gingiva adalah dipengaruhi oleh pasok vaskular, ketebalan dan derajat keratinisasi epitel, dan keberadaan sel-sel yang mengandung pikmen (pikmen melanin). Warna gingiva bervariasi antar individu, dan tampaknya berkorelasi dengan pikmentasi pada kulit. Artinya warna gingiva lebih gelap pada individu yang warna kulitnya gelap. Mukosa alveolar yang berbatasan dengan gingiva cekat berbeda sekali warnanya dari gingiva karena warnanya lebih merah. Hal ini disebabkan perbedaan struktur mikroskopisnya. Epitel mukosa alveolar adalah lebih tipis, tidak berkeratin, dan tidak mengandung

rete-peg. Disamping itu jaringan ikat mukosa alveolar tersusun lebih longgar dan

mengandung lebih banyak pembuluh darah. 2.4.2 Besar

17

Besar gingiva tergantung pada banyaknya elemen sel dan interseluler serta pasok vaskularnya. Bertambahnya besar gingiva akibat adanya perubahan jumlah elemen sel dan interseluler maupun pasok vaskular merupakan gambaran yang umum dijumpai pada gingiva yang terinflamasi.

2.4.3 Kontur

17

Kontur atau bentuk gingiva dipengaruhi oleh bentuk gigi geligi dan susunan gigi geligi pada lengkung rahang, lokasi dan besar area kontak proksimal, dan dimensi embrasur gingiva pada vestibular dan sisi oral.Gingiva bebas mengelilingi gigi seperti kerah baju dengan mengikuti pola seperti busur pada permukaan vestibular dan oral. Polanya menjadi seperti garis lurus apabila permukaan giginya relatif datar. Apabila gigi sangat konveks dalam arah mesio-distal (misalnya kaninus maksila atau gigi yang posisinya labio-versi), pola yang seperti busur akan semakin nyata dan posisi tepi gingiva bebas berada lebih ke apikal. Sebaliknya bila posisi gigi linguo-versi, tepi gingiva bebas menjadi datar dan menebal. Bentuk gingiva interdental dipengaruhi oleh kontur permukaan proksimal gigi serta lokasi dan bentuk embrasur gingiva. Bila permukaan proksimal mahkota gigi relatif datar dalam arah vestibular-oral, akar gigi rapat satu sama lain dan tulang interdental tipis dalam


(28)

mesio-distal. Sebaliknya, bila permukaan proksimal gigi cembung, diameter gingiva interdental bertambah lebar. Tinggi gingiva interdental bervariasi tergantung pada lokasi dari kontak proksimal.

2.4.4 Konsistensi

17

Konsistensi gingiva yang normal adalah kaku dan lenting. Konsistensi gingiva cekat yang kaku adalah disebabkan oleh lamina proprianya yang mengandung banyak serat kolagen dan melekat ke mukoperiosteum tulang alveolar. Gingiva bebas meskipun tidak melekat ke tulang alveolar berkonsistensi kaku karena mengandung serat-serat gingiva.17

2.4.5 Tekstur Permukaan

Tekstur permukaan gingiva cekat yang normal adalah seperti kulit jeruk (stippled/stippling), sedangkan tekstur permukaan gingiva bebas adalah licin. Bagian tengah dari gingiva interdental mempunyai tekstur seperti kulit jeruk, sedangkan bagian tepinya licin. Pola dan perluasan stippling adalah bervariasi antar individu dan antar sisi pada satu individu. Stippling tidak begitu jelas pada permukaan oral, dan pada beberapa orang bisa tidak dijumpai. Stippling timbul sebagai akibat adaptasi gingiva untuk menerima fungsi, yang secara mikroskopis disebabkan oleh adanya protuberansia (penonjolan) dan depresi pada permukaan gingiva.

2.4.6 Posisi

17

Dengan posisi gingiva dimaksudkan level dimana tepi gingiva menempel ke permukaan gigi. Pada waktu gigi erupsi ke rongga mulut, tepi gingiva dan sulkus gingival berada pada puncak mahkota gigi, namun dengan terus erupsinya gigi posisi tepi gingiva dan sulkus gingiva semakin dekat ke akar gigi. 17

2.5 Gambaran Klinis Gingiva Patologis Dengan Gambaran Mikroskopis 2.5.1 Gambaran Klinis

Gingiva yang terinflamasi akan menjadi merah. Gingiva menjadi merah tua pada stase inflamasi akut dan merah kebiruan pada inflamasi kronis. Marginal gingiva tampak seperti menggulung dan papila interdental menumpul. Konsistensi


(29)

gingiva berubah menjadi seperti oedema, lunak dan mudah koyak pada inflamasi akut dan keras pada stase kronis. Stippling hilang pada gingiva yang terinflamasi dan terlihat seperti permukaan berkilat. Marginal gingiva meninggi atau terjadi resesi gingiva.

2.5.2 Gambaran Mikroskopis

9

Gingiva menjadi merah karena lapisan epitel menipis, berkurangnya keratinisasi, pembengkakan subepitel salur darah atau proliferasi kapilari. Perubahan kontur terjadi akibat peningkatan cairan tisu (oedema) atau peningkatan elemen seluler (fibrosis). Gingiva berubah menjadi lunak dan mudah koyak karena adanya peninpisan lapisan epitel dan kehilangan keratin. Kehilangan keratin, penipisan epithelium dan akumulasi cairan tisu penghubung menyebabkan stippling pada permukaan gingiva hilang. Oedema dan proliferasi tisu dapat menyebabkan posisi gingiva tampak meninggi atau resesi gingiva akibat abrasi karena menyikat gigi atau malposisi gigi.9

2.6 Plak dan Higiena Oral

Plak dental adalah deposit lunak dalam bentuk biofilm berakumulasi ke permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut seperti restorasi lepasan dan cekat. Lingkungan biofilm tersebut penting artinya karena sering merugikan bagi mikroorganisme dan dapat mempengaruhi sifat-sifat bakteri yang ada disana. Plak dental diklasifikasikan atas plak supragingiva yang berada pada atau koronal dari tepi gingiva dan plak subgingiva yang berada tepat pada tepi gingiva. Plak tampak sebagai massa globular berwarna putih, keabu-abuan, atau kuning. Laju pembentukan plak dipengaruhi oleh faktor seperti higiena oral, dan faktor-faktor pejamu seperti diet, dan komposisi serta laju aliran saliva. 17


(30)

2.7 Pengaruh Diet Terhadap Status Periodontal

Terdapat 2 mekanisme yang menghubungkan diet dengan status periodontal yaitu, jenis tekstur makanan dengan penumpukan plak dan efek ketidakseimbangan nutrisi pada jaringan periodontal.18

2.7.1 Pengaruh Tekstur Makanan Terhadap Status Periodontal

Mengunyah makanan yang keras, kasar, dan berserat seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, membantu menstimulasi aliran saliva.5 Laju aliran saliva pada lakto-ovo-vegetarian lebih tinggi berbanding non-vegetarian.19 Peningkatan saliva dalam mulut akan meningkatkan kebersihan rongga mulut, dan mengurangkan retensi perlekatan sisa makanan. Akumulasi debris berkurang dengan berkurangnya sisa makanan dalam rongga mulut.5 Berbagai buahan segar, setengah-masak, berair, dan berserat dapat menurunkan indeks plak, salah satunya adalah apel.20 Apel disebut sebagai 'sikat gigi alami'. Meskipun mengkonsumsi apel tidak menggantikan keefektifan menyikat gigi dan flossing, tekstur berserat dari apel membantu menjadikannya sebagai pembersih alami untuk gigi ketika menyikat tidak dapat dilakukan.

2.7.2 Pengaruh Ketidakseimbangan Nutrisi Pada Jaringan Periodontal

21

Terdapat perubahan metabolisme yang merugikan pada status nutrisi yang rendah dan meningkatkan kerentanan terhadap masalah jaringan periodontal.

Kekurangan asam folat merusak respon imun dan ketahanan mukosa mulut terhadap serangan organisme patogen.

18

5

Pada asupan folat yang rendah dapat menyebabkan pendarahan gingiva dan dengan adanya asupan folat yang mencukupi dapat mencegah berlakunya gingivitis.22 Folat dapat meningkatkan ketahanan gingiva terhadap iritasi lokal dan mengurangkan peradangan.

Vitamin C berfungsi dalam menjaga kesehatan gingiva. Ia bertindak dalam meningkatkan mekanisme pertahanan pejamu dengan memastikan adanya aktivitas optimal dari sel darah putih.

23

5

Gingiva cenderung berdarah pada asupan vitamin C yang rendah.

Pada asupan protein yang rendah menyebabkan keseimbangan nitrogen menjadi negatif dan tiada cadangan nitrogen yang mencukupi, menurunkan level


(31)

protein dalam darah, dan mengurangkan resistensi jaringan periodonsium terhadap infeksi.5 Pada asupan protein yang rendah dapat menyebabkan terjadinya inflamasi gingiva.25


(32)

2.8 Kerangka Teori

Vegetarian dan non-vegetarian

Nutrisi yang dibutuhkan 1. Karbohidrat

2. Protein 3. Lemak 4. Vitamin 5. Mineral 6. Serat

Ketidakseimbangan nutrisi

Tinggi

1. Karbohidrat 2. Serat 3. Folat 4. Vitamin C 5. Vitamin E Rendah

1. Protein 2. Vitamin B12

3. Vitamin D 4. Kalsium 5. Seng 6. Besi

Pengaruh diet terhadap status periodontal (OHIS, Indeks Plak, Indeks Gingiva)

Ketidakseimbangan nutrisi pada jaringan

periodontal Tekstur makanan


(33)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif cross-sectional, yang bertujuan untuk melihat status kesehatan periodontal pada masyarakat yang mengamalkan pola makan vegetarian.

Tabel 2. Tabel rasio prevalensi status kesehatan periodontal pada vegetarian dan non-vegetarian.

Status kesehatan periodontal

Buruk Baik

Vegetarian a b

Non vegetarian c d

Rasio Prevalensi = a/ (a+b) c/ (c+d)

Jika prevalensi sama, maka rasio = 1.0

Jika prevalensi status kesehatan periodontal lebih tinggi pada vegetarian berbanding non-vegetarian, maka rasio > 1.0

Jika prevalensi status kesehatan periodontal lebih rendah pada vegetarian berbanding non-vegetarian, maka rasio < 1.0

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Maha Vihara Maitreya, Indonesia. 3.2.2 Waktu Penelitian


(34)

2.9 Kerangka Konsep

Status Kesehatan Periodontal - Indeks Plak

- Indeks Higiena Oral Disederhanakan (OHIS) - Indeks Gingiva

Pola Makan Vegetarian

Pola Makan Non Vegetarian


(35)

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Penetapan Populasi

Populasi penelitian adalah masyarakat yang datang ke Maha Vihara Maitreya, yang memenuhi kriteria inklusi. Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah teknik purposive sampling.

I. Kriteria Inklusi

a. Masyarakat vegetarian dan non vegetarian

b. Telah menjalankan pola makan vegetarian minimal selama 5 tahun c. Berumur 25-45

d. Koperatif

e. Warganegara Indonesia II. Kriteria Eksklusi

a. Pengguna piranti ortodonti cekat b. Wanita hamil & menyusui c. Penderita penyakit sistemik d. Alkoholik, mengguna obat-obatan e. Obesitas atau underweight

f. Merokok dan makan sirih 3.3.2 Besar Sampel

N = 2σ 2{ Zα+ Zβ } (

2

µ0 – µ1 ) 2

σ2

α = taraf signifikan 10% 1,64 = standar deviasi 0,52

β = kekuatan uji 20 % 0,842

µ0 – µ1

N = 2 (0,52) { 1,64 + 0,842 }

= 40 % 0,4

( 0,4 )

2

N = 6,40

2

0.16


(36)

3.4 Variabel dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel

I. Variabel bebas

a. Pola makan vegetarian

b. Pola makan non vegetarian (kontrol) II. Variabel terikat

a. Status kesehatan periodontal : Indeks Higiena Oral Disederhanakan (OHIS), Indeks Plak, Indeks Gingiva

III. Variabel kendali a. Tipe vegetarian

b. Warganegara Indonesia IV. Variabel tak terkendali

a. Jenis Kelamin b. Tingkat ekonomi 3.4.2 Definisi Operational

a. Pola makan vegetarian adalah pola makan hanya konsumsi sumber makanan dari tumbuhan dan tidak mengonsumsi sumber makanan dari hewani.3

b. Lakto ovo vegetarian adalah vegetarian yang masih mengonsumsi susu dan telur beserta produk olahannya.

c. Pola makan non vegetarian adalah pola makan konsumsi sumber makanan dari tumbuhan dan hewani.

26

d. Status periodontal diperoleh dengan menggunakan Indeks Higiena Oral Disederhanakan (OHIS), indeks plak dan indeks gingiva.

8

e. Indeks Higiena Oral Disederhanakan (OHIS) adalah untuk mengukur debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi, dan terdiri dari dua komponen. Indeks Debris dan Indeks Kalkulus yang masing-masingnya mempunyai rentangan skor 0-3. Gigi yang diukur hanya ke-enam gigi indeks saja dan tidak semua gigi. Karena itu, indeksnya dinamakan Indeks Higiena Oral Disederhanakan (Simplified Oral Hygiene Index).


(37)

Kriteria skor untuk Indeks Debris dan Indeks Kalkulus adalah seperti berikut :

I. Kriteria skor untuk Indeks Debris 0 : Tidak ada debris / stein.

1 : Debris lunak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi atau adanya stein ekstrinsik tanpa debris pada daerah tersebut. 2 : Debris lunak menutupi lebih dari 1/3 tapi kurang dari 2/3

permukaan gigi.

3 : Debris lunak menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi. II. Kriteria skor untuk Indeks Kalkulus

0 : Tidak dijumpai kalkulus .

1 : Kalkulus supragingiva menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi.

2 : Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 1/3 tetapi belum melewati 2/3 permukaan gigi atau ada flek-flek kalkulus subgingiva sekeliling serviks gigi.

3 : Kalkulus supragingiva menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi atau kalkulus subgingiva mengelilingi serviks gigi.

Indeks Debris diperoleh dengan menjumlahkan skor debris dan membagi dengan jumlah gigi yang diperiksa.Indeks Kalkulus diperoleh dengan menjumlahkan skor kalkulus dan membagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Skor Indeks Higiena Oral diperoleh dengan menjumlahkan nilai Indeks Debris dan Indeks Kalkulus.

Tabel 3. Level higiena oral.

28 28

Level higiena oral Skor OHIS

Baik 0,0 – 1,2

Sedang 1,3 – 3,0


(38)

f. Indeks plak yang diperkenalkan oleh Sillness dan Loe mengukur plak berdasarkan ketebalan penumpukannya. Pengukuran pada setiap gigi dilakukan pada empat sisi yaitu, distovestibular, vestibular, mesiovestibular, dan oral. Skor indeks plak satu gigi dihitung dengan membagi jumlah skor pada keempat sisi dengan empat. Skor indek plak individu dihitung dengan menjumlahkan skor per gigi, lalu dibagi dengan jumlah gigi yang diperiksa. Kriteria pemberian skornya adalah sebagai berikut :

0: tidak ada plak pada daerah gingiva.

1: ada lapisan tipis (tidak dapat dilihat dengan mata telanjang) plak menumpuk ke tepi gingiva bebas dan permukaan gigi yang berdekatan. Plak ditandai hanya dengan menggesek-gesekkan sonde sepanjang permukaan gigi.

2: penumpukan yang sedang dari deposit lunak didalam saku dan tepi gingiva dan/atau permukaan gigi yang berdekatan, yang dapat dilihat dengan mata telanjang.

3: penumpukan yang banyak dari deposit lunak didalam saku dan/atau pada tepi permukaan gigi yang berbatasan.

g. Indeks gingiva yang diperkenalkan oleh Loe dan Silness digunakan untuk menilai derajat keparahan inflamasi. Pengukuran dilakukan pada gingiva di empat sisi gigi-geligi yang diperiksa yaitu, papilla distovestibular, tepi gingiva vestibular, papilla mesiovestibular dan tepi gingiva oral.

27

0: Gingiva normal.

Kriteria untuk penentuan skornya adalah sebagai berikut :

1: Inflamasi ringan pada gingiva yang ditandai dengan perubahan warna, sedikit oedema.

2: Inflamasi gingiva sedang, gingiva berwarna merah, oedema, dan berkilat.

3: Inflamasi gingiva parah, gingiva berwarna merah menyolok, oedematous, terjadi ulserasi.


(39)

Skor untuk setiap gigi diperoleh dengan menjumlahkan skor dari keempat sisi yang diperiksa lalu dibagi dengan empat (jumlah sisi yang diperiksa per gigi). Skor Indeks Gingiva untuk individu diperoleh dengan membagi jumlah skor dari semua gigi yang diperiksa dengan jumlah gigi yang diperiksa. Keparahan inflamasi gingiva secara klinis dapat ditentukan dari skor Indeks Gingiva dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 4. Kriteria Skor Indeks Gingiva

17

17

3.5 Metode Pengumpulan Data/Pelaksanaan Penelitian 3.5.1 Alat dan Bahan Penelitian

I. Alat

Alat yang diperlukan pada penelitian ini adalah : a. Kaca mulut

b. Sonde c. Pinset d. Masker e. Sarung tangan f. Senter

g. Lembar catatan data II. Bahan

Bahan yang diperlukan pada penelitian ini adalah : a. Alkohol

b. Disclosing solution

Skor Indeks Gingiva Kondisi gingiva

0,1-1,0 Gingivitis ringan

1,1-2,0 Gingivitis sedang


(40)

3.5.2 Alur Penelitian

Gambar 1. Skema alur penelitian

Kaliberasi peneliti : Pelatihan wawancara, uji coba kuesioner dan uji pemeriksaan.

Sampel dipilih berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Memberi informed consent kepada sampel yang bersedia mengikuti penelitian dan memberikan lembar persetujuan.

Memberi lembar kuesioner kepada sampel.

Melakukan pemeriksaan klinis terhadap kelompok vegetarian dan non vegetarian dengan menggunakan indeks higiena oral disederhanakan, indeks plak, dan indeks

gingiva.

Pencatatan hasil pemeriksaan.

Data yang diperoleh diolah dalam bentuk tabel dan diterjemahkan hasil data kepada status kesehatan periodontal.


(41)

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dikumpulkan dan kemudian diolah. Data disajikan dalam bentuk tabel. Secara statistik, perbandingan hubungan antara dua kelompok dilakukan dengan uji Mann-Whitney dan uji-T.


(42)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada kelompok vegetarian dan non-vegetarian di Maha Vihara Maitreya dengan bilangan sampel sebanyak 80 orang yaitu dengan membagi 40 vegetarian dan 40 non-vegetarian. Setiap sampel dilakukan pemeriksaan klinis untuk melihat indeks higiena oral disederhanakan, indeks plak, dan indeks gingiva. Data-data hasil penelitian yang diperoleh diuraikan di bawah ini.

Tabel 5. Data demografi kelompok vegetarian dan non-vegetarian.

Variabel Kelompok Kategori Jumlah ( n ) Persentase ( % )

Umur Vegetarian 24 – 34

35 – 45

22 18

55,0 45,0

n total = 40 % total = 100 Non-vegetarian 24 – 34

35 – 45

15 25

37,5 62,5

n total = 40 % total = 100 Jenis Kelamin Vegetarian Laki-laki

Perempuan

19 21

47,5 52,5

n total = 40 % total = 100 Non-vegetarian Laki-laki

Perempuan

26 14

65,0 35,0

n total = 40 % total = 100

Tabel 5 menunjukkan data demografi bagi umur dan jenis kelamin responden. Pada kelompok vegetarian, jumlah responden yang berumur 24 – 34 adalah 22 orang dengan persentase 55,0 % dan yang berumur 35 – 45 adalah 18 orang dengan persentase 45,0 %. Tabel juga menunjukkan jumlah kelompok vegetarian laki-laki adalah 19 orang dengan persentase 47,5 % dan vegetarian perempuan adalah 21 orang dengan persentase 52,5 %.

Pada kelompok non-vegetarian, jumlah responden yang berumur 24 – 34 adalah 15 orang dengan persentase 37,5 % dan yang berumur 35 – 45 adalah 25 orang


(43)

dengan persentase 62,5 %. Tabel juga menunjukkan jumlah kelompok non-vegetarian laki-laki adalah 26 orang dengan persentase 65,0 % dan vegetarian perempuan adalah 14 orang dengan persentase 35,0 %.

Gambar 2. Persentase frekuensi responden vegetarian dan non-vegetarian mengkonsumsi sayur-sayuran, buah-buahan, dan daging, telur, ikan atau kacang.

Gambar 2 menunjukkan pada vegetarian, sebanyak 7,5% responden mengkonsumsi sayur-sayuran 2-6 kali seminggu, 27,5% sehari sekali, 50,0% 2-5 kali sehari dan 15,0% 6 kali sehari atau lebih. Pada non-vegetarian, sebanyak 2,5% responden mengkonsumsi sayur-sayuran 1 hidangan 1-4 kali sebulan, 12,5% 2-6 kali seminggu, 42,5% sehari sekali, dan 42,5% 2-5 kali sehari. Pada kelompok makanan buah-buahan, sebanyak 10,0% vegetarian mengkonsumsi 1 hidangan 1-4 kali sebulan, 17,5% 2-6 kali seminggu, 52,5% sehari sekali, dan 20,0% 2-5 kali sehari. Pada non-vegetarian, sebanyak 12,5% responden mengkonsumsi buah-buahan 1

0 10 5 2,5 12,5 15 7,5 17,5 12,5 12,5 42,5 12,5 27,5 52,5 17,5 42,5 35 22,5 50 20 65 42,5 7,5 50 15 0 0 0 2,5 0

0 10 20 30 40 50 60 70

V 1 V 2 V 3 NV 1 NV 2 NV 3

6 kali sehari atau lebih

2-5 kali sehari

Sehari sekali

2-6 kali seminggu

1 hidangan 1-4 sebulan

Persentase frekuensi mengkonsumsi makanan (%)

V 1 : Vegetarian (Sayur) V 2 : Vegetarian (Buah) V 3 : Vegetarian

(Daging,telur,ikan,kacang)

NV 1 : Non-vegetarian (Sayur)

NV 2 : Non-vegetarian (Buah)

NV 3 : Non-vegetarian (Daging,telur,ikan,kacang) Kelompok


(44)

hidangan 1-4 kali sebulan, 42,5% 2-6 kali seminggu, 35,0% sehari sekali, 7,5% 2-5 kali sehari dan 2,5% 6 kali sehari atau lebih. Pada kelompok makanan daging, telur, ikan atau kacang, sebanyak 5,0% vegetarian mengkonsumsi 1 hidangan 1-4 kali sebulan, 12,5% 2-6 kali seminggu, 17,5% sehari sekali, dan 65,0% 2-5 kali sehari. Pada non-vegetarian, sebanyak 15,0% responden mengkonsumsi daging, telur, ikan atau kacang 1 hidangan 1-4 kali sebulan, 12,5% 2-6 kali seminggu, 22,5% sehari sekali, dan 50,0% 2-5 kali sehari.

Gambar 3. Hasil uji Mann-Whitney ( Keterangan : p ≤ 0,05 )

Pada gambar 3 menunjukkan pada Uji Mann-Whitney, hasil Asymp. Sig.

(2-tailed) untuk indeks higiena oral dan indeks plak adalah 0,0001 dan indeks gingiva

adalah 0,017. Nilai-nilai ini adalah kurang dari 0,05 yang mana jika p ≤ 0,05

menunjukkan adanya pengaruh pola makan vegetarian terhadap status periodontal yang dilihat dengan skor indeks OHIS, indeks plak, dan indeks gingiva pada kelompok vegetarian dan non-vegetarian.

0 0,002 0,004 0,006 0,008 0,01 0,012 0,014 0,016 0,018

OHIS Indeks Plak Indeks Gingiva

0,0001 0,0001

0,017

OHIS

Indeks Plak

Indeks Gingiva Asymp. Sig

(2-tailed)

Status Periodontal


(45)

Gambar 4. Perbedaan rerata dan standar deviasi skor indeks OHIS, indeks plak dan indeks gingiva pada kelompok vegetarian dan non-vegetarian

Pada gambar 4 menunjukkan terdapat perbedaan rerata skor indeks OHIS, indeks plak, dan indeks gingiva pada kelompok vegetarian dan kelompok non-vegetarian. Rerata indeks OHIS pada kelompok vegetarian dan non-vegetarian masing-masing adalah 1,95 ± 0,597 dan 2,60 ± 0,496. Rerata indeks plak pada vegetarian dan non-vegetarian masing-masing adalah 1,30 ± 0,464 dan 1,98 ± 0,276. Rerata indeks gingiva pada vegetarian dan non-vegetarian adalah 0,15 ± 0,483 dan 0,45 ± 0,714. Rerata yang rendah pada ketiga skor indeks yang digunakan pada vegetarian menunjukkan bahwa status periodontal pada vegetarian lebih baik berbanding non-vegetarian.

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5

V NV V NV V NV

OHIS

Indeks plak

Indeks gingiva

V : Vegetarian

NV : Non- vegetarian

Kelompok Rerata


(46)

Gambar 5. Rasio prevalensi higiena oral, indeks plak dan indeks gingiva pada vegetarian dan non-vegetarian.

Pada gambar 5 menunjukkan rasio prevalensi higiena oral pada vegetarian dan non-vegetarian. Rasio yang didapat adalah 0,8:1 yang menunjukkan prevalensi higiena oral buruk pada vegetarian adalah rendah. Rasio yang didapat pada indeks plak adalah 0,3:0,95 yang menunjukkan prevalensi plak dental buruk pada vegetarian adalah rendah. Rasio yang didapat pada indeks gingiva adalah 0,1:0,325 yang menunjukkan prevalensi kesehatan gingiva buruk pada vegetarian adalah rendah.

0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2

OHIS Indeks Plak Indeks Gingiva

Vegetarian Non-vegetarian

Status Periodontal Rasio Prevalensi


(47)

BAB 5

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian ini, diperoleh bahwa adanya pengaruh pola makan vegetarian terhadap status periodontal. Disini dilihat perbedaan rerata skor indeks OHIS, indeks plak, dan indeks gingiva pada 2 kelompok, yaitu vegetarian sebagai kelompok kasus dan non-vegetarian sebagai kelompok kontrol. Hasil yang didapat menunjukkan status periodontal lebih baik pada vegetarian dan ini didukung oleh Kundu D dkk. melalui penelitiannya yang menunjukkan status periodontal yang lebih baik pada vegetarian berbanding non-vegetarian.7 Hasil dari pemeriksaan klinis didapati higiena oral pada vegetarian lebih baik berbanding non-vegetarian dengan rerata 1,95 ± 0,597 pada vegetarian dan 2,60 ± 0,496 pada non-vegetarian. Hasil dari pemeriksaan klinis juga didapati indeks plak pada vegetarian lebih baik berbanding non-vegetarian dengan rerata 1,30 ± 0,464 pada vegetarian dan 1,98 ± 0,276 pada non-vegetarian. Hal ini didukung oleh Chemiawan E. dkk. melalui penelitiannya yang menunjukkan tingkat kebersihan rongga mulut pada vegetarian lebih baik berbanding non-vegetarian.8 Hasil kuesioner menunjukkan lebih banyak responden vegetarian yang mengkonsumsi sayur-sayuran 2-5 kali sehari yaitu sebanyak 50,0 % berbanding responden non-vegetarian yang mengkonsumsi sayur-sayuran 2-5 kali sehari yaitu sebanyak 42,5 % dan lebih banyak responden vegetarian yang mengkonsumsi buah-buahan sehari sekali, yaitu 52,5 % berbanding responden non-vegetarian, yaitu 35,0 %. Hal ini mungkin disebabkan sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan makanan berserat dan tinggi kandungan air yang dapat bertindak sebagai pembersih alamiah pada permukaan gigi-geligi. Serat dapat memperlambat proses makan, menghambat laju pencernaan makanan, dan meningkatkan intensitas pengunyahan. Proses mengunyah dapat merangsang produksi air liur sehingga air liur yang banyak terhasil dapat memberi self-cleansing yang baik pada rongga mulut. Menurut Linkosalo E dkk., laju aliran saliva pada lakto-ovo-vegetarian lebih tinggi


(48)

berbanding non-vegetarian sehingga dapat meningkatkan kebersihan rongga mulut. Buah-buahan merupakan makanan berserat yang turut dapat mengendalikan pembentukan plak secara mekanis. Hal ini berkemungkinan karena proses pengunyahan secara langsung dapat memininalkan efek pembersihan. Ini didukung oleh Taufik F. dkk melalui penelitiannya yang membuktikan berlakunya penurunan plak setelah mengunyah epal.20

Hasil dari pemeriksaan klinis didapati indeks gingiva pada vegetarian lebih baik berbanding non-vegetarian dengan rerata 0,15 ± 0,483 pada vegetarian dan 0,45 ± 0,714 pada non vegetarian. Pada penelitian Linkosalo E. dkk menyatakan bahwa status gingiva pada vegetarian dan non-vegetarian tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

19

Pada penelitian ini, hasil kuesioner mendapatkan frekuensi asupan buah-buahan, sayur-sayuran dan makanan sumber protein lebih tinggi pada responden vegetarian berbanding non-vegetarian. Menurut Chapple LC. dkk, vitamin C yang bisa diperoleh dari buah-buahan bersifat protektif dalam mempertahankan homeostasis jaringan termasuk berfungsi dalam sintesis kolagen dan memelihara integritas struktural jaringan tisu dan berperan sebagai pemusnah radikal bebas.29 Dari penelitian Esaki M. dkk. menyatakan bahwa karena asam folat penting dalam sintesis DNA, kadar pergantian sellular dipengaruhi oleh tingkat asam folat. Apabila tingkat asam folat rendah, fungsi jaringan gingiva sebagai pertahanan terhadap bakteri adalah rendah, sehingga menyebabkan kecenderungan untuk terjadi pendarahan pada probing. Sumber asam folat bisa didapat dari sayur-sayuran.22 Menurut Rao JS dkk. melalui penelitiannya menunjukkan pada diet yang defisiensi protein menyebabkan penurunan stabilitas struktur kolagen gingiva. Kolagen distabilkan oleh ikatan inter dan intra molekular, yang terjadi setelah konversi enzimatik dari kelompok amino yaitu residu lisil dan hidrolisil kepada aldehid alisin dan hidroksialisin dengan enzim lisil oksidase. Jumlah rantai-β tergantung pada pembentukan dan stabilitas cross-link intramolekukar. Peningkatan rasio α:β pada kelompok yang malnutrisi protein menunjukan bahwa ada gangguan pada cross-link pembentukan intramolekular.30


(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan penelitian ini adalah :

1. Adanya pengaruh antara pola makan vegetarian dengan status periodontal. 2. Terdapat perbedaan status periodontal pada orang yang menjalani pola makan

vegetarian dengan orang yang menjalani pola makan non-vegetarian.

3. Orang vegetarian mempunyai status periodontal yang baik berbanding orang non-vegetarian.

4. Makanan yang berserat perlu diambil secara rutin karena dapat membantu meningkatkan kebersihan rongga mulut.

5. Setiap individu perlu mengamalkan diet seimbang sesuai dengan pola makan yang dijalankan sehingga memenuhi keperluan nutrisi seseorang, untuk meningkatkan kerentanan terhadap berbagai penyakit termasuk penyakit periodontal.

6. Derajat kesehatan gigi dan rongga mulut pada kelompok vegetarian dapat ditingkatkan.

Saran yang diberikan adalah :

1. Diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan bilangan sampel yang lebih besar agar dapat memberikan hasil yang akurat.

2. Diharapkan pada penelitian berikutnya dapat menggunakan lebih banyak variabel agar hubungan antara pola makan vegetarian dengan status periodontal dapat dilihat dengan lebih jelas.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

1. Susianto, Widjaja H, Mailoa H. Diet Enak Ala Vegetarian. Jakarta: Penabar Plus, 2008: 3-15.

2. Bangun AP. Mengenal vegetarian. In: Vegetarian pola hidup sehat

berpantang daging. Tangerang: PT Agro Media Pustaka, 2003: 1-6.

3. Susianto. Mengapa harus vegan. In: The Miracle of Vegan. Jakarta: Qanita, 2011: 3-30.

4. Couceiro P, Slywitch E, Lenz F. Eating Pattern of Vegetarian Diet. Einstein 2008; 6(3): 365-73.

5. Orientation to basic nutrition. Corbohydrate. Protein. Lipids. Vitamins required for calcified structures. Mineral essential for calcified structures. Vitamins required for oral soft tissue and salivary glands. Water and mineral required for oral soft tissue and salivary glands. Nutritional aspects of dental caries. Nutritional aspects of gingivitis and periodontal disease. In : Stegeman CA, Davis JR. The dental hygienist’s guide to nutritional care. 3rd

6. Kong A, Stang J. Vegetarian eating patterns. In: Stang J, Story M. Guidelines

for adolescent nutrition services. Vegetarian Eating Patterns. 2005: 209-11.

ed. Missouri : Saunders Elsivier, 2010 : 49-62, 69-78, 84-97, 123-39, 145-55, 175-92, 198-218.

7. Kundu D, Mehta R, Rozra S. Periodontal status of a given population of West Bengal : An epidemiological study. J Indian Soc Perio 2011; 15: 126-9.

8. Chemiawan E, Riyanti E, Fransisca F. Perbedaan tingkat kebersihan gigi dan mulut antara anak vegetarian dan non vegetarian di Vihara Maitreya Pusat Jakarta. Thesis. Universitas Padjadjaran, 2007.

9. Nutrition. Periodontology. In : Fehrenbach MJ, Weiner J. Reviews of Dental


(51)

10. Carbohydrates. Protein, fats, and water. Vitamins. Minerals. In : Ehrlich A.

Nutrition and Dental Health. 4th

11. Vitamins and metabolism. In : Tandan HC, Chandramouli R. Physiology for

Dental Students. 5

ed. Canada : Delmar Publishing, 1982 : 48-59, 61-75, 77-92, 105-13.

th

12. Messina VK, Burke KI. Vegetarian Diets. Jn Am Diet Ass 1997; 97. ed. India : Jaypee Brothers, 2005 : 115-135.

13. Anonymous. Dietary Guidelines: Build a healthy base.

(Oktober 10.2012)

14. Venti CA, Johnston CS. Modified food guide pyramid for lactovegetarian and

vegans. Jn Nutr 2002; 132: 1050-4.

15. Helman AD, Hill ID. Vitamin and iron status in new vegetarian. Am J Clin Nutr 1987; 45: 785-9.

16. Janelle KC, Barr SI. Nutrient intakes and eating behavior see of vegetarian

and nonvegetarian women. Journal of the Academy of Nutrition and Dietetics

1995; 95: 180-9.

17. Fiorellini JP, Kim DM, Ishikawa SO. The gingival. Quirynen M, Teughels W, Haake SK, Newman MG. Microbiology of Periodontal Disease. Beck JD, Arbes Jr S. Epidemiology of gingival and periodontal disease. In : Newman MG, Takei H, Klokkevold PR, Carranza FA. Carranza’s Clinical

Periodontology. 10th

18. Moynihan PJ, Linstrom P. Oral consequences of compromised nutritional well-being. In : Riva TD, Sirois DA, Mobley CC. eds Nutrition and oral

medicine, New Jersey : Humana Press, 2005: 107-27.

ed. Missouri : Saunders Elsevier, 2006 : 46-67, 74-94, 134-69.

19. Linkosalo E, Markkanen H, Syrjanen S. Effects of a lacto-ovo-vegetarian diet

on the free amino acid composition of wax-stimulated whole human saliva. Jn

Nutr 1985; 115: 588-92.

20. Taufik F, Riyanti E, Hadidjah D. Index plaque differences between before and


(52)

21. Kendall P. Nutrition Apples Nature’s Healthy Treat. Colorado State University. 2003.

22. Esaki M, Morita M, Akhter R, Akino K, Honda O. Relationship between folic

acid intake and gingival health in non-smoking adults in Japan. Oral Disease

2010; 16: 96-101.

23. Vogel RI, Fink RA, Schneider LC, Frank O, Baker H. The effect of folic acid

on gingival health. J Periodontol 1976; 47: 667-8.

24. Leggott PJ, Robertson PB, Jacob RA, Zambon JJ, Walsh M, Armitage GC.

Effects of ascorbic acid depletion and supplementation on periodontal health and subgingival microflora in humans. Journal of Dental Research 1991; 70:

1531-6.

25. Ruben MP, McCoy J, Person P, Cohen W. Effects of soft dietary consistency

and protein deprivation on the periodontium of the dog: A preliminary report.

Oral Surgery, Oral Medicine, Oral Pathology 1962; 16: 1061-1070.

26. Department of Nutrition Loma Linda University. The vegetarian food

pyramid. American Journal Clinical Nutrition, 1999.

27. Wong EJ. Indices of periodontal disease. Thesis. University of Sydney, 1983: 25-6, 28-9, 53-4.

28. Debnath T. Epidemiologic Indices. In: Public health and preventive dentistry. Delhi: AITBS, 2002: 50-1.

29. Chapple LCI, Milward MR, Dietrich T. The prevalence of inflammatory

periodontitis is negatively associated with serum antioxidant concentrations.

Journal of Nutrition 2007; 137: 657-64.

30. Rao JS, Rao VH, Bose SM. Effect of protein malnutrition on the cross-linking

of gingival and uterine collagen in rats. Journal of Nutrition 1983; 113:


(53)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ………

Umur : ………

Alamat : ………

No. Telpon/HP : ………..…………

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, serta memahami akan apa yang akan dilakukan, diperiksa, dan didapatkan pada penelitian yang berjudul:

“ Hubungan Pola Makan Vegetarian Terhadap Status Periodontal di Maha Vihara Maitreya, Medan, Sumatera Utara ”

Secara sadar dan tanpa paksaan, maka dengan surat ini menyatakan setuju menjadi subjek pada penelitian ini.

Medan, ……… 2012 Yang menyetujui,

Subjek Penelitian


(54)

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Departemen Ilmu Periodonsia

Kuesioner Penelitian

Hubungan Pola Makan Vegetarian Terhadap Status Periodontal di Maha Vihara Maitreya, Medan, Sumatera Utara

No. Urut :

Tanggal Pemeriksaan : Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Suku / Bangsa : Warganegara : No.Telepon :

Berat badan / Tinggi badan : ………. ( Obese / Normal /

Underweight )

1. Adakah anda mengamalkan pola makan vegetarian? a. Ya

b. Tidak

2. Jika ya, berapa lama anda telah mengamalkan pola makan vegetarian tersebut ?

a. Kurang dari 5 tahun b. 5 tahun dan lebih

c. Vegetarian pada hari tertentu saja


(55)

a. 1 hidangan 1-4 kali sebulan b. 2-6 kali seminggu

c. sehari sekali d. 2-5 kali sehari

e. 6 kali sehari atau lebih

4. Berapa kerap anda mengkonsumsi makanan dari kelompok buah-buahan ? a. 1 hidangan 1-4 kali sebulan

b. 2-6 kali seminggu c. sehari sekali d. 2-5 kali sehari

e. 6 kali sehari atau lebih

5. Berapa kerap anda mengkonsumsi makanan dari kelompok daging, telur, ikan, atau kacang-kacangan ?

a. 1 hidangan 1-4 kali sebulan b. 2-6 kali seminggu

c. sehari sekali d. 2-5 kali sehari

e. 6 kali sehari atau lebih

6. Berapa kali anda menyikat gigi dalam sehari ? a. 1 kali sehari

b. 2 kali sehari

c. Lebih dari 2 kali sehari d. Tidak pernah

7. Apakah anda menggunakan cara/alat yang lain untuk memelihara kebersihan rongga mulut selain menyikat gigi?


(56)

b. Tidak ada

8. Jika ada, apa saja cara/alat lain yang digunakan? I. Larutan obat berkumur

II. Pembersih lidah III. Dental floss IV. Tusuk gigi a. I dan III sahaja b. I, II, dan III c.Semua diatas d. IV sahaja e. Tidak ada

9. Apakah gerakan yang anda gunakan ketika menyikat gigi? a. Gerakan horizontal

b. Gerakan vertikal c. Gerakan melingkar

10. Apakah anda ada melakukan dental check-up secara rutin pada setiap 6 bulan sekali?

a. Ada b. Tidak ada

11. Apakah anda merokok? a. Ya

b. Tidak

12. Apakah anda sering makan sireh? a. Ya


(57)

PEMERIKSAAN KLINIK STATUS PERIODONTAL

Nama :

Tanggal Pemeriksaan :

1. Indeks Higiena Oral Disederhanakan (OHIS) Indeks

Debris

Vestibular Oral

Indeks Kalkulus

Vestibular Oral

Elemen Gigi

16 21 24

44 41 36

Indeks Debris

Vestibular Oral

Indeks Kalkulus

Vestibular Oral

Indeks Debris = Jumlah skor debris Jumlah gigi yang diperiksa

Indeks Kalkulus = Jumlah skor kalkulus Jumlah gigi yang diperiksa


(58)

2. Indeks Plak (Loe dan Silness) Elemen

Gigi

Skor Indeks Plak

Distovestibular Vestibular Mesiovestibularl Oral 16

21 24 36 41 44

Skor Indeks Plak 1 Gigi = Jumlah skor 4 sisi 4

Skor Indeks Plak Individu = Jumlah skor per gigi Jumlah gigi yang diperiksa


(59)

3. Indeks Gingiva Vestibular

Oral

Elemen Gigi 16 21 24

44 41 36

Vestibular Oral

Skor Indeks Gingiva 1 Gigi = Jumlah skor empat gigi 4

Skor Indeks Gingiva Individu = Jumlah skor semua gigi yang diperiksa Jumlah gigi yang diperiksa


(1)

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Departemen Ilmu Periodonsia

Kuesioner Penelitian

Hubungan Pola Makan Vegetarian Terhadap Status Periodontal di Maha Vihara Maitreya, Medan, Sumatera Utara

No. Urut :

Tanggal Pemeriksaan : Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Suku / Bangsa : Warganegara : No.Telepon :

Berat badan / Tinggi badan : ………. ( Obese / Normal /

Underweight )

1. Adakah anda mengamalkan pola makan vegetarian? a. Ya

b. Tidak

2. Jika ya, berapa lama anda telah mengamalkan pola makan vegetarian tersebut ?

a. Kurang dari 5 tahun b. 5 tahun dan lebih

c. Vegetarian pada hari tertentu saja


(2)

a. 1 hidangan 1-4 kali sebulan b. 2-6 kali seminggu

c. sehari sekali d. 2-5 kali sehari

e. 6 kali sehari atau lebih

4. Berapa kerap anda mengkonsumsi makanan dari kelompok buah-buahan ? a. 1 hidangan 1-4 kali sebulan

b. 2-6 kali seminggu c. sehari sekali d. 2-5 kali sehari

e. 6 kali sehari atau lebih

5. Berapa kerap anda mengkonsumsi makanan dari kelompok daging, telur, ikan, atau kacang-kacangan ?

a. 1 hidangan 1-4 kali sebulan b. 2-6 kali seminggu

c. sehari sekali d. 2-5 kali sehari

e. 6 kali sehari atau lebih

6. Berapa kali anda menyikat gigi dalam sehari ? a. 1 kali sehari

b. 2 kali sehari

c. Lebih dari 2 kali sehari d. Tidak pernah

7. Apakah anda menggunakan cara/alat yang lain untuk memelihara kebersihan rongga mulut selain menyikat gigi?


(3)

b. Tidak ada

8. Jika ada, apa saja cara/alat lain yang digunakan? I. Larutan obat berkumur

II. Pembersih lidah III. Dental floss IV. Tusuk gigi a. I dan III sahaja b. I, II, dan III c.Semua diatas d. IV sahaja e. Tidak ada

9. Apakah gerakan yang anda gunakan ketika menyikat gigi? a. Gerakan horizontal

b. Gerakan vertikal c. Gerakan melingkar

10.Apakah anda ada melakukan dental check-up secara rutin pada setiap 6 bulan sekali?

a. Ada b. Tidak ada

11.Apakah anda merokok? a. Ya

b. Tidak

12.Apakah anda sering makan sireh? a. Ya


(4)

PEMERIKSAAN KLINIK STATUS PERIODONTAL

Nama :

Tanggal Pemeriksaan :

1. Indeks Higiena Oral Disederhanakan (OHIS)

Indeks Debris

Vestibular Oral

Indeks Kalkulus

Vestibular Oral

Elemen Gigi

16 21 24

44 41 36

Indeks Debris

Vestibular Oral

Indeks Kalkulus

Vestibular Oral

Indeks Debris = Jumlah skor debris Jumlah gigi yang diperiksa

Indeks Kalkulus = Jumlah skor kalkulus Jumlah gigi yang diperiksa


(5)

2. Indeks Plak (Loe dan Silness)

Elemen Gigi

Skor Indeks Plak

Distovestibular Vestibular Mesiovestibularl Oral 16

21 24 36 41 44

Skor Indeks Plak 1 Gigi = Jumlah skor 4 sisi 4

Skor Indeks Plak Individu = Jumlah skor per gigi Jumlah gigi yang diperiksa


(6)

3. Indeks Gingiva

Vestibular Oral

Elemen Gigi 16 21 24

44 41 36

Vestibular Oral

Skor Indeks Gingiva 1 Gigi = Jumlah skor empat gigi 4

Skor Indeks Gingiva Individu = Jumlah skor semua gigi yang diperiksa Jumlah gigi yang diperiksa