Analisis unsur fisik dan unsur batin puisi `Seonggok Jagung` karya W.S. Rendra dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA

(1)

ANALISIS UNSUR FISIK DAN UNSUR BATIN PUISI “SEONGGOK JAGUNG” KARYA W. S. RENDRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM

PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

SKRIPSI

Disusun oleh:

Magdalena Astini Deke

081224010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

ANALISIS UNSUR FISIK DAN UNSUR BATIN PUISI “SEONGGOK JAGUNG” KARYA W. S. RENDRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM

PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

SKRIPSI

Disusun oleh:

Magdalena Astini Deke

081224010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

Motto

Aku percaya Dia membuat segala sesuatu indah pada

waktunya.... (Pengkhotbah 3:11)

Teruslah maju, berbuatlah sebanyak mungkin. Anda akan

menemukan kesuksesan dipenghujung kegagalan.

(Thomas Watson)

Jika ingin sukses dan menjadi yang terbaik, harus siap


(6)

v

Halaman Persembahan

Karya kecilku ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Ayahku Paulus W. Deke dan Ibuku S. P. Malo,

“Kupersembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan rasa sayangku kepada ayah ibuku yang telah memberi kasih sayang tanpa syarat


(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Februari 2013 Yang membuat pernyataan,


(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : nama : Magdalena Astini Deke,

NIM : 081224010,

dengan pengembangan ilmu pengetahuan, saya berikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul

ANALISIS UNSUR FISIK DAN UNSUR BATIN PUISI SEONGGOK JAGUNG KARYA WS RENDRA DAN IMPLEMENTASINYA DALAM

PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA

beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 21 Februari 2013 Yang menyatakan,


(9)

viii

Deke, Magdalena Astini. 2013. Analisis Unsur F isik dan Unsur Batin Puisi “Seonggok Jagung” karya W. S. Rendra dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi. PBSID. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung” karya W. S. Rendra serta implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural yaitu suatu cara pencarian terhadap suatu fakta yang sasarannya tidak hanya satu unsur sebagai individu yang berdiri sendiri di luar kesatuannya, melainkan ditujukan pula kepada hubungan antar unsurnya

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yaitu prosedur pemecahan masalah dengan menggambarkan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta. Objek penelitian ini adalah puisi “Seonggok Jagung”. Dari analisis unsur fisik ditemukan: (1) diksi, berupa pemilihan kata -kata oleh penyair yang dipergunakan sehari-hari sehingga mudah dipahami oleh pembaca, (2) pengimajian, barupa citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan penciuman, dan citraan gerak, (3) bahasa figuratif, yaitu metafora dan ironi, (4) kata konkret, dalam puisi tersebut penyair tidak hanya membeberkan adanya ketidakrelevan pendidikan, namun ia memperkuatnya dengan data-data yang menciptakan kata konkret, (5) versifikasi, yang berupa aliterasi, asonansi, rima awal, tengah, dan rima akhir, (6) tipografi, yaitu tidak menyimpang dari tipografi puisi pada umumnya.

Dari analisis unsur batin dalam puisi ini ditemukan: (1) tema, secara umum puisi tersebut membicarakan dunia pendidikan yang isinya mengkritik ketidakadilan dunia pendidikan, (2) nada, puisi ini bernada tegas, (3) perasaan, rasa prihatin penyair terhadap situasi pendidikan yang terjadi, (4) amanat, yaitu pemerintah diharapkan menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai untuk mengurangi adanya pengangguran dan memperhatikan masyarakat yang kurang mampu.

Hasil analisis unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung” karya W. S. Rendra dapat dijadikan bahan pembelajaran di SMA kelas X semester 1 dan 2. Adapun Standar Kompetensi pada kelas X semester 1 yaitu memahami puisi yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung dengan Kompetensi Dasar mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman. Standar Kompetensi untuk kelas X semester 2 yaitu mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi dengan Kompetensi Dasar membahas isi puisi berkanaan dengan gambaran penginderaan, perasaan, pikiran, dan imajinasi melalui diskusi.


(10)

ix

ABSTRACT

Deke, Magdalena Astini. 2013. An Analysis on Physical and Internal Elements in “Seonggok Jagung”, A Poem Written by W. S Rendra and The Implementation in Literature Learning in Senior High Schools. Thesis. PBSID. Sanata Dharma University. Yogyakarta.

This research was aimed to describe the physical and internal elements in “Seonggok Jagung”, a poem written by W. S. Rendra and the implementation in literature learning in Senior High Schools. The approach used in this research was structural approach. Structural approach is the way to find facts with the target not only one element as an individual person, but also the relationship among the elements.

The method used in this research was descriptive analysis. It was a procedure to solve problems by describing a research object based on the facts. The research object was a poem “Seonggok Jagung”. There were some physical elements found: (1) dictions, words choice by the poet used in daily life that could be understood easily by readers, (2) imagination, in the form of seeing, hearing, smelling, and movements, (3) figurative language, in the form of metaphor and irony, (4) concrete words, in the poem the poet did not only use the irrelevance in education but also emphasized it by the data that created concrete words, (5) verification, in the form of alliteration, assonance, beginning, middle, and final rhymes, (6) typography, that was in the common typography.

There were some internal elements found in the poem: (1) theme, in general, the poem talked about education world that criticized the injustice in education world, (2) intonation, this poem was firm, (3) feeling, the poet concerned about the education, (4) message, the government was hoped to provide appropriate job opportunities to decrease the unemployment and paid attention to poor people.

The results analysis of the physical and internal elements in the poem “Seonggok Jagung” written by W. S. Rendra could be used as learning materials in Senior High Schools grade X semester 1 and 2. The Competency Standard for grade X semester 1 was to comprehend the poem delivered directly and indirectly with the Basic Competency to identify the elements in a poem delivered directly or in recording. The Competency Standard for grade X semester 2 was to give opinions on poems through discussions with the Basic Competency that discussed the poem on the senses, feeling, thoughts, and imaginations.


(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang berlimpah yang penulis peroleh sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul Analisi Unsur Fisik

dan Unsur batin Puisi Seonggok Jagung Karya WS Rendra dan Implementasinya

Dalam Pembelajaran Sastra di SMA ini ditulis untuk memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini berkat dukungan, semangat, bimbingan, kerja sama, nasihat, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. B. Rahmanto., selaku dosen pembimbing I yang dengan penuh kesabaran, ketelitian, dan perhatian dalam membimbing dan mendamping penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dr. Y. Karmin, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang dengan penuh kesabaran, ketelitian, dan perhatian dalam membimbing dan mendamping penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

4. Dr. Yuliana Setiyaningsih, selaku Ketua Prodi PBSID yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis agar cepat selesai.


(12)

xi

5. Seluruh Dosen PBSID, khususnya dosen penguji, yang telah membimbing penulis selama menempuh perkuliahan di PBSID.

6. Karyawan perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah banyak membantu penulis dalam peminjaman buku selama menempuh perkuliahan dan pemyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Robertus Marsidiq, sekretaris program studi PBSID yang telah membantu penulis dalam mengurus administrasi di program studi PBSID. 8. Kedua orang tuaku yang selalu mendoakan dan memotivasi aku untuk

selalu kuat, terus belajar, dan bisa meraih masa depan dikemudian hari. 9. Kakak-kakakku, Seprianus Ama Deke, Sek, Frans Firanus Deke, Sek, dan

Agustina Ina Deke yang selalu mendoakan dan menyemangati penulis. 10.Teman-teman PBSID angkatan 2008, khususnya kelas A atas kebersamaan

dan kekompakan kita semua.

11.Sahabat-sahabatku terkasih: Ayu Wiranti, Ratih Ajeng, Nike Afrah, Rena, Emil, dan Evi yang sudah menjadi teman berbagi suka dan duka selama di Jogja. Terima kasih atas dukungan dan perteman kita.

12.Bapak dan Ibu kos serta teman-teman kos Narpache, Apu, Ani, Osi terima kasih sudah menjadi keluarga dan teman selama di Jogja.

13.Keluarga Komunitas di Jogja: Kumpulan Anak Sumba Sadhar (KASS), atas dukungan dan semangat komunitas yang terjalin.

14.Nadus Karedi, yang selalu memberi masukan kepada penulis dalam mengerjakan skripsi. Inno Mutti, yang selalu mendukung dengan memberi semangat dan pengertian pada penulis. Terima kasih atas motivasinya,


(13)

xii

dukungan kalian sangat berarti bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

15.Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu namun telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Walaupun demikian, semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca.

Yogyakarta, 21 Februari 2013 Penulis,


(14)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Batasan Istilah ... 5

1.6 Sistematika Penyajian ... 7

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu ... 8

2.2 Landasan Teori ... 9

2.2.1 Pengertian Puisi ... 9

2.2.2 Struktur Puisi ... 11

2.2.2.1 Unsur Fisik Puisi ... 11

2.2.2.1.1 Diksi ... 11

2.2.2.1.2 Pengimajinasian ... 12

2.2.2.1.3 Kata Konkret ... 13

2.2.2.1.4 Bahasa Figuratif ... 13


(15)

xiv

2.2.2.1.6 Tipografi ... 18

2.2.2.2 Unsur Batin Puisi ... 18

2.2.2.2.1 Tema ... 19

2.2.2.2.2 Perasaan ... 19

2.2.2.2.3 Nada dan Suasana ... 20

2.2.2.2.4 Amanat ... 20

2.2.3 Pembelajaran Sastra di SMA ... 21

2.2.3.1 KTSP ... 22

2.2.3.2 Silabus dan RPP ... 23

2.2.3.3 SK dan KD Kurikulum Apresiasi Puisi ... 28

2.2.3.4 Pemilihan Bahan Ajar ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Data dan Sumber Data Penelitian ... 34

3.3 Metode Penelitian... 34

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.5 Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Puisi “Seonggok Jagung” ... 36

4.2 Analisis Unsur Fisik Puisi “Seonggok Jagung” ... 38

4.2.1 Diksi (pemilihan kata) ... 38

4.2.2 Pengimajinasian ... 41

4.2.3 Kata konkret ... 45

4.2.4 Bahasa figurasi ... 48

4.2.5 Versifikasi ... 51

4.2.6 Tipografi ... 63

4.3 Analisis Unsur Batin Puisi “Seonggok Jagung” ... 64

4.3.1 Tema ... 64

4.3.2 Perasaan... 65

4.3.3 Nada dan Suasana ... 66


(16)

xv

4.4 keterkaitan Antar Unsur ... 69

4.4.1 Keterkaitan Antar Unsur Fisik Puisi Seonggok Jagung ... 69

4.4.2 Keterkaitan Antar Unsur Batin Puisi Seonggok Jagung ... 70

4.4.3 Keterkaitan Antar Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi Seonggok Jagung ... 70

4.5 Implementasi Hasil Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi “Seonggok Jagung” dalam Pembelajaran Sastra di SMA ... 71

4.4.1 Silabus ... 73

4.4.2 RPP ... 75

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 94

5.2 Implikasi ... 96

5.3 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 98


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Karya sastra merupakan sebuah seni yang indah, yang bisa menyentuh perasaan dan nurani manusia. Karya sastra yang baik mengajak pembaca melihat karya sastra tersebut melihat sebagai cermin dirinya sendiri. Dalam karya sastra diungkapkan berbagai pengalaman hidup manusia agar manusia lain dapat memetik pelajaran yang baik darinya (Sumardjo, 1991:14).

Karya sastra mempunyai isi dan bentuk. Isinya adalah tentang pengalaman hidup manusia, sedangkan bentuknya adalah cara sastrawan memanfaatkan bahasa yang indah untuk mewadahi isinya (Semi, 1988:8). Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990:3). Sumardjo & Saini K. M. (via Sarjidu, 2004:2), menyatakan bahwa karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang diekspresikan dalam bentuk tulisan dan menggunakan bahasa sebagai medianya. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra berisi tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Sastra lahir dilatarbelakangi oleh adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. Banyak karya sastra dihasilkan melalui tangan-tangan sastrawan yang berbakat, yaitu puisi, novel, cerpen, dan drama.

Setiap orang bebas menulis yang ada dalam pikiran dan hatinya. Tulisan itu bisa berupa puisi karena dalam menulis puisi dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan lewat bahasa. Meskipun demikian, orang tidak akan


(18)

dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna (Pradopo, 2000: 3).

Puisi merupakan karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif (Waluyo, 1987:25). Puisi mengandung sesuatu yang sangat penting sebab puisi diciptakan atas dasar pengalaman. Karena itu, puisi mengemukakan sesuatu yang bersangkut paut dengan semangat manusia. Puisi merupakan kekuatan yang menyebabkan orang lebih sadar akan dirinya sendiri dan dunianya, atau dengan singkat dapat dikatakan, menjadikan seseorang menjadi lebih lengkap sebagai manusia (Situmorang, 1981:12).

Puisi terdiri atas dua unsur pokok, yakni unsur fisik dan unsur batin. Unsur-unsur puisi itu tidaklah berdiri sendiri, tetapi merupakan sebuah struktur. Seluruh unsur merupakan kesatuan antara unsur yang satu dengan unsur yang lainnya. Unsur-unsur itu juga menunjukkan diri secara fungsional, artinya unsur-unsur itu berfungsi bersama unsur-unsur lain dan di dalam kesatuan dengan totalitasnya (Waluyo, 1987:28). Oleh karena itu, menganalisis puisi bukanlah suatu hal yang mudah karena dalam puisi menyimpan makna yang tersembunyi, yang harus diungkapkan oleh pembaca.

Dalam penelitian ini karya sastra yang dipilih adalah puisi “Seonggok Jagung” karya W.S. Rendra. Penulis mempunyai tiga alasan dalam pemilihan puisi ini. Pertama, puisi ini menggambarkan manusia dengan berbagai masalahnya. Kedua, gaya penggambarannya menarik dan mudah dipahami, dan yang ketiga, puisi “Seonggok Jagung” mengangkat tema pendidikan., dan sangat


(19)

bermanfaat bagi siswa agar mereka tidak menyia-nyiakan pendidikan yang mereka miliki, karena tidak semua orang bisa bersekolah seperti mereka.

Hasil analisis puisi “Seonggok Jagung” karya W. S. Rendra akan diimplementasikan dalam pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di sekolah. Kelas yang dipilih peneliti adalah SMA kelas X semester 1 dan 2. Alasannya, dalam KTSP 2006 SMA kelas X semester 1 dan 2 terdapat Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang berkaitan dengan unsur fisik dan unsur batin puisi. Adapun Standar Kompetensi pada kelas X semester 1 yaitu memahami puisi yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung dengan Kompetensi Dasar mengidentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung ataupun melalui rekaman. Standar Kompetensi untuk kelas X semester 2 yaitu mengungkapkan pendapat terhadap puisi melalui diskusi dengan Kompetensi Dasar membahas isi puisi berkanaan dengan gambaran penginderaan, perasaan, pikiran, dan imajinasi melalui diskusi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung” Karya W.S. Rendra?

2. Bagaimanakah implementasi unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung” Karya W.S. Rendra sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA?


(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pokok penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan unsur fisik (diksi, kata konkret, pencitraan, bahasa figurasi, verifikasi, dan tipografi) unsur batin (tema, rasa, nada, dan amanat) puisi “Seonggok Jagung” Karya W. S. Rendra.

2. Mendeskripsikan implementasinya tema, amanat, perasaa, dan pencitraan puisi “Seonggok Jagung” Karya W. S. Rendra sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan pada apresiasi sastra khususnya pada materi apresiasi puisi. Hal ini dikarenakan penerapan dan pengembangan bahan ajar dengan mengunakan puisi, sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar yang efektif. Manfaat lain yaitu memperkuat teori bahwa penerapan dan pengembangan bahan ajar dapat memicu kreatifitas siswa khususnya dalam menulis puisi.

2. Manfaat Praktis

Dengan adanya penerapan dan bahan ajar yang menggunakan puisi, dapat mewujudkan proses belajar mengajar yang efektif, produktif serta dapat meningkatkan kreatifitas siswa dalam berprestasi khususnya pada apresiasi


(21)

siswa. Bagi mahasiswa jurusan pendidikan sastra Indonesia, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan acuan untuk memotivasi ide atau gagasan baru yang lebih kreatif dan inovatif dalam kemajuan diri. Selain itu juga, penelitian ini diharapkan mampu digunakan oleh pengajar dan pendidik, khususnya guru Bahasa dan Sastra Indonesia di berbagai sekolah sebagai materi ajar yaitu materi sastra.

1.5 Batasan Istilah

Dalam penelitian ini terdapat batasan-batasan istilah yang dapat memudahkan pembaca. Batasan-batasan tersebut adalah

1. Puisi

Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya (Waluyo, 1987:25).

2. Unsur fisik

Unsur fisik puisi yaitu unsur estetik yang membangun luar puisi. Unsur estetik dapat ditelaah satu per satu dan merupakan kesatuan yang utuh. Unsur-unsur struktur fisik puisi terdiri atas: diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tipografi puisi (Waluyo, 1987: 71).


(22)

Unsur batin adalah unsur dalam puisi yang mengungkapkan perasaan dan suasana jiwanya penyair. Unsur batin puisi terdiri atas tema, perasaan, nada, dan amanat (Waluyo, 1987:106).

4. Pembelajaran sastra

Pembelajaran sastra adalah proses pembelajaran yang meningkatkan wawasan kehidupan, kemampuan berbahasa, dan pengetahuan siswa, serta untuk mengembangkan kepribadian siswa dengan menikmati dan memanfaatkan karya sastra (BSNP. 2006 via Sunarti, 2007: 30).

5. Implementasi

Implementasi adalah penerapan dari suatu kegiatan yang sudah dilaksanakan sebelumnya (Depdikbud, 1991:377).

6. Silabus

Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan (Mulyasa, 2007: 190).

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran (Mulyasa, 2007: 213).


(23)

1.6 Sistematika Penyajian

Penelitian kualitatif ini terdiri atas lima bab. Bab pertama berisi pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penyajian. Bab kedua berisi landasan teoritis yang memuat penelitian yang relevan dan tinjauan pustaka. Bab ketiga berisi metodologi penelitian yang memuat jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bab keempat berisi pembahasan, yang terdiri dari analisi unsur fisik dan unsur batin puisi, dan implementasi dalam pembelajaran. bab kelima berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan, implikasi, dan saran.


(24)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

1.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yustina Dwi (2006), Veronica Meliana (2006), dan Gaudensia Fitryani (2007). Penelitian yang dilakukan Dwi (2006), berjudul “Perbedaan Unsur Fisik dan Unsur Batin Karya Siswa Laki-laki dan Perempuan Kelas X SMA Dominikus Wonosari, Gunung kidul Tahun Ajaran 2008/2009”. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif. Dari hasil penelitian disimpulkan, unsur batin puisi karya siswa laki-laki kebanyakan yang digunakan adalah perasaan atau suasana. Unsur batin puisi yang digunakan oleh siswa perempuan adalah perasaan atau suasana. Penelitian yang dilakukan oleh Meliana (2006), berjudul “Struktur Puisi “Pacarkecilku” karya Joko Pinurbo, dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA”. Hasil analisis yang diperoleh dari penelitian tersebut adalah, struktur batin dalam puisi “Pacarkecilku” penyair menggunakan tema cinta kasih yang dipadu dengan budi pekerti, nada yang dapat dirasakan bersifat lugas, suasana yang tampak adalah bahagia dan penuh rasa kekeluargaan, dan amanat yang terdapat dalam puisi tersebut yaitu mengandung butir-butir moral yang berguna untuk peningkatan budi pekerti manusia.

Penelitian yang dilakukan oleh Fitryani (2007), berjudul “Struktur Puisi “Miskin Desa, Miskin Kota” Karya Taufiq Ismail dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA”. Hasil penelitian tersebut adalah struktur batin


(25)

dalam puisi menggunakan tema kemiskinan, nada puisi tersebut adalah secara lugas menyampaikan kepada pembaca, bahwa kemiskinan kini semakin lama semakin berat. Amanat yang hendak diunggkapkan adalah jangan berpasrah pada keadaan, tetapi teruslah berjuang.

Berdasarkan ketiga acuan tersebut, diharapkan dapat membantu penulis dalam melakukan penelitian dengan judul “Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi Seonggok Jagung Karya WS Rendra dan Implementasinya Dalam

Pembelajaran Sastra di SMA”.

1.1 Landasa Teori

1.1.1 Pengertian Puisi

Secara etimologis istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poites, yang

berarti, pembentuk dan pembuat. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun dengan menggunakan irama, sajak, dan kadang-kadang kata kiasan (Situmorang, 1980:10). Menurut Waluyo (1987:25), puisi adalah karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif yang disusun dengan pengungkapan semua kekuatan bahasa dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batin.

Menurut Reeves, puisi adalah sebuiah karya sastra. Semua karya sastra bersifat imajinatif. Bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang (majas). Menurut Slamet Muljana, puisi merupakan bentuk kesusasteraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya. Herbert Spencer menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan efek keindahan. Selanjutnya Thomas C menyatakan


(26)

bahwa puisi merupakan ungkapan pikiran yang bersifat musikal (Waluyo, 1987:22-23).

Berbeda lagi dengan Pradopo (2009:7) yang mengatakan bahwa puisi itu mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan. Puisi itu merupakan rekaman dan interprestasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan.

Dari pendapat para sastrawan di atas, jelas penyair adalah orang yang menciptakan suatu karya, yang dituangkan dalam bentuk suatu bahasa berdasarkan pengalaman. Oleh karena itu, puisi merupakan ekspresi dari pengalaman imajinasi manusia, yang dirasakan begitu indah dan terungkap dari dalam diri penyair.

Samuel Taylor Coleridge (via Pradopo 1990: 6), mengemukakan puisi adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan unsur lain sangat erat hubungannya. Menurut Slametmuljana (via Waluyo, 1987: 23), puisi merupakan bentuk kesusasteraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya. Pengulangan kata itu menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas.

Berdasarkan kedua pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah hasil ekspresi pikiran penyair. Ekspresi pikiran tersebut dapat membangkitkan perasaan yang bersifat emosional dalam susunan yang berirama yang menghasilkan keindahan.


(27)

1.1.2 Struktur Puisi

Secara umum, struktur puisi terbagi menjadi dua, yaitu struktur fisik dan struktur batin puisi. Struktur fisik dan struktur batin terdiri dari unsur-unsur yang saling mengikat dan semua unsur itu membentuk totalitas makna yang utuh. Unsur-unsur menunjukkan diri secara fungsional, artinya unsur-unsur itu berfungsi bersama unsur lain dan di dalam kesatuan dengan totalitasnya (Waluyo, 1987: 27−29). Berikut ini akan dijelaskan struktur fisik dan struktur batin puisi, beserta unsur-unsur yang membangun kedua unsur tersebut.

1.1.2.1 Unsur Fisik Puisi

Unsur fisik puisi yaitu unsur estetik yang membangun luar puisi. Unsur estetik dapat ditelaah satu per satu dan merupakan kesatuan yang utuh. Unsur-unsur struktur fisik puisi terdiri atas: diksi, pengimajian, kata konkret, majas, versifikasi, dan tipografi puisi (Waluyo, 1987: 72−97).

(1) Diksi/Pemilihan Kata

Dalam KBBI (2007:264), diksi adalah pelihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan. Menurut Barfield (via Prodopo, 2009:54), bila kata-kata dipilih dan disusun dengan cara sedemikian rupa hingga artinya menimbulkan imajinasi estetik, maka hasilnya disebut diksi. Waluyo (1987:84) mengatakan bahwa diksi adalah pemilihan kata yang tepat, dan kaya akan nuansa makna dan suasana sehingga mampu mengembangkan dan mempengaruhi daya imajinasi pembaca.

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pemilihan kata yang sangat berperan penting dalam penentuan makna pada sebuah


(28)

puisi. Pemilihan kata inilah yang membuat puisi berbeda dengan karya sastra lainnya.

(2) Pengimajian/Pencitraan

Pengimajian atau pencitraan adalah pengungkapan pengalaman sensoris penyair kedalam kata dan ungkapan, sehingga terjelma gambaran suasana yang lebih konkret. Ungkapan itu menyebabkan pembaca seolah-olah melihat sesuatu, mendengar sesuatu atau turut merasakan sesuatu (Waluyo, 1987:78). Menurut Sudjiman (2006:17), citraan adalah cara membentuk cita mental, pribadi atau gambaran sesuatu. Biasanya citraan menyarankan gambar yang tampak oleh mata (batin) kita, tetapi dapat juga menyarankan hal-hal yang merangsang pancaindera yang lain seperti penciuma dan pendengaran.

Situmorang (1981:20) membagi imaginasi sebagai berikut : (1) imaginasi

visual (penglihatan), (2) imaginasi auditory (pendengaran), (3) imaginasi

artriculatory (pengucapan), (4) imaginasi alfactory (penciuman), (5) imaginasi

gustatory (pencicipan), (6) imaginasi tactual (perasaan), (7) imaginasi kinaestetik

(gerak), dan (8) imaginasi organik (badan).

Dengan demikian, pengimajinasian atau pencitraan, mengingatkan kembali kepada kita tentang pengalam yang pernah terjadi karena kemahiran penyair dalam menggambarkan peristiwa. Jadi kita seolah-olah berada pada kejadian yang terjadi dalam puisi tersebut.


(29)

(3) Kata Konkret

Untuk memperkonkret imaji pembaca, maka kata-kata harus diperkonkret. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyarankan kepada arti yang menyeluruh. Kata konkret erat hubungannya dengan penggunaan kiasan dan lambang (Waluyo, 1987:81). Menurut Pradopo (1991:55), kata konkret adalah penggunaan kiasan dan lambang dalam sebuah puisi untuk menggambarkan secara konkret apa yang dilukiskan penyair.

(4) Bahasa Figuratif/Majas

Waluyo (1987:83), mengatakan bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. kata atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang. Menurut Perrine (via Waluyo, 1987:83), bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang dimaksudkan penyair, karena: (1) bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif, (2) bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji tambahan dalam puisi, sehingga yang abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca, (3) bahasa figuratif adalah cara menambahkan intensitas perasaan penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair, (4) bahasa figuratif adalah cara untuk mengkonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat.

Menurut Waluyo (1987:84-86), bahasa figuratif terdiri atas pengiasan yang menimbulkan makna kias dan pelambangan yang menimbulkan makna


(30)

lambang. Kiasan yang dimaksud meliputi: metafora, perbandingan, personifikasi, hiperbola, sinekdoce, dan ironi.

a) Metafora

Metafora adalah majas yang mengandung perbandingan yang tersirat sebagai pengganti kata atu ungkapan lain untuk melukiskan kesamaan atau kesejajaran makna diantaranya (Sudjiman, 2006:43). Menurut Waluyo (1987:84), metafora adalah sebuah kiasan langsung, artinya benda yang dikiaskan itu tidak disebutkan. Jadi ungkapan itu langsung berupa kiasan.

b) Perbandingan

Perbandingan adalah kiasan yang tidak disebut langsung. Benda yang dikiaskan kedua-duanya ada bersama pengiasnya dan digunakan kata-kata seperti, laksana, bagaikan, dan sebagainya (Waluyo, 1987:84). Menurut Pradopo (2009:62), perbandingan ialah bahasa kias yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, seumpama, laksana, dan kata-kata pembanding yang lain.

c) Personifikasi

Personifikasi adalah benda mati dianggap sepserti manusia. Hal ini guna memperjelas penggambaran peristiwa dan keadaan itu (Waluyo, 1987:85). Pradopo

(2009:75) mengatakan personifikasi adalah jenis bahasa kias yang mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya seperti manusia.


(31)

d) Hiperbola

Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair merasa perlu melebih-lebihkan hal yang dibandingkan itu agar mendapatkan perhatian yang lebih seksama dari pembaca (Waluyo, 1987:85). Menurut Pradopo (2009:98), hiperbola yaitu sarana yang melebih-lebihkan suatu hal atau keadaan.

e) Sinekdoce

Sinekdoce adalah menyebutkan sebagian untuk maksud keseluruhan, atau menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian (Waluyo, 1987:85). Menurut Altenbernd (via Pradopo, 2009:78), sinekdoce adalah bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting suatu benda (hal) untuk benda atau hal itu sendiri.

f) Ironi

Ironi adalah kata-katanya bersifat berlawanan untuk memberikan sindiran. Ironi dapat berubah menjadi sinisme dan sarkasme, yakni penggunaan kata-kata keras dan kasar untuk menyindir atau mengkritik (Waluyo, 1987:86).

(5) Versifikasi (Rima dan Ritma)

Menurut Wellek dan Warren (via Djojosuroto, 2005:22), peranan bunyi mendapat perhatian penting dalam menentukan makna yang dihasilkan puisi (jika puisi tersebut dibaca). Pembahasan bunyi di dalam puisi menyangkut masalah rima dan ritma. Rima berarti persamaan atau pengulangan bunyi.

Waluyo (1987:94) mengatakan, bunyi dalam puisi menghasilkan rima dan ritma. Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk


(32)

musikalitas atau orkestrasi. Adanya pengulangan bunyi, puisi menjadi merdu jika dibaca. Ritma sangat berhubungan dengan bunyi, kata, frasa, dan kalimat.

Marjorie boulton (via Waluyo, 1987:90) menyebut rima sebagai phonetic

form. Jika bentuk fonetik itu berpadu dengan ritma, maka akan mampu

mempertegas makna puisi. Dalam rima terdapat onomatope, bentuk intern pola

bunyi, dan pengulangan kata/ungkapan. a) Onomatope

Onomatope berarti tiruan terhadap bunyi-bunyi yang ada. Efek yang dihasilkan akibat onomatope akan kuat terutama jika puisi tersebut dibacakan

secara keras (Waluyo, 1987:90). Wellek dan Warren (1995:200) menyimpulkan bahwa onomatope yakni kelompok kata yang agak menyimpang dari sistem bunyi

bahasa pada umumnya. Onomatope disebut juga dengan peniruan bunyi. Peniru

bunyi dalam puisi kebanyakan hanya memberikan saran tentang suara sebenarnya.

Onomatope menimbulkan tanggapan yang jelas dari kata-kata yang tidak

menunjukkan adanya hubungan dengan hal yang ditunjuk, sebab dalam puisi diperlukan kejelasan.

b) Bentuk intern pola bunyi

Menurut Boulton (via Waluyo, 1987:92), yang dimaksud bentuk internal ini, adalah: aliterasi, asonansi, dan persamaan bunyi. Aleterasi merupakan persamaan bunyi pada pada suku kata pertama (Waluyo, 1987:92).Cummings & Simmons (1986:10) mengatakan, aliterasi adalah repetisi bunyi awal pada kata-kata yang berbeda, biasanya berupa konsonan.


(33)

Asonansi adalah gaya bahasa repetisi yang berjudul perulangan vokal pada suatu kata atau beberapa kata, biasanya dipergunakan dalam puisi untuk mendapatkan efek penekanan (Suroto, 1993:130). Sementara itu, Waluyo (1991:92) menyatakan asonansi adalah ulangan bunyi vokal pada kata-kata tanpa selingan persamaan bunyi-bunyi konsonan.

Zaidan (1989:41- 42) membedakan persamaan bunyi antara lain, a) rima awal, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada awal baris pada tiap bait puisi, b) rima tengah, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di tengah baris pada bait puisi, dan c) rima akhir, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di akhir baris pada tiap bait puisi. Menurut Waluyo (1989:93), pada rima akhir terdapat tiga pola, yaitu persamaan bunyi dengan pola /aa, bb, cc, dd/ disebut juga saak berangkai, persamaan bunyi dengan pola /ab, ab, cd, ef, ef/ disebut juga sajak bersilang, dan persamaan bunyi dengan pola /abba, cddc, baab/disebut juga sajak berpeluk.

c) Pengulangan kata/ungkapan

Boulton (via Waluyo, 1987:93) menyatakan, pengulangan bunyi, kata, frasa memberi efek intelektual dan efek magis yang murni. Pengulangan tidak hanya terbatas pada bunyi, namun mungkin kata-kata, atau ungkapan.

Rima memiliki nilai estetik. Rima menghasilkan efek-efek yang menyejukkan dan efek-efek yang dapat menyenangkan (pleasurable) dalam sebuah puisi (Reaske,1966:21). Walaupun demikian, tidak berarti rima terlepas dari makna puisi secara keseluruhan karena pada hakikatnya karya sastra adalah urutan bunyi yang menghasilkan makna.


(34)

Sementara itu, ritma berasal dari bahasa Yunani rheo yang berarti

gerakan-gerakan air yang teratur, terus-menerus, dan tidak putus-putus (mengalir terus). Slametmuljana menyatakan bahwa ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/rendah, panjang/pendek, keras/lemah, yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang sehingga membentuk keindahan (Waluyo, 1987:91). Menurut Pradopo (2009:40), ritme adalah irama yang disebabkan pertentangan atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur, tetapi tidak merupakan jumlah suku kata yang tetap, melainkan hanya menjadi gema dendang sukma penyairnya. Dalam konteks karya sastra, ritma berarti gerakan yang teratur dari kata-kata atau frasa-frasa dalam bait-bait puisi atau prosa (Cuddon, 1977:247).

(6) Tata Wajah/Tipografi

Menurut Waluyo (1987:97), tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Perbedaan itu tampak pada susunan kalimat atau kata-katanya yang biasanya membentuk bait. Larik-larik puisi tidak membangun periodisitet yang disebut paragraf, namun membentuk bait.

1.1.2.2 Unsur Batin Puisi

Sebagaimana telah disebut di atas, unsur batin puisi merupakan wujud kesatuan makna puisi yang terdiri atas tema, perasaan, nada, dan amanat yang disampaikan penyair. Untuk memahami unsur batin puisi, pembaca harus berusaha melibatkan diri dengan nuansa puisi, sehingga perasaan dan nada penyair yang diungkapkan melalui bahasanya dapat diberi makna oleh pembaca.


(35)

Struktur batin puisi mengungkapkan apa yang hendak dikemukakan oleh penyair dengan perasaan dan suasana jiwanya. Unsur batin puisi terdiri atas tema, perasaan, nada, dan amanat (Waluyo, 1987: 102−106). Berikut ini akan dijelaskan struktur batin puisi, beserta unsur-unsur yang membangun unsur tersebut.

(1) Tema (Sense)

Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Tema puisi bersifat lugas, objektif, dan khusus. Penafsiran-penafsiran puisi akan memberikan tafsiran tema yang sama bagi seluruh puisi. Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya dan dengan konsep-konsepnya yang terimajinasikan (Waluyo, 1987: 106−107). Jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Tuhan maka puisinya bertema ketuhanan.

Menurut Sudjiman (2006:79), tema adalah gagasan, ide, ataupun, pikiran utama didalam karya sastra yang terungkap atau tidak. Djojosuroto (2005:24) mengatakan, gagasan pokok yang dikemukakn penyair dalam puisi.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran begitu kuat dalam diri penyair sehingga menjadi landasan utama pengucapannya.

(2) Perasaan (Feeling)

Perasaan adalah rasa yang disampaikan penyair melalui puisinya. Puisi mengungkap perasaan yang beraneka ragam . Perasaan yang menjiwai puisi bisa perasaan sedih, kecewa, terharu, benci, rindu, dll (Waluyo, 1987: 134). Dalam


(36)

menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan perasaan yang berbeda dari penyair lainnya, sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda pula (Waluyo, 1987: 121).

(3) Nada (Tone) dan Suasana

Effendi (via Djojosuroto, 2005:25) mengatakan, nada sering dikaitkan dengan suasana. Nada berarti sikap penyair terhadap pokok persoalan dan sikap penyair terhadap pembaca. Suasana berarti keadaan perasaan yang ditimbulkan oleh pengungkapan nada dan lingkungan yang ditangkap oleh pancaindera. Dalam menulis puisi, penyair mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, apakah dia ingin bersikap menggurui, menasihati, mengejek, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap penyair kepada pembaca ini disebut nada puisi. Dari sikap itulah terciptalah suasana puisi (Waluyo, 2003: 37). Nada dan suasana puisi saling berhubungan karena nada puisi menimbulkan suasana terhadap pembacanya.

(4) Amanat (Intention)

Amanat adalah maksud yang hendak disampaikan, imbauan, pesan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair. Amanat yang hendak disampaikan penyair dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi itu. Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan. Amanat yang disampaikan penyair mungkin secara sadar


(37)

berada dalam pikiran penyair, namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang diberikan (Waluyo, 1987: 134).

Amanat atau pesan merupakan kesan yang ditangkap pembaca setelah membaca puisi. Amanat dirumuskan sendiri oleh pembaca puisi. Cara menyimpulkan amanat puisi sangat berkaitan dengan cara pandang pembaca terhadap suatu hal (Waluyo, 2003: 40). Walaupun ditentukan berdasarkan cara pandang pembaca, amanat tidak dapat lepas dari tema dan isi puisi yang dikemukakan penyair.

1.1.3 Pembelajaran Sastra (Puisi) di SMA

Pengajaran sastra merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dan sepatutnya tempat yang layak dalam dunia pendidikan. Pembelajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk pendidikan secara utuh. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu: membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Moody via Rahmanto, 1988: 16).

Tujuan pembelajaran sastra di SMA berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah untuk meningkatkan wawasan kehidupan, kemampuan berbahasa, dan pengetahuan siswa, serta untuk mengembangkan kepribadian siswa dengan menikmati dan memanfaatkan karya sastra (BSNP. 2006, via Sunarti, 2007: 30). Menurut Gani (1988: 50), tujuan pembelajaran sastra menurut adalah


(38)

a. Memfokuskan siswa pada pemilikan gagasan-gagasan dan perhatian yang lebih besar terhadap masalah kemanusiaan dalam bentuk ekspresi yang mencerminkan prilaku kemanusiaan.

b. Membawa siswa pada kesadaran dan peneguhan sikap yang lebih terbuka terhadap moral, keyakinan, nilai-nilai, pemilikan perasaan bersalah, dan ketaksaan dari masyarakat atau pribadi siswa.

c. Mengajak siswa mempertanyakan isyu yang sangat berkaitan denga prilaku personal.

d. Memberikan kesempatan pada siswa untuk memperjelas dan memperdalam pengertian-pengertiannya tentang keyakinan-keyakinan, perasaan-perasaan, dan prilaku kemanusiaan.

e. Membantu siswa lebih mengenal dirinya yang memungkinkannya bersikap lebih arif terhadap dirinya dan orang lain secara lebih cerdas, penuh pertimbangan, dan kehangatan yang penuh simpatik).

Dalam pembelajaran sastra ada empat hal yang diuraikan, yaitu (1) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (2) Silabus dan RPP, dan (3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kurikulum Apresiasi Puisi, dan (4) Pemilihan Bahan Ajar.

2.2.3.1 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Widharyanto: 2006).


(39)

Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, Ayat 15), dijelaskan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh tiap-tiap satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memerhatikan dan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) (Wina Sanjaya, 2008: 128).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum terbaru di Indonesia yang disarankan untuk dijadikan rujukan oleh para pengembang kurikulum di tingkat satuan pendidikan. KTSP merupakan kurikulum yang berorientasi pada pencapaian kompetensi. Kurikulum ini merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) (Wina Sanjaya, 2008: 127). Dengan KTSP, siswa dituntut untuk lebih aktif dan guru sebagai fasilitator sehingga suasana belajar mengajar yang sesungguhnya menuntut adanya perhatian dan kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan yang dihadapi di kelas. Situasi yang diharapkan di sini adalah siswa lebih berperan aktif dalam belajar.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah alat atau saran untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, baik jasmani maupun rohani yang diterima secara formal serta berlangsung seumur hidup.

1.2.3.2Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

(1) Silabus

Dalam mempelajari sastra diperlukan suatu rencana pembelajaran yaitu silabus. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar


(40)

di dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian (Depdiknas, 2006:7). Menurut Muslich (2007:23), silabus adalah rencana pembelajaran pada kelompok mata pelajaran atau tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan bahan ajar.

Menurut Mulyasa (2007:190), silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu. yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Selain itu, silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian hasil belajar.

Suatu silabus minimal memuat enam komponen utama, yakni: 1) standar kompetensi, 2) kompetensi dasar, 3) indikator, 4) materi standar, 5) standar proses (kegiatan belajar mengajar), dan 6) standar nilai. Pengembangan komponen-komponen tersebut merupakan kewenangan mutlak guru, termasuk pengembangan format silabus, dan penambahan komponen-komponen lain dalam silabus di luar komponen minimal. Semakin rinci silabus, semakin memudahkan guru dalam menjabarkannya ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (Mulyasa, 2007: 191).

Muslich (2007:28-30) mengungkapkan langkah-langkah pengembangan silabus sebagai berikut:


(41)

2) Mengindentifikasi materi pokok 3) Mengembangkan pengalaman belajar 4) Merumuskan indikator keberhasilan belajar 5) Penentuan jenis penilaian

6) Menentukan alokasi waktu 7) Menentukan sumber belajar

Format silabus berbasis KTSP menurut Mulyasa (2007:208) minimal mencakup: (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator, (4) materi pembelajaran, (5) standar proses (kegiatan belajar-mengajar), dan (6) standar penilaian.

(2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Dalam menyusun RPP, seorang guru hendaknya mencantumkan standar kompetensi yang memayungi kompetensi dasar yang akan disusun dalam RPPnya. RPP secara rinci harus memuat tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, langkah-langkah kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian (Rehulina, 2008:53).

Mulyasa (2007:213) mengatakan RPP merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. RPP perlu dikembangkan untuk mengkoordinasikan komponen pembelajaran, yakni: kompetensi dasar, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian.

Muslich dalam bukunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

(2007:46), mengungkapkan langkah-langkah yang dilakukan guru dalam penyusuna RPP, yaitu:


(42)

1) Ambillah satu unit pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran. 2) Tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam

unit tersebut

3) Tentukan indikator untuk mencapai kompetensi dasar.

4) Tentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai indikator 5) Rumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dalam pembelajaran

itu

6) Tentukan materi pembelajaran yang akan diberikan

7) Pilih metode pembelajaran yang dapat mendukung sifat materi dan tujuan pembelajaran

8) Susunlah langkah-langkah kegiatan pembelajaran pada setiap rumusan tujuan pembelajaran, yang bisa dikelompokkan menjadi kegiatan awal, kegiatan inti, dan penutup.

9) Jika alokasi waktu untuk mencapai satu kompetensi dasar lebih dari dua jam pelajaran, bagilah langkah-langkah pembelajaran menjadi lebih dari satu pertemuan. Pembagian setiap jam pertemuan bisa didasarkan pada satuan tujuan pembelajaran/jenis materi pembelajaran. 10)Sebutkan sumber/media belajar yang akan digunakan dalam

pembelajaran secara konkret dan untuk setiap unit pertemuan

11)Tentukan teknik penilaian, bentuk, dan contoh instrumen penilaian yang akan digunakan untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.


(43)

Menurut Mulyasa (2007: 218), terdapat dua fungsi RPP dalam KTSP. Kedua fungsi tersebut adalah fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan.

a. Fungsi perencanaan

Fungsi RPP dalam KTSP adalah bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran hendaknya dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaa yang matang. Komponen-komponen yang harus dipahami guru dalam pengembangan KTSP antara lain: kompetensi dasar, materi standar, hasil belajar, indikator hasil belajar, penilaian, dan prosedur pembelajaran.

b. Fungsi pelaksanaan

Dalam pengembangan KTSP, rencana pelaksaan pembelajaran harus disusun secara sistematik dan sistematis, utuh dan menyeluruh, dengan beberapa kemungkinan penyesuaian dalam situasi pembelajaran yang aktual. Dengan demikian, rencana pelaksanaan pembelajaran berfungsi untuk mengefektifkan proses pembelajaran sesuai dengan apa yang direncanakan. Dalam hal ini, materi standar yang dikembangkan dan dijadikan bahan kajian oleh peserta didik harus disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuannya, mengandung nilai fungsional, praktis, serta sesuai dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan, sekolah, dan daerah.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada dasarnya adalah pengembangan dari silabus. Apa yang dirumuskan dalam silabus menjadi dasar dalam penyusunan RPP (Sanjaya, 2008:173). Selanjutnya, Sanjaya mengatakan pembelajaran merupakan suatu sistem, yang terdiri atas komponen-komponen yang satu sama lain saling berkaitan. Engan demikian, merencanakan pelaksanaan


(44)

pembelajaran adalah merencanakan setiap komponen yang saling berkaitan. Dalam RPP minimal ada 5 komponen pokok, yaitu komponen tujuan, materi pembelajaran, metode, media dan sumber pembelajaran, serta komponen evaluasi.

1.2.3.3Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kurikulum Apresiasi

Puisi

Menurut Syarif, dkk (2009: 24) kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi suatu pelajaran.

Dalam silabus pelajaran bahasa Indonesia pada tingkat pendidikan SMA, terdapat empat aspek yang diajarkan dan dipelajari oleh guru dan siswa, yaitu membaca, mendengarkan, berbicara, dan menulis. Berikut ini standar kompetensi dan kompetensi dasar pelajaran Bahasa Indonesia yang terdiri dari kelas X semester 1 dan 2, kelas XI semester 1, dan kelas XII semester 2.


(45)

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Sekolah Menengah Atas Kelas X Semester 1dan 2, Kelas XI semester 1, dan Kelas XII semester 2

Kelas X

No Standar kompetensi Kompetensi Dasar Semseter 1

1 5) Memahami puisi yang disampaikan secara langsung atau tidak langsung

5.1 Mengindentifikasi unsur-unsur bentuk suatu puisi yang disampaikan secara langsung atau melalui

rekaman.

5.2 Mengungkapkan isi suatu puisi yang disampaikan secara langsung atau melalui rekaman

2 7. Memahami wacana sastra melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen

7.1Membacakan puisi dengan lafal, nada, tekanan, dan intonasi yang benar

3 8. Mengungkapkan pikiran dan perasaan melalui kegiatan menulis puisi

8.1Menulis puisi lama dengan

memperhatikan bait, irama, dan rima 8.2Menulis puisi baru dengan

memperhatikan bait, irama, dan rima

Semester 2

4 14. Mengungkapkan

pendapat terhadap puisi melalui diskusi

14.1Membahas isi puisi berkenaan dengan gambaran penginderaan, perasaan, pikiran, dan imajinasi melalui diskusi

14.2.Menghubungkan isi puisi dengan realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat melalui diskusi

Kelas XI

No Standar kompetensi Kompetensi Dasar

1 4 Mengungkapkan

pengalaman dalam puisi, cerita pendek, dan drama

4.1 Menulis puisi berdasarkan pengalaman atau pengamatan


(46)

Kelas XII

No Standar kompetensi Kompetensi Dasar Semester 1

1

1. Memahami pembacaan puisi terjemahan

1.1 Menentukan tema serta amanat puisi terjemahan yang dibacakan

1.2 Mengevaluasi puisi terjemahan yang dibacakan

2

2. Mengapresiasi puisi lama melalui kegiatan melisankan dan diskusi

2.2 Membandingkan puisi Indonesia dengan puisi terjemahan dalam hal penggunaan bahasa dan nilai-nilai estetika yang dianut

3

3. Memahami cerpen dan puisi melalui kegiatan membaca kritis

3.2 Menganalisis puisi yang dianggap penting pada setiap periode untuk menemukan standar budaya yang dianut masyarakat

Semester 2 4

8 Memahami puisi terjemahan yang dilisankan

8.1 Menganalisis sikap penyair terhadap sesuatu hal yang terdapat dalam puisi terjemahan yang dilisankan 8.2 Menilai penghayatan penyair

terhadap puisi terjemahan yang dilisankan.


(47)

1.2.3.4Pemilihan Bahan Ajar

Bahan ajar dalam pengajaran bahasa Indonesia ialah segala bahan yang dapat digunakan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Agar pengajaran sastra dapat lebih berhasil, guru kiranya perlu mengembangkan keterampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguassaan bahasa siswanya. Menurut Rahmanto (1988: 27-31), agar dapat memilih bahan pengajaran sastra dengan tepat, beberapa aspek perlu dipertimbangkan. Aspek-aspek tersebut adalah:

Pertama bahasa, aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan oleh masalah-masalah yang dibahas, tapi faktor-faktor lain seperti: cara penulisan yang dipakai si pengarang, ciri-ciri karya sastra pada waktu penulisan karya itu, dan kelompok pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Oleh karena itu, agar pengajaran sastra dapat lebih berhasil, guru kiranya perlu mengembangkan keterampilan khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasanya sesuai dengan tingkat penguassaan bahasa siswanya.

Kedua psikologi, dalam memilih bahan pengajaran sastra harus memperhatikan tahap-tahap perkembangan psikologi, karena tahap-tahap ini berpengaruh terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis yang dimaksud sebagai berikut: tahap pengkhayal (8 sampai 9 tahun), imajinasi anak belum banyak diisi ha-hal yang nyata tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi; tahap romantik (10 sampai 12 tahun), anak mulai meninggalkan fantasi dan mengarah ke realitas; tahap realistik (13 sampai 16 tahun), anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi dan sangat berminat


(48)

pada realitas. Mereka terus berusaha meneliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Tahap terakhir adalah tahap generalisasi (16 tahun dan selanjutnya). Pada tahap ini anak sudah tidak berminat lagi pada hal-hal praktis saja tetapi berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran filsafati untuk menentukan keputusan-keputusan moral.

Ketiga latar belakang budaya, biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya-karya dengan latar belakang kehidupan mereka. Guru hendaknya memahami apa yang diminati oleh siswa, sehingga dapat menyajikan suatu karya sastra yang tidak terlalu menuntut gambaran di luar jangkauan kemampuan pembayangan yang dimiliki oleh para siswa.

Bahan pengajaran sangat penting bagi siswa. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka bahan yang disajikan haruslah tepat. Menurut Imron (via Rinastuty, 2006:18) kriteria pengajaran yang baik haruslah mempertimbangkan faktor-faktor berikut:

a. Cukup menarik. Apabila bahan pengajaran menarik hal ini akan dapat menggugah rasa ingin tahu siswa dan menimbulkan hasrat belajar. b. Isinya relevan dengan tujuan belajar sehingga tujuan belajar dapat

tercapai.

c. Mempunyai sekuensi atau urutan penyajian dari yang sederhana hingga yang kompleks.


(49)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul “Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin dalam Puisi Seonggok Jagung Karya W. S. Rendra dan Implementasinya Dalam Pembelajarn Sastra di SMA” termasuk jenis penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2007: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif karena peneliti menguraikan data berupa kata-kata, kalimat, dan paragraf, bukan berupa angka-angka.

Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan struktural. Kata struktural mempunyai arti kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan dalam memberi makna (Waluyo, 1992: 93). Pendekatan struktural dilakukan sebagai dasar pengkajian unsur dalam karya sastra. Unsur yang dianalisis dalam puisi “Seonggok Jagung” adalah unsur batin yang terkandung dalam puisi tersebut.


(50)

3.1 Data dan Sumber Data Penelitian

Data penelitian ini diambil dari kumpulan puisi Rendra yang berjudul “Potret Pembangunan dalam Puisi”. Kumpulan puisi tersebut diterbitkan pada Tahun 1980 oleh Penerbit Lembaga Studi Pembangunan.

Sumber data dalam penelitian ini berupa puisi karya W. S. Rendra yang berjudul “Seonggok Jagung”.

3.2 Metode Penelitian

Menurut Yudiono (1988: 14) metode dapat diartikan sebagai cara kerja untuk memahami suatu objek yang menjadi sasaran penelitian. Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya (Nawawi, 1990: 73). Dalam penelitian ini puisi “Seonggok Jagung” merupakan sumber faktanya. Dengan metode ini peneliti ingin mengalisis data yang berupa unsur fisik dan unsur batin yang terkandung dalam puisi tersebut, yang diimplementasikan dalam pembelajaran di sekolah.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Studi Teks


(51)

a. Membaca secara berulang-ulang dengan seksama bahan yang hendak diteliti. Hal ini dimaksudkan untuk dapat lebih memahami isi dan maksud dari puisi tersebut.

b. Menelaah dan membahas seluruh data yang hendak diteliti, kemudian menerapkannya dalam pembahasan masalah.

2. Menafsirkan Teks

Melaksanakan tafsiran terhadap unsur fisik dan unsur batin puisi yang terdapat didalam puisi.

3. Studi Pustaka

Teknik ini digunakan untuk menggali teori yang relevan dengan hal-hal yang akan dikaji dalam penelitian ini.

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2007: 248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menentukan yang penting.

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan, sebagai berikut: 1. Membaca Puisi “Seonggok Jagung” karya W.S. Rendra,

2. Mengidentifikasi unsur fisik dan unsur batin puisi, 3. Mengklasifikasikan unsur fisik dan unsur bati puisi,

4. Menampilkan contoh Rencana Program Pembelajaran berupa silabus dan RPP, terhadap hasil analisis puisi Rendra tersebut, dan


(52)

36

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Puisi “Seonggok Jagung”

Pada bagian ini akan disajikan kutipan puisi yang berjudul “Seonggok Jagung” yang merupakan karya W. S. Rendra. Beberapa kritikus sastra menyebut W. S. Rendra sebagai penyair terbesar setelah Chairil Anwar. Rendra adalah penyair penting sejak tahun 50-an hingga akhir hayatnya.

Berikut merupakan kutipan puisi “Seonggok Jagung” (Sumber : Potret Pembangunan dalam Puisi, 1980, hlm. 42−44).

Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda yang kurang sekolahan

Memandang jagung itu, sang pemuda melihat ladang ia melihat petani;

ia melihat panen; dan suatu hari subuh,

para wanita dengan gendongan pergi ke pasar ... Dan ia juga melihat

suatu pagi hari di dekat sumur gadis-gadis bercanda sambil menumbuk jagung menjadi maisena.

Sedang di dalam dapur tungku-tungku menyala. Di dalam udara murni tercium bau kuwe jagung.


(53)

Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda. Ia siap menggarap jagung Ia melihat kemungkinan otak dan tangan

siap bekerja.

Tetapi ini:

Seonggok jagung di kamar

dan seorang pemuda tammat S.L.A.

Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa. Hanya ada seonggok jagung di kamarnya.

Ia memandang jagung itu

dan melihat dirinya terlunta-lunta.

Ia melihat dirinya ditendang dari discotique. Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalage. Ia melihat saingannya naik sepeda motor.

Ia melihat nomor-nomor lotre.

Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal. Seonggok jagung di kamar

tidak menyangkut pada akal, tidak akan menolong.

Seonggok jagung di kamar

tak akan menolong seorang pemuda

yang pandangan hidupnya berasal dari buku, dan tidak dari kehidupan.

Yang tidak terlatih dalam metode, dan hanya penuh hafalan kesimpulan. Yang hanya terlatih sebagai pemakai, tetapi kurang latihan bebas berkarya.

Pendidikan telah memisahkannya dari kehidupan.

Aku bertanya:

Apakah gunanya pendidikan

bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing di tengah kenyataan persoalannya ?


(54)

bila hanya mendorong seseorang menjadi layang-layang di ibu kota kikuk pulang ke daerahnya ? Apakah gunanya seseorang

belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran, atau apa saja,

bila pada akhirnya,

ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata:

“Di sini aku merasa asing dan sepi !”

Sebagaimana telah dipaparkan di depan bahwa struktur puisi secara umum terdiri atas dua bagian besar yakni struktur fisik dan struktur batin. Struktur fisik puisi secara tradisional biasa disebut elemen bahasa, sedangkan struktur batin puisi secara tradisional disebut makna puisi (Djojosuroto, 2004:15). Berikut analisis unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung”.

4.2 Analisis Unsur Fisik Puisi “Seonggok Jagung”

4.2.1 Diksi (pemilihan kata)

Pada puisi “Seonggok Jagung”, diksi kata-katanya tidak lembut dan romantis. Pemilihan kata-kata yang diciptakan Rendra adalah khas puisi protes. Hal tersebut dapat dilihat pada bait kedelapan, “Aku bertanya:/Apakah gunanya pendidikan/ bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing/di tengah kenyataan persoalannya?....”. Kata-kata yang digunakan penyair tersebut mengungkapkan rasa tidak puasnya kepada pemerintah atas kurangnya lapangan pekerjaan.

Pada bait satu puisi Seonggok Jagung, penyair menggunakan kata “kurang sekolah”. Kata yang digunakan penyair tersebut menggambarkan seseorang yang tidak melanjutkan sekolahnya kejenjang yang lebih tinggi. Bait ke dua pilihan


(55)

kata-kata yang digunakan penyair adalah /ia melihat petani/, /ia melihat panen/, /suatu hari subuh/, /para wanita dengan gendongan pergi ke pasar/, /gadis-gadis menumbuk jagung/. Kata-kata tersebut merupakan kata yang menggambarkan kegiatan masyarakat di suatu desa pada pagi hari. Secara tak langsung penyair ingin memberitahu bahwa pada pagi hari tidak ada masyarakat yang ke kantor, gadis-gadis yang berangkat kesekolah.

Pilihan kata yang digunakan penyair pada bait ke tiga yaitu, /otak dan tangan/, /siap bekerja/. Kata-kata yang digunakan penyair tersebut menjelaskan bahwa seorang pemuda yang akan bekerja dengan menggunakan pikiran dan tenaganya. Pada bait ke empat tidak terdapat diksi, karena penyair hanya menulis dua kata pada bait tersebut, dan kata tersebut mudah dipahami oleh pembaca.

Untuk menggambarkan cita-cita yang tidak dapat tercapai karena keadaan terdapat pada bait ke lima, penyair mengambarkan dengan kata-kata “Tak ada uang/ tak bisa menjadi mahasiswa”. Pemilihan kata-kata tersebut digunakan penyair untuk melukiskan bahwa hanya orang-orang kaya yang bisa bersekolah. Pada bait ke enam diksi yang gunakan penyair /ia melihat dirinya terlunta-lunta/. Kata terlunta-lunta pada bait tersebut menggambarkan keadaan seorang pemuda yang tidak bisa melanjutkan sekolah, tidak memiliki pekerjaan, dan hanya bisa melihat keberhasilan teman-temannya.

Untuk melukiskan keprihatinan penyair dapat dilihat pada bait ke tujuh. Penyair menggunakan kata-kata “Seonggok jagung di kamar/ tak akan menolong seorang pemuda”. Pemilihan kata-kata tersebut menggambarkan keprihatinan penyair terhadap pemuda tersebut. Secara tidak langsung, penyair mengatakan


(56)

bahwa pemuda tersebut membutuhkan perhatian dan kepedulian. Kemudian untuk mengungkapkan protesnya terhadap ketidakrelevan dunia pendidikan, penyair menggunakan kata-kata seperti pada bait berikut.

Bait ke delapan:

Aku bertanya:

Apakah gunanya pendidikan

bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing di tengah kenyataan persoalannya ?

Apakah gunanya pendidikan bila hanya mendorong seseorang menjadi layang-layang di ibu kota kikuk pulang ke daerahnya ? Apakah gunanya seseorang

belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran, atau apa saja,

bila pada akhirnya,

ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata:

“Di sini aku merasa asing dan sepi!”

Rendra merasa bahwa pendidikan tidak ada artinya sama sekali. Apalah artinya ilmu yang kita dapat, kalau hanya sebatas ilmu yang kita dapat pada saat berada di bangku sekolah. Hal tersebut dipertegas oleh penyair dengan kata-kata “apa gunanya pendidikan”.

Uraian di atas dapat kita lihat, penyair sengaja memilih kata-kata pada tiap bait yang dapat memberikan daya sugesti untuk mengungkapkan maksudnya. Dengan demikian, pembaca dapat membayangkan secara jelas apa yang terjadi pada puisi tersebut. Ketika puisi tersebut dibaca, pembaca seakan-akan ikut merasakan suasana seperti yang ada dalam puisi.


(57)

4.2.2 Pengimajinasian/pencitraan

Setelah membaca puisi “Seonggok Jagung” dan dari 8 buah pengimajian yang dikemukakan oleh Situmorang (1981:20), ditemukakan 4 buah pencitraan yang terdapat pada puisi tersebut, yaitu sebagai berikut.

a) Imaginasi visual (penglihatan)

Pelukisan Imaginasi visual pada puisi “Seonggok Jagung” terdapat pada bait pertama, bait kedua, bait ketiga, bait keempat, dan bait kelima.

Bait pertama:

Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda yang kurang sekolahan

Pada ketiga baris tersebut, penyair mengajak pembaca seakan-akan melihat seonggok jagung dan seorang pemuda di sebuah kamar.

Bait kedua:

Memandang jagung itu, sang pemuda melihat ladang ia melihat petani;

ia melihat panen; dan suatu hari subuh,

para wanita dengan gendongan pergi ke pasar ... Dan ia juga melihat

suatu pagi hari di dekat sumur gadis-gadis bercanda sambil menumbuk jagung menjadi maisena.

Sedang di dalam dapur tungku-tungku menyala.


(58)

Baris kedua berbunyi “sang pemuda melihat.... “ dengan membaca baris tersebut, pembaca seakan-akan ikut melihat apa yang dilihat oleh pemuda tersebut. Dalam hal ini, penyair ingin mengatakan perasaannya bahwa betapa tidak adilnya dunia pendidikan bangsa kita. Melalui apa yang dilihat pemuda itu, penyair menyampaikan bahwa dipagi hari, para wanita dengan gendongannya ke pasar dan gadis-gadis menumbuk jagung. Secara tidak langsung penyair ingin mengatakan, seharusnya di pagi hari para wanita berada di rumah mengurus suami dan anak mereka. Begitu pula dengan gadis-gadis yang menumbuk jagung seharusnya di pagi hari mereka pergi ke sekolah.

Bait ketiga:

Seonggok jagung di kamar dan seorang pemuda.

Ia siap menggarap jagung Ia melihat kemungkinan otak dan tangan

siap bekerja.

Bait di atas menyebabkan pembaca seakan-akan melihat seonggok jagung dan seorang pemuda di kamar yang siap menggarap jagung.

Bait kelima dan bait keenam:

Seonggok jagung di kamar

dan seorang pemuda tammat S.L.A.

Tak ada uang, tak bisa menjadi mahasiswa. Hanya ada seonggok jagung di kamarnya.

Ia memandang jagung itu

dan melihat dirinya terlunta-lunta.

Ia melihat dirinya ditendang dari discotique. Ia melihat sepasang sepatu kenes di balik etalage. Ia melihat saingannya naik sepeda motor.


(59)

Ia melihat dirinya sendiri miskin dan gagal. Seonggok jagung di kamar

tidak menyangkut pada akal tidak akan menolong.

Pada kedua bait di atas, penyair mengajak pembaca untuk melihat keadaan seorang pemuda di kamar. Pembaca seakan-akan melihat seorang pemuda yang sedang meratapi nasibnya yang tidak seberuntung temannya. Pemuda tersebut hanya bisa memandang dirinya yang miskin dan gagal melanjutkan sekolah, dan pemuda itu hanya memiliki seonggok jagung di kamar.

Pada bait ke empat, bait tujuh, dan bait ke delapan puisi Seonggok Jagung tidak terdapat imajinasi penglihatan. Penyair menunjukkan imajinasi penglihatan pada bait kesatu sampai bait keenam.

Berdasarkan uraian di atas, dalam penulisan puisinya, Rendra menggunakan kata yang bervariasi untuk menimbulkan efek visual atau imaginasi visual. Kata-kata yang dimaksud umumnya kata benda seperti jagung, kamar, sumur, dapur, seorang pemuda, petani, gadis-gadis, dan para wanita. Pada umumnya kata benda tersebut melakukan aktivitas yang dapat diamati atau menunjukkan sifat tertentu.

b) Imaginasi auditory (pendengaran)

Imajinasi pendengaran merupakan citraan yang mengajak pembaca seolah-olah mendengar apa yang dikatakan penyair. Pelukisan imaginasi auditory pada puisi “Seonggok Jagung” hanya terdapat pada bait kedelapan, sedangkan pada bait pertama hingga bait ketujuh tidak terdapat imajinasi pendengaran. Berikut penjelasannya.


(60)

Bait ke delapan:

Aku bertanya:

Apakah gunanya pendidikan

bila hanya akan membuat seseorang menjadi asing di tengah kenyataan persoalannya ?

Apakah gunanya pendidikan bila hanya mendorong seseorang menjadi layang-layang di ibu kota kikuk pulang ke daerahnya ? Apakah gunanya seseorang

belajar filsafat, sastra, teknologi, ilmu kedokteran, atau apa saja,

bila pada akhirnya,

ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata:

“Di sini aku merasa asing dan sepi !”

Baris ke 1 bait di atas, berbunyi “Aku bertanya”. Pada baris ke 13 berbunyi “ketika ia pulang ke daerahnya, lalu berkata:”. Kedua baris tersebut membuat pembaca seolah-olah ikut mendengar pertanyaan penyair dan perkataan seseorang. Pertanyaan dan perkataan yang dimaksud sangat jelas disebutkan pada baris ke 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, dan baris ke 14.

Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa dalam menampilkan citra pendengaran, penyair menggunakan tokoh yang dapat bersuara. Tokoh yang terdapat dalam puisi tersebut yaitu, tokoh aku dan seseorang pemudah yang ingin melanjutkan pendidikannya.

c) Imaginasi alfactory (penciuman)

Imaginasi alfactory adalah citraan yang menyebabkan pembaca seolah-olah dapat mencium suatu bau. Pelukisan imajinasi alfactory pada puisi “Seonggok Jagung”


(61)

hanya terdapat pada bait kedua, sedangkan pada bait 1, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 tidak terdapat imajinasi penciuman. Berikut penjelasanya.

Bait kedua baris 16 dan 17: Di dalam udara murni tercium bau kuwe jagung

Baris ke 17 bait di atas, “tercium kuwe jagung” membuat pembaca seakan-akan ikut mencium bau kue jagung. Hal tersebut diperkuat dengan baris ke 16 bahwa kue jagung aromanya tercium melalui udara murni.

d) Imaginasi kinaestetik (gerak)

Imaginasi kinaestetik adalah citraan gerak yang membuat pembaca seakan-akan melakukan gerakan seperti yang dimaksudkan oleh penyair. Pelukisan imajinasi tersebut pada puisi “Seonggok Jagung” hanya terdapat pada bait kedua. Pada bait 1, 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 tidak terdapat imajinasi gerak. Berikut penjelasanya.

Bait kedua baris ke 11, 12, dan 13:

gadis-gadis bercanda sambil menumbuk jagung menjadi maisena

Baris puisi di atas, membuat pembaca seakan-akan ikut mengerakkan tangan menumbuk jagung sambil bercanda.

4.2.3 Kata konkret

Untuk membangkitkan imaji pembaca, kata-kata harus diperkonkretkan. Maksudnya ialah bahwa kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang


(1)

pada umumnya. Citraan yang diciptakan penyair memperkuat argumentasi untuk mengungkapkan makna yang terdapat dalam puisinya.

3) Bahasa figuratif: Dalam puisi “Seonggok Jagung” majas yang digunakan oleh penyair adala majas metafora dan majas ironi.

4) Kata konkret : Dalam puisi “Seonggok Jagung”, penyair sudah memberikan gambaran mengenai protesnya akan ketidakadilan dalam dunia pendidikan. Pengkonkretan kata oleh penyair tersebut, dapat membantu pembaca membayangkan secara jelas peristiwa atau kejadian yang dilukiskan oleh penyair.

5) Versifikasi : Berdasarkan hasil analisis, rima dalam puisi Seonggok Jagung terdapat aliterasi, asonansi, rima awal, tengah, dan rima akhir.

6) Tipografi: Tipografi yang digunakan penyair dalam puisi “Seonggok

Jagung” tidak menyimpang dari tipografi puisi pada umumnya. Dari tipografinya nampak jelas bahwa bentuk karangan Rendra tersebut adalah puisi.

Hasil analisis terhadap unsur batin puisi “Seonggok Jagung” adalah sebagai berikut.

1) Tema : Berdasarkan hasil analisis tema umum puisi “Seonggok Jagung” mengenai pendidikan. Puisi tersebut berbicara mengenai kegagalan dalam pendidikan dan kurangnya lapangan pekerjaan. Hal itu mengakibatkan penyair mengkritik ketidakadilan dunia pendidikan.


(2)

2) Nada dan Suasana : Nada dan suasana puisi “Seonggok Jagung” disesuaikan dengan tema puisi tersebut. Tema puisi tersebut adalah pendidikan. Penyair mengungkapkan kekesalan atau kritiknya terhadap ketidakadilan dunia pendidikan bangsa kita. Hal ini menunjukkan bahwa penyair berharap, agar pembaca menjiwai rasa kepedulian penyair terhadap situasi yang terjadi pada negeri ini.

3) Perasaan : Pada puisi “Seonggok Jagung”, penyair memiliki rasa kepedulian terhadap situasi pendidikan yang terjadi. Selain itu juga, penyair sangat prihatin dengan kondisi pendidikan bangsa kita.

4) Amanat : Amanat yang hendak disampaikan W. S. Rendra dalam puisi tersebut yaitu (1) ketidakadilan terhadap dunia pendidikan adalah musuh terbesar yang harus diberantaskan, (2) pemerintah diharapkan menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai untuk mengurangi adanya pengangguran, (3) pemimpim harus memiliki ketulasan hati dalam melayani masyarakat, (4) isi puisi ini juga secara tidak langsung mengingatkan pada pelajar yang mampu, agar mereka tidak menyia-nyiakan pendidikan mereka, karena tidak semua orang bisa bersekolah seperti mereka.

5.2 Implikasi

Analisis unsur fisik dan unsur batin puisi “Seonggok Jagung” karya WS

Rendra dapat memudahkan siswa dalam memahami suatu karya sastra. Hal ini berimplikasi pada pembelajaran puisi di SMA kelas X semester 1 dan 2. Penelitian ini merupakan salah satu perwujudan dari apresiasi sastra, sehingga


(3)

hasil penelitian ini dapat menjadi contoh cara menganalisis karya sastra bagi siswa SMA.

Langkah konkret pembelajaran puisi “Seonggok Jagung” sebagai materi

pembelajaran sastra disajikan dalam bentuk Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus dan RPP itu digunakan untuk kelas X semester 1 dan 2 karena disesuaikan dengan kemampuan siswa dan perkembangan materi yang sudah dan harus dikuasai siswa.

5.3 Saran

Penelitian terhadap puisi “Seonggok Jagung” karya WS Rendra, diharapkan dapat bermanfaat terhadap ilmu sastra. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan alternatif untuk pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini baru menganalisis unsur fisik dan unsur batin, masih banyak hal yang menarik dalam puisi Seonggok Jagung yang dapat dijadikan sebagai bahan penelitian. Peneliti menyarankan agar peneliti selanjutnya dapat mengangkat hal yang berbeda dari sudut pandang lain sebagai obyek penelitian. Selain itu juga, peneliti selanjutnya dapat meneliti kemampuan siswa menganalisis puisi berdasarkan unsur fisik dan unsur batin puisi.


(4)

98

DAFTAR PUSTAKA

Atmazaki. 1993. Analisis Sajak: Teori, Metodelogi, dan Aplikasi. Bandung: Angkasa.

Depdikbud. 1995. Kurikulum SMU dan GBBP Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud.

Depdikbud. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia SMU/SMK. Jakarta.

Depdikbud. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta.

Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Pusat Bahasa). Edisi IV. Jakarta: Balai Pustaka.

Djojosuroto, Kinayati. 2006. Analisis Teks Sastra dan Pengajarannya. Yogyakarta: Pustaka.

___________________. 2005. Puisi, Pendekatan dan Pembelajaran. Bandung: Nuansa.

Gaudensia Fitryani. 2007. Struktur Puisi “Miskin Desa, Miskin Kota” Karya

Taufiq Ismail dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Hendy, Zaidan. 1987. Kesusastraan Indonesia 1. Bandung: Angkasa.

Luxemburg, I. V. dkk. 1989. Penghantar Ilmu Sastra. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia.

Mulyasa. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muslich, Masnur. 2007. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Dasar Pemahaman dan Pengembangan). Jakarta: Bumi Aksara.

Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitati (Edisi Revisi). Cetakan XXIV. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moody, H.L.B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Saduran Bebas Oleh B. Rahmanto. Yogyakarta: Kanisius.

Nawawi, Hadari. 1990. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.


(5)

Pradopo, Rahmat Djoko. 2009. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Rahmanto, B. 1988. Metode pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.

Rendra, W. S. 1993. Potret Pembangunan dalam Puisi. Jakarta: Pustaka Jaya. Sanjaya, H. Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Semi, Atar. 1988. Kritik Sastra. Bandung: Angkasa.

Situmorang, B. P. 1981. Puisi Bentuk Apresiasi Teori dan Struktur. Flores: Nusa Indah.

_____________. 1983. Puisi dan Metodelogi Sastra. Ende Flores: Nusa Indah. Sudjiman, Panuti. 1990. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Universitas Indonesia Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Bahasa Pengantar Penelitian

Wahana Kebahasaan Secara Linguis. Yogyakarta: Duta Wacana Press Sumarjo, Jacob, dan Saini K. M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta:Gramedia. Veronica Meliana. 2006. Struktur Puisi “Pacarkecilku” karya Joko Pinurbo, dan Implementasinya dalam Pembelajaran Sastra di SMA. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Yustina Dwi. 2006. Perbedaan Unsur Fisik dan Unsur Batin Karya Siswa Laki-laki dan Perempuan Kelas X SMA Dominikus Wonosari, Kunungkidul Tahun Ajaran 2008/2009. Yogyakarta: PBSID, FKIP, Universitas Sanata Dharma.

Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Surakarta: Erlangga.

Wellek, Rene dan Warren, Austin. 1989. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. _________________________. 1993. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia.


(6)

BIODATA PENULIS

Magdalena Astini Deke lahir di Waimangura, pada tanggal 31 Agustus 1990dari pasangan Paulus W. Deke dan S. P. Malo. Ia masuk Sekolah dasar tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002 Ia terdaftar sebagai siswa SMPN 1 Wewewa Barat dan lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2005 Ia melanjutkan studi ke SMAK St. Thomas Aquinas Weetabula dan lulus pada tahun 2008. Sejak tahun 2008 hingga sekarang terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah (PBSID), Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Ia memiliki minat terhadap sastra sejak duduk di bangku SMA, maka skripsi yang dibuat pun berhubungan dengan sastra. Ia membuat skripsi dengan judul: Analisis Unsur Fisik dan Unsur Batin Puisi Seonggok Jagung Karya WS Rendra dan

Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra di SMA untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.


Dokumen yang terkait

GAYA KATA DALAM KUMPULAN PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU KARYA W.S. RENDRA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA Gaya Kata dalam Kumpulan Puisi Doa Untuk Anak Cucu Karya W.S. Rendra dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA (Kajian Stilisti

0 6 29

GAYA KATA DALAM KUMPULAN PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU KARYA W.S. RENDRA DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA Gaya Kata dalam Kumpulan Puisi Doa Untuk Anak Cucu Karya W.S. Rendra dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA (Kajian Stilisti

0 6 13

PENDAHULUAN Citra Perempuan Dalam Kumpulan Puisi Blues Untuk Bonnie Karya W.S. Rendra: Tinjauan Feminisme Sastra Dan Implementasinya Sebagai Bahan Ajar Di SMA.

1 9 7

UNSUR-UNSUR KRIMINALITAS NOVEL DI ATAS MAHLIGAI CINTA KARYA SRI ROKHATI : TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Unsur-Unsur Kriminalitas Novel Di Atas Mahligai Cinta Karya Sri Rokhati : Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di S

0 2 14

PENDAHULUAN Unsur-Unsur Kriminalitas Novel Di Atas Mahligai Cinta Karya Sri Rokhati : Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di SMA.

0 6 43

UNSUR-UNSUR KRIMINALITAS NOVEL DI ATAS MAHLIGAI CINTA KARYA SRI ROKHATI : TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA DAN Unsur-Unsur Kriminalitas Novel Di Atas Mahligai Cinta Karya Sri Rokhati : Tinjauan Sosiologi Sastra Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di S

0 1 19

Analisis unsur fisik dan unsur batin puisi `Seonggok Jagung` karya W.S. Rendra dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA.

33 438 118

Kritik sosial dalam kumpulan puisi potret pembangunan dalam puisi karya W.S Rendra dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA kelas X.

0 2 213

Analisis unsur fisik dan batin pada puis

0 1 2

Unsur intrinsik cerpen ``Tukang Semir dan Anjingnya`` karya Suheri dan implementasinya dalam pembelajaran sastra di SMA - USD Repository

0 5 117