Obat Kumur Non-Alkohol Obat Kumur

Penggunaan etanol sebagai bahan obat kumur berdasarkan beberapa alasan seperti, etanol merupakan pelarut untuk bahan-bahan aktif lainnya, sebagai antiseptik dan berperan sebagai bahan pengawet. Etanol mudah diproduksi dan relatif murah. Obat kumur memiliki kemampuan dalam menurunkan plak bakteri dan gingivitis bila digunakan bersamaan dengan metode mekanis penyingkiran plak. Studi yang dilakukan antara obat kumur mengandung alkohol dan non-alkohol menunjukkan bahwa obat kumur yang mengandung alkohol memiliki efektivitas lebih baik. 19 Alkohol dalam obat kumur tidak diindikasikan pada pasien dengan mukositis, keadaan jaringan yang sensitif berkaitan dengan terapi radiasi kepala dan leher, imunokompromis, sensitif terhadap alkohol dan pasien dengan restorasi komposit. Obat kumur yang mengandung alkohol dapat mengeksaserbasi kondisi-kondisi di atas. Hal ini disebabkan alkohol dalam obat kumur kemungkinan tidak bermanfaat karena toksisitas alkohol dalam kasus apabila tertelan secara tidak sengaja oleh anak- anak, dapat meningkatkan risiko perkembangan kanker mulut dan faring, walaupun pendapat ini masih lemah, tidak konsisten dan bahkan kontradiksi dengan berbagai literatur. Rasa tidak nyaman pada mukosa mulut meningkat dengan meningkatnya konsentrasi alkohol dimana kemungkinan seseorang sensitif terhadap alkohol. Penggunaan alkohol dalam obat kumur dapat meningkatkan kandungan alkohol dalam nafas dan dapat merubah hasil pembacaan tes nafas serta dapat melunakkan dan merubah warna restorasi komposit dan resin hybrid. 16

2.4.3 Obat Kumur Non-Alkohol

Akhir-akhir ini banyak permintaan terhadap obat kumur bebas alkohol non- alkohol, akibat dari alkohol yang digunakan sebagai kandungan dalam obat kumur dianggap terlalu besar 10-20. Obat kumur non alkohol merupakan obat kumur yang dibuat berdasarkan permintaan untuk tidak digunakannya alkohol dalam obat kumur akibat beberapa efek yang ditimbulkannya. Obat kumur non alkohol memiliki kandungan seperti obat kumur pada umumnya. Selain itu, beberapa produk obat kumur non-alkohol memberikan variasi seperti penambahan ekstrak herbal kedalam obat kumur. Obat kumur non-alkohol Universitas Sumatera Utara nyaman digunakan karena tidak menyebabkan rasa terbakar pada mulut. Hal ini menyebabkan banyak orang lebih memilih obat kumur non-alkohol. Namun, sebuah studi menunjukkan bahwa obat kumur non-alkohol kurang efektif dalam melawan bakteri gram negatif. Hal ini berkaitan dengan fakta bahwa alkohol dalam obat kumur berperan sebagai larutan yang menyingkirkan membran terluar dari bakteri gram negatif tetapi untuk bakteri gram positif, alkohol tidak memiliki efek karena bakteri gram positif tidak memiliki membran luar. 8 Perlu diketahui bahwa efektivitas suatu obat kumur bukan hanya dari kandungan umum yang ada di dalamnya tetapi juga bahan yang ditambahkan ke dalamnya. Studi yang dilakukan oleh Anyanwu dkk. menunjukkan bahwa tidak semua obat kumur non-alkohol tidak efektif dalam melawan bakteri gram negatif dan tidak semua obat kumur mengandung alkohol tidak memiliki efek terhadap bakteri gram positif. 8 Beberapa produk obat kumur non-alkohol dibuat dengan menambahkan bermacam bahan kimia yang dapat membantu dalam mengontrol pembentukan plak dan gingivitis seperti chlorhexidine, triclosan, essential oil dan cetylpiridinium chloride CPC. Clorhexidine 0,12 terbukti efektif mencegah pembentukan plak bila digunakan setiap hari dalam bentuk larutan. 15 Selain itu, clorhexidine 0,12 mempunyai sifat antibakteri yang bisa bertahan selama 12 jam sampai dilakukan kembali kumur-kumur dengan larutan tersebut. Obat kumur yang mengandung essential oil dapat mencegah atau membunuh kuman penyebab halitosis sampai 95 dan menurunkan plak sampai 50. 15 Obat kumur yang mengandung cetylpiridinium chloride CPC dapat memberikan efek antimikroba. Cetylpiridinium chloride CPC dalam obat kumur telah terbukti mampu mengontrol pembentukan plak dan gingivitis. CPC merupakan salah satu bahan antimikroba untuk obat kumur yang direkomendasikan oleh United States Food and Drug Administration FDA karena aman dan efektif dalam mengurangi plak supragingiva dan gingivitis. 21 United States Food and Drug Administration FDA telah mengklasifikasikan CPC sebagai bahan yang aman dan efektif untuk perawatan gingivitis akibat plak Universitas Sumatera Utara ketika diformulasikan dalam rentang konsentrasi 0,045-0,10. 21 CPC merupakan salah satu bahan yang paling umum digunakan sebagai bahan tambahan dalam obat kumur. Kebanyakan CPC yang digunakan dalam obat kumur adalah 0,05. Obat kumur mengandung CPC dengan konsentrasi dan bioavaiabilitas yang lebih tinggi menunjukkan efek klinis yang lebih tinggi. Obat kumur yang mengandung CPC dengan konsenrasi di bawah 0,05 dan bioavailabilitas yang rendah biasanya dipertimbangkan efek kosmetiknya yaitu sebagai kontrol halitosis. 21 Pada sebuah penelitian, obat kumur yang mengandung 0,05 CPC dan 0,05 sodium fluoride dibandingkan dengan kontrol obat kumur yang hanya mengandung 0,05 sodium fluoride untuk dilihat kemampuannya dalam mengontrol jumlah bakteri plak supragingiva selama 12 jam setelah hari pertama, dan 12 jam setelah 14 hari pemakaian. Obat kumur yang mengandung CPC secara signifikan mengurangi jumlah bakteri plak supragingiva sebanyak 35,3 dan 70,9. Penelitian ini menunjukkan bahwa obat kumur mengandung CPC efektif dalam menurunkan bakteri pada plak dan saliva dan memberikan efek pada pembentukan plak. 21 Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa terjadi penurunan bakteri pada saliva karena berkumur sekali ataupun beberapa kali dengan obat kumur yang mengandung CPC. 21 Dari hasil di atas menunjukkan bahwa CPC berpotensi dan efektif sebagai antiplak, hal ini juga berkaitan dengan aksinya yang persisten maupun substantivitas dari formulanya. 21 Universitas Sumatera Utara

2.5 Kerangka Konsep