baik, kestabilan sediaan dalam penyimpanan juga merupakan salah satu faktor utama yang menjadikan suatu sediaan layak dipasarkan.
Desain faktorial dapat digunakan sebagai desain penelitian dalam menentukan nilai efek dari komposisi lanolin dan beeswax sebagai basis terhadap
sifat fisik dan stabilitas sediaan lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit manggis. Desain faktorial merupakan suatu desain percobaan dimana faktor dan level dalam
penelitian merupakan variabel bebas, dengan level penelitian rendah dan tinggi Armstrong dan James, 1996. Pada penelitian ini digunakan dua faktor dan dua
level, dengan komposisi lanolin pada level rendah dan tinggi yaitu 6,9 gram dan 7,5 gram, dan komposisi beeswax pada level rendah dan tinggi yaitu 5,4 gram dan
6 gram.
1. Perumusan masalah
Bagaimanakah pengaruh komposisi lanolin dan beeswax sebagai basis terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit
manggis Garcinia mangostana L.?
2. Keaslian penelitian
Sejauh pengetahuan penulis, penelitian mengenai pengaruh komposisi lanolin dan beeswax sebagai basis terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan
pewarna dari ekstrak kulit manggis Garcinia mangostana L. belum pernah dilakukan.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
infomasi dan tambahan pengetahuan mengenai pengaruh komposisi lanolin dan beeswax sebagai basis terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan pewarna
dari ekstrak kulit manggis Garcinia mangostana L.. b.
Manfaat metodologis. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai metode pengujian kekerasan lipstik.
c. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat membantu
formulasi lipstik terutama menyangkut pengaruh komposisi lanolin dan beeswax sebagai basis terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan pewarna dari ekstrak
kulit manggis Garcinia mangostana L..
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi lanolin dan beeswax sebagai basis terhadap sifat fisik dan stabilitas lipstik dengan
pewarna dari ekstrak kulit buah manggis Garcinia mangostana L.. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
A. Bibir
Bibir terdiri atas dua lipatan daging yang membentuk gerbang mulut. Di sebelah luar ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir
mukosa. Otot orbikularis oris untuk menutup bibir; levator anguli oris untuk mengangkat, dan depresor anguli oris untuk menekan ujung mulut Pearce,
2006. Pada bibir, stratum corneum sangat tipis dan dermis tidak mengandung kelenjar keringat maupun kelenjar minyak, sehingga bibir mudah kering dan
pecah – pecah terutama jika dalam udara yang dingin dan kering. Hanya air liur
yang merupakan pembasah alami untuk bibir Tranggono, dan Latifah, 2007. Karena ketipisan stratum corneum inilah, bibir menunjukkan sifat lebih
peka dibandingkan dengan kulit lainnya. Karena itu, hendaknya berhati-hati dalam memilih bahan yang digunakan untuk sediaan pewarna bibir, terutama
dalam hal memilih lemak, pigmen dan pengawet yang digunakan untuk maksud pembuatan sediaan itu Depkes RI, 1985.
B. Kosmetik
Kosmetik berasal dari bahasa Yunani yaitu kosmein yang berarti berhias. Dahulu bahan-bahan yang dipakai untuk usaha mempercantik diri berasaral dari
bahan-bahan yang alami. Sekarang kosmetik dibuat manusia tidak hanya dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
alam tetapi juga sintetis yang bermaksud untuk meningkatkan kecantikan Wasitaatmadja, 1997.
Terdapat jenis kosmetik dekoratif yang bertujuan semata-mata untuk mengubah penampilan, yaitu agar tampak lebih cantik dan noda-noda atau
kelainan pada kulit dapat tertutupi. Kosmetik dekoratif tidak perlu menambah kesehatan kulit. Kosmetik ini dianggap memadai jika tidak merusak kulit atau
sedikit mungkin merusak kulit Tranggono dan Latifah, 2007. Dalam produk kosmetik dekoratif, zat warna dan zat pewangi memiliki
peran yang sangat besar. Pemakaian kosmetik dekoratif lebih untuk alasan psikologis daripada kesehatan kulit. Adapun persyaratan kosmetik dekoratif, yaitu
warna yang menarik, bau yang harum menyenangkan, tidak lengket, dan tidak merusak kulit, rambut, bibir, kuku dan lainnya Tranggono dan Latifah, 2007.
C. Lipstik
Lipstik merupakan sebuah produk kosmetik yang berbentuk batang dan diaplikasikan pada bibir, dimana dibuat dengan mendispersikan bahan warna
dalam basis yang mengandung campuran minyak, lemak dan lilin. Lipstik digunakan untuk memberikan warna dan penampilan yang menarik pada bibir
Wilkinson dan Moore, 1982. Harapan konsumen, lipstik harus dapat diterapkan dengan mudah pada
bibir, memberikan cakupan warna yang baik, namun terlihat alami. Lipstik juga harus terasa lembab, tidak kering, dan melumer ke garis di sekitar mulut.
Seharusnya tidak berubah warna saat dipakai dan harus memiliki aroma rasa yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dapat diterima. Lipstik yang baik setidaknya dapat bertahan minimal tiga sampai empat jam Board, 2004.
Adapun persyaratan untuk lipstik menurut Tranggono, dan Latifah, 2007, agar dapat diterima oleh masyarakat, antara lain dapat melapisi bibir
secara mencukupi, dapat bertahan di bibir selama mungkin, cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket, tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada
bibir, dapat melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya, memberikan warna yang merata pada bibir, penampilannya harus menarik, baik warna maupun
bentuknya, Tidak meneteskan minyak, permukaanya mulus, tidak berbintik –
bintik, atau memperlihatkan hal – hal lain yang tidak menarik.
Dalam formulasi lipstik terdapat bahan – bahan utama yang mempunyai
pengaruh terhadap bentuk lipstik sendiri, yaitu lilin, minyak, lemak, asetogliserid, zat
– zat pewarna, surfaktan, antioksidan, bahan pengawet, dan bahan pewangi Tranggono dan Latifah, 2007.Lilin akan memberikan kekakuan dan soliditas.
Lilin yang digunakan biasanya berasal dari sayuran seperti candelila wax yang akan memberi kecerahan, atau beeswax yang akan memberikan kekerasan pada
lipstik. Selain lilin, juga terdapat bahan utama yang penting dalam pembuatan lipstik, yaitu emollient. Salah satu contoh emollient yang sering digunakan dalam
lipstik adalah lanolin, yang mempunyai sifat moisturization. Minyak digunakan untuk memberikan efek licin dan lembut bila dikenakan. Pigmen mutiara
digunakan untuk memberi warna highlight. Barel, Paye, dan Maibach, 2001
.
D. Manggis Garcinia mangostana L.
Pada kulit manggis terdapat zat warna alami yang disebut antosianin. Zat tersebut berperan dalam pemberian warna terhadap bunga atau bagian tanaman
lain. Secara kimiawi antosianin dapat dikelompokkan dalam golongan flavonoid dan fenolik Steed dan Truong, 2008.
Antosianin merupakan pigmen larut air yang secara alami terdapat pada berbagai jenis tumbuhan dan buah-buahan. Senyawa antosianin yang paling
banyak ditemukan adalah pelargonidin jingga, cyanidin jingga-merah, peonidin jingga-merah, delphinidin biru-merah, petunidin biru-merah, dan
malvidin biru- merah Misbachudin, dkk., 2014. Antosianin yang terdapat pada kulit manggis merupakan senyawa yang termasuk dalam gugusan cyanidin dan
pelargonidin Zarena dan Sankar, 2012. Terdapat beberapa senyawa antara lain senyawa golongan alkaloid, triterpenoid, saponin, flavonoid, tanin dan polifenol
Dewi, Astuti, dan Warditiani, 2013.
E. Lanolin
Lanolin merupakan bahan berbentuk solid yang berwarna kuning terang dan memiliki bau yang khas. Lanolin memiliki titik leleh yang rendah yaitu 45
o
C -55
o
C. Lanolin yang telah meleleh akan berwarna jernih atau berupa liquid yang berwarna kuning. Pengaplikasian lanolin pada bidang farmasi digunakan sebagai
emulsifying agent dan basis salep Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009. Lanolin diekstrak dari lemak bulu domba. Lanolin dianjurkan untuk
menjadi emollient yang baik dan mempunyai sifat moisturization Barel, Paye, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan Maibach, 2001
.
Lanolin biasa digunakan dalam berbagai bahan untuk kosmetik. Lanolin membantu dapat menjaga massa lipstik agar tetap pada
bentuknya Panda, 2000. Lanolin dan turunannya telah digunakan sebagai emulfiiers dan sebagai emollient untuk melindungi kulit dan membantu
mengurangi kekeringan pada kulit. Lanolin bekerja sebagai penghantar secara topikal pada kulit, bibir, kuku dan rambut. Prinsip emollient pada kulit dan kuku
adalah air, dimana terkandung pada stratum corneum. Hidrasi pada stratum corneum tergantung pada tingkat dimana air mencapai lapisan tanduk dan lapisan
dermis serta terjadinya evaporasi dari lapisan permukaan. Hal ini dkarenakan kapasitas untuk mengikat air dari stratum corneum tergantung pada keberadaan
zat higroskopis yang larut air. Emollient disini berperan dalam mengurangi laju penguapan dengan membentuk penghalang atau bahan oklusif pada permukaan
kulit. Kelenjar sebaseus memberikan efek emollient, yang jumlahnya tergantung dari kandungan lipid masing-masing individu. Komposisi lipid pada permukaan
kulit bervariasi Schlossman, 2000.
F. Beeswax
Beeswax berbentuk padatan berwarna putih dan tidak berbau Rowe, Sheskey, dan Quinn, 2009.Titik leleh beeswax sangat tinggi yaitu 80
– 88
o
C, jauh lebih tinggi daripada lilin alam lainnya Panda, 2000. Beeswax merupakan lilin
yang penting dalam pembuatan basis lipstik. Kekerasan dari lipstik erat kaitannya dengan lilin yang digunakan, karena lilin merupakan bahan pembentuk badan
lipstik. Kekerasan dan kilauan pada lipstik sangat tergantung pada karakteristik dan jumlah lilin yang digunakan Jellinek, 1970.
Penggunaan beeswax pada basis lipstik berkisar antara 5-20 Mercado, dkk., 1991. Selain itu beeswax mempunyai sifat sebagai pengikat yang baik,
dimana membantu untuk menghasilkan massa yang homogen. Beeswax mempunyai sifat retensi minyak yang baik dimana berperan sebagai pengikat
untuk bergabung bersama komponen yang berbeda dalam formulasi dan dapat memperbaiki struktur lipstik. perat sebagai pengikat yang baik dapat membantu
untuk menghasilkan massa yang homogen Behrer, 1999.
G. Ekstraksi
Ekstraksi adalah penarikan zat utama yang diinginkan dari bahan awal obat dengan menggunakan pelarut yang sesuai dimana zat yang diinginkan larut.
Bahan awal obat yang berasal dari tumbuh-tumubuhan atau hewan tidak perlu di proses lebih lanjut kecuali dikumpulkan dan dikeringkan. Karena tiap bahan awal
obat berisi sejumlah unsur yang dapat larut dalam pelarut tertentu, hasil dari ekstraksi disebut “ekstrak”, tidak hanya mengandung satu unsur saja tetapi
berbagai macam unsur, tergantung pada obat yang digunakan dan kondisi dari
ekstraksi Ansel, 1989.
Ekstrak ialah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan Depkes RI, 2014. Terdapat beberapa macam teknik ekstraksi, salah satunya adalah
perkolasi. Dengan metode ini, material tanaman akan terbasahi dengan pelarut dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dibiarkan membengkak sebelum ditempatkan pada salah satu rangkaian perkolasi. Material ini akan terbilas berulang kali dengan pelarut sampai semua bahan aktif
telah terangkat. Pelarut akan digunakan terus menerus sampai jenuh. Pelarut baru akan digunakan pada material tanaman yang hampir exhausted. Metode ini lebih
efektif dalam memperoleh bahan aktif dibandingkan metode ekstraksi lain seperti maserasi. Keuntungan metode perkolasi adalah adanya aliran cairan penyari yang
menyebabkan pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi yang
memungkinkan proses penyarian lebih sempurna Raaman, 2008.
H. Metode Desain Faktorial
Desain faktorial menggambarkan suatu metode rasional untuk penelitian objektif efek dari besaran yang berpengaruh terhadap kualitas suatu produk
Voight, 1994. Dasar dari proses ini adalah untuk menguraikan efek dari beberapa faktor secara bersamaan untuk menilai kepentingan relatif, dan untuk
menentukan jika ada interaksi antar faktor Armstrong, dan James, 1996. Dalam desain faktorial dikenal beberapa istilah seperti faktor, level, efek,
dan interaksi. Faktor merupakan variabel yang menetukan variabel yang lain. level adalah nilai dari faktor. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan
adanya variasi dari level faktor. Sedangkan respon adalah sifat atau hasil percobaan yang dapat diamati. Interaksi dapat didefinisikan sebagai pengurangan
dari penambahan faktor Bolton, 1997. Respon yang diukur harus dapat diekspresikan secara numerik. Deskripsi sifat seperti besar, lebih besar, terbesar
dan nomor urut seperti menunjukan respon terbesar adalah 1, selanjutnya 2, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
seterusnya tidak dapat digunakan Armstrong, dan James, 1996. Respon yang diukur harus dapat dikuantitatifkan Bolton, 1997.
Pada desain faktorial dua faktor dan dua level diperlukan empat percobaan 2
n
= 4, dengan 2 menunjukkan level dan n menunjukkan jumlah faktor, yaitu 1 A dan B masing
– masing pada level rendah, a A pada level tinggi dan B pada level rendah, b A pada level rendah dan B pada level tinggi,
ab A dan B masing – masing pada level tinggi Bolton, 1997.
Persamaan umum desain faktorial menurut Bolton 1997 adalah sebagai
berikut: Y = b + b
1
A + b
2
B + b
12
AB Y
= respon hasil atau sifat yang diamati A, B
= level bagaian A dan B b
, b
1
, b
2
, b
12
= koefisien, dapat dihitung dari hasil percobaan b
= rata
– rata hasil semua percobaan
Berdasarkan persamaan di atas, dengan substitusi secara matematis, dapat dihitung besarnya efek masing
– masing faktor, maupun efek interaksinya. Konsep perhitungan efek menurut Bolton 1997:
Efek faktor A =
{ } { }
Efek faktor B =
{ } { }
Efek interaksi =
{ } { }
Adanya interaksi juga dapat dilihat dari grafik hubungan respon dan level fakor. Jika kurva menunjukkan garis sejajar, maka dapat dikatakan bahwa tidak
ada interaksi antar eksipien dalam menentukan respon. Jika kurva menunjukkan garis yang tidak sejajar, maka dapat dikatakan bahwa ada interaksi antar eksipien
dalam menentukan respon Bolton, 1997. Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan utama
desain faktorial adalah metode memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing
– masing faktor, maupun efek interaksi antar faktor. Metode ini ekonomis, dapa mengurangi jumlah penelitian jika dibandignkan dengan meneliti efek faktor
– faktor secara terpisah Bolton, 1997.
I. Landasan Teori
Lipstik merupakan produk kosmetik dekoratif yang paling sering menggunakan zat warna dalam formulasinya. Selain itu pada lipstik juga harus
diperhatikan sifat fisik dan stabilitasnya, terutama kekerasan. Hal ini untuk mencapai syarat lipstik yang baik.
Produk kosmetik dekoratif mengutamakan tampilan dari kosmetiknya yang bertujuan untuk memperindah penampilan penggunanya. Adanya pewarna
yang digunakan dalam produk kosmetik dekoratif terutama lipstik, umumnya berupa pewarna sintetis. Hal ini akan menimbulkan dampak bahaya seperti
karsinogenik bagi pengguna lipstik tersebut. Sehingga perlu adanya pengembangan pewarna alami untuk lipstik. Pewarna dari ekstrak kulit manggis
berasal dari antosianin. Diharapkan dengan diformulasikannya pewarna dari PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ekstrak kulit buah manggis dalam lipstik dapat memberikan warna yang lebih aman apabila dibandingkan dengan penggunaan zat warna sintetik.
Lipstik yang baik adalah yang memenuhi persyaratan sifat fisik dan stabilitas yang baik. Yang dimaksud dengan sifat fisik lipstik yaitu kekerasan,
sendangkan stabilitas lipstik dilihat dari pergeseran kekerasan lipstik menggunakan program R Studio.
Kekerasan lipstik merupakan kemampuan lipstik untuk membentuk sediaan yang padat, tidak mudah rapuh ataupun retak. Kekerasan lipstik erat
kaitannya dengan basis yang digunakan. Penggunaan basis yang tepat akan dapat meningkatkan kekerasan lipstik karena basis merupakan pembentuk utama dari
lipstik. Lilin mempunyai peran penting dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas lipstik. Lilin berperan memberikan bentuk dan menjaga bentuk lipstik agar tetap
dalam keadaan padat meskipun berada dalam temperatur tinggi. Salah satu contoh dari lilin yang sering digunakan pada lipstik adalah beeswax. Beeswax dapat
membuat lipstik menjadi keras. Basis lipstik lainnya yaitu emollient. Lilin dan emollient yang digunakan dalam pembuatan lipstik adalah beeswax dan lanolin.
Lanolin sering digunakan dalam berbagai bahan untuk kosmetik. Lanolin membantu dapam menjaga massa lipstik agar tetap pada bentuknya, sehingga
berpengaruh pada kekerasan lipstik. Lanolin digunakan untuk melindungi kulit dan membantu mengurangi kekeringan pada kulit. Sehingga diharapkan dengan
penggunaan lanolin dan beeswax pada formula lipstik dapat meningkatkan kekerasan lipstik yang dibuat.
Dalam penelitian ini dilakukan kombinasi komposisi lanolin dan beeswax sebagai basis terhadap kekerasan lipstik dengan pewarna dari ekstrak
kulit manggis. Kualitas fisik lipstik merupakan faktor yang harus dipenuhi sebelum sediaan lipstik dipasarkan ke konsumen. Dalam menentukan komposisi
lanolin dan beeswax dapat digunakan metode desain faktorial. Metode desain faktorial dapat digunakan untuk menentukan efek yang dominan antara lanolin,
beeswax dan interaksi keduanya dalam menentukan respon kekerasan dan daya lekat lipstik yang diharapkan. Pada penelitian ini digunakan dua faktor dan dua
level, dengan komposisi lanolin pada level rendah dan tinggi yaitu 6,9 gram dan 7,5 gram, dan komposisi beeswax pada level rendah dan tinggi yaitu 5,4 gram dan
6 gram.
J. Hipotesis
Penggunaan lanolin dan beeswax sebagai basis dalam sediaan lipstik dengan zat pewarna dari ekstrak kulit manggis Garcinia mangostana L. dapat
memberikan pengaruh terhadap kekerasan lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit manggis Garcinia mangostana L..
16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Rancangan Penelitian
Jenis rancangan penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian eksperimental murni dengan menggunakan metode desain faktorial dengan dua
faktor dan dua level.
B. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian adalah jumlah lanolin dan beeswax dalam gram yang ditambahkan dalam formula lipstik dengan pewarna dari
ekstrak kulit manggis Garcinia mangostana L..
2. Variabel Tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian adalah sifat fisik sediaan yaitu kekerasan lipstik, dan stabilitas yang dilihat dari nilai pergeseran kekerasan lipstik
dengan zat pewarna dari kulit manggis Garcinia mangostana L..
3. Variabel Pengacau Terkendali
Varibael pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah waktu pelelehan beeswax yaitu 15 menit, waktu pelelehan lanolin yaitu 7 menit, suhu
pelelehan yaitu 80-88
o
C, dan waktu penyimpanan selama 30 hari. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Variabel Pengacau Tak Terkendali
Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu dan kelembaban ruangan saat dilakukan penelitian.
C. Definisi Operasional
1. Lipstik adalah sebuah produk kosmetik dekoratif yang diaplikasikan pada
bibir dan berbentuk batang. 2.
Pewarna dari ekstrak kulit manggis mengandung pewarna alami berupa antosianin.
3. Lanolin berperan sebagai emollient yang digunakan dalam formula kosmetik
dan mempunyai sifat moisturization. 4.
Beeswax adalah jenis lilin yang bersifat keras, dan mempengaruhi kekerasan pada lipstik.
5. Sifat fisik sediaan lipstik dipengaruhi oleh komposisi bahan – bahan yang
digunakan, dalam penelitian ini lanolin dan beeswax yang akan mempengaruhi kekerasan
6. Stabilitas sediaan lipstik adalah kestabilan lipstik yang dilihat dari nilai
pergeseran kekerasan yang dihitung menggunakan program R Studio. 7.
Kekerasan lipstik adalah salah satu syarat utama lipstik yang baik, dan sangat tergantung pada karakteristik dan jumlah wax yang digunakan sebagai basis.
Pengujian kekerasan lipstik bertujuan untuk mengetahui ketahanan lipstik terhadap tekanan saat penyimpanan atau pendistribusian.
8. Desain faktorial adalah metode penelitian yang memungkinkan untuk
evaluasi efek dari dua faktor. 9.
Faktor adalah besaran yang ditentukan secara bebas, yang nantinya akan mempengaruhi respon. Dalam penelitian digunakan dua faktor, yaitu lanolin
sebagai faktor A dan beeswax sebagai faktor B. 10.
Level adalah nilai tetapan untuk faktor, yang dinyatakan dalam level rendah dan level tinggi. Pada penelitian digunakan dua faktor dan dua level, dengan
komposisi lanolin pada level rendah dan tinggi yaitu 6,9 gram dan 7,5 gram, dan komposisi beeswax pada level rendah dan tinggi yaitu 5,4 gram dan 6
gram. 11.
Respon adalah besaran yang dapat dikuantitatifkan dan akan diamati perubahan efeknya. Dalam penelitian respon yang diamati untuk meneliti
sifat fisik sediaan adalah kekerasan dan daya lekat lipstik. Sedangkan untuk menilai kestabilan sediaan, respon yang diamati adalah pergeseran kekerasan
sediaan lipstik. 12.
Efek adalah perubahan respon yang disebabkan adanya variasi dari level dan faktor. Besarnya efek dapat dicari dengan menghitung selisih antara rata
– rata respon pada level tinggi dan rata
– rata respon pada level rendah.
D. Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan terdiri dari seperangkat alat gelas, mortir, stamper, cawan porselen, water bath, neraca analitik, termometer, lemari es, alat
uji kekerasan, stopwatch, cetakan lipstik, batang pengaduk, dan pipet tetes. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
E. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan meliputi kulit manggis Garcinia mangostana L., lanolin, beeswax, gummi arabicum, akuades, titanium dioxide, zinc oxide, tween
80, glycerin dan metil paraben.
F. Tata Cara Penelitian
1. Ekstrak kulit manggis
Ekstrak kulit manggis Garcinia mangostana L. berasal dari PT. Industri Jamu Borobudur, Semarang. Kebenaran serbuk ekstrak kulit manggis
ini telah dibuktikan lewat Certificate of Analysis CoA
2. Pembuatan lipstik
Formula diadopsi dari Barel, Paye, dan Maibach 2001
.
:
Tabel I. Formula lipstik matte Formula
Rentang
Emollients 40-55
Waxes 8-13
Plasticizers 2-4
Colorants 3-8
Pearl 3-6
Actives 0-2
Fillers 4-15
Fragrance 0,05-0,10
PreservativesAntioxidants 0,50
Formula modifikasi yang digunakan:
Tabel II. Formula lipstik dengan pewarna dari ekstrak kulit manggis Formula
1 a
b ab
Lanolin 6,9 g
7,5 g 6,9 g
7,5 g Beeswax
5,4 g 5,4 g
6 g 6 g
Aquadest 4,8 g
4,8 g 4,8 g
4,8 g Gummi arabicum
2,1 g 2,1 g
2,1 g 2,1 g
Ekstrak kulit manggis
2,4 g 2,4 g
2,4 g 2,4 g
Zinc oxide 4,5 g
4,5 g 4,5 g
4,5 g Titanium dioxide
1,2 g 1,2 g
1,2g 1,2 g
Glycerin 1,2 g
1,2 g 1,2 g
1,2 g Tween 80
0,6 g 0,6 g
0,6 g 0,6 g
Metil paraben 0,09 g
0,09 g 0,09 g
0,09 g
TOTAL 29,19 g
29,49 g 29,49 g
30,39 g
Masing-masing bahan ditimbang secara seksama sesuai dengan berat yang diinginkan. Basis lipstik dipanaskan di atas penangas air pada suhu 80
o
C. Di mortir disiapkan ekstrak kulit manggis yang dilarutkan dalam akuades kemudian
ditambahkan gummi arabicum untuk membentuk fase emulsi dan diaduk hingga homogen. Lanolin yang sudah meleleh dimasukkan ke dalam mortir yang berisi
campuran zat warna dan diaduk hingga homogen. Di sisi lain disiapkan mortir panas untuk mencampur beeswax dengan lanolin, zat warna, zinc oxide, titanium
dioxide, gliserin, tween 80 serta metil paraben dan diaduk homogen. Disiapkan cetakan lipstik yang sudah dipanaskan terlebih dahulu. Semua campuran lipstik
dipindahkan ke cawan porselen dan dipanaskan di atas penangas air pada suhu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
o
C kemudian dituang ke cetakan lipstik yang sudah dipanaskan dan dioleskan parafin cair. Ditunggu sampai cetakan dingin, kemudian dimasukkan dalam
lemari es. Setelah 24 jam cetakan diambil dari dalam lemari es dan disimpan dalam suhu ruang.
3. Uji kekerasan lipstik