Efektivitas Pemakaian Obat Kumur Non-Alkohol Setelah Menyikat Gigi Terhadap Akumulasi Plak pada Siswa SMA Negeri 11 Medan

(1)

EFEKTIVITAS PEMAKAIAN OBAT KUMUR

NON-ALKOHOL SETELAH MENYIKAT GIGI

TERHADAP AKUMULASI PLAK PADA

SISWA SMA NEGERI 11 MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

RAUDATUL ADAWIYAH NIM: 110600002

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2015 Raudatul Adawiyah

Efektivitas pemakaian obat kumur non-alkohol setelah menyikat gigi terhadap akumulasi plak pada siswa SMA Negeri 11 Medan.

ix+31 halaman

Plak merupakan agen etiologi utama dalam perkembangan karies gigi, gingivitis dan penyakit periodontal. Tindakan pengendalian plak secara rutin perlu dilakukan untuk mencegah akumulasi plak dan perlekatan plak pada permukaan gigi. Secara mekanis, pengendalian plak dapat dilakukan dengan menyikat gigi dan secara kimiawi dapat dilakukan dengan berkumur menggunakan obat kumur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rerata skor plak pada kelompok yang berkumur dengan obat kumur non-alkohol setelah sikat dengan kelompok yang hanya menyikat gigi saja. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 11 Medan dengan jumlah responden sebanyak 32 orang yang dipilih secara simple random. Pengumpulan data skor plak menggunakan indeks plak Loё and Silness. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna pada selisih rerata skor plak awal dengan hari ke-1 antara kelompok yang menyikat gigi dan berkumur obat kumur non-alkohol dengan kelompok yang hanya menyikat gigi dengan p = 0,044 dan tidak ada perbedaan yang bermakna pada hari ke-1 dan ke-3 dengan p = 0,289 (p<0,05). Hal ini disebabkan berbagai faktor seperti kebiasaan menyikat gigi dan diet. Kesimpulanya adalah terjadi trend penurunan yang lebih besar pada kelompok berkumur dengan obat kumur non-alkhohol dan sikat gigi berdasarkan hasil selisih skor plak awal, hari ke-1 dan hari ke-3 dibandingkan dengan kelompok yang hanya menyikat gigi.


(3)

(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 25 Mei 2015

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D ANGGOTA : 1. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM


(5)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1.Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku penasehat akademik.

2.Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan, keluangan waktu, motivasi dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

3.Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM dan Rika Mayasari Alamsyah drg., M.Kes selaku dosen penguji, atas keluangan waktu dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Prof. Sutomo Kasiman, Sp.PD., Sp.JP(K) selaku Ketua Komisi Etik penelitian bidang kesehatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin kepada penulis sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

5. Bapak dan ibu guru serta siswa SMA Negeri 11 yang telah memberikan izin, membantu dan ikut berpartisipasi dalam melakukan penelitian di sekolah tersebut.

6. Sahabat-sahabat tersayang, Dwi Rizki Rahmawati, Vannya Adisya, Amalia Ihsani, Resti Bepiana dan Roni Rustam Afandi yang telah membantu dan memberikan dukungan selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.

7.Teman-teman dan kakak-kakak yang membantu dalam penelitian, Kak Nadya, Dinauli Fatwa, Oktia Kiki Triana, Chairani Ilma, Dziah Marhani, Rahmi Fitriana, Rahmi Husni, Nadya, Citra, Diah Karlina, Cindy Krisna Nagara, Agnes Tri Novrin, Jessica, Elisabeth, Natalia.


(6)

Ucapan terima kasih yang tidak terhingga secara khusus penulis sampaikan kepada ayahanda Sakwan Lubis dan ibunda Mariani yang selalu memberikan dorongan, baik moril maupun materil serta doanya kepada penulis. Rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada adik-adik tersayang Hafizatul Husna dan Ahmad Nawawi serta keluarga besar yang selalu memberikan motivasi, doa dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi dikemudian hari.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan dan peningkatan ilmu khususnya kesehatan gigi dan mulut masyarakat.

Medan, 25 Mei 2015 Penulis,

(Raudatul Adawiyah) NIM: 110600002


(7)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Gigi... 4

2.1.1 Pembentukan Plak Gigi ... 5

2.1.2 Pengukuran Plak Gigi... 6

2.2 Kontrol Plak ... 8

2.3 Menyikat Gigi ... 9

2.4 Obat Kumur ... 10

2.4.1 Komposisi Obat Kumur ... 11

2.4.2 Penggunaan alkohol dalam obat kumur ... 12

2.4.3 Obat Kumur Non-Alkohol ... 14


(8)

BAB 3 METODOLOGI

3.1 Jenis Penelitian ... 18

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 18

3.3 Populasi Penelitian ... 18

3.4 Sampel Penelitian ... 18

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 19

3.6 Variabel dan Definisi Operasional ... 19

3.7 Prosedur Penelitian ... 20

3.8 Pengolahan dan Analisis Data ... 21

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden ... 22

4.2 Uji Normalitas... 22

4.3 Rata-Rata Skor Plak Awal Kelompok Menyikat Gigi dan Berku mur dengan Obat Kumur Non - Alkohol dan Hanya Menyikat Gigi... 22

4.4Rata-Rata Skor Plak Awal, Hari Ke-1 dan Hari Ke-3 Kelompok Menyikat Gigi dan Berkumur Obat Kumur Non - Alkohol dan Kelompok Hanya Menyikat Gigi... 23

4.5Selisih Rata - Rata Skor Plak Awal, Hari Ke-1 dan Hari Ke-3 Pada Kelompok Menyikat Gigi dan Berkumur Obat Kumur Non-Alkohol... 24

4.6 Selisih Rata – Rata Skor Plak Awal, Hari Ke-1 dan Hari Ke-3 Kelompok Hanya Menyikat Gigi... 24

4.7 Selisih Rata-Rata Skor Plak Awal, Hari Ke-1 dan Hari Ke-3 Antara Menyikat Gigi dan Berkumur Obat Kumur Non-Alkohol Dengan Hanya Menyikat Gigi ... 25

BAB 5 PEMBAHASAN ... 26

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 29

6.2 Saran ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30 LAMPIRAN ...


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Skor Indeks Plak Loё and Silness ... 7 2. Karakteristik respoden siswa SMA Negeri 11 ... 22 3. Rata-Rata Skor Plak Awal Kelompok Menyikat Gigi dan Berkumur

Obat Kumur Non-Alkohol Dengan Kelompok Hanya Menyikat Gigi ... 23 4. Rata - Rata Skor Plak Awal, Hari Ke-1 dan Hari Ke-3 Kelompok

Menyikat Gigi dan Berkumur dengan Obat Kumur Non-Alkohol dan

Kelompok Hanya Menyikat Gigi ... 23 5. Selisih Rata-Rata Skor Plak Awal, Hari Ke-1 dan Hari Ke-3 Kelompok

Menyikat Gigi dan Berkumur dengan Obat Kumur Non-Alkohol ... 24 6. Selisih Rata-Rata Skor Plak Awal, Hari Ke-1 dan Hari Ke-3 Kelompok

Hanya Menyikat Gigi ... 24 7. Selisih Rata-Rata Skor Plak Awal, Hari Ke-1 dan Hari Ke-3 Kelompok

Menyikat Gigi dan Berkumur dengan Obat Kumur Non-Alkohol dan


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kuesioner Pemeriksaan Skor Plak

2. Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan 3. Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian

4. Lembar persetujuan setelah penjelasan (informed consent)

5. Surat keterangan pelaksanaan penelitian dari SMA Negeri 11 Medan 6. Hasil uji statistik


(11)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2015 Raudatul Adawiyah

Efektivitas pemakaian obat kumur non-alkohol setelah menyikat gigi terhadap akumulasi plak pada siswa SMA Negeri 11 Medan.

ix+31 halaman

Plak merupakan agen etiologi utama dalam perkembangan karies gigi, gingivitis dan penyakit periodontal. Tindakan pengendalian plak secara rutin perlu dilakukan untuk mencegah akumulasi plak dan perlekatan plak pada permukaan gigi. Secara mekanis, pengendalian plak dapat dilakukan dengan menyikat gigi dan secara kimiawi dapat dilakukan dengan berkumur menggunakan obat kumur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rerata skor plak pada kelompok yang berkumur dengan obat kumur non-alkohol setelah sikat dengan kelompok yang hanya menyikat gigi saja. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 11 Medan dengan jumlah responden sebanyak 32 orang yang dipilih secara simple random. Pengumpulan data skor plak menggunakan indeks plak Loё and Silness. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna pada selisih rerata skor plak awal dengan hari ke-1 antara kelompok yang menyikat gigi dan berkumur obat kumur non-alkohol dengan kelompok yang hanya menyikat gigi dengan p = 0,044 dan tidak ada perbedaan yang bermakna pada hari ke-1 dan ke-3 dengan p = 0,289 (p<0,05). Hal ini disebabkan berbagai faktor seperti kebiasaan menyikat gigi dan diet. Kesimpulanya adalah terjadi trend penurunan yang lebih besar pada kelompok berkumur dengan obat kumur non-alkhohol dan sikat gigi berdasarkan hasil selisih skor plak awal, hari ke-1 dan hari ke-3 dibandingkan dengan kelompok yang hanya menyikat gigi.


(12)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Plak merupakan agen etiologi utama dalam perkembangan karies gigi, gingivitis dan penyakit periodontal.1,2 Plak adalah deposit lunak berwarna putih keabu-abuan atau kekuningan yang melekat erat pada permukaan gigi.3 Tindakan pengendalian plak secara rutin perlu dilakukan untuk mencegah akumulasi plak dan perlekatan plak pada permukaan gigi.

Secara mekanis, pengendalian plak dapat dilakukan dengan menyikat gigi dan menggunakan benang gigi (dental floss). Menyikat gigi merupakan kebiasaan yang paling direkomendasikan dalam menjaga kebersihan mulut. Menyikat gigi merupakan tindakan mekanis utama yang dapat menyingkirkan plak sehingga akan mencegah terjadinya gingivitis dan karies. 4

The American Dental Association (ADA) merekomendasikan untuk menyikat gigi 2 kali sehari dan menggunakan benang gigi atau pembersih interdental lainnya sekali sehari untuk menghilangkan plak dan mencegah gingivitis.5 Walaupun demikian, tindakan pengendalian plak secara mekanis dianggap tidak cukup potensial dalam mencegah pembentukan plak. Hal ini berdasarkan fakta bahwa beberapa bagian tertentu dari kavitas rongga mulut sulit dibersihkan secara efektif dengan alat mekanis.6 Berdasarkan laporan sebelumnya dikatakan bahwa rata-rata tindakan menyikat gigi yang dilakukan sehari-sehari selama dua menit hanya menyingkirkan 50% plak dalam rongga mulut.4 Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa kebanyakan pasien menyikat gigi kurang dari waktu rata-rata yang dianjurkan untuk mendapatkan hasil pembersihan yang tepat dan hanya 2-10% pasien yang menggunakan benang gigi secara rutin dan efektif.1

Faktor yang mempengaruhi efektivitas menyikat gigi termasuk teknik, frekuensi, durasi, jenis dan desain sikat gigi serta penggunaan pasta gigi.4 Oleh karena itu, dibutuhkan tindakan kontrol plak tambahan seperti penggunaan obat


(13)

kumur untuk membantu dalam mengontrol pembentukan plak gigi. Obat kumur harus selalu digunakan setelah tindakan pembersihan secara mekanis dan tidak digunakan dalam jangka waktu lama serta tidak boleh menjadi satu-satunya tindakan pembersihan rongga mulut.1 Tentu saja obat kumur tidak didesain untuk digunakan secara terpisah dan telah teruji ketika dikombinasikan dengan sikat gigi dan flossing.7

Obat kumur merupakan produk yang digunakan untuk meningkatkan kebersihan mulut. Sebagai produk antiseptik dan antiplak, obat kumur juga dikatakan sebagai bakterisidal bagi organisme penyebab plak, karies gigi, gingivitis dan bau mulut. Beberapa obat kumur mengandung alkohol sebagai pelarut untuk bahan lainnya. Pada konsentrasi 10-12%, alkohol juga berperan sebagai pengawet dan antiseptik. Beberapa obat kumur mengandung sebanyak 27% alkohol yang berperan sebagai pengikat rasa.8 Namun, obat kumur yang mengandung alkohol sering memberikan efek rasa tidak nyaman pada mulut saat berkumur.

Beberapa studi menunjukkan bahwa konsentrasi alkohol yang tinggi ( > 20%) pada obat kumur dapat menyebabkan efek pada rongga mulut seperti keratosis, ulserasi mukosa, gingivitis, dan rasa sakit pada mulut.1 Selain itu, banyak yang menentang penggunaan alkohol dalam obat kumur karena memberikan efek terhadap permukaan restorasi komposit dan kemungkinan terjadinya kanker orofaring.9

Saat ini, sudah banyak dikembangkan obat kumur non-alkohol dengan efek samping yang lebih sedikit. Obat kumur non-alkohol lebih nyaman dipakai karena tidak meninggalkan rasa terbakar pada mulut. Selain itu, saat ini juga sudah banyak obat kumur non-alkohol yang dibuat dengan menambahkan bermacam bahan kimia yang dapat membantu dalam mengontrol pembentukan plak dan gingivitis seperti chlorhexidine, triclosan, essential oil dan cetylpiridinium chloride (CPC). Bahan-bahan ini tidak hanya memiliki efek antiplak tetapi juga memiliki efek antimikroba dan bersifat bakterisidal. Hal ini sangat berpengaruh dalam proses pembentukan plak yang dipengaruhi oleh kolonisasi bakteri. Berdasarkan hal di atas peneliti ingin mengetahui efektivitas pemakaian obat kumur non-alkohol setelah sikat gigi terhadap akumulasi plak pada siswa SMA Negeri 11 Medan.


(14)

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan pada penelitian ini adalah apakah terdapat perbedaan akumulasi plak pada kelompok yang berkumur menggunakan obat kumur non-alkohol setelah menyikat gigi dua kali sehari dengan kelompok yang hanya menyikat gigi dua kali sehari.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rerata skor plak setelah berkumur dengan obat kumur non-alkohol dan menyikat gigi dua kali sehari dengan kelompok yang hanya menyikat gigi dua kali sehari.

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui rerata skor plak awal, hari ke-1 dan hari ke-3 berkumur dengan obat kumur non-alkohol dan menyikat gigi dua kali sehari.

2. Untuk mengetahui rerata skor plak awal, hari ke-1 dan hari ke-3 setelah menyikat gigi dua kali sehari.

3. Untuk mengetahui selisih perbedaan rerata skor plak berkumur dengan obat kumur non-alkohol setelah menyikat gigi dan hanya menyikat gigi dua kali sehari.

1.4 Hipotesis

Tidak ada perbedaan akumulasi plak pada kelompok yang berkumur dengan obat kumur dan menyikat gigi dua kali sehari dengan kelompok yang hanya menyikat gigi dua kali sehari.

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah :

1. Bagi masyarakat : sebagai informasi dalam pemilihan dan penggunaan obat kumur yang sesuai dengan kebutuhan berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut.

2. Bagi institusi pendidikan : sebagai bahan edukasi tentang kesehatan gigi dan mulut kepada siswa.


(15)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plak Gigi

Plak gigi adalah deposit lunak yang terbentuk akibat perlekatan biofilm pada permukaan gigi atau permukaan keras lainnya di rongga mulut, termasuk pada pesawat lepasan dan cekat.3 Plak merupakan kumpulan mikroorganisme yang ditemukan pada permukaan gigi sebagai biofilm, melekat pada matriks polimer bakteri dan saliva.10-13

Plak gigi berbeda dari deposit lain yang dapat ditemukan pada permukaan gigi seperti materia alba dan kalkulus. Materia alba lebih seperti akumulasi lunak bakteri dan sel jaringan yang tidak memiliki struktur seperti plak gigi dan dapat dengan mudah dihilangkan dengan berkumur, sedangkan kalkulus merupakan deposit keras yang terbentuk akibat mineralisasi plak gigi dan umumnya tertutupi oleh lapisan plak yang tidak termineralisasi. Plak diklasifikasikan menjadi plak supragingiva dan plak subgingiva berdasarkan posisinya pada permukaan gigi.3 Plak supragingiva ditemukan di atas tepi gingiva. Plak supragingiva yang berkontak langsung dengan tepi gingiva lebih sering sering disebut dengan marginal plaque. Plak supragingiva yang terletak pada dan di atas dento-gingival junction paling banyak ditemukan pada sepertiga gingiva mahkota gigi, area interproksimal, pit dan fisur.12 Plak subgingiva ditemukan di bawah tepi gingiva, di antara gigi dan jaringan sulkular gingiva.6 Plak subgingiva di bawah dentogingival junction biasanya dibagi atas zona perlekatan gigi, zona perlekatan epitel dan zona tanpa perlekatan.12

Plak gigi juga dikatakan sebagai microbial biofilm, kumpulan berbagai macam mikroba yang ditemukan pada permukaan gigi yang melekat pada sebuah matriks polimer bakteri dan saliva. Biofilm adalah lapisan basal tipis pada substratum, berkontak dan berpenetrasi, multibakterial meluas kedalam lumen larutan, dipisahkan oleh saluran yang terlihat kosong atau terisi dengan ekstraseluler polisakarida.13 Bakteri-bakteri di dalam biofilm berhubungan satu sama lain dengan


(16)

cara mengirimkan sinyal kimia. Sinyal kimia ini akan memacu bakteri untuk menghasilkan protein berbahaya dan enzim. Plak gigi sebagai deposit mikrobial yang terjadi secara alami merupakan gambaran biofilm sebenarnya yang terdiri atas bakteri di dalam sebuah matriks yang utamanya tersusun oleh polimer bakteri ekstraseluler dan saliva serta produk eksudat gingiva.14

2.1.1 Pembentukan Plak Gigi

Sejak bayi dilahirkan dan berkontak dengan lingkungan untuk pertama kalinya, mikroba sudah mulai ada dalam rongga mulut. Kemudian, ketika gigi erupsi, bakteri bertambah dan membentuk koloni pada permukaan gigi. Plak gigi yang mengandung bakteri merupakan biofilm yang melekat erat pada permukaan gigi, restorasi dan perangkat prostodonti. Plak gigi dapat terlihat secara visual setelah 1 sampai 2 hari tanpa dilakukan tindakan kebersihan mulut. Pembentukan plak dibagi atas 3 fase, yaitu pembentukaan pelikel gigi, kolonisasi awal bakteri, dan kolonisasi sekunder serta maturasi plak.3,12

1. Pembentukan pelikel gigi

Pembentukan pelikel pada permukaan gigi adalah fase awal perkembangan plak. Lapisan tipis bakteri bebas terbentuk setiap menit saat membersihkan permukaan gigi. Semua permukaan kavitas oral, termasuk semua permukaan jaringan sama halnya dengan permukaan gigi dan restorasi cekat atau lepasan, diselimuti dengan pelikel glikoprotein. Pelikel ini berasal dari komponen saliva dan cairan krevikular begitu pula dengan produksi bakteri dan sel jaringan host serta debris. Pelikel berfungsi sebagai barier pelindung serta menjadi pelumas untuk permukaan jaringan dan mencegah jaringan menjadi kering. Pelikel juga menyediakan substrat bagi bakteri di lingkungan perlekatan. Sel jaringan yang terus mengalami pengelupasan menyebabkan populasi bakteri pada permukaan jaringan terus menjadi terganggu. Hal ini berlawanan dengan pelikel pada area permukaan keras yang menyediakan substrat bagi bakteri yang secara progresif berakumulasi membentuk plak gigi.


(17)

2. Kolonisasi awal permukaan gigi

Setelah beberapa jam, bakteri akan ditemukan pada pelikel gigi. Kolonisasi bakteri yang dominan menutupi permukaan gigi adalah bakteri gram positif fakultatif seperti Actinomyces viscosus dan Streptococcus sanguis. Koloni-koloni ini melekat ke pelikel melalui molekul spesifik yang membentuk perlekatan secara adhesi pada permukaan bakteri yang akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel gigi. Masa plak kemudian matang melalui pertumbuhan spesies yang melekat, seperti kolonisasi dan pertumbuhan spesies tambahan.

3. Kolonisasi sekunder dan maturasi plak

Pada tahap ini, terjadi peningkatan persentase bakteri anaerob gram negatif. Bakteri yang berperan adalah Provotella intermedia, Provotella loescheii, Capnocytophaga sp., Fusobacterium nucleatum dan Porphyromonas gingivalis. Mikroorganisme ini melekat ke sel bakteri yang terdapat pada masa plak.

2.1.2 Pengukuran Plak Gigi

Plak dapat diidentifikasi dengan banyak cara seperti skrinning secara langsung pada permukaan gigi, penggunaan disclosing solution, atau dengan menggunakan kemampuan alami gigi untuk berfluorensi di bawah cahaya biru. Cara-cara tersebut dilakukan karena plak tidak dapat diidentifikasi secara langsung bahkan bagi dokter gigi maupun pasien. Hal ini karena warna plak yang sama dengan permukaan gigi.

Disclosing solution akan merubah warna plak gigi menjadi kontras dengan permukaan gigi yang berwarna putih. Plak gigi memiliki kemampuan untuk menahan sejumlah besar substansi larutan yang digunakan sebagai disclosing solution. Hal ini berkaitan dengan interaksi antara plak dan larutan (dyes) karena adanya perbedaan polaritas antara komponen plak dan larutan.12 Bahan kimia pertama yang dilaporkan digunakan sebagai pewarna untuk plak adalah iodin. Tetapi, seiring berkembangnya waktu banyak jenis larutan yang digunakan seperti fuchsine, erythrosine, merbromin, methylene blue, briliant blue, crystal violet, gentian violet dan fluorescein.

Setelah pengaplikasian disclosing solution pada permukaan gigi, pengukuran plak dapat dilakukan dengan mengacu pada indeks pengukuran plak. Indeks yang


(18)

ideal harus bersifat sederhana, mudah dan cepat digunakan. Selain itu, indeks juga harus akurat sehingga mudah dikalibrasi dengan beberapa kali pemeriksaan. Ada banyak indeks plak yang dapat digunakan sebagai panduan pemeriksaan. Beberapa indeks yang sering digunakan seperti indeks plak Ramfjord, indeks plak Quigley and Hein, indeks plak Turesky dan indeks plak Loё and Sillness.13

Indeks plak Loё and Silness dibuat pada tahun 1964 untuk memperkirakan kuantitas plak yang berada dekat dengan margin gingiva.15 Pengukuran plak dengan indeks ini dilakukan dengan menggunakan larutan pewarna yang dioleskan keseluruh permukaan gigi dan kemudian dilakukan pemeriksaan. Pada indeks plak ini gigi yang diperiksa adalah gigi 16, 12, 24, 36, 32 dan 44.15

Pengukuran plak dilakukan pada empat permukaan yaitu mesial, distal, bukal dan lingual/palatal. Setiap permukaan gigi diberi skor dari 0-3. Skor dari keempat permukaan gigi ditambahkan dan dibagi 4 untuk mendapatkan hasil skor plak dari masing-masing gigi yang diperiksa, sedangkan skor plak dari setiap individu didapat dengan menjumlahkan keseluruhan skor plak dari gigi-gigi yang diperiksa dan membaginya dengan jumlah gigi yang diperiksa seperti dalam tabel kriteria di bawah ini.15

Tabel 1. Skor Indeks Plak Loё and Silness S

kor Kriteria

0 Tidak terdapat adanya plak.

1

Film plak yang melekat pada tepi gingiva bebas dan daerah yang berdekatan dengan gigi. Plak in situ mungkin hanya terlihat setelah penggunaan disclosing solution atau dengan menggunakan probe pada permukaan gigi.

2 Akumulasi yang sedang dari deposit lunak dalam poket gingiva, atau gigi dan tepi gingiva, yang dapat terlihat dengan mata.


(19)

3 Akumulasi yang banyak dari deposit lunak di dalam poket gingiva, gigi serta margin gingiva.

2.2 Kontrol Plak

Kontrol plak adalah tindakan penyingkiran plak dan mencegah terjadinya akumulasi plak pada gigi dan permukaan perlekatan gingiva yang dilakukan secara teratur. Mikroba pada plak merupakan etiologi utama terjadinya penyakit periodontal dan karies gigi. Kontrol plak adalah cara yang efektif dalam merawat dan mencegah gingivitis dan merupakan bagian penting dari semua prosedur yang terlibat dalam perawatan dan pencegahan penyakit periodontal.5

Kontrol plak dapat dilakukan secara mekanis dan kimiawi. Secara mekanis dapat dilakukan dengan menyikat gigi dan menggunakan dental floss, sedangkan secara kimiawi dengan menggunakan obat kumur dan pasta gigi yang mengandung bahan yang mampu mencegah plak dan penyakit periodontal lainnya. Kontrol plak supragingival yang dilakukan dengan baik menunjukkan efek terhadap pertumbuhan dan komposisi plak subgingiva. Tindakan kontrol plak yang dilakukan secara teratur di rumah serta dikombinasikan dengan kunjungan rutin ke dokter gigi untuk menyingkirkan plak dan kalkulus dapat mengurangi jumlah plak supragingiva, menurunkan jumlah mikroorganisme pada poket yang dalam termasuk daerah furkasi dan dengan baik mengurangi jumlah patogen periodontal.5

Pertumbuhan plak terjadi setiap jam dan harus dengan segera di singkirkan setidaknya sekali setiap 48 jam untuk mencegah peradangan. The American Dental Association (ADA) merekomendasikan setiap individu untuk menyikat gigi dua kali sehari dan menggunakan dental floss atau pembersih interdental lainnya untuk menyingkirkan plak secara efektif dan mencegah gingivitis. Selain itu, penambahan obat kumur sebagai bagian dari kontrol plak akan menghambat pertumbuhan plak dan kalkulus secara kimiawi.5 Beberapa obat kumur juga dapat mencegah terjadinya gingivitis, bau mulut dan masalah periodontal lainnya.5


(20)

Kontrol plak secara kimiawi memberikan efek yang baik ketika digunakan bersamaan dengan kontrol plak secara mekanis. Kontrol plak secara kimiawi melibatkan beberapa hal seperti :16

1. Agen antimikroba, merupakan bahan kimia yang memiliki efek bakteriostatik atau bakterisidal secara invitro yang tidak dapat dipastikan akan memberikan efek in vivo dalam melawan plak.

2. Agen penghambat plak, merupakan bahan kimia yang hanya dibuat untuk mengurangi jumlah dan efek dari plak yang mungkin atau tidak mempengaruhi gingivitis dan karies.

3. Agen antiplak, merupakan bahan kimia yang memiliki efek pada plak dan cukup bermanfaat terhadap gingivitis dan karies.

4. Agen antigingivitis, merupakan bahan kimia yang dapat menurunkan inflamasi gingiva tanpa mempengaruhi plak bakteri (termasuk agen antiinflamasi).

2.3 Menyikat Gigi

Menyikat gigi merupakan kebiasaan yang paling direkomendasikan dalam menjaga kebersihan mulut. Menyikat gigi merupakan tindakan kontrol plak mekanis utama yang dapat menyingkirkan plak sehingga akan mencegah terjadinya gingivitis dan karies. Selain itu, menyikat gigi juga menjaga estetika gigi dan mencegah bau mulut. Mekanisme utama dari tindakan menyikat gigi adalah mekanisme dalam menyingkirkan plak serta efek kemoterapi dari pasta gigi.4

Manfaat menyikat gigi adalah menurunkan risiko karies dan penyakit gingiva dengan menyingkirkan plak bakteri sebelum berubah menjadi kalkulus. Apabila plak sudah berubah menjadi kalkulus maka tindakan penyingkirannya harus dilakukan oleh dokter gigi. Selain itu menyikat gigi juga dapat menyingkirkan debris, mencegah dan mengontrol infeksi dan penyakit rongga mulut, meningkatkan kesehatan rongga mulut serta mengurangi atau menghilangkan bau mulut.

Umumnya, waktu menyikat gigi yang dianjurkan oleh dokter gigi adalah segera setelah makan.15 The American Dental Association (ADA) merekomendasikan


(21)

atau pembersih interdental lainnya untuk menyingkirkan plak secara efektif dan mencegah gingivitis.5 Namun, waktu menyikat gigi pada setiap orang tidak sama. Hal ini bergantung pada beberapa faktor seperti kecenderungan seseorang terhadap plak dan debris, keterampilan menyikat gigi serta kemampuan saliva dalam membersihkan sisa-sisa makanan dan debris.15 Waktu rata-rata seseorang menyikat gigi tidak bisa sama, biasanya adalah 1-2,5 menit. Rata-rata tindakan menyikat gigi yang dilakukan sehari-sehari selama dua menit hanya menyingkirkan 50% plak dalam rongga mulut. Faktor yang mempengaruhi efektivitas menyikat gigi termasuk teknik, frekuensi, durasi, jenis dan desain sikat gigi dan penggunaan pasta gigi.4

Saat ini sudah banyak tersedia sikat gigi dengan berbagai ukuran, bentuk, serta desain yang beredar di pasaran. Hal ini dilakukan untuk mempermudah serta meningkatkan fungsi menyikat gigi sebagai kontrol plak. Selain itu, pasta gigi juga sudah mengalami banyak peningkatan dengan tambahan bahan-bahan aktif yang dapat meningkatkan fungsi pasta gigi seperti fungsi teraupetik dan kosmetik.

2.4 Obat Kumur

Obat kumur telah digunakan selama berabad-abad sebagai alasan pengobatan dan kosmetik. Obat kumur juga sering digunakan oleh masyarakat untuk alasan sosial, seperti mengatasi bau mulut dan menyegarkan mulut. Indikasi lain lebih berfokus terhadap pencegahan masalah mulut seperti karies gigi dan mencegah terbentuknya plak gigi dan gingivitis kronis.16 Hal ini dikarenakan kontrol plak secara mekanis oleh banyak individu sering tidak adekuat. Antiplak atau penghambat plak dalam obat kumur akan lebih baik dalam mengurangi plak disamping menyikat gigi. Berkaitan dengan kontrol plak dan gingivitis, obat kumur secara efektif mencapai semua area yang tidak dapat dijangkau pada rongga mulut sehingga akan sangat bergantung pada kemampuan individu untuk berkumur secara efektif.

Obat kumur memiliki kemampuan untuk menyalurkan bahan terapeutik dan manfaatnya ke semua permukaan mulut yang dapat dijangkau termasuk permukaan interproksimal. Penggabungan antara agen kimia dengan antiplak atau aktivitas antimikroba ke dalam sebuah produk obat kumur ditujukan sebagai metode


(22)

profilaksis yang potensial dalam mengurangi plak yang menyebabkan penyakit periodontal.17 Secara resmi penggunaan obat kumur setelah penyingkiran secara mekanis dapat mengurangi level dari patogen periodontal di rongga mulut dan mengurangi risiko bakterimia.16 Penggunaan obat kumur yang direkomendasikan adalah dua kali sehari (pagi dan malam) dan akan menjadi cara yang ideal dalam kontrol plak.

Penelitian yang dilakukan berkaitan dengan penggunaan obat kumur dan risikonya terhadap kondisi rongga mulut secara umum menyatakan bahwa ada manfaat yang nyata dari penggunaan obat kumur dalam mengurangi risiko plak gigi, gingivitis, karies. Tentu saja obat kumur tidak didesain untuk digunakan secara terpisah dan telah teruji ketika dikombinasikan dengan sikat gigi dan dental floss.18 Meskipun banyak studi menunjukkan bahwa ada batas terhadap kualitas obat kumur, tetapi ada penurunan yang signifikan terhadap plak gigi dan gingivitis berkaitan dengan penggunaan obat kumur seperti penggunaan obat kumur yang mengandung chlorhexidine atau essential oil sebagai tambahan perawatan standard. Ada dasar untuk penggunaan obat kumur dalam bentuk pencegahan atau mengurangi risiko perkembangan plak gigi, gingivitis dan karies tanpa efek yang merugikan. Penggunaan obat kumur memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kesehatan masyarakat.18

2.4.1 Komposisi obat kumur

Obat kumur adalah larutan yang digunakan untuk menyingkirkan partikel-partikel makanan dan plak dari gigi. Obat kumur digunakan setelah menyikat gigi. Obat kumur umumnya mengandung bahan-bahan yang dapat melawan bakteri. Bahan ini seperti zinc gluconate, cetylpyridium chloride dan thymol. Beberapa obat kumur mengandung alkohol dan air umumnya sebagai bahan utama. Banyak obat kumur juga memiliki bahan perasa seperti sakarin, atau gliserin dan tambahan pewarna.

Semua obat kumur memiliki kandungan khusus masing-masing tetapi ada kandungan umum yang dimiliki semua obat kumur seperti air, perasa, pemanis,


(23)

Perasa yang sering digunakan seperti, menthol atau eucalyptol. Eucalyptol merupakan antiinflamasi yang juga memberikan aroma pada obat kumur. Untuk pemanis, biasanya digunakan sucralose, sodium sakarin. Sodium sakarin merupakan bentuk solid dari pemanis sakarin yang lebih manis dari sukrosa tetapi terasa sedikit pahit setelah dirasakan. Selain sebagai pemanis dalam obat kumur, bahan ini juga sering digunakan sebagai pemanis permen, biskuit, obat dan pasta gigi. Bahan antiseptik yang sering digunakan adalah chlorhexidine gluconat, thymol dan cetylpiridinium chloride. Bahan antiseptik di atas juga memiliki efek sebagai antiplak bila ditambahkan kedalam obat kumur.

Untuk bahan pengawet, biasanya digunakan sodium benzoat atau potasium sorbate sehingga obat kumur dapat bertahan dalam waktu lama. Potasium sorbate merupakan bahan kimia yang terbentuk ketika garam potasium berikatan dengan sorbic acid menghasilkan garam asam lemak yang mengalamai polisaturasi. Potasium sorbate dapat ditemukan pada banyak bahan makanan atau obat karena berfungsi dalam mengawetkan makanan dengan mencegah terbentuknya jamur yang dapat menyebabkan kerusakan isi produk. Bahan ini mudah diproduksi dan cukup murah, sehingga merupakan salah satu pilihan ideal bagi beberapa industri.

Deterjen digunakan untuk mengurangi tegangan permukaan sehingga bahan-bahan yang terkandung menjadi lebih larut dan juga dapat menghancurkan dinding sel bakteri yang menyebabkan bakteri lisis. Selain itu, aksi busa dari deterjen membantu mencuci mikroorganisme ke luar rongga mulut, contohnya adalah sodium laurel sulfate.

Selain itu, beberapa bahan lain ditambahkan untuk menambah keefektivan obat kumur seperti sodium fluoride. Sodium flouoride digunakan untuk mencegah karies, membuat gigi lebih kuat dan lebih tahan terhadap kerusakan akibat asam dan bakteri. Penambahan alkohol pada obat kumur dilakukan untuk meningkatkan efek antibakterial dari obat kumur serta sebagai pengikat rasa.


(24)

Banyak obat kumur mengandung alkohol (etanol) dan pada beberapa obat kumur konsentrasi etanol dapat setinggi 26%. Etanol disebut juga etil alkohol dengan rumus kimia C2H5OH atau CH3CH2OH dengan titik didihnya 78,4° C. Etanol adalah cairan jernih, tidak berwarna dengan sifatnya yaitu bau yang menyengat. Dalam bentuk larutan cair etanol memiliki rasa manis, tetapi pada larutan dengan konsentrasi lebih tinggi etanol terasa seperti rasa terbakar. Etanol merupakan kelompok bahan kimia yang molekulnya mengandung kelompok hidroksil, -OH, dan terikat pada atom karbon. Etanol telah dibuat sejak zaman dahulu melalui fermentasi gula. Semua minuman yang mengandung etanol dan setengah industri etanol masih menggunakan proses ini. Gula sederhana adalah bahan mentahnya. Zymase, enzim dari ragi, merubah gula sederhana menjadi etanol dan karbon dioksida.20

Etanol dalam obat kumur digunakan sebagai pelarut, bahan pengawet dan antiseptik. Etanol menyebabkan denaturasi protein dan disolusi lipid. Jadi, etanol mempunyai aktivitas antimikroba melawan banyak jenis bakteri, jamur dan virus. Studi telah menunjukkan bahwa konsentrasi tinggi alkohol (di atas 20%) dalam obat kumur mungkin dapat memberikan efek terhadap rongga mulut seperti lepasnya epitel, keratosis, ulserasi mukosa, gingivitis, petechiae dan luka.1

Berdasarkan fakta yang ada, konsumsi alkohol diidentifikasi sebagai karsinogen bagi manusia. Keduanya sangat berkaitan dengan risiko perkembangan kanker rongga mulut. Seperti ketika mengacu pada konsumsi alkohol, etanol telah teridentifikasi sebagai karsinogenik pada manusia. Acetaldehyde yang merupakan turunan dari metabolisme etanol dalam minuman beralkohol berkontribusi sebagai penyebab keganasan pada tumor esophageal. Kemungkinan alkohol dalam obat kumur diubah menjadi acetaldehyde pada rongga mulut, yang dapat menyebabkan kerusakan DNA dan memicu terjadinya mutasi, tidak dapat disimpulkan tanpa adanya studi tambahan yang dibuat spesifik mengenai isu ini dan untuk memenuhi kemungkinan karakterisitik tersebut maka sekumpulan besar dan beragam jenis orang harus dilibatkan untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan bentuk acetaldehyde.18


(25)

Penggunaan etanol sebagai bahan obat kumur berdasarkan beberapa alasan seperti, etanol merupakan pelarut untuk bahan-bahan aktif lainnya, sebagai antiseptik dan berperan sebagai bahan pengawet. Etanol mudah diproduksi dan relatif murah. Obat kumur memiliki kemampuan dalam menurunkan plak bakteri dan gingivitis bila digunakan bersamaan dengan metode mekanis penyingkiran plak. Studi yang dilakukan antara obat kumur mengandung alkohol dan non-alkohol menunjukkan bahwa obat kumur yang mengandung alkohol memiliki efektivitas lebih baik.19

Alkohol dalam obat kumur tidak diindikasikan pada pasien dengan mukositis, keadaan jaringan yang sensitif berkaitan dengan terapi radiasi kepala dan leher, imunokompromis, sensitif terhadap alkohol dan pasien dengan restorasi komposit. Obat kumur yang mengandung alkohol dapat mengeksaserbasi kondisi-kondisi di atas. Hal ini disebabkan alkohol dalam obat kumur kemungkinan tidak bermanfaat karena toksisitas alkohol dalam kasus apabila tertelan secara tidak sengaja oleh anak-anak, dapat meningkatkan risiko perkembangan kanker mulut dan faring, walaupun pendapat ini masih lemah, tidak konsisten dan bahkan kontradiksi dengan berbagai literatur. Rasa tidak nyaman pada mukosa mulut meningkat dengan meningkatnya konsentrasi alkohol dimana kemungkinan seseorang sensitif terhadap alkohol. Penggunaan alkohol dalam obat kumur dapat meningkatkan kandungan alkohol dalam nafas dan dapat merubah hasil pembacaan tes nafas serta dapat melunakkan dan merubah warna restorasi komposit dan resin hybrid.16

2.4.3 Obat Kumur Non-Alkohol

Akhir-akhir ini banyak permintaan terhadap obat kumur bebas alkohol (non-alkohol), akibat dari alkohol yang digunakan sebagai kandungan dalam obat kumur dianggap terlalu besar (10-20%). Obat kumur non alkohol merupakan obat kumur yang dibuat berdasarkan permintaan untuk tidak digunakannya alkohol dalam obat kumur akibat beberapa efek yang ditimbulkannya.

Obat kumur non alkohol memiliki kandungan seperti obat kumur pada umumnya. Selain itu, beberapa produk obat kumur non-alkohol memberikan variasi seperti penambahan ekstrak herbal kedalam obat kumur. Obat kumur non-alkohol


(26)

nyaman digunakan karena tidak menyebabkan rasa terbakar pada mulut. Hal ini menyebabkan banyak orang lebih memilih obat kumur non-alkohol. Namun, sebuah studi menunjukkan bahwa obat kumur non-alkohol kurang efektif dalam melawan bakteri gram negatif. Hal ini berkaitan dengan fakta bahwa alkohol dalam obat kumur berperan sebagai larutan yang menyingkirkan membran terluar dari bakteri gram negatif tetapi untuk bakteri gram positif, alkohol tidak memiliki efek karena bakteri gram positif tidak memiliki membran luar.8

Perlu diketahui bahwa efektivitas suatu obat kumur bukan hanya dari kandungan umum yang ada di dalamnya tetapi juga bahan yang ditambahkan ke dalamnya. Studi yang dilakukan oleh Anyanwu dkk. menunjukkan bahwa tidak semua obat kumur non-alkohol tidak efektif dalam melawan bakteri gram negatif dan tidak semua obat kumur mengandung alkohol tidak memiliki efek terhadap bakteri gram positif.8

Beberapa produk obat kumur non-alkohol dibuat dengan menambahkan bermacam bahan kimia yang dapat membantu dalam mengontrol pembentukan plak dan gingivitis seperti chlorhexidine, triclosan, essential oil dan cetylpiridinium chloride (CPC). Clorhexidine 0,12% terbukti efektif mencegah pembentukan plak bila digunakan setiap hari dalam bentuk larutan.15 Selain itu, clorhexidine 0,12% mempunyai sifat antibakteri yang bisa bertahan selama 12 jam sampai dilakukan kembali kumur-kumur dengan larutan tersebut. Obat kumur yang mengandung essential oil dapat mencegah atau membunuh kuman penyebab halitosis sampai 95% dan menurunkan plak sampai 50%.15

Obat kumur yang mengandung cetylpiridinium chloride (CPC) dapat memberikan efek antimikroba. Cetylpiridinium chloride (CPC) dalam obat kumur telah terbukti mampu mengontrol pembentukan plak dan gingivitis. CPC merupakan salah satu bahan antimikroba untuk obat kumur yang direkomendasikan oleh United States Food and Drug Administration (FDA) karena aman dan efektif dalam mengurangi plak supragingiva dan gingivitis.21


(27)

ketika diformulasikan dalam rentang konsentrasi 0,045-0,10%.21 CPC merupakan salah satu bahan yang paling umum digunakan sebagai bahan tambahan dalam obat kumur. Kebanyakan CPC yang digunakan dalam obat kumur adalah 0,05%. Obat kumur mengandung CPC dengan konsentrasi dan bioavaiabilitas yang lebih tinggi menunjukkan efek klinis yang lebih tinggi. Obat kumur yang mengandung CPC dengan konsenrasi di bawah 0,05% dan bioavailabilitas yang rendah biasanya dipertimbangkan efek kosmetiknya yaitu sebagai kontrol halitosis.21

Pada sebuah penelitian, obat kumur yang mengandung 0,05% CPC dan 0,05% sodium fluoride dibandingkan dengan kontrol obat kumur yang hanya mengandung 0,05% sodium fluoride untuk dilihat kemampuannya dalam mengontrol jumlah bakteri plak supragingiva selama 12 jam setelah hari pertama, dan 12 jam setelah 14 hari pemakaian. Obat kumur yang mengandung CPC secara signifikan mengurangi jumlah bakteri plak supragingiva sebanyak 35,3% dan 70,9%. Penelitian ini menunjukkan bahwa obat kumur mengandung CPC efektif dalam menurunkan bakteri pada plak dan saliva dan memberikan efek pada pembentukan plak.21 Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa terjadi penurunan bakteri pada saliva karena berkumur sekali ataupun beberapa kali dengan obat kumur yang mengandung CPC. 21 Dari hasil di atas menunjukkan bahwa CPC berpotensi dan efektif sebagai antiplak, hal ini juga berkaitan dengan aksinya yang persisten maupun substantivitas dari formulanya.21


(28)

2.5 Kerangka Konsep

Variabel Bebas : 1. Menyikat gigi dan berkumur

obat kumur non –alkohol 2. Menyikat gigi

Variabel terikat Skor plak

Variabel terkendali 1. Waktu dan frekuensi

berkumur dan sikat gigi 2. Lama berkumur

3. Jumlah larutan setiap kali berkumur

4. Cara menyikat gigi 5.

Variabel tidak terkendali Diet


(29)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni (true experimental desain) dengan rancangan penelitian ulang (pre-posttest control group desain) dan prosedur double blind study .

3.2Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 8 bulan dimulai pada bulan Agustus 2014 sampai dengan Maret 2015. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 11 Medan.

3.3Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 11 Medan dengan usia 17-19 tahun yang bersedia mengikuti prosedur penelitian.

3.4Sampel Penelitian

Besar sampel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus Federer:

n-1 2-1 ≥15 n-1 1 ≥15

n≥16 Keterangan:

r = jumlah perlakuan n = besar sampel


(30)

Berdasarkan perhitungan, besar sampel minimum yang diperlukan adalah 16 orang. Jumlah sampel seluruhnya yaitu 32 orang, dimana 16 orang pada kelompok sikat gigi dan berkumur dengan obat kumur non-alkohol dua kali sehari dan 16 orang pada kelompok hanya menyikat gigi dua kali sehari.

Teknik pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Simple random sampling merupakan teknik pemilihan sampel secara acak. Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi.

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria Inklusi :

1. Bersedia menjadi responden dan mengisi informed consent 2. Memiliki ≥20 gigi (minimal 5 gigi per kuadran)

3. Memiliki skor plak baik-sedang (0-2) Kriteria Eksklusi :

1. Memakai pesawat ortodonti cekat 2. Memiliki susunan gigi yang crowded 3. Memiliki karies yang besar.

4. Alergi terhadap beberapa komponen obat kumur.

3.6 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1) Variabel Perlakuan

a. Menyikat gigi dan berkumur dengan obat kumur non-alkohol :

Sampel menyikat gigi dan berkumur dengan obat kumur non-alkohol dengan kandungan CPC selama 3 hari sebanyak 20 ml selama 30 detik. Sikat gigi dan berkumur dilakukan 2 kali sehari pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.

b. Hanya Menyikat gigi:


(31)

2) Variabel Terikat

Skor plak : skor rata-rata plak yang diukur dengan indeks Loё and Silness. Pemeriksaan skor plak dilakukan pada enam gigi yang telah ditentukan dengan disclosing solution dan bantuan kaca mulut. Pemeriksaan dilakukan setelah 3 jam lebih menyikat gigi yaitu pukul 11.00 WIB untuk melihat akumulasi plak. Kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut :

Skor Kriteria KlinisS

0 Tidak terdapat adanya plak.

1

Film plak yang melekat pada tepi gingiva bebas dan daerah yang berdekatan dengan gigi. Plak in situ mungkin hanya terlihat setelah penggunaan disclosing solution atau dengan menggunakan probe pada permukaan gigi.

2 Akumulasi yang sedang dari deposit lunak dalam poket gingiva, atau gigi dan tepi gingiva, yang dapat terlihat dengan mata.

3 Akumulasi yang banyak dari deposit lunak di dalam poket gingiva, gigi serta margin gingiva.

Pada indeks plak ini gigi yang diperiksa adalah gigi 16, 12, 24, 36, 32 dan 44. Pengukuran plak dilakukan pada empat permukaan yaitu mesial, distal, bukal dan lingual/palatal.

3.7 Prosedur Penelitian

1. Pada awal pengukuran, dilakukan pemeriksaan skor plak dengan menggunakan disclosing solution. Sebelumnya, semua pemeriksa telah dilatih dan dilakukan kalibrasi berkaitan dengan sistem penilaian plak. Pemeriksaan dilakukan dengan indeks plak Loё and Sillness. Semua pemeriksaan dilakukan pada kondisi yang sama. Hasil pemeriksaan kemudian dicatat dilembar observasi.

2. Sampel dibagi menjadi dua kelompok secara random. Randomisasi dilakukan dengan mengambil nomor pada kotak. Nomor 1 untuk kelompok menyikat


(32)

gigi dan berkumur dengan obat kumur non-alkohol dan nomor 2 untuk kelompok yang hanya menyikat gigi.

3. Kelompok 1 diberikan 1 botol obat kumur non-alkohol dan diinstruksikan menyikat gigi lalu berkumur dengan 20 ml larutan selama 30 detik dua kali sehari pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur serta tidak berkumur dengan air setelah berkumur dengan obat kumur. Kelompok 2 hanya diberikan instruksi untuk menyikat gigi dua kali sehari pada pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.

4. Pada hari ke-1 dan ke-3 semua sampel diperiksa dengan menggunakan disclosing solution. Pemeriksaan dilakukan dengan indeks plak Loё and Sillness pada pukul 11.00 WIB. Semua pemeriksaan dilakukan pada kondisi yang sama. Hasil pemeriksaan dicatat dilembar observasi.

5. Selanjutnya, dilakukan prosedur analisa data.

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

Lembar observasi diperiksa kembali kelengkapan datanya. Pengolahan data dilakukan secara manual. Data diperoleh, diedit, ditabulasi dengan coding card. Kemudian data dimasukkan ke dalam program komputer untuk dianalisis. Analisis statistik yang digunakan yaitu:

1. Analisis uji ANOVA untuk melihat perbedaan akumulasi plak pada awal, hari ke-1, dan hari ke-3 pada kelompok menyikat gigi dan berkumur dengan obat kumur non-alkohol.

2. Analisis uji ANOVA untuk melihat perbedaan akumulasi plak pada awal, hari ke-1, dan hari ke-3 pada kelompok yang hanya menyikat gigi.

3. Analisis uji T tidak berpasangan untuk melihat perbedaan akumulasi plak antara kelompok yang menyikat gigi dan berkumur obat kumur non-alkohol dengan kelompok yang hanya menyikat gigi.

4. Analisis uji T berpasangan untuk melihat perbedaan akumulasi plak awal, hari ke-1 dan hari ke-3 pada kelompok menyikat gigi dan berkumur obat kumur


(33)

non-BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah 32 orang siswa SMA Negeri 11 Medan berusia 17-18 tahun. Pada penelitian ini, responden sama banyak yaitu 50% perempuan dan 50% laki-laki (Tabel 2).

Tabel 2. Karakteristik Respoden Siswa SMA Negeri 11 Medan

Karakteristik

Menyikat gigi dan berkumur obat

kumur non-alkohol Menyikat gigi

n % n %

Laki-Laki 8 25 8 25

Perempuan 8 25 8 25

Total 16 50 16 50

4.2 Uji Normalitas

Uji normalitas sebagai uji prasyarat analisis dilakukan sebelum dilakukan uji statistic parametric. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-wilk keseluruhan data terdistribusi normal (p>0,05).

4.3 Rata-Rata Skor Plak Awal Kelompok Menyikat Gigi dan Berkumur dengan Obat Kumur Non-Alkohol dan Kelompok Hanya Menyikat Gigi

Berdasarkan hasil uji statistik, rata-rata skor plak awal kelompok menyikat gigi dan berkumur dengan obat kumur non-alkohol adalah 0,70 ± 0,26 sedangkan pada kelompok yang hanya menyikat gigi adalah 0,59 ± 0,32. Hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok menyikat gigi


(34)

dan berkumur obat kumur non-alkohol dengan kelompok yang hanya menyikat gigi (p<0,05) (Tabel 3).

Tabel 3. Rata-Rata Skor Plak Awal Kelompok Menyikat Gigi dan Berkumur Obat Kumur Non-Alkohol Dengan Kelompok Hanya Menyikat Gigi.

Kelompok n

Rerata skor plak (X±SD)

Hasil Uji Statistik

df p

Menyikat gigi dan berkumur

dengan obat kumur non-alkohol 16 0,70± 0,26 30 0,283

Hanya menyikat gigi 16 0,59 ± 0,32

4.4 Rata-Rata Skor Plak Awal, Hari Ke-1 dan Hari Ke-3 Kelompok Menyikat Gigi dan Berkumur dengan Obat Kumur Non-Alkohol dan Kelompok Hanya Menyikat Gigi

Berdasarkan hasil uji statistik, rata-rata skor plak awal, hari ke-1 dan hari ke-3 pada kelompok menyikat gigi dan berkumur dengan obat kumur non-alkohol adalah 0,70 ± 0,26, 0,30 ± 0,16 dan 0,18 ± 0,10. Ada perbedaan yang signifikan antara rerata skor plak awal, hari ke-1 dan hari ke-3 pada kelompok yang menyikat gigi dan berkumur obat kumur non-alkohol (p<0,05). Pada kelompok yang hanya menyikat gigi secara berurut adalah 0,59 ± 0,32, 0,40 ± 0,24 dan 0,33 ± 0,27. Ada perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor plak awal, hari ke-1 dan hari ke-3 pada kelompok yang hanya menyikat gigi (p<0,05) (Tabel 4).

Tabel 4. Rata-Rata Skor Plak Awal, Hari Ke-1 dan Hari Ke-3 Kelompok Menyikat Gigi dan Berkumur dengan Obat Kumur Non-Alkohol dan Kelompok Hanya Menyikat Gigi

Kelompok n

Rata-rata skor plak (X ± SD)

p Awal Hari ke-1 Hari ke-3


(35)

non-alkohol

Menyikat gigi 16 0,59 ± 0,32 0,40 ± 0,24 0,33 ± 0,27 0,014 4.5 Selisih Rata-Rata Skor Plak Awal, Hari Ke-1 dan Hari Ke-3 Pada Kelompok Menyikat Gigi dan Berkumur Obat Kumur Non-Alkohol

Selisih rata-rata skor plak awal dengan hari ke-1 adalah 0,41 ± 0,22, awal dengan hari ke-3 adalah 0,52 ± 0,23 dan antara hari ke 1 dan hari ke-3 adalah 0,12 ± 0,15. Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara awal dengan hari ke-1, awal dengan hari ke-3 dan hari-ke1 dengan hari ke-3 (p<0,05) (Tabel 5). Tabel 5. Selisih Rata-Rata Skor Plak Awal, Hari ke-1 dan Hari ke-3 Menyikat Gigi

dan Berkumur Dengan Obat Kumur Non-Alkohol

Waktu n Selisih Rata-rata skor plak (X ± SD) p

Awal - Hari Ke-1 16 0,41 ± 0,22 0,000

Awal - Hari Ke-3 16 0,52 ± 0,23 0,000

Hari Ke-1 - Hari Ke-3 16 0,12 ± 0,15 0,006

4.6 Selisih Rata-Rata Skor Plak Awal, Hari Ke-1 dan Hari Ke-3 Kelompok yang Hanya Menyikat Gigi

Selisih rata-rata skor plak awal dengan hari ke-1 adalah 0,19 ± 0,34, awal dengan hari ke-3 adalah 0,26 ± 0,35 dan antara hari ke 1 dan hari ke-3 adalah 0,06 ± 0,33. Hasil analisa menunjukkan terdapat perbedaan signifikan antara awal dengan hari ke-1 dan awal dengan hari ke-3. Sedangkan antara hari-ke1 dan hari ke-3 tidak ada perbedaan yang signifikan (p<0,05) (Tabel 6).

Tabel 6. Selisih Rata-Rata Skor Plak Awal, Hari ke-1 dan Hari ke-3 pada Kelompok Hanya Menyikat Gigi

Waktu n Selisih Rata-rata skor plak (X ± SD) p

Awal - Hari Ke-1 16 0,19 ± 0,34 0,038

Awal - Hari Ke-3 16 0,26 ± 0,35 0,010


(36)

4.7 Selisih Rata-Rata Skor Plak Awal, Hari Ke-1 dan Hari Ke-3 Antara Menyikat Gigi dan Berkumur Obat Kumur Non-Alkohol Dengan Hanya Menyikat Gigi

Selisih rata-rata skor plak antara awal dengan hari ke-1 pada kelompok menyikat gigi dan berkumur obat kumur non-alkohol adalah 0,41 ± 0,22, sedangkan pada kelompok yang hanya menyikat gigi adalah 0,19 ± 0,34. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan signifikan selisih rata-rata skor plak awal dengan hari ke-1 antara kedua kelompok (p<0,05) (Tabel 6).

Pada hari ke-1 dan hari ke-3 selisih rata-rata pada kelompok menyikat gigi dan berkumur obat kumur non-alkohol adalah 0,13 ± 0,15, sedangkan pada kelompok yang hanya menyikat gigi adalah 0,04 ± 0,30. Hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan rerata skor plak pada hari ke-1 dan hari ke-3 antara kedua kelompok (p<0,05) (Tabel 7).

Tabel 7. Selisih Rata-Rata Skor Plak Awal, Hari Ke-1 dan Hari Ke-3 Antara Menyikat Gigi dan Berkumur Obat Kumur Non-Alkohol Dengan Hanya Menyikat Gigi

Kelompok n

Selisih Rerata Skor

Plak Awal–Hari

ke-1 (X±SD) P Selisih Rerata Skor Plak Hari ke 3– Hari ke1

(X±SD)

p

Menyikat gigi dan berkumur dengan obat kumur non-alkohol

1

6 0,41 ± 0,22 0,

044

0,13 ± 0,15

0, 090 Hanya Menyikat

gigi

1


(37)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dilakukan pada 32 responden siswa SMA Negeri 11 Medan menunjukkan bahwa seluruh data terdistribusi normal setelah dilakukan uji normalitas Shapiro-wilk test (p>0,05). Untuk perbedaan rata-rata data awal kedua kelompok tidak terdapat perbedaan signifikan dengan nilai p = 0,283 (Tabel 3). Berdasarkan hasil tersebut data awal dalam keadaan sama dan dapat dilanjutkan untuk dilakukan uji statistik selanjutmya.

Pada kelompok menyikat gigi dan berkumur dengan obat kumur non-alkohol terjadi penurunan skor plak yang signifikan dengan p = 0,000 dan pada kelompok yang hanya menyikat gigi saja juga terjadi penurunan skor plak yang signifikan dengan p = 0,014 (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa tindakan kontrol plak seperti menyikat gigi dan berkumur dengan obat kumur efektif dalam mengurangi akumulasi plak pada rongga mulut. Tindakan kontrol plak secara teratur baik secara mekanis dengan menyikat gigi dan menggunakan dental floss maupun secara kimiawi dengan obat kumur dan pasta gigi yang mengandung bahan tertentu untuk mencegah pembentukan plak terbukti efektif dalam menghambat pembentukan plak.5

Selisih rata-rata skor plak awal dengan hari ke-1, awal dengan hari ke-3 dan hari ke-1 dengan hari ke-3 pada kelompok yang menyikat gigi dan berkumur dengan obat kumur non-alkohol menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dengan p>0,05 (Tabel 5). Perbedaan yang signifikan terjadi kemungkinan disebabkan oleh instruksi penyikatan gigi dan berkumur yang dilakukan dengan baik pada awal penelitian dan kandungan bahan aktif tertentu dalam obat kumur. Proses


(38)

pembentukan plak terhambat akibat tindakan kontrol plak yang dilakukan secara rutin serta kandungan cetylpiridinium chloride dalam obat kumur. Kandungan obat kumur non-alkohol seperti cetylpiridinium chloride efektif dalam menurunkan plak. Cetylpiridinium chloride (CPC) dalam obat kumur telah terbukti mampu mengontrol pembentukan plak dan gingivitis. Obat kumur yang mengandung CPC dalam menghambat plak dengan menghambat bakteri Streptococcus mutans. Cetylpyridinium chloride adalah senyawa amonium kuartenari yang bersifat antiseptik dan dapat membunuh bakteri dan mikroorganisme. Cetylpyridinium chloride merupakan antimikrobial berspektrum luas dan bersifat bakterisid.22. Cetylpyridinium chloride mempunyai efek bakterisid dengan mengganggu fungsi membran bakteri pada sitoplasma dan metabolisme bakteri yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan sel dan akhirnya menyebabkan kematian pada sel. Penurunanan populasi bakteri pada plak tersebut yang dapat menurunkan indeks plak. CPC juga merupakan salah satu bahan antimikroba untuk obat kumur yang direkomendasikan oleh United States Food and Drug Administration (FDA) karena aman dan efektif dalam mengurangi plak supragingiva dan gingivitis.21

Pada kelompok hanya menyikat gigi juga terjadi penurunan skor plak yang signifikan antara skor awal dengan hari ke-1 dan skor awal dengan hari ke-3 dengan p<0,05. Namun, selisih rata-rata skor plak hari ke-1 dan hari ke-3 tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dengan p = 0,446 (Tabel 6). Penurunan skor plak terjadi karena menyikat gigi merupakan tindakan kontrol plak mekanis utama dalam penyingkiran plak.4,15 Walaupun begitu, keefektifan tindakan menyikat gigi tidak sama pada semua orang. Ada berbagai faktor yang mempengaruhinya seperti kecenderungan seseorang terhadap plak dan debris, keterampilan menyikat gigi serta kemampuan saliva dalam membersihkan sisa-sisa makanan dan debris.15 Hal tersebut berkaitan dengan sulitnya mengubah kebiasaan menyikat gigi seseorang dalam waktu singkat. Selain itu, faktor pola makan seseorang yang berbeda-beda menyebabkan self cleansing seseorang juga berbeda-beda.22


(39)

dengan obat kumur dengan kelompok hanya menyikat gigi dengan p=0,044 (Tabel 7). Namun, tidak terjadi perbedaan yang signifikan terhadap selisih rerata skor plak hari ke-1 dengan hari ke-3 antara kedua kelompok dengan p=0,289 (Tabel 7). Walaupun begitu, terjadi tren penurunan skor plak yang lebih besar pada kelompok menyikat gigi dan berkumur dengan obat kumur non-alkohol. Hal tersebut berkaitan dengan manfaat obat kumur dalam kontrol plak yang secara efektif mencapai semua area yang tidak dapat dijangkau hanya dengan menyikat gigi. Selain itu, obat kumur dengan kandungan seperti CPC dapat secara efektif menurunkan skor plak.

Sebagai kesimpulan, tindakan kontrol plak seperti menyikat gigi saja atau dengan penambahan obat kumur non-alkohol keduanya terbukti efektif dalam menurunkan plak. Namun, terjadi tren penurunan skor plak yang lebih besar pada kelompok menyikat gigi dan berkumur dengan obat kumur non-alkhohol berdasarkan hasil selisih skor plak awal, hari ke-1 dan hari ke-3 dibandingkan dengan kelompok yang hanya menyikat gigi. Hal ini menunjukkan bahwa penambahan obat kumur non-alkohol setelah menyikat gigi lebih baik dalam menurunkan skor plak dibandingkan tindakan kontrol plak mekanis seperti menyikat gigi saja. Penambahan obat kumur non-alkohol yang mengandung CPC setelah menyikat gigi efektif dalam menurunkan plak apabila dilakukan dengan benar dan dilakukan bersamaan dengan tindakan kontrol plak seperti menyikat gigi.


(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan yang signifikan pada rerata skor plak awal, hari ke-1 dan hari ke-3 kelompok yang menyikat gigi dan berkumur dengan obat kumur non-alkohol (p<0,05).

2. Ada perbedaan yang signifikan pada rerata skor plak awal, hari ke-1 dan hari ke-3 kelompok yang hanya menyikat gigi (p<0,05).

3. Ada perbedaan yang signifikan pada selisih rerata skor plak awal dengan hari ke-1 dan tidak ada perbedaan yang bermakna antara hari ke-1 hari ke-3 antara kelompok yang menyikat gigi dan berkumur dengan obat kumur non-alkohol dan kelompok yang hanya menyikat gigi (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tindakan kontrol plak seperti menyikat gigi saja atau dengan penambahan obat kumur keduanya terbukti efektif dalam menurunkan plak. Namun, terjadi trend penurunan yang lebih besar pada kelompok berkumur dengan obat kumur non-alkhohol dan sikat gigi berdasarkan hasil selisih skor plak awal, hari ke-1 dan hari ke-3 dibandingkan dengan kelompok yang hanya menyikat gigi.

6.2 Saran

1. Perlunya dilakukan sosialisasi mengenai tindakan kontrol plak yang baik dan benar salah satunya cara menyikat gigi yang baik dan benar.

2. Melakukan sosialisasi penggunaan obat kumur secara tepat dan pemilihan obat kumur yang sesuai dengan kebutuhan.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai obat kumur non-alkohol, terutama kandungan CPC yang menjadi salah satu bahan yang dapat menurunkan


(41)

DAFTAR PUSTAKA

1. Farah CS, McIntosh L, McCullough MJ. Mouthwashes. Australian Prescriber 2009; 32 (6): 162-4.

2. Barnes VM, Arvanitidou E, Szewczyk G, Richter R, DeVizio W, Cronin M, et al. Evaluation of the antiplaque efficacy of two cetylpyridinium chloride-containing mouthwashes. J Clin Dent 2011; 22 [Spec Iss]: 200–3.

3. Haake SK, Newman MG, Nisengard RJ, Sanz M. Periodontal microbiology. In: Newman MG, Takei HH, Carranza FA, eds. Clinical Periodontology. 9th ed., Philadelphia: WB Saunders, 2002: 97-8.

4. Asadoorian J . CDHA : Position paper on tooth brushing. CJDH 2006; 40(5): 232-48.

5. Hujoel P. Fundamental in the methods of periodontal disease epidemiology. In: Newman MG, Takei HH, Klokkevold PR, Carranza FA, eds. Carranza’s Clinical Periodontology. 11th ed., St. Louis: Elsevier, 2012: 61, 452-60.

6. Rao D, Arvanitidou E, Du-Thumm L, Rickard AH. Efficacy of an alkohol-free CPC-containing mouthwash against oral multispecies biofilms. J Clin Dent 2011; 22 [Spec Iss]: 187–94.

7. Boyle P, Koechlin A, Autier P. Mouthwash use and the prevention of plaque, gingivitis and caries. Oral Head and Neck Disease 2014; 20(suppl.1): 1-3.

8. Anyanwu OC, Baugh KK, Bennet SB, Jhonson JM, Madlock RL, Pollard NE, et al. Comparison of the antibacterial effectiveness of alkohol containing and non-alkohol containing mouthwashes. Journal of Scince 2011; 2(1): 7-12.

9. Marchetti E, et al. Efficacy of essential oil mouthwash with and without alkohol: a 3-day plaque accumulation model. Biomed Central Ltd. 2011; 12(262): 1-7. 10. Marsh PD, Moter A, Devine DA. Dental plaque biofilms: communities, conflict

and control. Periodontology 2000 2011; 55: 16-35.

11. Marsh PD. Dental plaque as a biofilm : the significance of pH in health and caries. Compendium 2009 ; 30(2) : 76-87.


(42)

12. Chetrus V, Ion IR. Dental plaque-classification, formation, and identification. International Journal of Medical Dentistry 2013; 3(2): 139-43.

13. Dumitrescu AL. Etiology and pathogenesis of periodontal disease. Berlin:Springer, 2010; 1-21.

14. Lindhe J, Karring T, Lang NP. Clinical peridontology and implant dentistry. 4thed., UK:Blackwell Munksgaard, 2003; 464-81.

15. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat pencegahan dan pemeliharaan. Medan : USU Press, 2012: 34, 86-98.

16. Dumitrescu AL. Antibiotics and antiseptics in periodontal theraphy. Berlin : Springer, 2011; 206-11.

17. Sikka G, Dodwad V, Chandrashekar KT. Comparative plaque and anti-gingivitis efficacy of two commercially available moutwashes-4 weeks clinical study. J Oral Health Comm Dent 2011; 5(3): 110-12.

18. Vizio D, Levine JB. What does mouthwash contain. http: // www. sharecare. com /health/healthy-oral-hygine/what-does-moutnwash contain.html (September 13.2014).

19. Werner CW, Seymour RA. Are alkohol containing mouthwashes safe?. Br Dent J 2009; 207(E19): 1-4.

20. Shakhasiri. Chemical of the week : Etanol. http://www.scifun.org. (September 13.2014 ).

21. William MI. The antibacterial and antiplaque effectiveness of mouthwashes containing cetylpiridinium chloride with and without alkohol in improving gingival health. J Clin Dent 2011; 22 [Spec Iss]: 179-82.

22. Sari DN, Cholil, Sukmana BI. Perbandingan efektivitas obat kumur bebas alkohol yang mengandung cetylpyridinium chloride dengan chlorhexidine terhadap penurunan plak. Dentino Jur. Ked. Gigi 2014; 2(2): 179 – 13.


(43)

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

Nomor :

Pemeriksa :

EFEKTIVITAS PEMAKAIAN OBAT KUMUR NON-ALKOHOL SETELAH MENYIKAT GIGI TERHADAP AKUMULASI PLAK PADA SISWA SMA

NEGERI 11 MEDAN

Nama :

Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan

Kelompok : 1. Berkumur dengan obat kumur non-alkohol dan sikat gigi 2. Hanya sikat gigi

Skor Plak Gigi Indeks Elemen

Gigi

Baseline Hari ke-1 Hari ke-3

M D B L ∑ M D B L ∑ M D B L ∑

11 12 24 36 32 44

Total Total Total


(44)

Skor Plak Individu = Total Skor Plak

∑Permukaan gigi yang diperiksa

= =...

keterangan :

Indeks plak Loё and Silness

Skor Kriteria

0 Tidak ada plak pada gingiva.

1

Film plak yang melekat pada tepi gingiva bebas dan daerah yang berdekatan dengan gigi. Plak in situ mungkin hanya terlihat setelah penggunaan disclosing solution atau dengan menggunakan probe pada permukaan gigi. 2 Akumulasi yang sedang dari deposit lunak dalam poket gingiva, atau gigi

dan tepi gingiva, yang dapat terlihat dengan mata.

3 Akumulasi yang banyak dari deposit lunak di dalam poket gingiva, gigi serta margin gingiva.

Skor Plak Individu Baseline

Skor Plak Individu hari ke-1

Skor Plak Individu hari ke-3


(45)

(46)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Selamat pagi,

Saya Raudatul Adawiyah, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Bersama ini saya mohon kesediaan anda untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya tentang Efektivitas Pemakaian Obat Kumur Non-Alkohol Setelah Menyikat Gigi Terhadap Akumulasi Plak Pada Siswa SMA Negeri 11 Medan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rerata skor plak berkumur dengan obat kumur non-alkohol setelah sikat gigi dan hanya sikat gigi. Manfaat dari penelitian ini bagi masyarakat adalah sebagai informasi dalam pemilihan dan penggunaan obat kumur yang sesuai dengan kebutuhan berkaitan dengan kesehatan gigi dan mulut.

Prosedur penelitian ini dilakukan terhadap 32 orang. Subjek kemudian dibagi menjadi 2 kelompok. Masing-masing kelompok terdiri atas 16 orang. Kelompok 1 berkumur dengan obat kumur non-alkohol mengandung CPC setelah sikat gigi, sedangkan kelompok 2 hanya menyikat gigi saja dua kali sehari. Kemudian dilakukan pemeriksaan skor plak dan di catat pada lembar observasi selama 3 hari menjalankan prosedur. Kegiatan yang akan dilakukan tidak menimbulkan efek samping dan seluruh biaya penelitian menjadi beban peneliti. Untuk melakukan penelitian ini, saya membutuhkan bantuan anda untuk mengikuti prosedur penelitian dan bersedia diperiksa skor plaknya. Saya berharap kesediaan anda sekalian untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian yang saya lakukan ini.

Jika anda bersedia menjadi subjek penelitian, lembar persetujuan terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan. Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan anda dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung. Demikian, semoga keterangan saya diatas dapat dimengerti dan atas kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih. Untuk informasi yang lebih lanjut dapat menghubungi peneliti di nomor : 08779900860

Medan, Februari 2015

(Raudatul Adawiyah) LAMPIRAN 3


(47)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Jenis Kelamin :

Kelas :

Sekolah :

Menyatakan kesediaan untuk menjadi sampel dalam penelitian mengenai Efektivitas Pemakaian Obat Kumur Non-Alkohol Setelah Menyikat Gigi Terhadap Akumulasi Plak Pada Siswa SMA Negeri 11 Medan dan tidak akan menyatakan keberatan maupun tuntutan dikemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya berikan dalam keadaan pikiran sehat/ sadar dan tanpa paksaan apapun dari pihak manapun juga.

Medan, Februari 2015 Pembuat pernyataan

( )


(48)

(49)

HASIL UJI STATISTIK Frequencies

Statistics

Jenis Kelamin

N Valid 32 Missing 0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid laki-laki 16 50,0 50,0 50,0

perempuan 16 50,0 50,0 100,0 Total 32 100,0 100,0

Tests of Normality

Data1

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Kelompok 1 H0 ,147 16 ,200* ,937 16 ,309

H1 ,173 16 ,200* ,922 16 ,182 H3 ,132 16 ,200* ,934 16 ,285 Kelompok 2 H0 ,137 16 ,200* ,943 16 ,390 H1 ,165 16 ,200* ,923 16 ,186


(50)

H3 ,177 16 ,195 ,896 16 ,069 a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Oneway

Descriptives

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for

Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound Kelompok

1

H0 16 ,7050 ,26311 ,06578 ,5648 ,8452 ,38 1,20 H1 16 ,2994 ,15750 ,03938 ,2154 ,3833 ,04 ,62 H3 16 ,1819 ,10387 ,02597 ,1265 ,2372 ,04 ,37 Total 48 ,3954 ,29111 ,04202 ,3109 ,4799 ,04 1,20 Kelompok

2

H0 16 ,5913 ,32238 ,08060 ,4195 ,7630 ,16 1,29 H1 16 ,3981 ,24078 ,06020 ,2698 ,5264 ,04 ,95 H3 16 ,3338 ,14687 ,03672 ,2555 ,4120 ,16 ,63 Total 48 ,4410 ,26605 ,03840 ,3638 ,5183 ,04 1,29


(51)

ANOVA

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig. Kelompok

1

Between Groups

2,411 2 1,205 34,496 ,000

Within Groups 1,572 45 ,035 Total 3,983 47

Kelompok 2

Between Groups

,575 2 ,287 4,698 ,014

Within Groups 2,752 45 ,061 Total 3,327 47

T-Test

Group Statistics

kelompok N Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean Baseline 1 dan Baseline

2

kelompok 1 16 ,7050 ,26311 ,06578 kelompok 2 16 ,5913 ,32238 ,08060


(52)

Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variance

s t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed ) Mean Differenc e Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the

Difference Lowe

r Upper Baselin

e 1 dan Baselin e 2 Equal variance s assumed ,38 5 ,54 0 1,09 3

30 ,283 ,11375 ,10403 -,0987 1 ,3262 1 Equal variance s not assumed 1,09 3 28,84 1

,283 ,11375 ,10403 -,0990 7

,3265 7

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 Baseline Kelompok 1 ,7050 16 ,26311 ,06578

Hari ke-1 kelompok 1 ,2994 16 ,15750 ,03938 Pair 2 Baseline Kelompok 1 ,7050 16 ,26311 ,06578


(53)

Hari ke-3 kelompok 1 ,1819 16 ,10387 ,02597 Pair 3 Hari ke-1 kelompok 1 ,2994 16 ,15750 ,03938 Hari ke-3 kelompok 1 ,1819 16 ,10387 ,02597

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 Baseline Kelompok 1 & Hari

ke-1 kelompok ke-1

16 ,545 ,029

Pair 2 Baseline Kelompok 1 & Hari ke-3 kelompok 1

16 ,470 ,066

Pair 3 Hari 1 kelompok 1 & Hari ke-3 kelompok 1

16 ,418 ,107

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair

1

Baseline Kelompok 1 - Hari ke-1 kelompok 1

,40562 ,22103 ,05526 ,28785 ,52340 7,341 15 ,000

Pair 2

Baseline Kelompok 1 - Hari ke-3 kelompok 1


(54)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair

1

Baseline Kelompok 1 - Hari ke-1 kelompok 1

,40562 ,22103 ,05526 ,28785 ,52340 7,341 15 ,000

Pair 2

Baseline Kelompok 1 - Hari ke-3 kelompok 1

,52312 ,23306 ,05826 ,39894 ,64731 8,978 15 ,000

Pair 3

Hari ke-1 kelompok 1 - Hari ke-3 kelompok 1

,11750 ,14808 ,03702 ,03860 ,19640 3,174 15 ,006

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 Baseline Kelompok 2 ,5913 16 ,32238 ,08060

Hari ke-1 kelompok 2 ,3981 16 ,24078 ,06020 Pair 2 Baseline Kelompok 2 ,5913 16 ,32238 ,08060 Hari ke-3 kelompok 2 ,3338 16 ,14687 ,03672 Pair 3 Hari ke-1 kelompok 2 ,3981 16 ,24078 ,06020


(55)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 Baseline Kelompok 2 ,5913 16 ,32238 ,08060

Hari ke-1 kelompok 2 ,3981 16 ,24078 ,06020 Pair 2 Baseline Kelompok 2 ,5913 16 ,32238 ,08060 Hari ke-3 kelompok 2 ,3338 16 ,14687 ,03672 Pair 3 Hari ke-1 kelompok 2 ,3981 16 ,24078 ,06020 Hari ke-3 kelompok 2 ,3338 16 ,14687 ,03672

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 Baseline Kelompok 2 & Hari

ke-1 kelompok 2

16 ,300 ,259

Pair 2 Baseline Kelompok 2 & Hari ke-3 kelompok 2

16 ,019 ,945

Pair 3 Hari 1 kelompok 2 & Hari ke-3 kelompok 2

16 -,406 ,119

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the


(56)

Lower Upper Pair

1

Baseline Kelompok 2 - Hari ke-1 kelompok 2

,19313 ,33958 ,08490 ,01217 ,37408 2,275 15 ,038

Pair 2

Baseline Kelompok 2 - Hari ke-3 kelompok 2

,25750 ,35175 ,08794 ,07007 ,44493 2,928 15 ,010

Pair 3

Hari ke-1 kelompok 2 - Hari ke-3 kelompok 2

,06438 ,32902 ,08225 -,11095 ,23970 ,783 15 ,446

T-Test

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Selisih H0-H1 kelompok 1 16 ,4056 ,22103 ,05526 kelompok 2 16 ,1931 ,33958 ,08490 Selisih H1-H3 kelompok 1 16 ,1331 ,14804 ,03701 kelompok 2 16 ,0431 ,29886 ,07471


(57)

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality

of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed ) Mean Differenc e Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Selisi h H0-H1 Equal variance s assumed 2,30 1 ,14 0 2,09 8

30 ,044 ,21250 ,10129 ,0056 3 ,4193 7 Equal variance s not assumed 2,09 8 25,77 5

,046 ,21250 ,10129 ,0042 0 ,4208 0 Selisi h H1-H3 Equal variance s assumed 3,95 1 ,05 6 1,07 9

30 ,289 ,09000 ,08338 -,0802 8 ,2602 8 Equal variance s not assumed 1,07 9 21,94 3

,292 ,09000 ,08338 -,0829 4

,2629 4


(1)

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality

of Variance

s t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed

)

Mean Differenc

e

Std. Error Differenc

e

95% Confidence Interval of the

Difference Lowe

r Upper Baselin

e 1 dan Baselin e 2

Equal variance s

assumed ,38

5 ,54

0 1,09

3

30 ,283 ,11375 ,10403 -,0987 1

,3262 1

Equal variance s not assumed

1,09 3

28,84 1

,283 ,11375 ,10403 -,0990 7

,3265 7

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 Baseline Kelompok 1 ,7050 16 ,26311 ,06578

Hari ke-1 kelompok 1 ,2994 16 ,15750 ,03938 Pair 2 Baseline Kelompok 1 ,7050 16 ,26311 ,06578


(2)

Hari ke-3 kelompok 1 ,1819 16 ,10387 ,02597 Pair 3 Hari ke-1 kelompok 1 ,2994 16 ,15750 ,03938 Hari ke-3 kelompok 1 ,1819 16 ,10387 ,02597

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 Baseline Kelompok 1 & Hari

ke-1 kelompok ke-1

16 ,545 ,029

Pair 2 Baseline Kelompok 1 & Hari ke-3 kelompok 1

16 ,470 ,066

Pair 3 Hari 1 kelompok 1 & Hari ke-3 kelompok 1

16 ,418 ,107

Paired Samples Test Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair

1

Baseline Kelompok 1 - Hari ke-1 kelompok 1

,40562 ,22103 ,05526 ,28785 ,52340 7,341 15 ,000

Pair 2

Baseline Kelompok 1 - Hari ke-3 kelompok 1


(3)

Paired Samples Test Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Pair

1

Baseline Kelompok 1 - Hari ke-1 kelompok 1

,40562 ,22103 ,05526 ,28785 ,52340 7,341 15 ,000

Pair 2

Baseline Kelompok 1 - Hari ke-3 kelompok 1

,52312 ,23306 ,05826 ,39894 ,64731 8,978 15 ,000

Pair 3

Hari ke-1 kelompok 1 - Hari ke-3 kelompok 1

,11750 ,14808 ,03702 ,03860 ,19640 3,174 15 ,006

T-Test

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 Baseline Kelompok 2 ,5913 16 ,32238 ,08060

Hari ke-1 kelompok 2 ,3981 16 ,24078 ,06020 Pair 2 Baseline Kelompok 2 ,5913 16 ,32238 ,08060 Hari ke-3 kelompok 2 ,3338 16 ,14687 ,03672 Pair 3 Hari ke-1 kelompok 2 ,3981 16 ,24078 ,06020


(4)

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation

Std. Error Mean Pair 1 Baseline Kelompok 2 ,5913 16 ,32238 ,08060

Hari ke-1 kelompok 2 ,3981 16 ,24078 ,06020 Pair 2 Baseline Kelompok 2 ,5913 16 ,32238 ,08060 Hari ke-3 kelompok 2 ,3338 16 ,14687 ,03672 Pair 3 Hari ke-1 kelompok 2 ,3981 16 ,24078 ,06020 Hari ke-3 kelompok 2 ,3338 16 ,14687 ,03672

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig. Pair 1 Baseline Kelompok 2 & Hari

ke-1 kelompok 2

16 ,300 ,259

Pair 2 Baseline Kelompok 2 & Hari ke-3 kelompok 2

16 ,019 ,945

Pair 3 Hari 1 kelompok 2 & Hari ke-3 kelompok 2

16 -,406 ,119

Paired Samples Test Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the


(5)

Lower Upper Pair

1

Baseline Kelompok 2 - Hari ke-1 kelompok 2

,19313 ,33958 ,08490 ,01217 ,37408 2,275 15 ,038

Pair 2

Baseline Kelompok 2 - Hari ke-3 kelompok 2

,25750 ,35175 ,08794 ,07007 ,44493 2,928 15 ,010

Pair 3

Hari ke-1 kelompok 2 - Hari ke-3 kelompok 2

,06438 ,32902 ,08225 -,11095 ,23970 ,783 15 ,446

T-Test

Group Statistics

Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Selisih H0-H1 kelompok 1 16 ,4056 ,22103 ,05526

kelompok 2 16 ,1931 ,33958 ,08490

Selisih H1-H3 kelompok 1 16 ,1331 ,14804 ,03701


(6)

Independent Samples Test Levene's

Test for Equality

of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed ) Mean Differenc e Std. Error Differenc e 95% Confidence Interval of the

Difference Lower Upper Selisi h H0-H1 Equal variance s assumed 2,30 1 ,14 0 2,09 8

30 ,044 ,21250 ,10129 ,0056 3 ,4193 7 Equal variance s not assumed 2,09 8 25,77 5

,046 ,21250 ,10129 ,0042 0 ,4208 0 Selisi h H1-H3 Equal variance s assumed 3,95 1 ,05 6 1,07 9

30 ,289 ,09000 ,08338 -,0802 8 ,2602 8 Equal variance s not assumed 1,07 9 21,94 3

,292 ,09000 ,08338 -,0829 4

,2629 4