7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah untuk
memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan keuangan
dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya perusahaan.
Laporan keuangan disusun berdasarkan standar akuntansi dan pelaporan keuangan yang berlaku dalam suatu negara. Sehingga dengan penyajian laporan
keuangan berdasarkan standar akuntansi dan pelaporan keuangan yang berlaku maka laporan keuangan akan mengandung informasi akuntansi yang bermanfaat
bagi para pihak yang berkepentingan terhadap informasi tersebut. Sehingga semakin baik standar akuntansi dan pelaporan keuangan maka informasi yang
diperoleh pun akan semakin berkualitas. Karakteristik kualitatif merupakan suatu ciri khas yang membuat informasi
dalam laporan keuangan berguna bagi pemakainya. Trueblood Committee mengemukakan karakteristik laporan keuangan dilihat dari segi kualitas
berdasarkan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
8
a. Kualitas utama: 1.
Relevance Agar laporan keuangan bermanfaat, informasi di dalamnya harus
relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi di dalam laporan keuangan memilki
kualitas relavan jika dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa
kini, atau masa depan, menegaskan, atau mengoreksi hasil evaluasi mereka dimasa lalu.
2. Reliability
Supaya laporan keuangan bermanfaat, informasi juga harus handal reliable. Informasi memilki kualitas yang handal jika bebas dari
pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat dihandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur
faithful representation dari yang seharusnya disajikan secara wajar diharapkan dapat di sajikan.
3. Verifiability
Suatu sarana yang dapat memberikan kesempatan kepada orang-orang tertentu yang bekerja secara terpisah antara satu dengan yang lainnya
untuk mengembangkan ukuran-ukuran yang sama atas bukti, data, dan catatan yang sama.
4. Completeness
Menjelaskan kelengkapan dan kesesuaian antara data akuntansi dan kejadian yang dimaksud untuk disajikan.
b. Kualitas sekunder: 1.
Comparability Informasi akuntansi harus dapat saling dibandingkan, artinya akuntansi
harus memiliki prinsip yang sama atau disusun dengan menggunakan metode yang sama antara perusahaan yang satu dengan perusahaan
yang lainnya sehingga agar dapat diperbandingkan.
2. Consistency
Laporan keuangan harus disusun dengan menggunakan metode yang sama sepanjang waktu oleh suatu perusahaan.
2.1.2. Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan adalah laporan keuangan yang ditambah dengan informasi-informasi lain yang berhubungan, baik langsung maupun tidak
langsung dengan informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi, seperti sumber daya perusahaan, earnings, current cost, informasi tentang prospek perusahaan
Universitas Sumatera Utara
9 yang mencakup bagian integral dengan tujuan untuk memenuhi tingkat
pengungkapan yang cukup Yadiati, 2007.
2.1.3. Standar Akuntansi
Standar akuntansi merupakan regulasi atau aturan yang mengatur penyusunan laporan keuangan. Suatu standar dibutuhkan agar manajemen
perusahaan tidak melakukan penyusunan laporan keuangan sesuai dengan keinginan mereka sendiri. Sehingga informasi akuntansi yang terkandung dalam
laporan keuangan akan menjadi sulit dimengerti bagi pihak eksternal perusahaan yang membutuhkan informasi yang terkandung dalam laporan keuangan tersebut.
Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi. Pertama, berkaitan dengan definisi elemen laporan keuangan atau informasi lain
yang berkaitan. Definisi digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah transaksi tertentu harus dicatat dan dikelompokkan kedalam aktiva,
hutang, modal, pendapatan dan biaya. Hal yang kedua adalah pengukuran dan penilaian. Pedoman ini digunakan untuk menentukan nilai dari suatu elemen
laporan keuangan baik pada saat terjadinya transaksi keuangan maupun pada saat penyajian laporan keuangan pada tanggal neraca. Hal ketiga yang dimuat dalam
standar adalah pengakuan, yaitu kriteria yang digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut dapat disajikan dalam laporan
keuangan. Hal keempat adalah penyajian dan pengungkapan laporan keuangan. Komponen keempat ini digunakan untuk menentukan jenis informasi dan
bagaimana informasi tersebut disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Suatu informasi dapat disajikan dalam badan laporan Neraca, Laporan
Universitas Sumatera Utara
10 LabaRugi atau berupa penjelasan notes yang menyertai laporan keuangan
Chariri, 2009 dalam Siregar, 2012.
2.1.4. Prinsip Akuntansi Berlaku Umum di Indonesia PABUI
Di Indonesia, istilah GAAP dikenal dengan sebutan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia PABUI. Prinsip akuntansi ini berupa standar
akuntansi dan pelaporan keuangan yang disebut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK. DSAK merupakan lembaga bentukan IAI yang berperan
sebagai standard setter. Dalam hal ini DSAK bertugas untuk melakukan pengkajian dan penyusunan standar akuntansi dan pelaporan keuangan yang
berlaku di Indonesia.
Sebenarnya sejak 1994 Indonesia telah mengadopsi sebagian besar dari International Accounting Standar IAS. PSAK dan Interpretasi atas Standar
Akuntansi Keuangan ISAK yang diberlakukan sejak 1994 adalah saduran dari IAS dan interpretasi Standing Interpretation Committee SIC yang diterbitkan
sebelum1994. Namun, sejak saat itu tidak semua perubahan IAS, interpretasi SIC, dan standar-standar yang ada pada IFRS diadopsi oleh DSAK.
Sehingga IAI melalui DSAK telah mencanangkan untuk melakukan adopsi terhadap IAS dan IFRS yang akan rampung hingga 2010, dan direncanakan untuk
diterapkan pada tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara
11
2.1.5. FRS Malaysia
FRS Financial Reporting Standard Malaysia merupakan standar akuntansi keuangan di Malaysia. Perusahaan yang terdaftar di Malaysia diwajibkan untuk
menyajikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi yang di setujui dan ditebitkan oleh MASB Malaysian Accounting Standard Board.
Malaysia melalui MASB telah mengumumkan pernyataan tentang rencana konvergensi IFRS pada tahun 2008. Dalam rencana tersebut Malaysia akan
melakukan konvergensi penuh terhadap IFRS pada 01 Januari 2012. Hal ini sejalan dengan rencana IAI untuk memberlakukan secara efektif PSAK hasil
konvergensi IFRS di Indonesia pada 01 Januari 2012.
2.1.6. IAS dan IFRS
IAS merupakan standar akuntansi internasional sebelum IFRS. IAS merupakan standar akuntansi dan pelaporan keuangan yang merupakan produk
dari International Accounting Standard Committee IASC. Kemudian pada tahun 2000, IASC melakukan restrukturisasi kelembagaan dengan dibentuknya IASC
Foundation IASCF yang membawahi IASB dan International Financial Reporting Interpretation Committee IFRIC. International Accounting Standard
Board IASB yang berdiri pada tanggal 29 Juni 1973 merupakan lembaga yang bertugas untuk mengembangkan suatu standar akuntansi dan pelaporan keuangan
yang berlaku secara global. Standar ini dikenal dengan sebutan International Financial Reporting Standard IFRS. IFRS merupakan bahasa akuntansi yang
berlaku secara gobal. Melalui IFRS diharapkan terwujudnya suatu harmonisasi
Universitas Sumatera Utara
12 standar akuntansi dan pelaporan keuangan. Sehingga IFRS diharapkan mampu
untuk menjawab masalah terhadap perbedaan standar akuntansi dan pelaporan keungan yang berbeda di tiap-tiap negara.
Siregar 2012 beranggapan bahwa IFRS adalah suatu upaya untuk memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang
terhadap kurangnya transparansi informasi keuangan. Manfaat dari adanya suatu standar akuntansi dan pelaporan keuangan global adalah:
1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak diseluruh dunia tanpa hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas
tinggi yang digunakan secara konsisten diseluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi lokal.
2. Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik. 3. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan
mengenai merger dan akuisisi. 4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat
disebarkan dalam mengembangakan standar global yang berkualitas tinggi.
Dengan diberlakukannya IFRS sebagai standar akuntansi dan keuangan global, maka sebagian besar negara- negara di dunia telah memutuskan untuk
melakukan adopsi terhadap IFRS. Bahkan Amerika Serikat pun yang selama ini dengan keras mempertahankan untuk tetap menggunakan US-GAAP sebagai
standar akuntansi dan pelaporan keuangannya pun mulai melunak untuk melakukan adopsi terhadap IFRS, menyusul terjadinya mega scandal yang
melibatkan raksasa korporasi Amerika Serikat seperti Enron, Adelphia, dan Worldcom. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat kelemahan dalam US-GAAP,
yang dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan korporasi untuk melakukan aggresive accounting dan creative accounting.
Universitas Sumatera Utara
13 Berdasarkan pengalaman negara-negara pengadopsi penuh IFRS, adopsi
dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara sekaligus atau dikenal dengan pendekatan
‘big bang’ dan dengan cara gradual. Indonesia sendiri menggunakan cara yang terakhir. Proses adopsi yang dilakukan bukanlah adopsi penuh terhadap
IFRS, hal ini dikarenakan terdapat perbedaan sifat bisnis dan regulasi di Indonesia. Proses adopsi IFRS di Indonesia dilakukan melalui 3 tahapan yaitu:
1. Tahap adopsi 2008-2010 Dalam tahap ini dilakukan adopsi seluruh IFRS ke dalam PSAK.
2. Tahap persiapan 2011 Penyiapan seluruh infrastruktur pendukung untuk implementasi PSAK
yang sudah mengadopsi seluruh IFRS. 3. Tahap implementasi 2012
Penerapan PSAK yang sudah mengadopsi IFRS bagi perusahaan yang memiliki akuntabilitas publik.
Meskipun tahap implementasi yang ditetapkan adalah pada tahun 2012, DSAK sebagai standard setter masih terus melakukan eveluasi dan revisi
terhadap standar akuntansi di Indonesia. Sehingga masih ada PSAK yang disahkan setelah tahun 2012 dan akan diberlakukan secara efektif beberapa tahun
kedepan. Berikut ini merupakan tahapan adopsi IFRS ke dalam PSAK:
PSAK disahkan 23 Desember 2009: 1. PSAK 1 2009: Penyajian Laporan Keuangan
2. PSAK 2 2009: Laporan Arus Kas 3. PSAK 4 2009: Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan
Tersendiri 4. PSAK 5 2009: Segmen Operasi
5. PSAK 12 2009: Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama 6. PSAK 15 2009: Investasi Pada Entitas Asosiasi
7. PSAK 25 2009: Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan 8. PSAK 48 2009: Penurunan Nilai Aset
9. PSAK 57 2009: Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi
Universitas Sumatera Utara
14 10.PSAK 58 2009: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi
yang Dihentikan
Interpretasi disahkan 23 Desember 2009: 1. ISAK 7 2009: Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus
2. ISAK 9: Perubahan atas Liabilitas Purna Operasi, Liabilitas Restorasi, dan
Liabilitas Serupa 3. ISAK 10: Program Loyalitas Pelanggan
4. ISAK 11: Distribusi Aset Nonkas Kepada Pemilik 5. ISAK 12: Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh
Venturer
PSAK yang disahkan 19 Februari 2010:
1. PSAK 19 2010: Aset tidak berwujud 2. PSAK 14 2010: Biaya Situs Web
3. PSAK 23 2010: Pendapatan 4. PSAK 7 2010: Pengungkapan Pihak-Pihak Yang Berelasi
5. PSAK 22 2010: Kombinasi Bisnis disahkan 3 Maret 2010 6. PSAK 10 2010: Transaksi Mata Uang Asing disahkan 23 Maret 2010
7. ISAK 13 2010: Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar
Negeri
PSAK yang disahkan 20 Desember 2011: 1. PSAK 26 2011: Biaya Pinjaman
2. PSAK 55 2011: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
Interpretasi disahkan 20 Desember 2011: 1. ISAK 26: Penilaian Ulang Derivatif Melekat
PSAK disahkan 19 Desember 2013: 1. PSAK 65: Laporan Keuangan Konsolidasian;
2. PSAK 66: Pengaturan Bersama; 3. PSAK 67: Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas Lain;
4. PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar; 5. PSAK 1 2013: Penyajian Laporan Keuangan;
6. PSAK 4 2013: Laporan Keuangan Tersendiri; 7. PSAK 15 2013: Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama; dan
8. PSAK 24 2013: Imbalan Kerja. Interpretasi disahkan 12 Juli 2013:
1. ISAK 27: Pengalihan Aset dari Pelanggan 2. ISAK 28: Pengakhiran Liabilitas Keuangan dengan Instrumen Ekuitas
3. ISAK 29: Biaya Pengupasan Lapisan Tanah Tahap Produksi pada
Pertambangan Terbuka
Dalam tahapan konvergensinya, Indonesia bukan tidak mengalami hambatan dan tantangan. Purba 2010 mengemukakan tiga permasalahan utama yang
dihadapi oleh Indonesia dalam melakukan adopsi penuh IFRS. Permasalahan
Universitas Sumatera Utara
15 pertama adalah kurang siapnya infrastruktur seperti DSAK sebagai financial
accounting standard setter di Indonesia. Permasalahan yang kedua adalah peraturan perundang-undangan yang belum tentu sinkron dengan IFRS.
Permasalahan yang ketiga adalah kurang siapnya sumber daya manusia dan dunia pendidikan Indonesia.
Seperti halnya Indonesia, proses konvergensi IFRS di Malaysia dilakukan secara bertahap. Tahapan pertama dilaksanakan pada tahun 2010. Pada tahun
tersebut, beberapa standar akuntansi hasil konvergensi IFRS telah resmi diterapkan. Standar yang belum diterapkan akan menyusul untuk diterapkan pada
tahun 2012.
2.1.7. PASAR MODAL
Pasar modal merupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan
sekuritas. Pasar modal didefenisikan sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek.
Dengan adanya pasar modal maka pihak yang memiliki kelebihan dana investor dapat mengalokasikan dananya dengan lebih efisien, karena pihak
investor tersebut dapat memilih alternatif investasi yang memberikan return yang optimal. Pasar modal secara umum diartikan sebagai pasar yang bersifat abstrak
Universitas Sumatera Utara
16 dalam hal jual beli produknya. Dalam bentuk konkritnya, produk yang
diperjualbelikan di pasar modal berupa surat-surat berharga di bursa efek. Sekuritas yang umum diperjualbelikan di pasar modal adalah saham, obligasi,
reksadana dan instrument derivatif. Dalam penelitian kali ini pasar modal yang menjadi kajian peneliti adalah pasar modal yang memperjualbelikan saham yang
selanjutnya disebut sebagai pasar saham.
2.1.8. SAHAM
a. Pengertian Saham Sekuritas yang umumnya dikenal masyarakat dan cukup popular untuk
diperjualbelikan di pasar modal adalah saham. Saham stock atau share dapat didefenisikan sebagai tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan
dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas Darmadji dan Fakhrudin, 2006. Jenis-jenis dari saham itu sendiri adalah:
1 Saham Preferen Preferred Stock Saham preferen memiliki sifat gabungan antara obligasi dan saham biasa.
Seperti obligasi yang membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa deviden preferen. Seperti saham
biasa, dalam hal likuidasi, klaim pemegang saham preferen dibawah klaim pemegang obligasi. Dibandingkan dengan saham biasa, pemegang saham
preferen mempunyai beberapa hak, yaitu hak atas deviden tetap dan hak pembayaran terlebih dahulu jika terjadi likuidasi.
2 Saham Biasa Common Stock Saham biasa adalah saham yang menempatkan pemiliknya pada posisi
yang paling junior dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi Darmadji dan
Fakhrudin, 2006. Walaupun pemegang saham biasa adalah pihak yang terakhir dalam penerimaan deviden, namun pemegang saham tersebut
mempunyai hak suara voting rights untuk memilih direktur maupun manajemen perusahaan dan ikut berperan dalam pengambilan keputusan
penting perusahaan dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS.
Universitas Sumatera Utara
17 3 Saham Treasuri Treasury Stock
Menurut Jogiyanto 2000 “saham treasuri treasury stock adalah saham
perusahaan yang pernah dikeluarkan dan beredar yang kemudian dibeli kembali oleh perusahaan untuk dipensiunkan tetapi disimpan sebagai
treasuri.
b. Harga Saham Harga saham merupakan penerimaan besarnya pengorbanan yang harus
dilakukan oleh setiap investor untuk penyertaan dalam perusahaan. Harga saham yang terjadi di pasar modal selalu berfluktuasi dari waktu ke waktu. Fluktuasi
harga dari suatu saham akan ditentukan antara kekuatan penawaran dan permintaan yang terjadi di pasar modal. Dan kekuatan permintaan dan penawaran
saham ini tentunya dipengaruhi oleh informasi keuangan dari perusahaan yang terlibat dalam pasar modal.
Market price merupakan harga pada pasar riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar
yang sedang berlangsung atau jika pasar sudah tutup, maka harga pasar adalah harga penutupannya closing price.
c. Return Saham dan Abnormal Return Return saham adalah tingkat keuntungan yang dimilki dinikmati oleh
pemodal atas suatu investasi dalam bentuk saham yang dilakukanya, tanpa adanya tingkat keuntungan yang dinikmati dari suatu investasi, tentunya investor
pemodal tidak akan melakukan investasi. Menurut Ang 1997 dalam Siregar 2012, setiap investasi baik jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai
Universitas Sumatera Utara
18 tujuan utama mendapatkan keuntungan yang disebut return baik langsung
maupun tak langsung. Tingkat keuntungan atau return merupakan tingkat kembalian yang diterima
oleh investor atas suatu informasi yang dilakukannya. Ang 1997 dalam Siregar 2012 menyatakan bahwa tanpa adanya keuntungan yang dapat dinikmati dari
suatu investasi tentunya investor tidak akan mau berinvestasi, jika pada akhirnya tidak akan ada hasilnya. Lebih lanjut setiap investasi baik jangka panjang maupun
jangka pendek mempunyai tujuan utuma yaitu untuk memperoleh keuntungan. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return
ekspektesi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang. Jogiyanto 2003 menyatakan bahwa return realisasi realized return
merupakan return yang telah terjadi dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi penting karena digunakan sebagai salah satu pengukur
kinerja dari perusahaan, sebagai dasar dari penentuan return ekspektasi expected return dan resiko di masa yang akan datang. Return ekspektasi adalah return yang
diharapkan akan diperoleh investor dimasa mendatang. Return ekspektasi ini muncul karena adanya ketidakpastian perolehan return dimasa yang akan datang yang
diperoleh investor. Investor termotivasi untuk melakukan investasi yang dilakukanya. Return dapat berupa return realisasi realized return. Return realisasi
merupakan return yang terjadi dan dihitung berdasarkan histories. Return realisasi dapat digunakan sebagai salah satu alat kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentu
return ekspektasi, sedangkan return ekspektasi adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor dimasa yang akan datang.
Universitas Sumatera Utara
19 Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang
merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya, yang dirumuskan sebagai berikut :
R it = P it – P it-1 P it-1
Dimana: R it
= return saham perusahaan I pada hari t P it
= harga penutupan saham perusahaan i pada hari t P it-1 = harga penutupan saham perusahaan i pada hari t-1
Jogiyanti 2000 menyebutkan return ekspektasi dihitung dengan menggunakan model pasar market model. Sebenarnya terdapat beberapa model
untuk menghitung return ekspektasi. Jogiyanti 2000 menyebutkan tiga model yang dapat digunakan untuk
mengukur abnormal return, yaitu: a Model Disesuaikan Rata-rata Mean Adjusted Model
Model ini beranggapan bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode
estimasi. Dalam model ini, return ekspektasi suatu sekuritas pada periode tertentu diperoleh melalui pembagian return realisasi sekuritas tersebut
dengan lamanya periode estimasi. Tidak ada patokan untuk lamanya periode estimasi, periode yang umum dipakai berkisar dari 100 sampai
dengan 300 hari untuk mendapatkan data harian dan 24 sampai dengan 60 bulan untuk data bulanan.
b Model Pasar Market Model Perhitungan return ekspektasi dengan model ini dilakukan melaui dua
tahapan, yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi return estimasi. Kemudian menggunakan
model ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi pada periode jendelaperiode peristiwa. Model ekspektasi dapat dibentuk dengan teknik
regresi OLS Ordinary Least Square dengan persamaan:
Universitas Sumatera Utara
20
R ij = α i + β i . R Mj + ε ij Dimana:
Rij = return realisasi sekuritas ke i pada periode estimasi ke-j
αi = intersep untuk sekuritas ke i
βi = koefisien slope yang merupakan beta dari sekuritas ke-i
R Mj = return indeks pasar pada periode estimasi ke j yang dapat dihitung dengan rumus :
R Mj = IHSG – IHSG j-1 IHSG j-1
Dimana: IHSG = Indeks Harga Saham Gabungan
ε ij = kesalahan residu sekuritas ke i pada periode estimasi ke-j
Hasil dari persamaan regresi tersebut menghasilkan model return ekspektasi dengan persamaan sebagai berikut :
ER it = α i + β i . R Mj
c Model Disesuaikan Pasar Market Adjusted Model Model ini berangggapan bahwa penduga yang terbaik dalam mengestimasi
return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode
estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.
Abnormal return merupakan selisih antara return yang sesungguhnya terjadi dikurangi return yang diharapkan atau return ekspektasi Jogiyanti, 2000. Dengan
kata lain abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terhadap return normal.. Return normal merupakan return ekspektasi return yang
Universitas Sumatera Utara
21 diharapkan oleh investor. Dengan demikian abnormal return merupakan selisih
antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi. Sedangkan Cummulative Abnormal Return CAR merupakan penjumlahan dsari abnormal
return hari sebelumnya di dalam periode peristiwa untuk masing-masing sekuritas Jogiyanto, 2000.
Return tidak normal abnormal return, yang merupakan selisih antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi, dirumuskan sebagai
berikut :
AR it = R it – ER it
Dimana: AR it = return tidak normal abnormal retun sekuritas ke-i pada periode
peristiwa ke-t. R it
= return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
E R it = return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t
2.1.9. Teori Sinyal Signaling Theory
Informasi merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik
untuk keadaan masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan. Informasi yang lengkap, relevan, akurat
dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi. Apabila pengumuman tersebut
Universitas Sumatera Utara
22 mengandung nilai positif, maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu
pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham pada
waktu informasi diumumkan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, dimana pelaku pasar terlebih dahulu menginterpretasikan dan
menganalisis informasi tersebut sebagai sinyal baik good news atau sinyal buruk bad news. Jika pengumuman informasi tersebut sebagai sinyal baik bagi
investor, maka terjadi perubahan dalam harga saham, dimana harga saham menjadi naik. Pengumuman informasi akuntansi memberikan sinyal bahwa
perusahaan mempunyai prospek yang baik di masa mendatang good news sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan saham, dengan demikian
pasar akan bereaksi yang tercermin melalui perubahan dalam harga saham. Hubungan antara publikasi informasi baik laporan keuangan, kondisi
keuangan ataupun sosial politik terhadap fluktuasi harga saham dapat dilihat dalam efisiensi pasar. Efisiensi pasar merupakan konsep dasar yang bisa
membantu kita memahami bagaimana sebenarnya mekanisme harga yang terjadi di pasar modal. Jika investor bertransaksi dalam sebuah pasar yang efisien, maka
mereka dapat mendasarkan pada harga-harga yang merefleksikan berbagai rangkaian informasi, termasuk informasi laporan keuangan, dan mereka tidak
harus memproses semua informasi secara langsung Beaver, 2002. Fama 1970 membagi efisiensi pasar ke dalam tiga bentuk utama berdasarkan
informasi sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
23 1. Efisiensi pasar bentuk lemah weak form
Pasar dikatakan efisien dalam bentuk lemah jika harga-harga dari sekuritas tercermin secara penuh fully reflect informasi masa lalu.
Dengan demikian, nilai-nilai masa lalu tidak dapat digunakan untuk memprediksi harga sekarang.
2. Efisiensi pasar bentuk setengah kuat semistrong form Pasar dikatakan efisien setengah kuat jika harga-harga sekuritas secara
penuh mencerminkan fully reflect semua informasi yang dipublikasikan all publicly available information, termasuk informasi yang berada
pada laporan keuangan perusahaan emiten.
3. Efisiensi pasar bentuk kuat strong form Pasar dikatakan efisien kuat jika harga-harga sekuritas secara penuh
mencerminkan fully reflect semua informasi yang tersedia, termasuk informasi yang privat.
Untuk menguji apakah sinyal informasi yang disampaikan manajemen mengandung kandungan informasi, maka dilakukan pengujian kandungan
informasi information content untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka pasar diharapkan akan bereaksi pada
waktu informasi tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur
dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return Jogiyanto, 2000.
Pasar dikatakan efisien bentuk setengah kuat jika abnormal return yang timbul direaksi dan diserap pasar secara cepat untuk menuju ke harga
keseimbangan yang baru Jogiyanto, 2000. Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk
memberi informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara
Universitas Sumatera Utara
24 perusahaan dan pihak luar karena perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai
perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar investor, kreditor. Teori sinyal juga mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah
perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik atau pun pihak
yang berkepentingan lainnya. Sinyal yang diberikan dapat dilakukan melalui pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan, laporan apa yang
sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik, atau bahkan dapat berupa promosi serta informasi lain yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik dari perusahaan lain. Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi
investor dan kreditor yang akan digunakan untuk membuat keputusan investasi termasuk laporan laba-rugi karena laporan laba-rugi merupakan bagian dari
laporan keuangan sehingga laporan laba-rugi seharusnya juga berguna untuk pengambilan keputusan. Investor diharapkan melaksanakan analisis terhadap
laporan laba-rugi sehingga mereka akan dapat mengambil keputusan yang berkaitan dengan investasinya, dengan kata lain menunjukkan bagaimana reaksi
pasar modal terhadap laporan keuangan dalam hal ini laporan laba-rugi suatu perusahaan.
2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Rincian mengenai penelitian-penelitian terdahulu dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
25
Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu
NO Nama Peneliti
Judul penelitian
Variabel Independen
Variable Dependen
Kesimpulan 1
Christopher S. Armstrong Mary E. Barth
Alan D. Jagolinzer Edward J. Riedl
Market Reaction to
the Adoption of
IFRS
in Europe
-adoption of
IFRS Market
reaction Ditemukan reaksi positif terhadap
pengadopsian IFRS
pada perusahaan di Eropa, dimana
investor mengharapkan
keuntungan bersih sebagai akibat dari
peningkatan kualitas
informasi, penurunan asimetri informasi, penegakan yang lebih
ketat dari
satandar dan
konvergensi. 2
Karol Marek Klimczak Market
Reaction To Mandatory
Ifrs Adoption:
Evidence From Poland
-adoption of
IFRS Market
reaction Tidak
ditemukan bukti
dari adanya reaksi abnormal pada saat
dipublikasikannya laporan
keuangan setelah mengadopsi
IFRS
3 Ulf Brüggemnn
Holger Daske Carsten Homburg
Peter F. Pope How do
individual investors
react to global IFRS
adoption? Frankfurt
-global IFRS adoption
Individual investor
react Ditemukan
bahwa aktivitas
perdagangan saham mengalami peningkatan volume perdagangan
setelah kewajiban mengadopsi IFRS
4
Jeong Yeon Kim Chang Jin Koo
Market Reaction to
the adoption of IFRS in
South Korea -adoption
of IFRS
Market Reaction
Tidak ditemukan bukti bahwa pengadopsian
IFRS meningkatkan nilai perusahaan
5 Jimi Ville
Pekka Siekkinen Stock Market
Reaction to the
Mandatory Adoption of
IFRS: Evidence
from Finland -mandatory
adoption of
IFRS Stock
Market Reaction
Temuan signifikan
abnormal return
positif pada
event windows, menunjukkan bahwa
transisi ke IFRS menyebabkan dampak positif pada pasar saham
Finlandia.
Namun, abnormal
return kumulatif hanya signifikan untuk
jangka pendek.
Berdasarkan temuan ini, pasar saham Finlandia tampaknya telah
bereaksi positif terhadap adopsi wajib IFRS.
Universitas Sumatera Utara
26 6
Theresa Hilliard
The Effects of Adopting
IFRS: The Canadian
Experience -adopting
IFRS Market
reaction Ditemukan bukti dari event study
bahwa pasar bereaksi negative terhadap adopsi IFRS
2.2.1 Perbedaan Penelitian ini dengan Penelitian Terdahulu
Armstrong, dkk 2008 melakukan penelitian reaksi pasar terhadap pengadopsian IFRS di Eropa. Objek penelitian merupakan 3.265 perusahaan di
benua Eropa. Periode penelitan dilmulai dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2005. Penelitian tersebut melakukan pengamatan terhadap reaksi pasar yang
terjadi dengan menggunakan pendekatan CMAR Cumulative Market Adjusted Return. Penelitian tersebut mengamati bagaimana reaksi investor terhadap
perubahan kualitas informasi laporan keuangan yang diukur dengan melakukan pengkajian terhadap atribut kualitas laporan keuangan dalam bentuk analisis
faktor yaitu infoqual factor. Klimczak 2011 melakukan penelitian reaksi pasar terhadap pengadopsian
IFRS di Polandia. Penelitian ini mengidentifikasi dampak penerapan IFRS di Polandia melalui dua rangkaian. Pertama, melalui metode event study untuk
mengukur pergerakan harga saham selama event windows. Tidak ditemukan adanya abnormal return yang terjadi sebelum, pada saat, maupun sesudah laporan
keuangan dipublikasikan. Kedua, melalui regresi dari perubahan nilai koefisien laba yang terkandung dalam laporan keuangan tahunan dari periode 2000-2008.
Pada tahapan ini dilakukan penghitungan unexpected earning yang merupakan
Universitas Sumatera Utara
27 proksi laba akuntansi yang menunjukkan hasil kinerja perusahaan selama periode
yang telah ditentukan. Brüggemnn, dkk 2011 melakukan penelitian tentang bagaimana respon
investor terhadap pengadopsian IFRS secara global. Penelitian dilakukan dengan membandingkan volume perdagangan saham perusahaan sebelum dan sesudah
penerapan IFRS. Ditemukan peningkatan volume perdagangan saham sesudah laporan keuangan dipublikasikan oleh 5637 perusahaan dari 31 negara di seluruh
dunia. Kim dan Koo 2013, melakukan penelitian reaksi pasar terhadap penerapan
IFRS di Korea Selatan. Penelitian tersebut bertujuan untuk menemukan hubungan antara nilai perusahaan firm value dan perubahan variabel akuntansi hasil
pengadopsian IFRS. Penelitian dilakukan dengan membandingkan antara nilai perusahaan pada tahun-tahun sebelum pengadopsian IFRS dengan nilai perusahaan
pada tahun setelah pengadopsian IFRS. Nilai perusahaan diukur dengan menggunakan variabel Tobin’s Q. Tobin’s Q merupakan hasil regresi dari total aset,
perubahan tingkat penjualan, ROE Return on Equity, DEBT Debt to Asset Ratio, dan variabel dummy dari indicator IFRS dari tahun-tahun sebelum menerapkan IFRS
dan tahun-tahun sesudah penerapan IFRS. Ville dan Siekkinen 2014 melakukan penelitian terhadap reaksi pasar
terhadap penerapan IFRS di Finlandia. Penelitian tersebut menggunakan metode event study. Pengamatan dilakukan terhadap CAAR Cumulative Average Abnormal
Return yang terjadi selama periode jendela. Ditemukan bahwa para pelaku pasar di Finlandia tertarik terhadap proses adopsi IFRS yang bersamaan dengan perubahan
Universitas Sumatera Utara
28 regulasi perpajakan perusahaan. Temuan signifikan terhadap postif abnormal return
terjadi pada saat event day, dan terjadi penurunan signifikansi abnormal return di sekitar event day.
Hilliard 2013, melakukan penelitian terhadap reaksi pasar terhadap penerapan IFRS di Canada. Penelitian dilakukan dengan pengamatan terhadap CAAR
yang timbul pada periode jendela laporan keuangan dipublikasikan. Pengamatan terhadap CAAR juga dilakukan pada kuartal pertama laporan keuangan berbasis IFRS
diterbitkan. Dari kedua pengamatan yang dilakukan ditemukan hasil yang konsisten, dimana tidak terdapat perubahan CAAR yang signifikan.
Tabel berikut merupakan tabel perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu.
Tabel 2.2 Tinjauan Perbandingan Dengan Penelitian Terdahulu
NO Nama Peneliti
Judul penelitian
X Y
Metode penelitian
1
Yudistira Manalu
Reaksi Pasar Terhadap
Penerapan IFRS
pada Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEI
dan Bursa
Malaysia 2012
Penerapan IFRS
CAAR Event Study
1
Christopher S. Armstrong
Mary E. Barth Alan D. Jagolinzer
Edward J. Riedl
Market Reaction to
the Adoption of
IFRS
in Europe
Perubahan terhadap
atribut kualitas
laporan keuangan
dalam bentuk
CMAR Event Study
Universitas Sumatera Utara
29 analisis
factor Infoqual
Factor
2 Karol
Marek Klimczak
Market Reaction To
Mandatory Ifrs
Adoption: Evidence
From Poland -adoption
of IFRS
CAAR Unexpected
Earning Rangkaian
pertama: CAAR
Rangkaian kedua:
Regresi perubahaan nilai
koefisien laba Unexpected
Earnings
3 Ulf Brüggemnn
Holger Daske Carsten Homburg
Peter F. Pope How do
individual investors
react to global IFRS
adoption? Frankfurt
-global IFRS
adoption Trading
Volume Activity
Event Study
4 Jeong Yeon Kim
Chang Jin Koo Market
Reaction to the adoption
of IFRS in South Korea
Adoption of IFRS
Firm Value Tobin’s Q
Perbandingan Firm Value pada
tahun-tahun sebelum
dan sesudah
adopsi IFRS
5
Jimi Ville Pekka Siekkinen
Stock Market Reaction to
the Mandatory
Adoption of IFRS:
Evidence from Finland
-mandatory adoption of
IFRS CAAR
Event Study
6
Theresa Hilliard
The Effects of Adopting
IFRS: The Canadian
Experience -adopting
IFRS CAAR
Event Study
Universitas Sumatera Utara
30
2.3. Kerangka Konseptual