2.5 Krim Cair Tangan dan Badan
Krim tangan dan badan adalah suatu sediaan kosmetika yang digunakan dengan maksud melindungi kulit supaya tetap halus dan lembut, tidak kering,
tidak bersisik dan tidak mudah pecah. Biasanya dibuat dalam bentuk krim dan krim cair atau emulsi Ditjen POM, 1985.
Formula krim tangan konvensional adalah modifikasi vanishing cream dengan tipe ma, komposisi dasar menggunakan sabun asam stearat sebagai
pengemulsi, asam stearat berlebih, humektan seperti gliserol, dan jumlah air yang tinggi. Formula krim cair bisa sangat mirip, yang membedakan hanya jumlah
bahan padatnya Balsam dan Sargarin, 1972. Suatu sediaan krim cair tangan dan badan dikatakan baik apabila fungsinya
dapat melembutkan kulit, menjaga keseimbangan kulit, dapat dipakai dengan mudah dan dapat disapukan dengan cepat pada permukaan kulit, tidak
meninggalkan selaput yang retak-retak pada pemakaiannya, tidak mempengaruhi pengeluaran keringat, mempunyai bau, warna, dan kestabilan fisik yang baik
Balsam dan Sargarin, 1972.
2.5.1 Bahan-bahan dalam sediaan krim cair tangan dan badan
Bahan yang biasa digunakan mencakup zat emolien, zat sawar barrier, zat penutup untuk kulit yang berpori lebar, zat humektan pelembab, zat
pengental dan pembentuk lapisan tipis, zat pengemulsi, zat pengawet, parfum dan zat warna Ditjen POM, 1985.
a.
Emolien
Universitas Sumatera Utara
Zat yang paling penting untuk bahan pelembut kulit adalah turunan dari lanolin dan derivatnya, hidrokarbon, asam lemak, lemak alkohol Ditjen POM,
1985. Setil alkohol berbentuk lilin, lempengan putih, granul, atau dadu. Memiliki
bau yang lemah dan tidak berasa. Kelarutannya yaitu larut dalam etanol 95 dan eter, tidak larut dalam air, larut saat dilebur dengan minyak, parafin cair dan
padat dengan titik lebur 45°C -52°C. Dalam losion, krim, dan salep, digunakan karena sifat emoliennya dan sebagai bahan pengemulsi. Setil alkohol
meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan meningkatkan konsistensi. Sebagai emolien dan emulgator digunakan dalam konsentrasi 2-5. Sebagai
pengental dalam krim dan losion biasanya digunakan dengan konsentrasi di bawah 1 Rowe, dkk., 2009.
a. Zat sawar
Bahan-bahan yang biasa yang digunakan adalah paraffin wax, asam stearat Ditjen POM, 1985.
Asam stearat memiliki struktur yang keras, berwarna putih atau kuning pucat, agak mengkilap, kristal padat atau serbuk putih atau putih kekuningan, bau
lemah dan berasa lemak. Kelarutannya yaitu mudah larut dalam benzena, kloroform, dan eter; larut dalam etanol 95; praktis tidak larut dalam air.
Memiliki titik lebur 69°C-70°C. Penggunaannya dalam sediaan topikal sebesar 1-20, digunakan sebagai bahan pengemulsi ketika direaksikan dengan basa
Rowe, dkk., 2009.
Universitas Sumatera Utara
c. Humektan
Humektan adalah suatu zat yang dapat mengontrol perubahan kelembaban diantara produk dan udara, baik di dalam kulit maupun di luar kulit. Biasanya
bahan yang digunakan adalah gliserin yang mampu menarik air dari udara dan menahan air agar tidak menguap Ditjen POM, 1985.
d. Zat pengemulsi
Zat pengemulsi adalah bahan yang memungkinkan tercampurnya semua bahan-bahan secara merata homogen, misalnya gliseril monostearat,
trietanolamin Wasitaatmadja, 1997. Sabun trietanolamin-stearat termasuk pengemulsi anionik. Kelebihan dari
pengemulsi ini adalah lebih lembut dan lebih mudah larut daripada natrium atau kalium stearat. Sabun trietanolamin-stearat menghasilkan emulsi yang stabil,
tetapi pada penyimpanan cenderung mengental dan akhirnya membentuk gel. Balsam dan Sargarin, 1972.
e. Pengawet
Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat
anti kuman sehingga menangkal aktivitas mikroba sehingga kosmetika menjadi stabil Wasitaatmadja, 1997.
Metil paraben berbentuk kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih; tidak berbau atau hampir tidak berbau dan berasa sedikit terbakar. Kelarutannya
yaitu sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida; mudah larut dalam etanol dan dalam eter; larut dalam air 80°C. Penggunaan dalam
Universitas Sumatera Utara
sediaan topikal sebanyak 0,02-0,3 sebagai antimikroba, efektif pada pH 4-8 Rowe, dkk., 2009.
f. Antioksidan
Proses oksidasi dialihkan dan kestabilan dari obat diawetkan dengan zat- zat yang disebut antioksidan, yang bereaksi dengan satu atau lebih senyawa dalam
obat. Untuk menjaga kemajuan reaksi rantai umumnya, antioksidan bereaksi dengan memberikan atom-atom hidrogen yang tersedia kepada elektron-elektron
dari radikal bebas. Antioksidan yang paling sering digunakan dalam preparat air adalah natrium sulfit, natrium bisulfit, natrium metabisulfit, asam hipofosforus,
dan asam askorbat Ansel, 2005. Natrium metabisulfit digunakan sebagai antioksidan dalam sediaan oral,
parenteral dan topikal, pada konsentrasi 0,01-1,0 bv. Natrium metabisulfit juga memiliki aktivitas antibakteri, yang berperan lebih baik pada pH asam, dan juga
dapat digunakan sebagai bahan pengawet pada preparat oral seperti sirup Rowe, dkk., 2009.
g.
Parfum
Pemilihan parfum yang digunakan pada sediaan krim biasanya didasarkan atas nilai keindahan, tetapi sudah pasti jika wangi yang ditimbulkan dari parfum
menambah daya tarik dari konsumen untuk memilih produk yang ditawarkan produsen Lachman, dkk., 1994
.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimental. Penelitian meliputi proses penyiapan sampel, pembuatan sari, formulasi sediaan, pemeriksaan mutu fisik
sediaan, uji iritasi terhadap sukarelawan, dan uji kemampuan sediaan untuk mengurangi penguapan air dari kulit.
3.1 Alat-Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : viskometer Brookfield, pH meter Hanna Instruments, juicer Cosmos, neraca listrik Boeco
Germany, freeze dryer VirTis “benchtop K”, mikroskop Boeco Germany, lumpang porselen, stamfer, objek dan dek gelas, alat-alat gelas, kain kasa,
penangas air, spindle no.63, batang pengaduk, spatel, sudip, pot plastik, selotip transparan.
3.2 Bahan-Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Asam stearat, setil alkohol, gliserin, trietanolamin, akuades, nipagin, natrium metabisulfit,
oleum rosae, silika gel, tomat, metil biru, larutan dapar pH asam 4,01 dan larutan dapar pH netral 7,01.
3.3 Sukarelawan
Sukarelawan yang dijadikan panel pada uji iritasi dan penentuan kemampuan sediaan dalam mengurangi penguapan air dari kulit berjumlah 12
orang dengan kriteria sebagai berikut Ditjen POM, 1985:
1. Wanita berbadan sehat
Universitas Sumatera Utara