Masuknya Inggris Menjadi Anggota Uni Eropa

47 3. Bagian selatan merupakan dataran rendah dengan kota London sebagai pusatnya. Inggris terletak antara 49 derajat LU- 59,5 derajat LU dan 11 derajat BB – 2 derajat BT. Inggris beriklim laut sedang yang dipengaruhi oleh arus atlantik Utara yang hangat, sehingga rata-rata suhu di beberapa daerah yang terletak di bagian utara lebih tinggi dibanding di daerah lain yang terletak pada lintang yang sama. 65 Kerajaan Inggris adalah sebuah monarki konstitusional dan demokrasi parlementer , dengan Ratu dan parlemen yang memiliki dua rumah : House of Lords, dengan 574 rekan-rekan, 92 rekan-rekan turun-temurun, dan 26 uskup, dan House of Commons, yang memiliki 651 anggota terpilih. Kekuasaan legislatif tertinggi dipegang di parlemen, yang duduk selama lima tahun kecuali dibubarkan lebih cepat . The House of Lords dilucuti sebagian besar kekuatannya pada tahun 1911, dan sekarang fungsi utamanya adalah untuk merevisi undang-undang . Pada November 1999, ratusan rekan-rekan keturunan diusir dalam upaya untuk membuat tubuh lebih demokratis. Kekuasaan eksekutif dari Crown tersebut dilakukan oleh kabinet yang dipimpin oleh perdana menteri. 66

2. Masuknya Inggris Menjadi Anggota Uni Eropa

Tidak lama setelah PM Harold Macmillan Partai Konservatif pada 31 Juli 1961 menyatakan akan mengajukan keanggotaan Inggris di Uni Eropa maka dimulailah perundingan-perundingan resmi di antara Inggris dan Uni Eropa untuk menyepakati keanggotaan Inggris tersebut. Namun perundingan-perundingan 65 Ibid 66 “Sejarah Negara Inggris” sesuai artikel di http:hikmat.web.id, Loc.Cit Universitas Sumatera Utara 48 tersebut terdapat ganjalan terutama ketika membahas mengenai sektor pertanian yang sangat sensitif di banyak negara anggota Uni Eropa. Inggris mengimpor semua hasil pertaniannya sehingga tidak perlu memproteksi hasil pertaniannya. Hal tersebut sangat bertentangan dengan negara anggota Uni Eropa lainnya yang sangat berkepentingan dalam melindungi hasil pertaniannya. Petani di Eropa kontinen sudah sejak lama mendapat perlakuan istimewa dari pemerintahan masingmasing negaranya dan diisolasi dari pasaran dunia karena penghasilan petani Eropa relatif rendah sedangkan ongkos produksi tinggi sekali. 67 Berlarut-larutnya proses perundingan antara Inggris dan Uni Eropa, makin menguatkan keyakinan Presiden Perancis Charles de Gaulle bahwa Inggris dan negara-negara Uni Eropa sangat berbeda. De Gaulle khawatir ciri khas yang dibawa Inggris dan negara-negara lain yang akan masuk mengikutinya akan mengubah kesepakatan yang telah dibuat Perancis dan enam anggota awal Uni Eropa. Kekhawatiran ini mencapai puncaknya ketika Inggris menandatangani persetujuan pertahanan dengan Amerika Serikat pada 21 Desember 1962. 68 Dengan persetujuan tersebut Inggris menyerahkan hak pertahanan nuklirnya pada Amerika Serikat sehingga apabila Inggris menjadi anggota Uni Eropa otomatis Amerika Serikat akan mempunyai pengaruh langsung atas Uni Eropa. Perkembangan ini tentu menjadi ancaman bagi Perancis yang menginginkan Eropa lepas dari pengaruh Amerika Serikat maka pada 14 Januari 1963, Presiden Gaulle memutuskan untuk memveto keanggotaan Inggris di Uni 67 “Inggris Dalam Uni Eropa” sesuai artikel pada website http:kurniawatisabri.wordpress.com20121112inggris-dalam-uni-eropa-keanggotaan-setengah- hati, diakses pada tanggal 20 Februari 2014, Pukul 8:40 68 Ibid Universitas Sumatera Utara 49 Eropa. Pada saat itu sebenarnya keanggotaan Inggris tinggal menunggu waktu saja tapi veto Perancis menghalangi masuknya Inggris ke Uni Eropa. 69 Gagal dengan keanggotaan pertama, Inggris yang berada dalam pemerintahan PM Harold Wilson Partai Buruh kembali lagi mengajukan permohonan keanggotaan Uni Eropa pada April 1966. Ketika itu permasalahanpermasalahan yang mengganjal pada tahun 1961-1963 seperti masalah pertanian dan Persemakmuran relatif sudah teratasi. Inggris berjanji bahwa keanggotaannya tidak akan mengubah dasar-dasar Uni Eropa bahkan masuknya Inggris merupakan sinergi bagi Eropa Barat.Usaha Inggris ini kembali mendapat ganjalan dari Presiden de Gaulle yang kembali mengajukan veto pada Mei 1967. 70 Presiden de Gaulle masih menganggap Inggris belum siap masuk ke dalam keanggotaan Uni Eropa karena hubungan khusus antara Inggris dan Amerika Serikat. Selain itu muncul pula keraguan di antara anggota Uni Eropa yang khawatir akan ikut terbeban dengan perekonomian Inggris. Maka usaha Inggris untuk menjadi anggota Uni Eropa pun mengalami kegagalan kembali. Adalah jelas bahwa selama de Gaulle masih menjadi presiden Perancis maka keanggotaan Inggris dalam Uni Eropa adalah suatu hal yang mustahil. Kesulitan Inggris menjadi anggota Uni Eropa tidak hanya karena masalah perekonomian tetapi juga perbedaan sistem yang dianut inggris dengan mayoritas sistem yang dianut anggota Uni Eropa. Sebuah perjanjian internasional, seperti perjanjian Roma, biasanya akan mulai berlaku ketika ia telah ditandatangani dan 69 Ibid 70 Ibid Universitas Sumatera Utara 50 diratifikasi oleh para penandatangannya. Tetapi, karena perjanjian diatur oleh hukum internasional, implementasi dari perjanjian tersebut ke dalam ranah hukum domestik dari negara-negara anggotanya tergantung pada apakah negara tersebut memiliki bentuk konstitusi yang monois menerima bahwa kewajiban-kewajiban hukum internasional tidak memiliki sifat yang sama seperti, atau bahkan tidak superior terhadap, kewajiban-kewajiban hukum nasional. 71 Berdasarkan pendekatan konstitusional ini, sebuah peraturan hukum adat internasional, atau sebuah peraturan yang dibentuk oleh sebuah perjanjian internaasional di mana negara tersebut menjadi salah saatu pihaknya, maka secara otomatis menjadi bagian hukum nasional dari negara tersebut. Oleh sebab itu, begitu suatu negara telah menandatangani suatu perjanjian yang menjamin hak- hak tertentu di wilayah nasionalnya, maka hak-hak tersebut secara otomatis akan dilindungi oleh hukum nasional. Sebagai contoh konstitusi Perancis dan Belanda bisa saja disebut sebagai konstitusi monois. Sebuah konstitusi dualis, yang merupakan kategori di mana konstitusi Inggris secara umum ada di dalamnya, adalah konstitusi di mana hanya ada sejumlah status terbatas yang berkaitan kepada peraturan hukum internasional, atau kecuali jika ia telah diimplementasikan ke dalam hukum nasional melalui metode pengundangan nasional tertentu misalnya, melalui suatu Ketetapan Parlemen. 72 Tetapi tidak tepat kiranya jika kita mengkategorikan suatu negara sebagai menganut sistem monois atau dualis sepenuhnya, dan akan lebih tepat jika mengatakan bahwa pengadilan tingkat pertama sebuah negara diatur oleh tradisi 71 Peter De Cruz, Perbandingan Sitem Hukum, Nusa Media, Jakarta, 2010, hal 201 72 Ibid, hal 202 Universitas Sumatera Utara 51 monois atau dualisnya. Hal ini dikarenakan sebuah negara dengan konstitusi monois bisa mempertahankan kekuasaan pengadilannya untuk memutuskan ketentuan mana dari sebuah perjanjian yang mengikat seperti yang ada pada rezim Belanda, dan sebuah ‘negara dualis’ bisa memiliki presumsi yudisial umum yang parlemennya tidak bermaksud untuk melegislasikannya secara bertentangan dengan hukum internasional dan ini akan menjangkau hingga kewajiban-kewajiban yang dibebankan oleh perjanjian-perjanjian yang telah disepakati, dan juga oleh prinsip-prinsip umum dari hukum internasional seperti di Inggris. Oleh sebab itu, selama masih melibatkan Inggris, hukum komunitas tidak secara otomatis dapat diaplikasikan apabila ia meratifikasi perjanjian Uni Eropa. 73 Sikap Inggris terhadap keanggotaan Komunitas Eropa telah dikarakteristikkan oleh sebagian orang sebagai antipati dan merendahkan, tetapi setelah sekian tahun keberadaan Uni Eropa, sikap ini kemudian berubah pada 1960. Tahun 1969, de Gaulle mengundurkan diri sebagai presiden Perancis digantikan oleh George Pompidou. Di bawah pemerintahan baru ini Perancis menyatakan tidak akan menghalangi niat Inggris ataupun negara-negara Eropa lainnya masuk dalam Uni Eropa apabila perluasan keanggotaan tersebut tidak merugikan kemajuan yang telah dicapai sebelumnya. 74 Setelah terjadi serangkaian pembicaraan yang intensif antara Uni Eropa dan Inggris dan calon anggota lainnya Norwegia, Denmark, dan Republik Irlandia sejak 30 Juni 1970 maka pada tanggal 23 Juni 1971 Dewan Menteri Uni 73 Ibid, hal 203 74 “Inggris Dalam Uni Eropa” sesuai artikel di http:kurniawatisabri.wordpress.com, Loc.Cit Universitas Sumatera Utara 52 Eropa menyatakan bahwa perundingan-perundingan tersebut telah menghasilkan dasar-dasar yang kuat untuk keanggotaan Inggris dan calon anggota lainnya. Setelah menandatangani perjanjian Penerimaan pada 22 Januari 1972, kemudian secara resmi Inggris menjadi anggota Uni Eropa pada 1 Januari 1973. Bahasa Inggris, Denmark, dan Irlandia menjadi bahasa resmi Uni Eropa dan terjemahan perjanjian Uni Eropa dan perjanjian Uni Eroparatom ke dalam bahasa-bahasa ini dinyatakan sebagai teks yang otentik. 75 Sebagai Akibat dari penerimaan Inggris, kedudukan Pengadilan Eropa berada di atas House of Lords Majelis Perwakilan Tinggi Inggris yang memiliki kekuasaan yudisial sebagai pengadilan tertinggi. Namun, ini hanya terjadi dalam perselisihan yang melibatkan hukum Uni Eropa dan hukum yang ditimbulkan oleh Uni Eropa. Sehingga Pengadilan Eropa, dalam sebagian besar keadaan, lebih merupakan sebuah pengadilan rujukan ketimbang sebuah Pengadilan Banding, yang berarti bahwa ia terutama berurusan dengan masalah-masalah yang terkait dengan interpretasi dan validitas hukum Uni Eropa. Oleh sebab itu, ia tetap masih akan tergantung pada pengadilan nasional dalam mngaplikasikan interpretasi yang dilimpahkan oleh Pengadilan Eropa. House of Lords tetap menjadi Pengadilan Banding terakhir di Inggris dalam kasus-kasus internal dan domestik. 76 75 Peter De Cruz, Op.Cit, hal 203 76 ibid Universitas Sumatera Utara 53

B. Hubungan Antara Hukum Uni Eropa Dengan Hukum Inggris Menurut European Communities Act 1972