Pengaruh komposisi lanolin dan beeswax sebagai basis lipstik terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.).

(1)

INTISARI

Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh komposisi lanolin dan beeswax sebagai basis lipstik terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.). Kualitas lipstik dipengaruhi oleh komposisi bahan – bahan yang digunakan. Sehingga sifat fisik dan stabilitas lipstik erat kaitannya dengan basis yang digunakan, karena basis merupakan pembentuk utama dalam lipstik. Karenanya perlu penelitian tentang komposisi lanolin dan beeswax sebagai basis untuk mengetahui efek terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik.

Penelitian eksperimental ini dirancang menggunakan desain faktorial dengan dua faktor yaitu lanolin dan beeswax, dan dua level, yaitu level rendah dan level tinggi. Sifat fisik lipstik yang diamati adalah kekerasan lipstik setelah 48 jam pembuatan. Selain sifat fisik, dilihat stabilitas kekerasan lipstik yang diamati setelah penyimpanan 30 hari. Respon yang didapat diuji secara statistik menggunakan program Design Expert 9.0.6 dan R 3.2.2.

Hasil penelitian menunjukkan lanolin dan beeswax sebagai basis lipstik berpengaruh signifikan terhadap kenaikan respon kekerasan lipstik. Dimana beeswax mempunyai kontribusi yang paling besar dalam meningkatkan kekerasan lipstik. Dan keempat formula menunjukkan kestabilan selama 30 hari.

Kata kunci : lipstik, lanolin, beeswax, kekerasan, pewarna dari ekstrak kulit manggis, desain faktorial.


(2)

ABSTRACT

The purpose of the research about the composistion effect of lanolin and beeswax as a base toward hardness of lipstick with colorant added from hull of mangosteen (Garcinia mangostana L.). The pyhsical characteristics and stability of lipstick is closely related to the base used, because it is the major of the body of lipstick. Therefore, this research was aimed to determinate the effects of the composistion of lanolin and beeswax as the base to the physical characteristics and stability of lipstick with colorat from hull of mangosteen (Garcinia mangostana L.).

This study represents a pure experimental design using the application of factorial design with two factors such as lanolin-beeswax and two levels such as low level and high level. The physical characteristic hardness of lisptick during 48 hours. The stability of lipstick evaluated after 30 days storage. The data were analyzed statically using Design Expert 9.0.6 and R.3.2.2.

The result of this research showed that lanolin and beeswax as base of lipstick provide significant effect toward hardness of lipstick, and beeswax hahasve the greatest contribution effect toward hardness of lipstick. Four formulations of lipstick with colorant of hull of mangosteen showed that they are stable in 30 days.

Keywords : lipstick, lanolin, beeswax, hardness, colorant from hull of mangosteen, factorial design.


(3)

PENGARUH KOMPOSISI LANOLIN DAN BEESWAX SEBAGAI BASIS LIPSTIK TERHADAP SIFAT FISIK DAN STABILITAS LIPSTIK

DENGAN PEWARNA DARI EKSTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh:

Pho Vania Wirawan

NIM : 128114062

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Let us be grateful to people who make us happy, they are the charming gardeneres who make our souls blossom”

-Marcel Proust- “It is just that we should be grateful, not only to those with whose views we may agree, but also to those who have expressed more superficial views; for these also

contributed something, by developing before us the powers of thought” -Aristotle- “Learn everything you can, anytime you can, from anyone you can, there will

always come a time when you will be grateful you did”

-Sarah Caldwell- Aku persembahkan karyaku ini untuk Tuhan Yesus Kristus, karena berkat dan karunia-Nya aku dapat melalui kesulitan yang ada. Dan kepada mama dan papa

tercinta yang telah memberi segala dukungan.Tak lupa kepada teman-teman Farmasi Sanata Dharma angkatan 2012 yang selalu mendukung dan


(7)

(8)

(9)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa atas segala berkat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Komposisi Lanolin dan Beeswax sebagai Basis Lipstik terhadap Sifat Lipstik dan Stabilitas Lipstik dengan Pewarna dari Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S. Farm).

Dalam penyusunan skripsi, penulis mengalami banyak kesulitan selama penyelesaian skripsi ini. Namun kesulitan tersebut dapat dilalui berkat dukungan dari berbagai pihak berupa doa, kritik, saran, dan semangat yang diberikan kepada penulis. Oleh karena itu, dengan rasa penuh syukur, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua atas harapan, kepercayaan, perhatian, motivasi, saran dan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

2. Ibu Aris Widayati, M. Si., Apt., Ph.D., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

3. Segenap dosen Fakultas Farmasi Sanata Dharma atas segala pengajaran dan bimbingannya selama perkuliahan.

4. Bapak Septimawanto Dwi P. M. Si., Apt. selaku dosen pembimbing dan penguji yang ramah dan sabar memberikan bimbinganm diskusim arahan, saran, serta dukungan kepada penulis selama penyusunan proposal, penelitian, dan penyusunan laporan akhir.

5. Ibu Dr. Dewi Setyaningsih, M.Sc., Apt. dan Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan waktu, kritik, dan saran dalam penulisan skripsi.

6. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.

7. Pak Musrifin, Pak Agung, Pak Parlan dan laboran-laboran lain atas bantuan yang diberikan selama penelitian dan menempuh perkuliahan.


(10)

8. Ira Felisia dan Felisia Inesa selaku teman satu tim atas kekompakan, dukungan, dan semangat untuk melewati kesulitan bersama-sama selama penyusunan skripsi.

9. Sahabat-sabahat penulis : Malvin Choco, Diah Fani Gita Sri Utami, Patricia Valentina Hendriana, Eugenius Yogia Wirawan, Edwin Tesalonika, Vicky Wijoyo atas bantuan, semangat dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

10. Meliana Pho, Justin Chandra Wirawan dan keluarga Pho yang senantiasa menyemangati dan mendoakan selalu terhadap kelancaran penyusunan skripsi oleh penulis.

11. Resta, Jessica, Desi, Rurry, Cyndi Pasaribu, dan teman-teman kost Aditara atas doa, dukungan, kebersamaan, keceriaan, penghiburan selama ini.

12. Teman-teman angkatan 2012 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta atas kebersamaan selama proses perkuliahan.

13. Seluruh pihak yang telah membantu selama proses penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa adanya keterbatasan selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Semoga laporan skripsi ini berguna bagi semua pihak dalam bidang akademik, terutama dalam bidang farmasi.

Yogyakarta, 7 Maret 2016


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

INTISARI ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan Masalah ... 3


(12)

3. Manfaat Penelitian ... 4

B. Tujuan Penelitian ... 4

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ... 5

A. Bibir ... 5

B. Kosmetik ... 5

C. Lipstik ... 6

D. Manggis (Garcinia mangostana L.) ... 8

E. Lanolin ... 8

F. Beeswax ... 9

G. Esktraksi ... 10

H. Metode Desain Faktorial ... 11

I. Landasan Teori ... 13

J. Hipotesis ... 15

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 16

A. Jenis Rancangan Penelitian ... 16

B. Variabel Penelitian ... 16

1. Variabel Bebas ... 16

2. Variabel Tergantung ... 16

3. Variabel Pengacau Terkendali ... 16

4. Variabel Pengacau Tak Terkendali ... 17

C. Definisi Operasional ... 17

D. Alat Penelitian ... 18


(13)

F. Tata Cara Penelitian ... 19

1. Ekstrak Kulit Manggis ... 19

2. Pembuatan Lipstik ... 19

3. Uji Kekerasan Lipstik ... 21

4. Analisis Hasil ... 21

5. Uji pH ... 22

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

A. Identifikasi Garcinia mangostana L. ... 23

B. Formulasi Lipstik ... 24

C. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Lipstik ... 28

1. Uji Sifat Fisik ... 29

2. Uji pH ... 38

3. Stabilitas Lipstik ... 39

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 41

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42

LAMPIRAN ... 45


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Formula lipstik matte ... 19

Tabel II. Formula lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit manggis... 20

Tabel III. Range penggunaan bahan yang masih diperbolehkan ... 28

Tabel IV. Hasil pengukuran sifat fisik ... 30

Tabel V. Hasil perhitungan ANOVA untuk respon kekerasan lipstik berdasarkan Design Expert ... 32

Tabel VI. Nilai efek beeswax, lanolin, dan interaksinya terhadap respon kekerasan lipstik ... 33

Tabel VII. Hasil validasi ... 37


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Grafik hubungan beeswax terhadap kekerasan lipstik ... 34

Gambar 2. Grafik hubungan lanolin terhadap kekerasan lipstik ... 35

Gambar 3. Contour plot kekerasan lipstik ... 36

Gambar 4. Grafik kestabilan lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit manggis


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Certificate of Analysis Ekstrak Kulit Manggis ... 45

Lampiran 2. Extraction Flow Chart ... 46

Lampiran 3. Persyaratan Cemaran Mikroba dan Logam Berat... 47

Lampiran 4. Notasi Desain Faktorial dan Percobaan Desain Faktorial ... 48

Lampiran 5. Penentuan rentang kekerasan lipstik... 49

Lampiran 6. Data Hasil Pengujian Kekerasan Lipstik ... 51

Lampiran 7. Hasil Analisis Statistik Data Kekerasan Lipstik dengan Pewarna Ekstrak Kulit Manggis ... 52

Lampiran 8. Hasil Analisis Statistik Data Validasi ... 52

Lampiran 9. Lipstik dengan Pewarna dari Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) ... 58


(17)

INTISARI

Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh komposisi lanolin dan beeswax sebagai basis lipstik terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.). Kualitas lipstik dipengaruhi oleh komposisi bahan – bahan yang digunakan. Sehingga sifat fisik dan stabilitas lipstik erat kaitannya dengan basis yang digunakan, karena basis merupakan pembentuk utama dalam lipstik. Karenanya perlu penelitian tentang komposisi lanolin dan beeswax sebagai basis untuk mengetahui efek terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik.

Penelitian eksperimental ini dirancang menggunakan desain faktorial dengan dua faktor yaitu lanolin dan beeswax, dan dua level, yaitu level rendah dan level tinggi. Sifat fisik lipstik yang diamati adalah kekerasan lipstik setelah 48 jam pembuatan. Selain sifat fisik, dilihat stabilitas kekerasan lipstik yang diamati setelah penyimpanan 30 hari. Respon yang didapat diuji secara statistik menggunakan program Design Expert 9.0.6 dan R 3.2.2.

Hasil penelitian menunjukkan lanolin dan beeswax sebagai basis lipstik berpengaruh signifikan terhadap kenaikan respon kekerasan lipstik. Dimana beeswax mempunyai kontribusi yang paling besar dalam meningkatkan kekerasan lipstik. Dan keempat formula menunjukkan kestabilan selama 30 hari.

Kata kunci : lipstik, lanolin, beeswax, kekerasan, pewarna dari ekstrak kulit manggis, desain faktorial.


(18)

ABSTRACT

The purpose of the research about the composistion effect of lanolin and beeswax as a base toward hardness of lipstick with colorant added from hull of mangosteen (Garcinia mangostana L.). The pyhsical characteristics and stability of lipstick is closely related to the base used, because it is the major of the body of lipstick. Therefore, this research was aimed to determinate the effects of the composistion of lanolin and beeswax as the base to the physical characteristics and stability of lipstick with colorat from hull of mangosteen (Garcinia mangostana L.).

This study represents a pure experimental design using the application of factorial design with two factors such as lanolin-beeswax and two levels such as low level and high level. The physical characteristic hardness of lisptick during 48 hours. The stability of lipstick evaluated after 30 days storage. The data were analyzed statically using Design Expert 9.0.6 and R.3.2.2.

The result of this research showed that lanolin and beeswax as base of lipstick provide significant effect toward hardness of lipstick, and beeswax hahasve the greatest contribution effect toward hardness of lipstick. Four formulations of lipstick with colorant of hull of mangosteen showed that they are stable in 30 days.

Keywords : lipstick, lanolin, beeswax, hardness, colorant from hull of mangosteen, factorial design.


(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Produk kosmetik khususnya kosmetik dekoratif, zat warna memainkan

peran yang penting karena memberikan modifikasi warna yang diperlukan untuk

menunjang produk tersebut. Lipstik merupakan prouduk kosmetik yang sangat

jelas menggunakan pigmen untuk memberi warna pada bibir. Menurut Wilkinson

dan Moore (1982), lipstik merupakan produk kosmetik yang pada umumnya

berbentuk batang (roll up) yang berfungsi sebagai pewarna bibir, biasanya terdiri

dari campuran lilin, lemak, minyak, dan zat warna.

Penggunaan lipstik, sering termakan oleh penggunanya saat sedang

berbicara atau tidak sengaja tertelan saat minum atau makan. Maka dari itu perlu

diketahui bahan-bahan yang terdapat pada lipstik yang dapat tertelan oleh

penggunanya. Pewarna pada lipstik memberi kontribusi terhadap warna lipstik

yang memberi dampak bagi manusia bila dikonsumsi. Pigmen sintetis dapat

menyebabkan pengeringan bibir, alergi, dermatitis, bahkan dalam bentuk yang

lebih parah dapat menyebabkan karsinogenik.

Kulit manggis mengandung pewarna alami berupa antosianin yang

menghasilkan warna merah, ungu, dan biru (Hariana, 2013). Maka dari itu, pada

penelitian ini menggunakan pewarna alami dari tanaman yang berasal dari ekstrak

kulit manggis yang nantinya diharapkan meminimalisir adanya dampak akibat


(20)

Dalam formulasi lipstik, terdapat beberapa persyaratan lipstik yang baik

dan dapat diterima oleh masyarakat, yaitu lipstik yang dapat tahan lama di bibir,

dapat melekat pada bibir tetapi tidak sampai lengket, melembabkan bibir dan tidak

mengeringkannya, serta memberi warna yang merata pada bibir (Tranggono, dan

Latifah, 2007). Selain itu, lipstik yang baik harus memiliki kekerasan yang baik,

serta tidak mudah patah dan rapuh (Wilkinson dan Moore, 1982).

Kualitas fisik lipstik merupakan faktor yang harus dipenuhi sebelum

sediaan lipstik dipasarkan ke konsumen. Kualitas lipstik dipengaruhi oleh

komposisi bahan – bahan yang digunakan. Dalam formulasi lipstik terdapat basis utama, antara lain lilin yang akan memberikan kekakuan dan soliditas. Lilin yang

digunakan biasanya berasal dari sayuran seperti candelilla wax yang akan

memberi kecerahan, dan beeswax yang akan memberikan kekerasan pada lipstik.

Selain lilin, juga terdapat bahan utama yang penting dalam pembuatan lipstik,

yaitu emollient. Salah satu contoh emollient yang sering digunakan dalam lipstik

adalah lanolin, yang mempunyai sifat moisturization. Bahan lain yang tak kalah

penting adalah pigmen (zat warna) (Barel, Paye, dan Maibach, 2001). Pemilihan

basis yang tepat akan menghasilkan lipstik dengan kekerasan yang dapat diterima.

Karena basis merupakan pembentuk dari sediaan lipstik. Oleh karena itu perlu

dilakukan penelitian mengenai pengaruh komposisis basis terhadap kekerasan

lipstik dalam hal ini kombinasi lanolin dan beeswax.

Selain sifat fisik, dalam hal ini kekerasan, kestabilan lipstik juga perlu

diuji apakah lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit manggis yang dibuat masih


(21)

baik, kestabilan sediaan dalam penyimpanan juga merupakan salah satu faktor

utama yang menjadikan suatu sediaan layak dipasarkan.

Desain faktorial dapat digunakan sebagai desain penelitian dalam

menentukan nilai efek dari komposisi lanolin dan beeswax sebagai basis terhadap

sifat fisik dan stabilitas sediaan lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit manggis.

Desain faktorial merupakan suatu desain percobaan dimana faktor dan level dalam

penelitian merupakan variabel bebas, dengan level penelitian rendah dan tinggi

(Armstrong dan James, 1996). Pada penelitian ini digunakan dua faktor dan dua

level, dengan komposisi lanolin pada level rendah dan tinggi yaitu 6,9 gram dan

7,5 gram, dan komposisi beeswax pada level rendah dan tinggi yaitu 5,4 gram dan

6 gram.

1. Perumusan masalah

Bagaimanakah pengaruh komposisi lanolin dan beeswax sebagai basis

terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit

manggis (Garcinia mangostana L.)?

2. Keaslian penelitian

Sejauh pengetahuan penulis, penelitian mengenai pengaruh komposisi

lanolin dan beeswax sebagai basis terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) belum pernah


(22)

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

infomasi dan tambahan pengetahuan mengenai pengaruh komposisi lanolin dan

beeswax sebagai basis terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.).

b. Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah

informasi mengenai metode pengujian kekerasan lipstik.

c. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat membantu

formulasi lipstik terutama menyangkut pengaruh komposisi lanolin dan beeswax

sebagai basis terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan pewarna dari ekstrak

kulit manggis (Garcinia mangostana L.).

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi lanolin

dan beeswax sebagai basis terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan


(23)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Bibir

Bibir terdiri atas dua lipatan daging yang membentuk gerbang mulut. Di

sebelah luar ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir

(mukosa). Otot orbikularis oris untuk menutup bibir; levator anguli oris untuk

mengangkat, dan depresor anguli oris untuk menekan ujung mulut (Pearce,

2006). Pada bibir, stratum corneum sangat tipis dan dermis tidak mengandung

kelenjar keringat maupun kelenjar minyak, sehingga bibir mudah kering dan

pecah – pecah terutama jika dalam udara yang dingin dan kering. Hanya air liur yang merupakan pembasah alami untuk bibir (Tranggono, dan Latifah, 2007).

Karena ketipisan stratum corneum inilah, bibir menunjukkan sifat lebih

peka dibandingkan dengan kulit lainnya. Karena itu, hendaknya berhati-hati

dalam memilih bahan yang digunakan untuk sediaan pewarna bibir, terutama

dalam hal memilih lemak, pigmen dan pengawet yang digunakan untuk maksud

pembuatan sediaan itu (Depkes RI, 1985).

B. Kosmetik

Kosmetik berasal dari bahasa Yunani yaitu kosmein yang berarti berhias.

Dahulu bahan-bahan yang dipakai untuk usaha mempercantik diri berasaral dari


(24)

alam tetapi juga sintetis yang bermaksud untuk meningkatkan kecantikan

(Wasitaatmadja, 1997).

Terdapat jenis kosmetik dekoratif yang bertujuan semata-mata untuk

mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau

kelainan pada kulit dapat tertutupi. Kosmetik dekoratif tidak perlu menambah

kesehatan kulit. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak merusak kulit atau

sedikit mungkin merusak kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Dalam produk kosmetik dekoratif, zat warna dan zat pewangi memiliki

peran yang sangat besar. Pemakaian kosmetik dekoratif lebih untuk alasan

psikologis daripada kesehatan kulit. Adapun persyaratan kosmetik dekoratif, yaitu

warna yang menarik, bau yang harum menyenangkan, tidak lengket, dan tidak

merusak kulit, rambut, bibir, kuku dan lainnya (Tranggono dan Latifah, 2007).

C. Lipstik

Lipstik merupakan sebuah produk kosmetik yang berbentuk batang dan

diaplikasikan pada bibir, dimana dibuat dengan mendispersikan bahan warna

dalam basis yang mengandung campuran minyak, lemak dan lilin. Lipstik

digunakan untuk memberikan warna dan penampilan yang menarik pada bibir

(Wilkinson dan Moore, 1982).

Harapan konsumen, lipstik harus dapat diterapkan dengan mudah pada

bibir, memberikan cakupan warna yang baik, namun terlihat alami. Lipstik juga

harus terasa lembab, tidak kering, dan melumer ke garis di sekitar mulut.


(25)

dapat diterima. Lipstik yang baik setidaknya dapat bertahan minimal tiga sampai

empat jam (Board, 2004).

Adapun persyaratan untuk lipstik menurut Tranggono, dan Latifah,

(2007), agar dapat diterima oleh masyarakat, antara lain dapat melapisi bibir

secara mencukupi, dapat bertahan di bibir selama mungkin, cukup melekat pada

bibir, tetapi tidak sampai lengket, tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada

bibir, dapat melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya, memberikan warna

yang merata pada bibir, penampilannya harus menarik, baik warna maupun

bentuknya, Tidak meneteskan minyak, permukaanya mulus, tidak berbintik – bintik, atau memperlihatkan hal – hal lain yang tidak menarik.

Dalam formulasi lipstik terdapat bahan – bahan utama yang mempunyai pengaruh terhadap bentuk lipstik sendiri, yaitu lilin, minyak, lemak, asetogliserid,

zat – zat pewarna, surfaktan, antioksidan, bahan pengawet, dan bahan pewangi (Tranggono dan Latifah, 2007).Lilin akan memberikan kekakuan dan soliditas.

Lilin yang digunakan biasanya berasal dari sayuran seperti candelila wax yang

akan memberi kecerahan, atau beeswax yang akan memberikan kekerasan pada

lipstik. Selain lilin, juga terdapat bahan utama yang penting dalam pembuatan

lipstik, yaitu emollient. Salah satu contoh emollient yang sering digunakan dalam

lipstik adalah lanolin, yang mempunyai sifat moisturization. Minyak digunakan

untuk memberikan efek licin dan lembut bila dikenakan. Pigmen mutiara


(26)

D. Manggis (Garcinia mangostana L.)

Pada kulit manggis terdapat zat warna alami yang disebut antosianin. Zat

tersebut berperan dalam pemberian warna terhadap bunga atau bagian tanaman

lain. Secara kimiawi antosianin dapat dikelompokkan dalam golongan flavonoid

dan fenolik (Steed dan Truong, 2008).

Antosianin merupakan pigmen larut air yang secara alami terdapat pada

berbagai jenis tumbuhan dan buah-buahan. Senyawa antosianin yang paling

banyak ditemukan adalah pelargonidin (jingga), cyanidin (jingga-merah),

peonidin (jingga-merah), delphinidin (biru-merah), petunidin (biru-merah), dan malvidin (biru- merah) (Misbachudin, dkk., 2014). Antosianin yang terdapat pada kulit manggis merupakan senyawa yang termasuk dalam gugusan cyanidin dan

pelargonidin (Zarena dan Sankar, 2012). Terdapat beberapa senyawa antara lain senyawa golongan alkaloid, triterpenoid, saponin, flavonoid, tanin dan polifenol

(Dewi, Astuti, dan Warditiani, 2013).

E. Lanolin

Lanolin merupakan bahan berbentuk solid yang berwarna kuning terang dan memiliki bau yang khas. Lanolin memiliki titik leleh yang rendah yaitu 45 oC

-55oC. Lanolin yang telah meleleh akan berwarna jernih atau berupa liquid yang

berwarna kuning. Pengaplikasian lanolin pada bidang farmasi digunakan sebagai

emulsifying agent dan basis salep (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).

Lanolin diekstrak dari lemak bulu domba. Lanolin dianjurkan untuk menjadi emollient yang baik dan mempunyai sifat moisturization (Barel, Paye,


(27)

dan Maibach, 2001). Lanolin biasa digunakan dalam berbagai bahan untuk

kosmetik. Lanolin membantu dapat menjaga massa lipstik agar tetap pada

bentuknya (Panda, 2000). Lanolin dan turunannya telah digunakan sebagai

emulfiiers dan sebagai emollient untuk melindungi kulit dan membantu mengurangi kekeringan pada kulit. Lanolin bekerja sebagai penghantar secara

topikal pada kulit, bibir, kuku dan rambut. Prinsip emollient pada kulit dan kuku

adalah air, dimana terkandung pada stratum corneum. Hidrasi pada stratum

corneum tergantung pada tingkat dimana air mencapai lapisan tanduk dan lapisan dermis serta terjadinya evaporasi dari lapisan permukaan. Hal ini dkarenakan

kapasitas untuk mengikat air dari stratum corneum tergantung pada keberadaan

zat higroskopis yang larut air. Emollient disini berperan dalam mengurangi laju

penguapan dengan membentuk penghalang atau bahan oklusif pada permukaan

kulit. Kelenjar sebaseus memberikan efek emollient, yang jumlahnya tergantung

dari kandungan lipid masing-masing individu. Komposisi lipid pada permukaan

kulit bervariasi (Schlossman, 2000).

F. Beeswax

Beeswax berbentuk padatan berwarna putih dan tidak berbau (Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009).Titik leleh beeswax sangat tinggi yaitu 80 – 88oC, jauh lebih tinggi daripada lilin alam lainnya (Panda, 2000). Beeswax merupakan lilin

yang penting dalam pembuatan basis lipstik. Kekerasan dari lipstik erat kaitannya

dengan lilin yang digunakan, karena lilin merupakan bahan pembentuk badan

lipstik. Kekerasan dan kilauan pada lipstik sangat tergantung pada karakteristik


(28)

Penggunaan beeswax pada basis lipstik berkisar antara 5-20% (Mercado,

dkk., 1991). Selain itu beeswax mempunyai sifat sebagai pengikat yang baik,

dimana membantu untuk menghasilkan massa yang homogen. Beeswax

mempunyai sifat retensi minyak yang baik dimana berperan sebagai pengikat

untuk bergabung bersama komponen yang berbeda dalam formulasi dan dapat

memperbaiki struktur lipstik. perat sebagai pengikat yang baik dapat membantu

untuk menghasilkan massa yang homogen (Behrer, 1999).

G. Ekstraksi

Ekstraksi adalah penarikan zat utama yang diinginkan dari bahan awal

obat dengan menggunakan pelarut yang sesuai dimana zat yang diinginkan larut.

Bahan awal obat yang berasal dari tumbuh-tumubuhan atau hewan tidak perlu di

proses lebih lanjut kecuali dikumpulkan dan dikeringkan. Karena tiap bahan awal

obat berisi sejumlah unsur yang dapat larut dalam pelarut tertentu, hasil dari ekstraksi disebut “ekstrak”, tidak hanya mengandung satu unsur saja tetapi berbagai macam unsur, tergantung pada obat yang digunakan dan kondisi dari

ekstraksi (Ansel, 1989).

Ekstrak ialah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat

aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang

sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau

serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah

ditetapkan (Depkes RI, 2014).

Terdapat beberapa macam teknik ekstraksi, salah satunya adalah


(29)

dibiarkan membengkak sebelum ditempatkan pada salah satu rangkaian perkolasi.

Material ini akan terbilas berulang kali dengan pelarut sampai semua bahan aktif

telah terangkat. Pelarut akan digunakan terus menerus sampai jenuh. Pelarut baru

akan digunakan pada material tanaman yang hampir exhausted. Metode ini lebih

efektif dalam memperoleh bahan aktif dibandingkan metode ekstraksi lain seperti

maserasi. Keuntungan metode perkolasi adalah adanya aliran cairan penyari yang

menyebabkan pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya

lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi yang

memungkinkan proses penyarian lebih sempurna (Raaman, 2008).

H. Metode Desain Faktorial

Desain faktorial menggambarkan suatu metode rasional untuk penelitian

objektif efek dari besaran yang berpengaruh terhadap kualitas suatu produk

(Voight, 1994). Dasar dari proses ini adalah untuk menguraikan efek dari

beberapa faktor secara bersamaan untuk menilai kepentingan relatif, dan untuk

menentukan jika ada interaksi antar faktor (Armstrong, dan James, 1996).

Dalam desain faktorial dikenal beberapa istilah seperti faktor, level, efek,

dan interaksi. Faktor merupakan variabel yang menetukan variabel yang lain.

level adalah nilai dari faktor. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan

adanya variasi dari level faktor. Sedangkan respon adalah sifat atau hasil

percobaan yang dapat diamati. Interaksi dapat didefinisikan sebagai pengurangan

dari penambahan faktor (Bolton, 1997). Respon yang diukur harus dapat

diekspresikan secara numerik. Deskripsi sifat (seperti besar, lebih besar, terbesar)


(30)

seterusnya) tidak dapat digunakan (Armstrong, dan James, 1996). Respon yang

diukur harus dapat dikuantitatifkan (Bolton, 1997).

Pada desain faktorial dua faktor dan dua level diperlukan empat

percobaan (2n = 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah

faktor), yaitu (1) A dan B masing – masing pada level rendah, (a) A pada level tinggi dan B pada level rendah, (b) A pada level rendah dan B pada level tinggi,

(ab) A dan B masing – masing pada level tinggi (Bolton, 1997).

Persamaan umum desain faktorial menurut Bolton (1997) adalah sebagai

berikut: Y = b0 + b1 (A) + b2 (B) + b12 (A)(B)

Y = respon hasil atau sifat yang diamati

(A), (B) = level bagaian A dan B

b0, b1, b2, b12 = koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan

b0 = rata – rata hasil semua percobaan

Berdasarkan persamaan di atas, dengan substitusi secara matematis, dapat

dihitung besarnya efek masing – masing faktor, maupun efek interaksinya. Konsep perhitungan efek menurut Bolton (1997):

Efek faktor A = { } { }

Efek faktor B = { } { }


(31)

Adanya interaksi juga dapat dilihat dari grafik hubungan respon dan level

fakor. Jika kurva menunjukkan garis sejajar, maka dapat dikatakan bahwa tidak

ada interaksi antar eksipien dalam menentukan respon. Jika kurva menunjukkan

garis yang tidak sejajar, maka dapat dikatakan bahwa ada interaksi antar eksipien

dalam menentukan respon (Bolton, 1997).

Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan utama

desain faktorial adalah metode memungkinkan untuk mengidentifikasi efek

masing – masing faktor, maupun efek interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis, dapa mengurangi jumlah penelitian jika dibandignkan dengan meneliti efek faktor – faktor secara terpisah (Bolton, 1997).

I. Landasan Teori

Lipstik merupakan produk kosmetik dekoratif yang paling sering

menggunakan zat warna dalam formulasinya. Selain itu pada lipstik juga harus

diperhatikan sifat fisik dan stabilitasnya, terutama kekerasan. Hal ini untuk

mencapai syarat lipstik yang baik.

Produk kosmetik dekoratif mengutamakan tampilan dari kosmetiknya

yang bertujuan untuk memperindah penampilan penggunanya. Adanya pewarna

yang digunakan dalam produk kosmetik dekoratif terutama lipstik, umumnya

berupa pewarna sintetis. Hal ini akan menimbulkan dampak bahaya seperti

karsinogenik bagi pengguna lipstik tersebut. Sehingga perlu adanya

pengembangan pewarna alami untuk lipstik. Pewarna dari ekstrak kulit manggis


(32)

ekstrak kulit buah manggis dalam lipstik dapat memberikan warna yang lebih

aman apabila dibandingkan dengan penggunaan zat warna sintetik.

Lipstik yang baik adalah yang memenuhi persyaratan sifat fisik dan

stabilitas yang baik. Yang dimaksud dengan sifat fisik lipstik yaitu kekerasan,

sendangkan stabilitas lipstik dilihat dari pergeseran kekerasan lipstik

menggunakan program R Studio.

Kekerasan lipstik merupakan kemampuan lipstik untuk membentuk

sediaan yang padat, tidak mudah rapuh ataupun retak. Kekerasan lipstik erat

kaitannya dengan basis yang digunakan. Penggunaan basis yang tepat akan dapat

meningkatkan kekerasan lipstik karena basis merupakan pembentuk utama dari

lipstik. Lilin mempunyai peran penting dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas

lipstik. Lilin berperan memberikan bentuk dan menjaga bentuk lipstik agar tetap

dalam keadaan padat meskipun berada dalam temperatur tinggi. Salah satu contoh

dari lilin yang sering digunakan pada lipstik adalah beeswax. Beeswax dapat

membuat lipstik menjadi keras. Basis lipstik lainnya yaitu emollient. Lilin dan

emollient yang digunakan dalam pembuatan lipstik adalah beeswax dan lanolin. Lanolin sering digunakan dalam berbagai bahan untuk kosmetik. Lanolin membantu dapam menjaga massa lipstik agar tetap pada bentuknya, sehingga

berpengaruh pada kekerasan lipstik. Lanolin digunakan untuk melindungi kulit

dan membantu mengurangi kekeringan pada kulit. Sehingga diharapkan dengan

penggunaan lanolin dan beeswax pada formula lipstik dapat meningkatkan


(33)

Dalam penelitian ini dilakukan kombinasi komposisi lanolin dan

beeswax sebagai basis terhadap kekerasan lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit manggis. Kualitas fisik lipstik merupakan faktor yang harus dipenuhi

sebelum sediaan lipstik dipasarkan ke konsumen. Dalam menentukan komposisi

lanolin dan beeswax dapat digunakan metode desain faktorial. Metode desain faktorial dapat digunakan untuk menentukan efek yang dominan antara lanolin,

beeswax dan interaksi keduanya dalam menentukan respon kekerasan dan daya lekat lipstik yang diharapkan. Pada penelitian ini digunakan dua faktor dan dua

level, dengan komposisi lanolin pada level rendah dan tinggi yaitu 6,9 gram dan

7,5 gram, dan komposisi beeswax pada level rendah dan tinggi yaitu 5,4 gram dan

6 gram.

J. Hipotesis

Penggunaan lanolin dan beeswax sebagai basis dalam sediaan lipstik

dengan zat pewarna dari ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) dapat

memberikan pengaruh terhadap kekerasan lipstik dengan pewarna dari ekstrak


(34)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Rancangan Penelitian

Jenis rancangan penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian

eksperimental murni dengan menggunakan metode desain faktorial dengan dua

faktor dan dua level.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian adalah jumlah lanolin dan beeswax

dalam gram yang ditambahkan dalam formula lipstik dengan pewarna dari

ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.).

2. Variabel Tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian adalah sifat fisik sediaan yaitu

kekerasan lipstik, dan stabilitas yang dilihat dari nilai pergeseran kekerasan lipstik

dengan zat pewarna dari kulit manggis (Garcinia mangostana L.).

3. Variabel Pengacau Terkendali

Varibael pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah waktu

pelelehan beeswax yaitu 15 menit, waktu pelelehan lanolin yaitu 7 menit, suhu


(35)

4. Variabel Pengacau Tak Terkendali

Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu dan

kelembaban ruangan saat dilakukan penelitian.

C. Definisi Operasional

1. Lipstik adalah sebuah produk kosmetik dekoratif yang diaplikasikan pada

bibir dan berbentuk batang.

2. Pewarna dari ekstrak kulit manggis mengandung pewarna alami berupa

antosianin.

3. Lanolin berperan sebagai emollient yang digunakan dalam formula kosmetik

dan mempunyai sifat moisturization.

4. Beeswax adalah jenis lilin yang bersifat keras, dan mempengaruhi kekerasan

pada lipstik.

5. Sifat fisik sediaan lipstik dipengaruhi oleh komposisi bahan – bahan yang digunakan, dalam penelitian ini lanolin dan beeswax yang akan

mempengaruhi kekerasan

6. Stabilitas sediaan lipstik adalah kestabilan lipstik yang dilihat dari nilai

pergeseran kekerasan yang dihitung menggunakan program R Studio.

7. Kekerasan lipstik adalah salah satu syarat utama lipstik yang baik, dan sangat

tergantung pada karakteristik dan jumlah wax yang digunakan sebagai basis.

Pengujian kekerasan lipstik bertujuan untuk mengetahui ketahanan lipstik


(36)

8. Desain faktorial adalah metode penelitian yang memungkinkan untuk

evaluasi efek dari dua faktor.

9. Faktor adalah besaran yang ditentukan secara bebas, yang nantinya akan

mempengaruhi respon. Dalam penelitian digunakan dua faktor, yaitu lanolin

sebagai faktor A dan beeswax sebagai faktor B.

10. Level adalah nilai tetapan untuk faktor, yang dinyatakan dalam level rendah

dan level tinggi. Pada penelitian digunakan dua faktor dan dua level, dengan

komposisi lanolin pada level rendah dan tinggi yaitu 6,9 gram dan 7,5 gram,

dan komposisi beeswax pada level rendah dan tinggi yaitu 5,4 gram dan 6

gram.

11. Respon adalah besaran yang dapat dikuantitatifkan dan akan diamati

perubahan efeknya. Dalam penelitian respon yang diamati untuk meneliti

sifat fisik sediaan adalah kekerasan dan daya lekat lipstik. Sedangkan untuk

menilai kestabilan sediaan, respon yang diamati adalah pergeseran kekerasan

sediaan lipstik.

12. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan adanya variasi dari level dan

faktor. Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata – rata respon pada level tinggi dan rata – rata respon pada level rendah.

D. Alat Penelitian

Peralatan yang digunakan terdiri dari seperangkat alat gelas, mortir,

stamper, cawan porselen, water bath, neraca analitik, termometer, lemari es, alat


(37)

E. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan meliputi kulit manggis (Garcinia mangostana L.),

lanolin, beeswax, gummi arabicum, akuades, titanium dioxide, zinc oxide, tween 80, glycerin dan metil paraben.

F. Tata Cara Penelitian

1. Ekstrak kulit manggis

Ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) berasal dari PT.

Industri Jamu Borobudur, Semarang. Kebenaran serbuk ekstrak kulit manggis

ini telah dibuktikan lewat Certificate of Analysis (CoA)

2. Pembuatan lipstik

Formula diadopsi dari Barel, Paye, dan Maibach (2001).:

Tabel I. Formula lipstik matte

Formula Rentang

Emollients 40-55%

Waxes 8-13%

Plasticizers 2-4% Colorants 3-8%

Pearl 3-6%

Actives 0-2%

Fillers 4-15% Fragrance 0,05-0,10% Preservatives/Antioxidants 0,50%


(38)

Formula modifikasi yang digunakan:

Tabel II. Formula lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit manggis

Formula 1 a b ab

Lanolin 6,9 g 7,5 g 6,9 g 7,5 g

Beeswax 5,4 g 5,4 g 6 g 6 g

Aquadest 4,8 g 4,8 g 4,8 g 4,8 g Gummi arabicum 2,1 g 2,1 g 2,1 g 2,1 g Ekstrak kulit

manggis 2,4 g 2,4 g 2,4 g 2,4 g Zinc oxide 4,5 g 4,5 g 4,5 g 4,5 g Titanium dioxide 1,2 g 1,2 g 1,2g 1,2 g Glycerin 1,2 g 1,2 g 1,2 g 1,2 g Tween 80 0,6 g 0,6 g 0,6 g 0,6 g

Metil paraben 0,09 g 0,09 g 0,09 g 0,09 g

TOTAL 29,19 g 29,49 g 29,49 g 30,39 g

Masing-masing bahan ditimbang secara seksama sesuai dengan berat

yang diinginkan. Basis lipstik dipanaskan di atas penangas air pada suhu 80 oC. Di

mortir disiapkan ekstrak kulit manggis yang dilarutkan dalam akuades kemudian

ditambahkan gummi arabicum untuk membentuk fase emulsi dan diaduk hingga

homogen. Lanolin yang sudah meleleh dimasukkan ke dalam mortir yang berisi

campuran zat warna dan diaduk hingga homogen. Di sisi lain disiapkan mortir

panas untuk mencampur beeswax dengan lanolin, zat warna, zinc oxide, titanium

dioxide, gliserin, tween 80 serta metil paraben dan diaduk homogen. Disiapkan cetakan lipstik yang sudah dipanaskan terlebih dahulu. Semua campuran lipstik


(39)

80oC kemudian dituang ke cetakan lipstik yang sudah dipanaskan dan dioleskan

parafin cair. Ditunggu sampai cetakan dingin, kemudian dimasukkan dalam

lemari es. Setelah 24 jam cetakan diambil dari dalam lemari es dan disimpan

dalam suhu ruang.

3. Uji kekerasan lipstik

Seperangkat alat uji kekerasan lipstik dan stopwatch disiapkan. Untuk

pengujian digunakan lipstik dengan ukuran yang sama. Lipstik diposisikan pada

alat dengan bagian ujung menghadap ke bawah. Pengganjal pada alat dilepaskan

bersamaan dengan pencatat waktu (alat tanpa ditambah beban = beban 600 g).

Apabila lipstik belum hancur, setelah 1 menit ditambahkan beban 200 g pada alat.

Penambahan dilakukan berulang hingga total beban 1400 g atau hingga lipstik

hancur. Apabila lipstik belum hancur pada beban 1400 g, didiamkan dan dicatat

waktunya hingga lipstik hancur. Pencatatan waktu dihentikan saat lipstik hancur.

Waktu hancur dan total beban yang digunakan dicatan. Untuk masing – masing formula uji dilakukan pada hari ke-2, ke-7, ke-14, ke-21 dan hari ke-30.

4. Analisis Hasil

Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data dari pengujian

kekerasan lipstik dan stabilitas kekerasan yang diamati dengan adanya pergeseran

kekerasan setelah 30 hari penyimpanan. Dalam penelitian ini digunakan

rancangan percobaan desain faktorial. Metode yang digunakan untuk

mendapatkan persamaan desain faktorial untuk tiap respon sifat fisik dan stabilitas


(40)

Shapiro –Wilk Test’s untuk mengetahui apakah formula yang didapat normal atau tidak, apabila data dikatakan normal maka dilanjutkan dengan uji homogenitas

antar formula menggunakan Levenne Test’s. Tetapi, apabila data yang didapat pada formula tidak menghasilkan data yang normal maka pengujian menggunakan

Kruskal – Wallis Test’s. Setelah uji homogenitas dilakukan jika formula masuk dalam syarat homogen, dilanjutkan dengan uji ANAVA untuk mengetahui

formula yang mempunyai hasil yang berbeda tidak bermakna (BTB) atau berbeda

bermakna (BB). Jika pada formula menghasilkan perbedaan yang bermakna maka

pengujian dilanjutkan dengan menggunakan Post Hoc : Tukey HSD, untuk

melihat letak perbedaan bermakna dari formula tersebut berada dimana. Apakah

persamaan tersebut dapat digunakan untuk memprediksi sifat fisik dan stabilitas

fisik lipstik (Muth, 1999). Prediksi hasil respon ini menggunakan aplikasi

program R. 3.2.2. Dan untuk memperoleh komposisi lanolin dan beeswax yang

optimal menggunakan Software Design Expert 9.0.6. Taraf kepercayaan yang

digunakan untuk uji statistik adalah 95% (Bolton, 1997). Faktor dikatakan

mempunyai pengaruh apabila nilai p (probability value) kurang dari 0,05.

5. Uji pH

Uji pH dilakukan dengan cara mengukur pH lipstik dengan pewarna

dari ekstrak kulit manggis setelah dikeluarkan dari cetakan lipstik menggunakan

indikator kertas pH. Nilai pH yang diinginkan ialah dalam rentang pH yang tidak


(41)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Garcinia mangostana L.

Pada penelitian ini digunakan serbuk esktrak kulit manggis (Garcinia

mangostana L.) yang berasal dari PT. Industri Jamu Borobudur, Semarang. Kebenaran serbuk ekstrak kulit manggis ini telah dibuktikan lewat Certificate of

Analysis (CoA) (Lampiran 1).

Ekstrak kulit manggis ini diekstraksi dengan cara perkolasi menggunakan

pelarut etanol 70%. Pelarut yang paling optimal untuk ekstraksi zat warna dari

kulit manggis adalah etanol, dan konsentrasi etanol yang paling optimal untuk

ekstraksi zat warna dari kulit buah manggis adalah etanol 70%. Dan zat warna

yang terdapat pada kulit buah manggis berasal dari golongan antosianin jenis

pelargonidin 3-glukosida (Fatoni, dkk., 2008).

Ekstrak kulit manggis yang didapat memiliki ciri berbentuk serbuk dan

berwarna coklat gelap. Dan terdapat eksipien berupa maltodekstrin yang berfungsi

sebagai pengering. Maltodekstrin sendiri sering digunakan pada berbagai macam

preparasi kosmetik, sehingga aman digunakan (Michanlun dan Dinardo, 2014).

Pada Lampiran 1 dinyatakan bahwa terdapat logam berat berupa arsen dan timbal,

namun hal ini tidak membahayakan karena rentang arsen dalam kosmetik adalah


(42)

B. Formulasi Lipstik

Formulasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah formulasi lipstik.

Lipstik merupakan kosmetik dekoratif untuk bibir yang dicetak dalam bentuk

batang yang dibuat dengan basis yang mengandung campuran minyak, lemak dan

lilin (Wilkinson dan Moore, 1982). Dalam penelitian digunakan kombinasi antara

lilin dan emollient yang dimaksudkan untuk menghasilkan lipstik yang dapat

diterima secara fisik, dilihat dari sifat fisik dan stabilitas lipstik. Sifat fisik yang

dimaksud adalah kekersan lipstik. Sedangkan stabilitas lipstik dilihat dari nilai

pergeseran kekerasan lipstik. menggunakan program R Studio.

Basis lipstik merupakan faktor yang mempengaruhi dan menentukan

kualitas sediaan lipstik yang akan diformulasikan (Wilkinson dan Moore, 1982).

Basis yang digunakan dalam penelitian ini adalah beeswax dan lanolin. Basis ini

digunakan untuk membentuk struktur dan badan lipstik.

Formula yang digunakan dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari

formula lipstik menurut Barel, Paye, dan Maibach (2001). Bahan-bahan yang

digunakan dalam pembuatan lipstik ini meliputi beeswax, lanolin, ektrak kulit

manggis, gummi arabicum, akuades, titanium dioxide, zinc oxide, glycerin, tween

80, dan metil paraben.

Pada pembuatan lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit manggis,

ekstrak kulit manggis terlebih dahulu dilarutkan dengan akuades, karena ekstrak

kulit manggis yang didapat dari PT. Industri Jamu Borobudur hanya dapat larut


(43)

basis lipstik yang bersifat minyak dan lemak, dimana emulgator yang berperan

dalam formulasi lipstik pada penelitian ini adalah gummi arabicum. Penggunaan

mortir panas disini bertujuan agar tidak terjadi shock termal, apabila

menggunakan mortir dalam keadaan normal, beeswax yang sudah meleleh akan

cepat membeku dan mengakibatkan sulit tercampur homogen. Urutan

penambahan bahan-bahan lipstik berdasarkan massa yang paling banyak dalam

formula, hal ini bertujuan agar terbentuk campuran yang homogen. Selama

pembuatan lipstik dilakukan dengan pengadukan konstan. Tujuan pengadukan

yang konstan ini agar fase emulsi yang terbentuk tidak mengalami fenomena

ketidakstabilan emulsi seperti creaming.

Zinc oxide digunakan sebagai bahan pengisi, yaitu bahan pembuat efek matte dan sebagai bahan texturing agent. Bahan-bahan yang bisa digunakan sebagai pengisi antara lain mika, silika, nilon, PMAA, teflon, boron nitrit, BiOCl,

tepung starch, lauroyl lisine, campuran tepung, talk, dan kopolimer akrilat (Barel,

Paye, dan Maibach, 2001).

Titanium dioxide biasa digunakan dalam produk kosmetik dekoratif yang berfungsi sebagai pearlescent. Selain itu, titanium dioxide berperan sebagai

pigmen warna dalam lipstik (Barel, Paye, dan Maibach, 2001).

Glycerin digunakan terutama unuk humektan dan emollient. Glycerin digunakan sebagai solvent atau cosolvent dalam krim dan emulsi. Fungsi lain


(44)

Polysorbate 80 atau lebih dikenal dengan tween 80, telah banyak digunakan di dunia kosmetik dan makanan. Tween 80 berperan sebagai dispersing

agent, emulsifying agent, dan surfaktan nonionik. Tween 80 mengandung 20 unit oksietilena yang merupakan surfaktan nonionik hidrofilik yang digunakan secara

luas sebagai agen pengemulsi dalam menyusun emulsi (Rowe, Sheskey, dan

Quinn, 2009).

Pengawet yang digunakan yaitu metil paraben yang umumnya

digunakan, menurut Rowe, Sheskey, dan Quinn (2009).metil paraben mempunyai

keefektifan yang cukup baik dalam berbagai kondisi pH.

Pada akhir proses pembuatan lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit

manggis dilakukan pelelehan kembali, karena massa lipstik yang terbentuk solid,

sehingga sulit untuk dituang ke cetakan lipstik. Apabila massa lipstik yang

terbentuk sudah leleh, campuran dituang ke dalam cetakan lipstik panas yang

sudah diolesi parafin cair lalu dibiarkan hingga dingin dan memadat pada suhu

ruangan. Pengolesan parafin cair bertujuan untuk mempermudah lipstik saat akan

dikeluarkan dari cetakan. Sedangkan pemanasan cetakan bertujuan untuk

mengkondisikan supaya saat campuran dituangkan ke dalam cetakan tidak

mengalami perbedaan suhu yang terlalu tinggi.

Faktor yang dioptimasi dalam pembuatan lipstik dengan pewarna dari

ekstrak kulit manggis adalah penggunaan komposisi beeswax dan lanolin pada

level rendah dan level tinggi masing-masing faktor. Pemilihan level rendah dan


(45)

sebelum pelaksanaan penelitian dimana diperoleh hasil pengujian sifat fisik lipstik

seperti yang dikehendaki. Sedangkan model rancangan penelitian yang digunakan

pada penelitian ini berdasarkan pada model rancangan secara desain faktorial.

Penelitian ini menggunakan model desain faktorial dua faktor, yaitu faktor

beeswax dan lanolin pada dua level, yaitu level rendah dan level tinggi. Desain formula pada rancangan desain faktorial memiliki bobot bahan-bahan yang sama

kecuali bobot faktor yang diteliti, sehingga bobot total tiap formula berbeda. Hal

ini bertujuan untuk menjamin perbedaan respon yang muncul hanya dikarenakan

perbedaan komposisi kedua faktor dalam level rendah maupun tinggi.

Desain faktorial dapat digunakan untuk mengevaluasi efek dari 2 faktor

(beeswax dan lanolin) terhadap sifat fisik lipstik yaitu kekerasan lipstik. pada

penelitian ini, dibuat 4 formula yaitu formula 1, a, b, dan ab. Formula 1 terdiri dari

level rendah beeswax dan lanolin, formula a terdiri dari level tinggi lanolin dan

level rendah beeswax, formula b dengan level rendah lanolin dan level tinggi

beeswax, dan formual ab terdiri dari level tinggi beeswax dan lanolin. Faktor beeswax yang dipilih 5,4 gram untuk level rendah dan 6 gram untuk level tinggi. Sedangkan pada faktor lanolin dipilih 6,9 gram untuk level rendah dan 7,5 gram

untuk level tinggi.

Pada penelitian tidak dilakukan uji terhadap toksisitas lipstik, namun

diyakini bahwa lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit manggis yang dibuat


(46)

masih berada dalam batas aman penggunaan dalam sediaan lipstik yang dapat

dilihat pada tabel III.

Tabel III. Range penggunaan bahan yang masih diperbolehkan

Formula Range yang Digunakan dalam Penelitian (%) Penggunaan dalam Lipstik atau yang Diperbolehkan (%) Sumber

Lanolin 23-25 0,1-50 Pathol, 1980.

Beeswax 18-20 5-20 Mercado, dkk., 1991.

Aquadest 16 - -

Gummi arabicum 7 5-20 Barel, Paye, dan Maibach, 2001.

Ekstrak kulit manggis 8 - -

Zinc oxide 15 4-15 Barel, Paye, dan Maibach, 2001.

Titanium dioxide 4 1-10% Barel, Paye, dan Maibach, 2001.

Gliserin 2 ≤30 Rowe, Sheskey, dan

Quinn, 2009. Tween 80 4 1-15 Rowe, Sheskey, dan

Quinn, 2009. Methyl paraben 0,3 0,01-0,3 FDA, 2007

C. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Lipstik

Suatu sediaan harus melalui uji kontrol kualitas sebelum dipasarkan untuk

melihat apakah sediaan tersebut memiliki sifat fisik yang baik. Kualitas dari suatu

sediaan dapat dilihat dari sifat fisik dan stabilitas sediaan tersebut. Sifat fisik yang

dievaluasi dalam penelitian ini yaitu kekerasan, sedangkan parameter stabilitas


(47)

Uji sifat fisik dan stabilitas lipstik dilakukan untuk memastikan lipstik

yang dibuat sudah memenuhi persyaratan lipstik yang baik sehingga dapat

diterima penggunaannya oleh masyarakat luas. Selain harus memenuhi sifat fisik

yang baik, kestabilan sediaan dalam penyimpanan juga merupakan salah satu

faktor utama yang menjadikan suatu sediaan layak dipasarkan. Stabilitas fisik

lipstik dapat dilihat dari nilai pergeseran kekerasan selama penyimpanan 30 hari.

1. Uji Sifat Fisik

Uji sifat fisik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kekerasan lipstik.

Kekerasan lipstik diukur dengan menggunakan alat uji kekerasan. Menurut Voight

(1994), pengujian kekerasan lipstik pada penelitian ini mengacu pada cara

pengujian kekersan untuk sediaan suppositoria-Erweka. Pengujian kekerasan

lipstik mengacu pada kekerasan suppositoria-Erweka jenis SBT karena secara

fisik lipstik memiliki kemiripan bentuk sediaan suppositoria, yaitu berbentuk

bulat lonjong dengan salah satu ujung tumpul, pada lipstik sedikit lebih tajam

dibandingkan suppositoria. Selain itu bahan dasar pembentuk lipstik dan

suppositoria adalah lilin. Atas dasar ini lah penulis menggunakan alat uji suppositoria-Erweka untuk pengujian kekerasan lipstik.

Lipstik yang akan diuji ditimbang terlebih dahulu dan dipotong untuk

mendapatkan bobot yang sama. Tujuan membuat bobot lipstik seragam adalah

untuk mengurangi adanya pengaruh perbedaan bobot lipstik terhadap hasil


(48)

Lipstik diletakkan pada alat dan diberi beban 200 g yang ditambah pada

setiap menit hingga lipstik hancur atau patah. Penambahan beban ini diasumsikan

sebagai adanya tekanan dari luar terhadap sediaan. Pada pengujian ini dapat

dilihat seberapa lama lipstik dapat mempertahankan konsistensinya sebagai

bentuk batangan yang utuh terhadap adanya beban yang diberikan. Menurut

Mardianti (2011), pengujian dilakukan dengan memberi perlakuan yang sama

pada hari ke-2, ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-30 setelah pembuatan.

Sebagai pembanding nilai kekerasan yang baik dari lipstik yang dibuat

pada penelitian, maka dilakukan uji kekerasan terhadap lipstik yang telah beredar

di pasaran dan memiliki merk dagang yang banyak digunakan oleh masyarakat.

Diasumsikan bahwa lipstik yang telah beredar di pasaran dan memiliki merk

dagang yang banyak digunakan oleh masyarakat telah memenuhi persyaratan

kekerasan yang dapat diterima oleh masyarakat sebagai konsumen. Pemilihan

lipstik yang digunakan sebagai pembanding berdasarkan lilin yang digunakan dan

komposisi lain yang mirip dengan yang digunakan dalam penelitian, yaitu

beeswax dan lanolin. Dari hasil pengujian kekerasan dari lipstik yang beredar di

pasaran diperoleh rentang kekerasan lipstik yang dapat diterima oleh masyarakat

yaitu 120 – 240 detik (Mardianti, 2011).

Tabel IV. Hasil pengukuran sifat fisik

Formula Kekerasan (detik) 1 131,963 ± 9,989 a 152,013 ± 10.505 b 171,843 ± 9,810 ab 185,173 ± 6,730


(49)

Berdasarkan tabel IV hasil uji kekersan lipstik menunjukan bahwa semua

formula memenuhi kriteria kekerasan lipstik yang diinginkan yaitu 120-240 detik

(Mardianti, 2011). Berdasarkan tabel IV dapat dilihat kekerasan lipstik yang

nilainya paling kecil ada pada formula 1, dengan beeswax dan lanolin pada level

rendah. Sedangkan yang nilainya paling besar ada pada formula ab, dengan

beeswax dan lanolin pada level tinggi.

Data sifat fisik lipstik yang diolah menggunakan program Design expert

9.0.6, akan menghasilkan efek beeswax dan lanolin, dan interaksinya dalam

menentukan sifat fisik dan stabilitas sediaan lipstik serta persamaan desain

faktorial untuk tiap-tiap respon. Signifikansi faktor dianalisis menggunakan uji

statistik ANOVA, dengan tingkat signifikansi p<0,05. Dari hasil statistik uji

ANOVA untuk respon kekerasan lipstik berdasarkan Design Expert (Tabel V)

memperlihatkan bahwa nilai probabilitas model < 0,05, yaitu 0,0006 sehingga

model yang digunakan signifikan dalam menentukan respon kekerasan lipstik

yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan yang diperoleh dapat


(50)

Tabel V. Hasil perhitungan ANOVA untuk respon kekerasan lipstik berdasarkan Design Expert

Persamaan desain faktorial pada respon kekerasan lipstik adalah Y = ˗ 1153,05167 + 134,21667X1 + 195,26667X2 ˗ 18,66667X1X2 (X1 = beeswax, X2 = lanolin, dan XIX2 = interaksi lanolin dengan beeswax). Persamaan desain

faktorial dapat digunakan untuk memprediksikan respon dengan memasukkan

faktor ke dalam persamaan apabila persamaan tersebut signifikan. Oleh karena itu,

diperlukan uji statistik untuk mengetahui signifikansinya.

Setelah mengetahui persamaan dari desain faktorial pada respon kekerasan

lipstik, maka dilihat efek dari kedua faktor tersebut, dimana efek ini akan

menunjukkan manakah lanolin, beeswax, atau interaksinya yang berperan dalam


(51)

Tabel VI. Nilai efek beeswax, lanolin, dan interaksinya terhadap respon kekerasan lipstik

Faktor Efek % Kontribusi

Lanolin 16,69 14,99 Beeswax 36,52 71,78

interaksi -3,36 0,61

Kelebihan metode desain faktorial adalah dapat digunakan untuk

mengamati efek masing-masing faktor maupun efek interaksinya. Dalam metode

ini dapat dilihat pengaruh beeswax dan lanolin yang tiap level jumlahnya berbeda

terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik yang diteliti. Nilai efek yang paling besar

menunjukkan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap respon, demikian

pula sebaliknya. Besarnya nilai efek dilihat sebagai harga mutlak, dimana tanda

positif negatif menunjukkan pengaruh faktor terhadap respon. Apabila efek faktor

terhadap respon bernilai positif berarti bahwa faktor dapat meningkatkan respon,

sedangkan apabila efek faktor terhadap respon bernilai negatif berarti bahawa

faktor dapat menurunkan respon.

Interaksi antara beeswax dan lanolin perlu diamati untuk mengetahui

interaksi mana yang menjadi faktor, baik peningkat maupun penurun kekerasan.

Dari tabel VI, nilai efek yang tampak memberikan hasil positif terdapat pada

beeswax dan lanolin. Hal ini menunjukkan bahwa beeswax dan lanolin mempunyai efek dalam meningkatkan kekerasan lipstik dengan pewarna dari

ekstrak kulit manggis. Namun sebaliknya, pada interaksi antara beeswax dan

lanolin menunjukkan hasil negatif, yang menandakan efek dalam menurunkan kekerasan lipstik, namun pengaruhnya terhadap respon kekerasan lipstik tidak


(52)

signifikan, dimana seperti yang terlihat pada tabel V menunjukkan p>0,05 yang

berarti tidak signifikan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan titik lebur yang

jauh antara lanolin dan beeswax. Dimana dengan adanya interkasi antara lanolin

dan beeswax maka titik leburnya akan berubah, sehingga mempengaruhi

kekerasan lipstik. Faktor yang mempunyai pengaruh paling besar berdasarkan

tabel VI adalah beeswax. Hal ini membenarkan secara teori bahwa beeswax

merupakan lilin yang menjadi bahan pembentuk badan lipstik. Kekerasan pada

lipstik sangat tergantung pada karakteristik dan jumlah lilin yang digunakan.

Berdasarkan data analisis statistik yang signifikan selanjutnya dibuat plot

grafik hubungan antara faktor dengan respon yang diteliti menggunakan software

Design Expert 9.0.6.


(53)

Gambar 2. Grafik hubungan lanolin terhadap kekerasan lipstik

Keterangan : menunjukkan level rendah

menunjukkan level tinggi

Berdasarkan gambar 1, menunjukan bahwa peningkatan beeswax mampu

meningkatkan kekerasan pada lanolin level rendah dan level tinggi. Pada gambar

2, interaksi yang diperlihatkan menghasilkan interaksi yang sebaliknya, dimana

dengan adanya penambahan lanolin makan akan mempengaruhi beeswax baik


(54)

Gambar 3. Contour plot kekerasan lipstik

Selanjutnya dari persamaan desain faktorial tersebut dapat digunakan

untuk membuat contour plot kekerasan lipstik dapat dilihat pada gambar 3. Dari

contour plot kekerasan lipstik dapat ditentukan area komposisi lanolin dan beeswax yang dapat memberikan respon kekerasan yang optimal, berdasarkan level yang diteliti. Lipstik yang baik memiliki kekerasan yang optimal, tidak

terlalu keras ataupun terlalu lunak agar lipstik tetap dapat bertahan terhadap

gesekan mekanik pada saat pengepakan, pengiriman dan harus berada dalam

kondisi yang tetap utuh sampai digunakan oleh konsumen, juga tetap mudah

dioleskan pada bibir.

Daerah contour plot berwarna biru menunjukan kekerasan lipstik dengan

nilai yang rendah sedangkan daerah yang berwarna merah menunjukan kekerasan

lipstik dengan nilai yang tinggi. Contour plot dibuat berdasarkan perhitungan


(55)

menunjukkan bahwa area yang diperoleh adalah area dimana komposisi beeswax

dan lanolin yang dapat memberikan respon yang optimal berdasarkan level yang

diteliti. Berdasarkan contour-plot dari gambar 3 menunjukkan bahwa makin tinggi

penggunaan beeswax yang digunakan dalam pembuatan lipstik maka kekerasan

yang didapat juga akan semakin tinggi. Hal ini juga berlaku pada lanolin, dimana

makin tinggi penggunaan lanolin yang digunakan dalam pembuatan lipstik maka

kekerasan yang didapat juga akan semakin tinggi.

Setelah dilakukannya uji kekerasan lipstik dengan pewarna dari ekstrak

kulit manggis, pengoptimasian formula diperlukan untuk mendapatkan formula

lipstik dengan karakteristik sifat fisik yang baik. Pengoptimasian ini dilakukan

menggunakan hasil grafik contour plot kekerasan lipstik dengan mengambil satu

titik spesifik.

Tabel VII. Hasil validasi

Perhitungan Teoritis Hasil

Validasi Rata - Rata p-value Kekerasan

(detik) 163,18

150,89

154,87 0,7292 153,17

160,55

Tahap selanjutnya yaitu tahap validasi, yaitu untuk memastikan bahwa

daerah titik yang diambil dari hasil counter plot dapat memberikan nilai kekerasan

lisptik yang telah ditentukan. Validasi dilakukan dengan mengambil satu titik.

Diambil titik dengan komposisi lanolin yaitu 7,10952 gram dan beeswax yaitu

5,7871 gram. Diharapkan dari titik yang diambil akan memberikan nilai kekerasan


(56)

Hasil yang ditunjukkan dari tabel VII, didapat hasil validasi nilai

kekerasan lipstik rata-rata sebesar 154,87detik, dimana hasil yang didapat masuk

ke dalam ketentuan yang diinginkan. Validitas dari lipstik dengan pewarna dari

ekstrak kulit manggis ini dilihat dari p-value yang didapat. Berdasarkan hasil yang

didapat (Lampiran 8), nilai kekerasan lipstik memasuki rentang yang diberikan

berdasarkan hasil teoritis sehingga kesimpulan dari hasil yang didapat model

persamaan yang ada dapat dikatakan valid.

2. Uji pH

Pada uji pH, pH lipstik yang diinginkan yaitu pH 5 – 6,5 (Balsam, 1972). Tujuan dibuat dalam kondisi pH demikian, untuk menghindari iritasi yang terjadi

pada kulit pada saat pengaplikasiannya. pH sediaan diukur dengan menggunakan

indikator pH stick universal. Hasil uji pH lipstik dengan pewarna dari ekstrak

kulit manggis dapat dilihat pada tabel VII.

Tabel VIII. Uji pH lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit manggis

Formula pH

F1

Replikasi 1 5 Replikasi 2 5 Replikasi 3 5

Fa

Replikasi 1 5 Replikasi 2 5 Replikasi 3 5

Fb

Replikasi 1 5 Replikasi 2 5 Replikasi 3 5

Fab

Replikasi 1 5 Replikasi 2 5 Replikasi 3 5


(57)

Uji pH yang dilakukan memberikan hasil seperti pada tabel VIII, dimana

semua sediaan memiliki pH 5 yang berarti sediaan masuk dalam syarat pH untuk

kulit normal yaitu 5 – 6,5 (Balsam, 1972). 3. Stabilitas Lipstik

Menurut Schueller, dan Romanovsky (1993), uji stabilitas adalah suatu

cara untuk melihat karakteristik produk dengan cara mengevaluasi ketahanan

karakteristik fisik dan kimia produk di bawah kondisi tertentu. Produk yang stabil

adalah produk yang secara nyata tidak berubah terhadap waktu.

Gambar 4. Grafik kestabilan lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.)

Salah satu uji stabilitas yang juga dilakukan yaitu pengamatannya pada

pergeseran kekerasan apakah memberi pengaruh yang sangat besar terhadap

stabilitas lipstik. Hasil pengukuran dapat dilihat pada gambar 5 yang

memperlihatkan terjadinya penurunan kekerasan tiap formula. Ketidakstabilan 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

H7 H14 H21 H30

K ek er asan (det ik ) Hari ke- F1 Fa Fb Fab


(58)

sediaan dapat terjadi karena salah satunya adanya mikroba (Barel, Paye, dan

Maibach, 2001). Hal ini dapat dikarenakan karena masuknya air atau tidak

terkontrolnya kelembaban udara ruangan pada penyimpanan sediaan sehingga

menyebabkan adanya mikroba saat penyimpanan berlangsung.

Adanya perbedaan bermakna terjadi apabila p-value>0,05, namun dalam

penelitian ini tidak ditunjukkan adanya perbedaan bermakna. Sedangkan

perbedaan tidak bermakna (p-value<0,05) terjadi pada keseluruhan formula yaitu

formula 1, a, b, dan ab (Lampiran 7), hal ini menunjukkan bahwa keempat


(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penggunaan lanolin dan beeswax dapat meningkatkan kekerasan lipstik

dengan pewarna dari ekstrak kulit manggis. Dimana beeswax mempunyai efek

kontribusi yang paling besar dalam meningkatkan kekerasan lipstik. Keempat

formula menunjukkan kestabilan selama 1 bulan dilihat dari nilai p-value<0,05.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, makan saran yang dapat

diberikan, antara lain:

1. Dilakukan optimasi waktu pelelehan basis, suhu pelelehan basis dan

lama pencampuran lipstik dengan pewarna ekstrak kulit manggis.

2. Dilakukan pemisahan maltodekstrin pada ekstrak kulit manggis

3. Dilakukan uji mikroba pada sediaan.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H. C., 1989, Pengantar Sediaan Farmasetis dan Sistem Penghantaran Obat, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 425-436.

Armstrong, N.A., dan James, K.C., 1996, Pharmaceutical Experimental Design and Interpretation, Taylor and Francis, United Kingdom, hal. 131.

Balsam, M. S., 1972, Cosmetic Science and Technology, John Wiley and Son Inc, London, hal 64.

Barel, A.O., Paye, M., Maibach, H.I., 2001, Handbook of Cosmetic Science and Technology, , Informa Health Care, USA, hal. 392,409-410, 670-671, 773.

Behrer, R., 1999, Beeswaxs Through The Ages,

http://www.kosterkeunen.com/News/customer-files/Beeswax%20-Through%20The%20Ages.pdf, diakses tanggal 10 Febuari 2016.

Board, N., 2004, Modern Technology of Cosmetics, Asia Pacific Business Press Inc., New Delhi, hal. 123 – 128.

Bolton, S., 1997, Pharmaceutical Statistic Practical and Clinical Application, Third Edition, Marcel Dekker Inc., New York, hal. 308-337, 553-557. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1985, Formularium Kosmetika

Indonesia, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta, hal. 71.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Farmakope Indonesia : Edisi V, Kementrian Kesehatan RI, Jakarta, hal. 607-608.

Dewi, I.D.A.D.Y, Astuti, K.W, Warditiani, N.K, 2013, Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol 95% Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.), Jurnal Farmasi Udayana, Vol. 1, 1-6.

Fatoni, A., dkk., 2008, Penentuan Jenis dan Konsentrasi Pelarut untuk Isolasi Zat Warna Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L.), Molekul, Vol. 3, 34-39.

FDA, 2009, Parabens, http://www.fda.gov/Cosmetics/ProductsIngredients/Ingre-dients/ucm128042.htm, diakses pada tanggal 18 Januari 2016.

Hariana, A., 2013, 262 Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Penebar Swadaya, Jakarta, hal. 229.

Jellinek, J.S. 1971, Formulation and Function of Cosmetics, John Willey and Sons, Inc., USA, hal. 113-114, 121, 431.


(61)

Mardianti, D. C., 2011, Pengaruh Komposisi Beeswax dan Candelilla Wax sebagai Basis terhadap Sifat Fisis Sediaan Lipstik dengan Pelembab Minyak Buah Alpukat (Persea americana Mill.), Skripsi, Universitas Sanata Dharma.

Mercado, C. G., dkk., 1991, Lipstick Formulation and Method, United States Patent, No. 4996.044, hal. 3.

Michalun, M. V., dan Dinardo, J. C., 2014, Skin Care and Cosmetic Ingredients Dictionary, 4th Edition, Cengange Learning, UK, hal. 222.

Misbachudin, M. C., dkk., 2014, Pengaruh pH Larutan Antosianin Strawberry dalam Prototipe Dye Sensitized Solar Cell (DSSC), Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol. 10, 57-62.

Muth, J. E., 1999, Basic Statistics and Pharmaceutical Statistical Applications, Marcel Dekker Inc., New York, hal. 265-289.

Pathol, J. E., 1980, Final Report of the Safety Assessement for Acetylated Lanolin Acohol and Realted Compounds, Cosmetic Ingredient Review Expert Panel, Washington DC, hal. 63-89.

Panda, H., 2000, Herbal Cosmetics Handbook, Asia Pacific Business Press Inc., Delhi, hal. 222 – 223.

Pearce, E., 2006, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 178.

Raaman, N., 2008, Phytochemical Techniques, New India Publishing Agency, New Delhi, hal. 10.

Rowe, R.C., Sheskey, P.J., and Quinn, M. E., 2009, Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Ed, Pharmaceutical Press and American Pharmacists Association, United Kingdom, hal. 1 , 283, 378-380, 549-550, 741-742, 779 .

Schueller, R., dan Romanovsky, 1993, Cosmetic and Toiletries, Allured Publishing Corporation, New York, hal 109.

Schlossman, M. L., 2000, Decorative Products, Marcel dekker Inc, New York, hal. 277-279.

Steed, L. E., dan Truong, 2008, Anthocyanin Content, Antioxidant Activity, and Selected Physical Properties of Flowable Purple-Fleshed Sweetpotato Purees, Journal of Food Science, Vol. 73, 215-221.

Tranggono, I.R., dan Latifah, F., 2007, Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 93, 100, 101, 108, 152.


(62)

Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi V, diterjemahkan oleh Noerono, S., Gajah Mada University Press, Yogyakarta, hal. 141-145, 305.

Wasiaatmadja, S. M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, Universitas Indonesia Press, Jakarta, hal 124.

Wennermark, B., dan Alander, J., 1999, Vegetable Fats for Cosmetic Application, Micelle Press, England, hal. 88.

Wilkinson, J.B., dan Moore, R.J., 1982, Harry’s Cosmeticology, Longman Group Ltd., London, pp. 315, 322, 331.

Zarena, A. S., and Sankar, K. U., 2012, Isolation and Identification of Pelargonidin 3-glucoside in Mangosteen Pericarp, Food Chemistry, Vol. 130, 665-670.


(63)

(64)

(65)

(66)

Lampiran 4. Notasi Desain Faktorial dan Percobaan Desain Faktorial 1. Notasi Desain Faktorial

Formula Faktor A Faktor B Interaksi

1 - - +

a + - -

b - + -

ab + + +

Keterangan :

Faktor A : beeswax

Faktor B : lanolin

Level tinggi : +

Level rendah : -

2. Percobaan Desain Faktorial

Formula Beeswax (gram) Lanolin (gram)

1 5,4 6,9

a 5,4 7,5

b 6 6,9


(67)

Lampiran 5. Penentuan rentang kekerasan lipstik

Rentang kekerasan lipstik berdasarkan hasil uji kekerasan lipstik yang

beredsar di pasaran. Pemilihan lipstik yang beredar di pasaran berdasarkan dari

jenis lilin lipstik dan emollient yang digunakan pada lipstik yang beredar di

pasaran tersebut. Lipstik yang beredar di pasaran harus memiliki jenis lilin yang

sama dengan lipstik pada penelitian, yaitu beeswax. Dan emollient yang

digunakan juga sama yaitu lanolin.

Pada penelitian ini digunakan 2 merk lipstik dengan komposisi tiap

formula yang berbeda, tetapi masih mengandung lilin dan emollient yang sama.

Lipstik pertama dari PT Fabindo Sejahtera yang mempunyai komposisi:

castor oil, ceresin, beeswax, euphorbia cerifera (candelilla wax), lanolin anhydrous, octyl palmitate, caprylic/capric triglyceride, alumunium starch octenyl succinate, talc, vitamin E acetate, BHT, propylparaben, flavor, dan pewarna.

Lipstik kedua dari PT Mustika Ratu Tbk, mempunyai komposisi: castor

oil, seed oil, octyldodecanol, euphorbia cerifera (candelilla wax), beeswax, phenyltrimethicone, ozokerite, quaternium-18 hectorite, olea europaea (olive) fruit oil, lanolin, ehtylhexyl palmitate, tribehenin, sorbitan, isostearate, palmitoyl oligopeptide, tocopheryl acetate, parfume, dan pewarna.


(68)

No. Jenis Lipstik Kekerasan (detik)

1 Fanbo 189

2 Fanbo 203

3 Fanbo 187

4 Fanbo 232

5 Mustika Ratu 135

6 Mustika Ratu 139

7 Mustika Ratu 129

Berdasarkan hasil uji kekerasan lipstik yang beredar di pasaran yang

memiliki jenis lilin yang sama dengan sediaan lipstik pada penelitian, maka dapat


(69)

Lampiran 6. Data Hasil Pengujian Kekerasan Lipstik Formula 1 Hari ke- Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

Rata-rata SD

2 139,45 120,62 135,82 131,963 9,989 7 132,55 114,15 130,67 125,79 10,124 14 128,59 109,78 124,29 120,887 9,856 21 120,71 109,89 115,72 115,44 5,415 30 114,15 95,29 108,69 106,043 9,704

Formula a Hari ke- Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

Rata-rata SD

2 160,49 140,26 155,29 152,013 10,505 7 152,92 134,45 150,62 145,997 10,066 14 148,72 129,52 144,77 141,003 10,139 21 140,55 120,14 135,41 132,033 10,615 30 134,33 115,76 128,52 126,200 9,505

Formula b Hari ke- Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

Rata-rata SD

2 179,26 160,72 175,55 171,843 9,810 7 170,88 154,29 171,89 165,687 9.883 14 169,52 150,27 164,53 161,440 9,990 21 160,49 142,62 155,15 152,753 9,173 30 154,88 136,77 146,72 146,123 9,069

Formula ab Hari ke- Replikasi 1 Replikasi 2 Replikasi 3

Rata-rata SD

2 180,15 192,82 182,55 185,173 6,730 7 176,78 189,52 177,43 181,243 7,175 14 171,55 183,25 170,42 175,073 7,104 21 163,77 175,29 162,91 167,323 6,913 30 156,87 169,41 155,33 160,053 7,723


(70)

Lampiran 7. Hasil Analisis Statistik Data Kekerasan Lipstik dengan Pewarna Ekstrak Kulit Manggis

A. Kekerasan Lipstik

1. Efek beeswax, lanolin dan interaksi keduanya terhadap kekerasan


(71)

3. Persamaan Kekerasan Lipstik

Persamaan desain faktorial pada respon kekerasan lipstik adalah Y = ˗ 1153,05167 + 134,21667X1 + 195,26667X2 ˗ 18,66667X1X2 B. Pergeseran Kekerasan Lipstik


(72)

Nilai p-value Uji Normalitas

Formula/

hari ke- Formula 1 Formula a Formula b Formula ab

2 0,3489* 0,4776* 0,3633* 0,06816*

7 0,1776* 0,2187* 0,09042* 0,2202*

14 0,42* 0,3744* 0,4503* 0,2305*

21 0,4669* 0,467* 0,5641* 0,3885*

30 0,5446* 0,5936* 0,8911* 0,7156*

Jika *p-value > 0,05 maka sebaran data normal, **p-value < 0,05

maka sebaran data tidak normal

2. Uji Homogenitas (Levene’s Test)

Nilai p-value Uji homogenitas

Formula p-value

1 1*

a 0,9999*

b 1*

ab 0,9983*

Jika *p-value > 0,05 maka data homogen, **p-value < 0,05 maka data


(73)

3. Uji ANAVA

Nilai Pr(>F) Uji ANAVA

Formula p-value

1 0,0614*

a 0,0646*

b 0,0533*

ab 0,0751*

Jika *p-value > 0,05 maka data berbeda tidak bermakna, **p-value <

0,05 maka data berbeda bermakna

4. Uji Pos hoc TukeyHSD a. Formula 1

Berdasarkan hasil tukeyHSD, formula 1memberikan perbedaan


(1)

Nilai p-value Uji Normalitas Formula/

hari ke- Formula 1 Formula a Formula b Formula ab

2 0,3489* 0,4776* 0,3633* 0,06816* 7 0,1776* 0,2187* 0,09042* 0,2202*

14 0,42* 0,3744* 0,4503* 0,2305*

21 0,4669* 0,467* 0,5641* 0,3885* 30 0,5446* 0,5936* 0,8911* 0,7156* Jika *p-value > 0,05 maka sebaran data normal, **p-value < 0,05 maka sebaran data tidak normal

2. Uji Homogenitas (Levene’s Test)

Nilai p-value Uji homogenitas

Formula p-value

1 1*

a 0,9999*

b 1*

ab 0,9983*


(2)

3. Uji ANAVA

Nilai Pr(>F) Uji ANAVA

Formula p-value

1 0,0614*

a 0,0646*

b 0,0533*

ab 0,0751*

Jika *p-value > 0,05 maka data berbeda tidak bermakna, **p-value < 0,05 maka data berbeda bermakna

4. Uji Pos hoc TukeyHSD

a. Formula 1

Berdasarkan hasil tukeyHSD, formula 1memberikan perbedaan tidak bermakna pada hari ke-2 sampai hari ke-30.


(3)

b. Formula a

Berdasarkan hasil tukeyHSD, formula a memberikan perbedaan tidak bermakna pada hari ke-2 sampai hari ke-30.

c. Formula b

Berdasarkan hasil tukeyHSD, formula b memberikan perbedaan tidak bermakna pada hari ke-2 sampai hari ke-30.


(4)

d. Formula ab

Berdasarkan hasil tukeyHSD, formula 1memberikan perbedaan tidak bermakna pada hari ke-2 sampai hari ke-30.


(5)

Lampiran 9. Lipstik dengan Pewarna dari Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.)


(6)

BIOGRAFI PENULIS

Pho Vania Wirawan, lahir pada tanggal 26 Juli 1994 di Semarang merupakan anak tunggal dari pasangan Guntur Wirawan dan Pho Lay Hwie. Penulis menempuh pendidikan formal di Playgroup Bhineka Semarang pada tahun 1997-1998, TK Bhineka Semarang 1998-2000, SD Tarakanita Magelang pada tahun 2000-2006, SMP Tarakanita Magelang pada tahun 2006-2009, SMA Tarakanita Magelang pada tahun 2009-2012. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Farmasi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama proses perkuliahan, penulis pernah menjadi asisten praktikum farmasetika pada tahun 2014. Selain itu, penulis cukup aktif dalam kegiatan kemahasiswaan kampus, antara lain sebagai anggota divisi Quality Control Dewan Perwakilan Mahasiswa Farmasi (2013), anggota divisi sie Dana dan Usaha Desa Mitra 1-2 (2013), sekertaris Student Exchange Program (2014), bendahara Dewan Perwakilan Mahasiswa Farmasi (2014), peserta The 13th IPSF Asia Pasific Pharmaceutical Symposium in Malaysia (2014).


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Kulit Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Perubahan Kadar Enzim AST, ALT serta Perubahan Makroskopik dan Histopatologi Hati Mencit Jantan (Mus musculus L) strain DDW setelah diberi Monosodium Glutamate (MSG) diban

1 68 118

Pengaruh Penambahan Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia X Mangostana L.) Terhadap Nilai Spf Krim Tabir Surya Kombinasi Avobenson Dan Oktil Metoksisinamat

4 100 106

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Gambaran Histopatologis Lambung Tikus (Rattus norvegicus L.) Jantan yang Dipapari Kebisingan

2 103 56

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) terhadap Hitung Leukosit dan diferensiasi Leukosit Tikus (Rattus noevegicus L.) Jantan Setelah Dipapari Kebisingan

0 58 58

Daya Antibakteri Ekstrak Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) terhadap Fusobacterium nucleatum sebagai Bahan Alternatif Medikamen Saluran Akar secara in Vitro

8 89 59

Pengaruh Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) Terhadap Fungsi Hati, Jumlah Eritrosit dan Kadar Hemoglobin Tikus (Rattus norvegicus) yang Dipapari dengan Karbon Tetraklorida (CCl4)

3 53 59

Pengaruh komposisi minyak jarak dan lanolin sebagai basis terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan pewarna ekstrak kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.).

3 12 71

Pengaruh komposisi Beeswax dan Paraffin Wax sebagai basis terhadap kekerasan lipstik dengan zat pewarna ekstrak kulit manggis (Garcinia Mangostana L.).

3 24 75

PENGARUH KONSENTRASI BEESWAX SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIK DAN STABILITAS LIPSTIK DENGAN PEWARNA DARI EKSTRAK ETANOL KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.)

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PENGARUH KONSENTRASI BEESWAX SEBAGAI BASIS TERHADAP SIFAT FISIK DAN STABILITAS LIPSTIK DENGAN PEWARNA DARI EKSTRAK ETANOL KAYU SECANG (Caesalpinia sappan L.) - repository perpustakaan

0 0 16