PEMBERDAYAAN ORGANISASI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT MELALUI MANAJEMEN STRATEJIK : Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabup

(1)

PEMBERDAYAAN ORGANISASI PUSAT KEGIATAN

BELAJAR MASYARAKAT MELALUI MANAJEMEN

STRATEJIK

( Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler

Institute English Conversation di Kabupaten Bandung)

DISERTASI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat untuk memperoleh Gelar Doktor Ilmu Pendidikan

Dalam Bidang Administrasi Pendidikan

Promovendus

Suriakusumah A.M

NIM 1009615

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PENDIDIKAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

2012

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PANITIA

DISERTASI :

Promotor Merangkap Ketua

Prof. DR. H. Abdul Azis Wahab, M.A. NIP 130 321 112

Kopromotor Merangkap Sekretaris

Prof. DR. H. Djam’an Satori, M.A NIP 130 367 129

Anggota

Prof. DR. H. Suwarma Al Muchtar, S.H., M.Pd. NIP 130 679 675

Mengetahui

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan,

Prof. H. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D. NIP 195306121981031003


(3)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Disertasi dengan judul “ Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu, dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung) ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 27 Agustus 2012

Yang membuat pernyataan,

Suriakusumah A. M.

NIM 1009615


(4)

(Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten

Bandung).(Suriakusumah (1009615) ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum efektifnya pengelolaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) , serta untuk jangka panjang diperlukannya perluasan fungsi PKBM dan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) menjadi Pusat Kegiatan Warganegara, khususnya di Kabupaten Bandung. Oleh karena itu fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pemberdayaan staf PKBM melalui manajemen stratejik agar kualitas kinerja staf dapat meningkat ? Selanjutnya, untuk program jangka panjang, diperlukannya perluasan fungsi SKB, PKBM dan Lembaga Kursus menjadi Pusat Kegiatan Warganegara, sehingga pelayanan kepada masyarakat dapat lebih bervariasi dan mendekati kebutuhan masyarakat. Atas dasar masalah tersebut maka pertanyaan penelitian ini adalah: (1) Bagaimanakah dukungan lingkungan organisasi terhadap perluasan fungsi PKBM, (2) Bagaimanakah pemberdayaan staf PKBM melalui perumusan manajemen stratejik, (3) Bagaimanakah pemberdayaan staf PKBM melalui implementasi manajemen stratejik, dan (4) Bagaimanakah pemberdayaan staf PKBM melalui evaluasi dan pengendalian. .

Metode penelitian dirancang dalam bentuk desain kualitatif, dan jenis penelitiannya adalah Studi Kasus serta teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, studi dokumentasi, dilanjutkan dengan diskusi. Penelitian dilaksanakan pada anggota masyarakat yang terdiri dari guru-guru SD, SMP, SMA dan yang sederajat (PGRI), Lembaga Swadaya Masyarakat, Tokoh Agama serta Sanggar Kegiatan Belajar, Lembaga Kursus dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat di Kabupaten Bandung.

Dari hasil penelitian diperoleh gambaran bahwa : Pertama, lingkungan organisasi sangat mendukung perluasan fungsi SKB dan PKBM menjadi Pusat Kegiatan Warganegara, karena variasi pelayanan akan lebih beragam dan mendekati kebutuhan masyarakat, Kedua, pemberdayaan staf PKBM melalui perumusan manajemen stratejik melibatkan semua personil dan pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah, Ketiga, pemberdayaan staf melalui implementasi manajemen stratejik diarahkan kepada peningkatan kinerja staf agar kualitas lulusan dapat meningkat, serta melalui peningkatan keterampilan untuk memasuki lapangan kerja, Keempat, Evaluasi dan Pengendalian masih banyaknya kelemahan-kelemahan SKB dan PKBM dalam mensinergikan kemampuan organisasi dengan kebutuhan masyarakat. Atas dasar kesimpulan tersebut direkomendasikan sebagai berikut : Diperlukannya dukungan lingkungan internal dan eksternal terhadap perluasan fungsi PKBM, SKB dan Lembaga Kursus, diberdayakannya staf PKBM melalui perumusan manajemen stratejik, yang dilakukan secara musyawarah, implementasi yang mampu meningkatkan kinerja staf dan evaluasi serta pengendalian yang sesuai dengan prinsip manajemen stratejik secara sistemik. Selanjutnya hasil dari perumusan itu disosialisasikan kepada setiap personil organisasi untuk dapat diterapkan, Akhirnya dikembangkannya Model Kinerja Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat. (Kata Kunci : Pemberdayaan Organisasi, Manajemen Stratejik,Pengembangan Org.,Kinerja Staf)


(5)

(A Case Study at Nurul Huda Community Learning Center, Global Ilmu Learning Activities Center and Traveler Institute English Conversation Course in Bandung Rcegency)

( SURIAKUSUMAH, 1009615)

ABSTRACT

This research concerns with ineffectiveness of managing Community Learning Center Organization especially in Bandung regency. Therefore the focus of the problem in this research is how to empower

community learning center ‘s staffs through strategic management in order to increase the quality of the

staffs performance. Furthermore, for long-term programs, it seems that there is a need for expansion of the functions of community learning center, workshop and learning activities, as well as course institutions to become as large as that of citizen activity center, so that the public service can be more varied and can fulfil the needs of the community. On the basis of these problems, the questions of this study are: (1) How does the environment support the expansion of the functions of community learning center?, (2) How does it take to empower community learning center staffs through the formulation of strategic management?, (3) How does it take to empower community learning center staffs through the implementation of strategic management, and (4) How does it take to empower community learning center staffs through the evaluation and control.

The method of this research is qualitative design; the type of the research is case study. The data collection techniques are interviews, observations, documentation study as well as discussion. This research is conducted with community members consisting of teachers in elementary, secondary, and high schools incorporated in the Indonesian Teachers Organization, NGOs, religious leaders, learning activity center, courses institute, and community learning center in Bandung regency.

From the results of the study, it can be indicated that: First, environmental organizations strongly support the expansion of the function of community learning center as well as workshop and learning activities to become citizen activity center, on the reason that the services will be more diverse and the service will be in accordance to the needs of the community. Second, the empowerment of the community learning center staffs through the formulation of management strategic involves all elements of community learning center organization and decisions are taken by consensus. Third, empowerment of staffs through the implementation of strategic management aimed at increasing the performance of the staffs in order to increase the quality of graduates, as well as to increase the graduates’ skills to enter the workforce, Fourth, evaluation and control have shown that there are still many weaknesses in synergizing organizational skills of the staffs of community learning center and workshop activities with the needs of the society. On the basis of these conclusions, it is recommended that: supports of internal and external environments to extent the function of community learning center, workshop and learning activities, and course institute are needed; staff s of the community learning center should be empowered through the formulation of strategic management, which is done by consensus; the implementation of strategic

management is required to empower community learning center’s staffs; and evaluation of staffs’

performance as well as control which are in accordance with strategic management are required systematically. Furthermore, the results of the formulation are to be socialized to all personnel of the organizations to be applied, and finally the Performance Model of community learning center staffs should be developed.

(Keywords: Organizational Empowerment, Strategic Management, Organizational Development, Staff Performance)


(6)

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN.... ... ii

PERNYATAAN... iii

KATA PENGANTAR... iv

UCAPAN TERIMAKASIH... ... v

ABSTRAK... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Fokus Kajian dan Perumusan Masalah ... ... 13

C. Tujuan Penelitian. ... 15

D. Manfaat Penelitian ... 16

E. Struktur Organiasi Disertasi ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

A. Konsep Pemberdayaan Organisasi... ... 19

B. Konsep Manajemen Stratejik ... 28

C. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Sebagai Organisasi Pembelajaran……….. ... 47


(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 96

A. Bentuk dan Jenis Penelitian ... . . 96

B. Lokasi dan Subyek Penelitian ... ... . 96

C. Definisi Operasional ………... 101

D. Teknik Pengumpulan Data ... 106

1. Wawancara ………. ... 106

2. Observasi ……….... 111

3. Studi Dokumentasi ……… ... 113

E. Analisis Data ... 114

F. Pengecekan Keabsahan Data Penelitian ... …… 118

1. Kredibilitas... 118

2. Transferabilitas...… . 120

3. Dependabilitas... 121

4. Konfirmabilitas ... . 122

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 123

A. Hasil Penelitian ... 123

1. Dukungan Lingkungan Terhadap Perluasan Fungsi Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ... 123

a. Masyarakat Pendidikan (PGRI) Kabupaten Bandung ... 123

b. Sanggar Kegiatan Belajar, Lembaga Kursus dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ... ... 131

c. Lembaga Swadaya Masyarakat Komite Peduli Jawa Barat Tingkat Kabupaten Bandung ……… 134

d. Tokoh Agama Kabupaten Bandung……….. 138

2. Pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Perumusan Manajemen Stratejik ... 140


(8)

c. Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu ……….. ... 148

3. Pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Implementasi Manajemen Stratejik.. ... 149

a. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda ... .... 149

b.Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation ... 153

c. Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu ... 154

4. Pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Evaluasi dan Pengendalian ... 155

a. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda ………. ... 155

b. Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation… ... 156

c. Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu ………. 156

B. Pembahasan ... 157

1. Dukungan Lingkungan Terhadap Perluasan Fungsi Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat……… ... 157

a. Masyarakat Pendidikan (PGRI) Kabupaten Bandung……. ... 158

b. Sanggar Kegiatan Belajar, Lembaga Kursus, dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat……… ... 160

c. Lembaga Swadaya Masyarakat Peduli Jawa Barat Tingkat Kabupaten Bandung………. ... 164

d. Tokoh Agama Kabupaten Bandung………. ... 166

2.Pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Perumusan Manajemen Stratejik ... 168

a. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda ... 168

b. Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation ... 171


(9)

a. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda ... 174

b. Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation ... 180

c. Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu ... 181

4. Pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Evaluasi dan Pengendalian ... 182

a. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda ... 182

b. Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation ... 183

c. Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu ... 184

C. Model Hipotetik Pemberdayaan Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik ... 184

1. Rasional... 184

2. Tujuan... 186

3. Asumsi... 187

4. Visualisasi Model... 187

5. Strategi Implementasi... 188

6. Indikator Keberhasilan... 190

7. Penilaian... 193

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ……….. ... 195

A. Kesimpulan ... 195

B. Rekomendasi... .... 205

DAFTAR PUSTAKA ... 211

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 219


(10)

AFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Kondisi Ketenagakerjaan di Kabupaten Bandung (2009-2010) …….. 6 1.2 IPM Indonesia dibandingkan dengan Negara tetangga , tahun 2006 … 7 3.1 Subyek Penelitian dan Sebarannya ... 98 3.2 Kisi-kisi dan Sumber Data Wawancara... 107 3.3 Prosedur Penelitian ... 117


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1 Strategic Management ... 37

2.2 Environmental Variables ... 38

2.3 Strategic Management Model ... 42

2.4 Dasar Kompetisi ... 53

2.5 Organisasi Birokratis dan organisasi Jejaring……... 54

2.6 Evolution of Organization ... 57

2.7 Perbedaan Karakteristik Organisasi Tradisional, Organisasi Pembelajaran dan Organisasi Berkembang……… 58 .

2.8 Skenario Pelaksanaan Program ……… 74

2.9 Kaitan Pengetahuan Hukum dengan Kesadaran Hukum ………. 76

2.10 Kerangka Pemikiran ……….. 89


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan Indonesia di masa depan bertitik tolak pada Visi Indonesia jangka panjang, yaitu terwujudnya negara bangsa (nation-state) Indonesia modern yang aman dan damai, adil dan demokratis, serta sejahtera dengan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, kemerdekaan, dan persatuan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Sesuai dengan Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan berkewajiban untuk mencapai Visi

Pendidikan Nasional sebagai berikut : “Terwujudnya sistem pendidikan sebagai

pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu

dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah”.

Sedangkan Misi Pendidikan Nasional adalah :

1) Mengupayakan perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia ;

2) Membantu dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam rangka mewujudkan masyarakat belajar

3) Meningkatkan kesiapan masukan dan kualitas proses pendidikan untuk mengoptimalkan pembentukan kepribadian yang bermoral

4) Meningkatkan keprofesionalan dan akuntabilitas lembaga pendidikan sebagai pusat pembudayaan ilmu pengetahuan, ketrampilan, pengalaman, sikap dan nilai berdasarkan standar nasional dan global 5) Memberdayakan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

pendidikan berdasarkan prinsip otonomi dalam konteks Negara Kesatuan R.I.


(13)

Selaras dengan Misi Pendidikan Nasional tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk tahun 2010 – 2014 menetapkan Misi :

1) Meningkatkan Ketersediaan Layanan Pendidikan. 2) Meningkatkan keterjangkauan Layanan Pendidikan

3) Meningkatkan Kualitas Mutu dan Relevansi Layanan Pendidikan, 4) Meningkatkan Kesetaraan dalam memperoleh Layanan Pendidikan, 5) Meningkatkan Kepastian/Keterjaminan Memperoleh Layanan

Pendidikan.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa sistem pendidikan di Indonesia terdiri atas jalur pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Masing-masing jalur mempunyai satuan pendidikan. Khusus mengenai jalur pendidikan nonformal, terdapat beberapa satuan pendidikan yaitu : lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis.

Selanjutnya Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, khususnya Pasal 47 menjelaskan

“Penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakat menetapkan

kebijakan tata kelola pendidikan untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas pengelolaan pendidikan yang merupakan pedoman bagi : a. penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakat yang bersangkutan; b. satuan dan/atau program pendidikan; c. lembaga representasi pemangku kepentingan pendidikan pada satuan dan/atau program pendidikan; d. peserta didik satuan dan / atau program pendidikan; e. orang tua / wali peserta didik di satuan dan / atau program pendidikan; f. pendidik dan tenaga kependidikan di satuan dan / atau program pendidikan ; dan g. pihak lain yang terikat dengan satuan atau program pendidikan.


(14)

Yaitu (a) Tumbuhnya sikap dan keterampilan masyarakat untuk membangun, (b) adanya pimpinan masyarakat yang terdidik dan terlatih, (c) tumbuhnya kegemaran membaca di masyarakat, (d) meningkatnya pendidikan kaum wanita, dan (e) tumbuh dan berkembangnya pendidikan dan kegiatan generasi muda yang relevan dengan pembangunan masyarakat.

Lembaga-lembaga nonformal tersebut dikelola oleh masyarakat dengan melaksanakan bermacam kegiatan pendidikan termasuk Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.

Sebagaimana diungkapkan oleh Hiryanto (2009 : 1),

Satuan pendidikan nonformal yang saat ini berkembang pesat adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), yang pada awal rintisannya didirikan di tingkat Kecamatan kemudian menyebar ke tiap desa atau kelurahan. Pada awal berdirinya PKBM merupakan tempat belajar bagi warga masyarakat di sekitar PKBM itu berada. PKBM didirikan oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat. Kegiatan utama PKBM adalah membelajarkan masyarakat melalui berbagai layanan program pendidikan luar sekolah. Dimana berdirinya PKBM diilhami oleh gagasan pusat belajar masyarakat (community learning center) yang terdapat di berbagai negara maju sejak sekitar enampuluhan, serta adanya kebijakan tentang broad based learning. UNESCO (1933), mendefinisikan PKBM sebagai tempat belajar yang terorganisasi dimana orang-orang dapat belajar.

Di samping Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dalam pendidikan nonformal dikenal pula dengan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

Menurut Ronggo Tunjung Anggoro (2010 : 2) :

Sanggar Kegiatan Belajar merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Pendidikan mempunyai tugas pokok dan fungsi, diantaranya adalah

(1) Pembangkitan & penumbuhan kemauan belajar masyarakat dalam rangka terciptanya masyarakat gemar belajar,

(2) Pembuatan percontohan berbagai program pendidikan nonformal dan informal,

(3) Pengendalian mutu pelaksanaan program pendidikan nonformal dan informal,

(4) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi pelaksana pendidikan nonformal dan informal,

(5) Penyediaan sarana dan fasilitas belajar,

(6) Pengintegrasian dan pensinkronisasian kegiatan sektoral dalam bidang pendidikan nonformal dan informal.


(15)

Sayangnya, keberadaan SKB beserta Pamong belajarnya masih belum aman dan sejahtera karena dibayangi oleh penutupan lembaga SKB maupun pengalihtugasan pamong belajar maupun staf tata usaha ke unit lain sesuai selera penguasa otonomi daerah yang tidak dibarengi dengan pengadaan/pengangkatan pamong belajar baru di setiap tahunnya.

(www.imadiklus.com/2010/12/sanggar-keg)

Selanjutnya lembaga pendidikan nonformal lainnya, adalah lembaga kursus, yang juga menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat sebagaimana pandangan Zam Zami Ali, M (2005) berikut ini :

Kursus sebagai salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan pada jalur pendidikan nonformal mempunyai kaitan yang sangat erat dengan jalur pendidikan formal. Selain memberikan kesempatan bagi peserta didik yang ingin mengembangkan keterampilannya pada jenis pendidikan tertentu yang telah ada di jalur pendidikan formal juga memberikan kesempatan bagi masyarakat yang ingin mengembangkan pendidikan keterampilannya yang tidak dapat ditempuh dan tidak terpenuhi pada jalur pendidikan formal… Tujuan lembaga kursus dapat dikatakan berhasil dengan memberikan layanan pendidikan bagi masyarakat agar memiliki kompetensi yang diperlukan dalam dunia usaha atau dunia kerja sesuai dengan jenis kursus yang diikuti, sehingga mampu merebut peluang kerja pada perusahaan atau dunia industry dengan penghasilan yang layak atau mampu menciptakan lapangan kerja sendiri.

Keberadaan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dan Sanggar Kegiatan Belajar serta Lembaga Kursus, dimaksudkan untuk menjawab banyaknya siswa

yang ’putus sekolah’, serta mereka yang tidak memiliki keterampilan hidup, yang

akibatnya menjadi penganggur dan menjadi beban masyarakat. Menurut Daily (Mally Maeliah, 2010 : 85) :

Nowadays, the condition of community is faced with a number of complex problems. The high number of drop out has caused the low of human resources quality and the high of poverty rate. ’Daily (2008) said that at least 1,139 million of the Elementary School and High Schools students (Junior and Senior High School ) in West Java are threaten with drop out. This condition, of course, will influence the other life aspects of community, so it must as soon as be overcome and empowered to make community autonomous’. In response to this challenge, Department of National Education has determined several policies and efforts in empowering community, among others are by broadening access to education,


(16)

increasing education quality and relevancy, and developing community— based educational management.

Sebagaimana diketahui fenomena yang terdapat di masyarakat Indonesia, yaitu pengangguran, kemiskinan serta rendahnya sumber daya manusia Indonesia mendorong masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Dengan menambah pengetahuan dan keterampilan, lowongan pekerjaan akan terbuka dan akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Mempertimbangkan berbagai fenomena tersebut, serta banyaknya organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan berjalan sendiri-sendiri termasuk Sanggar Kegiatan Belajar dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, yang berakibat kepada semakin besarnya beban yang ditanggung masyarakat, timbul keinginan peneliti untuk menggabungkan berbagai organisasi sosial kemasyarakatan tersebut dalam satu wadah, yaitu Pusat Kegiatan Warganegara (Civic Center) sebagaimana yang telah berhasil dilakukan di negara-negara lain. Namun untuk saat ini penggabungan ini dimulai dengan Sanggar Kegiatan Belajar dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat , Lembaga Kursus, Lembaga Swadaya Masyarakat serta lembaga sosial kemasyarakatan lainnya. Penggabungan ini bersifat sukarela, tanpa adanya paksaan. Yang menentukan dalam hal ini adalah masyarakat sendiri serta organisasi kemasyarakatan terkait. Untuk itu, peneliti mencoba melakukan penelitian di Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, Sanggar Kegiatan Belajar, Lembaga Kursus, Masyarakat pendidikan khususnya guru-guru Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan yang sederajat. Selanjutnya Lembaga Swadaya Masyarakat, serta Tokoh Agama di Kabupaten Bandung, sebagai langkah awal penelitian ini.

Khusus penelitian yang dilakukan di Sanggar Kegiatan Belajar, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat serta Lembaga Kursus, dimaksudkan untuk mengetahui, apakah dengan diberdayakannya ketiga organisasi tersebut melalui manajemen stratejik akan dapat meningkatkan kinerja dari staf organisasi dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas para lulusan ?.


(17)

Masukan-masukan tersebut dicoba diolah dan diramu dengan mengajukan judul penelitian ” Pemberdayaan organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Manajemen Stratejik (Studi Kasus pada Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda, Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu dan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation di Kabupaten Bandung)”.

Kabupaten Bandung dipilih sebagai lokasi penelitian, karena daerah ini memiliki kekhasan, yaitu menggabungkan daerah pertanian dan daerah industri, serta sedang menuju kepada daerah perdagangan dan jasa, yang dapat menyerap lapangan kerja.

Pada Tabel 1.1 berikut ini dapat dilihat peningkatan lowongan pekerjaan di Kabupaten Bandung, yang dapat menampung tenaga kerja.

Tabel 1.1

Kondisi Ketenagakerjaan di Kabupaten Bandung (Tahun 2009 – 2010)

Dari tabel tersebut dapat diketahui, bahwa walaupun terdapat peningkatan lapangan kerja, namun pengangguran masih tetap tinggi, khususnya bagi kaum wanita. Masalah pengangguran ini berkaitan dengan pendidikan serta keterampilan hidup (Life skill).


(18)

Sedangkan pendidikan formal, nonformal dan informal berhubungan pula dengan sumber daya manusia Indonesia.

Berbagai jalur pendidikan tersebut dibutuhkan untuk membangun sumber daya manusia Indonesia agar lebih meningkat. Salah satu ukuran yang sering digunakan untuk membandingkan keberhasilan pembangunan sumber daya manusia antar negara adalah Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks tersebut merupakan indikator komposit yang terdiri dari : indikator kesehatan (umur harapan hidup waktu lahir), pendidikan (angka melek huruf dan sekolah) serta ekonomi (pengeluaran riil per kapita). Sebagaimana diketahui bahwa selama ini Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia selalu menempati rangking di atas 100, tertinggal dibanding beberapa negara tetangga di ASEAN. Untuk lebih jelasnya berikut ini akan disampaikan gambaran perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia dengan negara-negara ASEAN, seperti tampak pada Tabel 1.2 berikut ini.


(19)

Untuk menurunkan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia, dan menjadi negara yang maju dan mampu bersaing, segala daya upaya dikerahkan termasuk upaya untuk mengembangkan pendidikan nonformal. Menurut Direktur Jenderal

Pendidikan Nonformal Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ” Pendidikan

nonformal sangat efektif untuk membantu mengatasi berbagai permasalahan yang melilit bangsa Indonesia, antara lain, besarnya angka pengangguran akibat kurang

terampil”. (Model Integrasi Pendidikan Kecakapan Hidup,t.t. : 9).

Dikembangkannya pemberdayaan organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik dalam disertasi ini dilatarbelakangi oleh beberapa kondisi masyarakat sebagai berikut :

Pertama adanya sebagian besar masyarakat Indonesia yang belum memiliki pendidikan yang memadai khususnya pendidikan kecakapan hidup (life skill) yang


(20)

menimbulkan banyaknya pengangguran, kemiskinan, keterbelakangan dan lain-lain, sebagaimana diungkapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Model Integrasi Pendidikan Kecakapan Hidup, t.t. : 9) antara lain :

Kecakapan hidup adalah kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya. Pendidikan berorientasi kecakapan hidup bagi peserta didik adalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dan kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga negara. Apabila hal ini dapat dicapai, maka ketergantungan terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan, yang berakibat pada meningkatnya angka pengangguran, dapat diturunkan, yang berarti produktivitas nasional akan meningkat secara bertahap.

Keterampilan kecakapan hidup ini disesuaikan dengan kondisi lingkungan daerah atau desa masing-masing. Di samping itu juga memfasilitasi kegiatan kewirausahaan masyarakat melalui permodalan serta kemampuan manajerial sehingga masyarakat mampu berusaha mandiri untuk hidup sejahtera. Jumlah penduduk Indonesia yang begitu banyak serta membengkaknya pengangguran yang berdampak kepada kemiskinan akan dapat menimbulkan gejolak-gejolak sosial. Model pendidikan ketrampilan kecakapan hidup /usaha kiranya tepat untuk diterapkan, yang akan membantu masyarakat kecil untuk memperoleh lapangan kerja. Sebagaimana diketahui kondisi ekonomi Indonesia yang semakin memburuk sejak tahun 1997, menyebabkan meningkatnya angka pengangguran, karena adanya pola berpikir jangka pendek, dan bukan menetapkan sasaran jangka panjang yang dapat menguntungkan bagi semua masyarakat.

Tulisan Sagir, Soeharsono yang mencoba mengutip pandangan Porter, Michael, How to make Indonesia more Competitive, Kompas, Jakarta 29 Nopember 2006), antara lain :

Bangsa Indonesia harus segera merubah pola berpikir, dari sibuk memikirkan diri sendiri dan saling menghancurkan ; dari rasa cepat puas dengan apa yang telah dicapai atau dimiliki, menjadi pola pikir yang berusaha meningkatkan produktivitas, kreativitas, demi daya saing dalam percaturan ekonomi Global


(21)

Pendidikan yang dilakukan di sekolah-sekolah kejuruan serta berbagai pelatihan selalu melibatkan berbagai industri dan dunia usaha untuk berperan secara aktif dalam dunia pendidikan. Dengan demikian pendidikan yang dirancang selalu dikaitkan dengan kebutuhan di lapangan dan hal itu akan dapat mengurangi bahkan menghilangkan pengangguran. Di dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, pasal 27 ayat (2) dijelaskan bahwa “Tiap -tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi

kemanusiaan”. Untuk memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak

tersebut, tentunya harus didukung oleh latar belakang pendidikan yang dimiliki warga negara, baik pendidikan formal maupun pendidikan non formal, khususnya keterampilan kecakapan hidup serta kewirausahaan. Istilah kewirausahaan atau

“Entrepreneurship” (Sudjana, 2004 : 89) :” Orang yang aktif melalui kegiatan

mencari, mengerahkan, mengorganisasi, dan mendayagunakan sumber-sumber yang tersedia baik di dalam maupun di luar lembaga-lembaga terkait, termasuk sumber-sumber dari masyarakat”.

Buchari Alma (2000 : 85-86) yang diedit kedalam bahasa Inggris oleh Mally Maeliah memberikan beberapa karakteristik entrepreneur sebagai berikut :

An entrepreneur should have following characteristics: a) Has high partnership to the task, b) Be responsible. Whatever his/her acts is, he/she always discusses it at full of responsibility and ready to at a lose. c) This responsibility has a close relationship with sustaining internal locus of control that is his /her own entrepreneurship interest. d) The chances to achieve the obsession. An entrepreneur has an obsession to get high achievement and it can be created. e) Be tolerant of the doubt and uncertainty risks.f) Be-self confidence. g) Be creative and flexible. h) Wishes to get result quickly. He/she has a strong desire to use his/her knowledge and experience to improve his/her performance. i) Has high energy. An entrepreneur is more energetic than the others. j) Has motivation to be a superior. An entrepreneur has a motivation to work better and more excellent than before. k) And use his/her failure as a valuable experience be future-oriented. l) Learns from fail. An entrepreneur is not afraid to fail, he/she focus his/her attention to the future success and use his/her failure as a valuable experience. m) Has a partnertship. An entrepreneur must be able to be a good leader who can lead various characteristics of human resources.


(22)

Dengan kegiatan kewirausahaan melalui proses pendidikan yang dikembangkan di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), serta Lembaga Kursus, akan membentuk ke tigabelas karakteristik tersebut di atas dan hal itu berarti :

(1) kegiatan kewirausahaan sangat sesuai diterapkan di Indonesia yang penduduknya banyak serta memiliki kekayaan sumber daya alam,

(2) kegiatan kewirausahaan yang dilaksanakan di negara sendiri dapat meningkatkan derajat kemanusiaan bangsa Indonesia daripada bekerja sebagai tenaga kerja di luar negeri yang selalu dihina,

(3) adanya kegiatan kerjasama, yaitu diantara mereka yang melakukan kegiatan kewirausahaan dikembangkannya kebersamaan dan kekeluargaan, sehingga tidak merugikan pihak lain, sedangkan apabila terdapat persaingan hal itu dilakukan secara sehat dan terbuka,

(4) oleh karena dikembangkannya kepentingan bersama, berarti melibatkan semua pihak,

(5) adanya pengakuan terhadap otoaktivitas dan kreativitas masyarakat untuk berkembang,

(6) dengan adanya kreativitas masyarakat berarti masyarakat memberikan kontribusinya kepada negara, serta menerima keuntungan sesuai dengan prestasi kerjanya masing-masing,

(7) masyarakat diberikan keleluasaan untuk memilih bidang usaha yang akan digelutinya, sesuai dengan bakat dan kesanggupannya, sehingga kegiatan yang dilakukan berlangsung untuk jangka panjang bahkan turun temurun secara positif.

Dicapainya ketujuh hal tersebut di atas, antara lain sangat tergantung kepada peran dari pemerintah, terutama dalam melindungi serta mendorong warga negara dan masyarakatnya untuk memperoleh pekerjaan serta kesejahteraan. Kenyataan selama ini yang terjadi adalah banyaknya warga negara Indonesia yang mencari pekerjaan ke luar negeri dengan latar belakang pendidikan yang sangat rendah serta tidak memiliki keterampilan, sehingga mereka pada umumnya hanya


(23)

menjadi buruh kasar atau pembantu rumah tangga di negara asing. Sebaliknya banyak orang-orang asing yang bekerja dan memperoleh kekayaan di Indonesia, karena mereka memiliki latar belakang pendidikan yang sangat dibutuhkan oleh pemerintah Indonesia. Hal ini merupakan dilema yang harus dicari pemecahannya, terutama melalui pendidikan keterampilan hidup (life skill) dan usaha.

Kedua perlunya peningkatan dan pengembangan secara lebih luas fungsi serta peran Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dan Lembaga Kursus. Sebagaimana diungkapkan oleh UNESCO, yakni “learning to know, learning to do, learning to live together, and learning to be” (UNESCO, 1996).

Peningkatan dan pengembangan fungsi serta peran Sanggar Kegiatan Belajar , Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dan Lembaga Kursus agar mampu memenuhi kebutuhan, aspirasi dan kepentingan warga masyarakat yang lebih bervariasi sejalan dengan semakin berkembangnya kebutuhan belajar masyarakat yang juga memerlukan berbagai alternatif kegiatan, sehingga kelompok-kelompok belajar masyarakat yang ada akan mendorong terbentuknya masyarakat belajar dalam organisasi pembelajaran (learning organization). Untuk itulah Sanggar Kegiatan Belajar, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, Lembaga Kursus, serta berbagai Lembaga sosial kemasyarakatan yang telah ada dapat ditingkatkan fungsinya menjadi Pusat Kegiatan Warganegara (Civic Center) yang berfungsi utama sebagai lembaga kegiatan masyarakat belajar secara komprehensif terpadu. Dengan konsep perluasan fungsi Sanggar Kegiatan Belajar dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat menjadi Pusat Kegiatan Warganegara, maka variasi pelayanan yang dapat diberikan juga akan beragam dan lebih mendekati tuntutan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi oleh warga masyarakat dalam memperoleh berbagai pengetahuan, keterampilan/ kecakapan hidup dan memperoleh solusi yang tepat bagi setiap permasalahan. Paling tidak untuk dapat memperoleh saran dan pandangan-pandangan yang lebih konstruktif terhadap permasalahan hidup yang dihadapi guna lebih memiliki kesehatan mental yang memang banyak dihadapi oleh warga negara/warga masyarakat dewasa ini pada semua tingkat kehidupan. (Abdul Azis Wahab, 2006 : 3).


(24)

Pembentukan organisasi Pusat Kegiatan Warganegara lebih menekankan peran masyarakat karena untuk kepentingan masyarakat, yaitu memberdayakan lembaga-lembaga pendidikan non formal serta lembaga-lembaga kemasyarakatan untuk meningkatkan pemahaman warga Negara tentang hak dan kewajiban yang dilandasi oleh Dasar dan Ideologi Negara, Konstitusi serta merupakan implementasi kebijakan pemerintah.

Pusat Kegiatan Warganegara adalah lembaga kemasyarakatan yang dibentuk dalam memperkuat mutu kehidupan demokrasi. Oleh karena itu, lembaga ini sangat diperlukan untuk mencerdaskan warga Negara dalam kehidupan bernegara.

Ketiga, dalam mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat; solusi yang dilakukan masih bersifat parsial dan masih kurang melibatkan kerjasama dan koordinasi dari berbagai Sanggar Kegiatan Belajar dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dan lembaga Kursus. Akibatnya timbullah berbagai keputusan yang tumpang tindih, kurang terencana, kurang menyentuh sasaran dan akhirnya masyarakat juga yang menjadi korban. Dalam hal inilah diperlukan adanya kerjasama dan koordinasi kerja dari berbagai lembaga yang terkait.

Berdasarkan pengertian dan penjelasan di atas, kerjasama dan koordinasi antar instansi terkait, nampaknya mutlak dilakukan. Berbagai pertentangan kepentingan dapat saja muncul apabila kerjasama dan koordinasi itu tidak dilakukan. Hal itu diperlukan untuk menjamin tercapainya efisiensi dalam pengelolaan masalah organisasi yang dihadapi bersama.

Ketiga butir tersebut di atas merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas Sanggar Kegiatan Belajar dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, serta lembaga Kursus, sehingga mutu pendidikan dari para lulusan dapat meningkat.

B. Fokus Kajian dan Perumusan Masalah

Dalam memberdayakan organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik, perlu diperhatikan adanya beberapa faktor. Menurut pendapat J. David Hunger dan Thomas L. Wheelen (2000 : 8-12) ada empat faktor


(25)

yaitu : “environmental scanning, strategy formulation, strategy implementation, evaluation and control”.

Pertama adalah pengamatan lingkungan. Sebagaimana diketahui bahwa adanya perubahan dan perkembangan lingkungan organisasi di masa mendatang perlu dianalisis secara tepat dan cepat. Sebagai contoh di Kabupaten Bandung, terjadi adanya perubahan lingkungan dari lingkungan pertanian kepada lingkungan industri. Tanah-tanah pertanian yang tadinya luas dimana mata pencaharian penduduk sebagai petani, tiba-tiba lenyap menjadi daerah industri, penuh dengan pabrik-pabrik dan persaingan bekerja sangat ketat. Apabila para petani tidak merubah atau mengganti kemampuan kecakapan mereka ke profesi yang baru, maka mereka akan tertinggal oleh perubahan, dan kehidupan mereka menjadi lebih sulit dan akhirnya menjadi beban baik pemerintah maupun masyarakat.Perubahan lingkungan tersebut dapat menjadi penghalang serta kendala, namun dapat pula menjadi peluang dan tantangan.

Dalam situasi seperti inilah, para pimpinan atau pengelola organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat perlu mencari solusi atau pemecahan masalah, mengenai jenis pendidikan keterampilan apa yang diperlukan oleh masyarakat untuk dikembangkan di lembaga Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.

Lingkungan organisasi dapat merupakan lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal organisasi meliputi kemampuan organisasi, sedangkan lingkungan eksternal adalah kondisi-kondisi di luar organisasi yang dapat mempengaruhi kemampuan organisasi.

Kedua, adalah formulasi strategi, yaitu yang berkaitan dengan perumusan strategi jangka panjang untuk manajemen efektif, berupa kesempatan dan ancaman. Perumusan strategi organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat meliputi penentuan misi organisasi, penentuan tujuan-tujuan yang dapat dicapai, pengembangan strategi dan penetapan kebijakan. Untuk menetapkan strategi tersebut, diperlukan adanya data dan informasi yang akurat, baik dari dalam maupun luar organisasi.

Ketiga, adalah implementasi strategi, dan dalam hubungannya dengan organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, implementasi merupakan proses


(26)

dimana manajemen mewujudkan strategi dan kebijakan dalam tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur.

Keempat, adalah evaluasi dan pengendalian, dimana kegiatan organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dan hasil kinerja dimonitor dan selanjutnya dibandingkan dengan kinerja yang diinginkan. Dalam situasi ini para pimpinan Pusat kegiatan Belajar Masyarakat menggunakan informasi hasil kinerja untuk melakukan tindakan perbaikan dan pemecahan masalah.

Suatu organisasi seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat sebagaimana diungkapkan Sondang P. Siagian mengandung pengertian :

Setiap bentuk persekutuan antara dua orang atau lebih yang bekerjasama untuk mencapai sesuatu tujuan bersama dan terikat secara formal dalam suatu ikatan hirarki dimana selalu terdapat hubungan antara seseorang atau sekelompok orang yang disebut pimpinan dan seorang atau sekelompok orang yang disebut bawahan (1995 : 20).

Dalam disertasi ini, pemberdayaan organisasi PKBM melalui manajemen stratejik diarahkan kepada peranan pimpinan serta bawahan atau staf.

Memperhatikan latar belakang masalah tersebut, fokus kajian permasalahan yang akan diteliti adalah bagaimanakah pemberdayaan staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik agar kualitas kinerja staf dapat meningkat?. Selanjutnya, untuk program jangka panjang, diperlukannya perluasan fungsi Sanggar Kegiatan Belajar, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dan Lembaga Kursus menjadi Pusat Kegiatan Warganegara, sehingga pelayanan kepada masyarakat dapat lebih bervariasi dan mendekati kebutuhan masyarakat.

Berdasarkan fokus permasalahan penelitian, dapat diajukan beberapa pertanyaan penelitian, yaitu :

1. Bagaimanakah dukungan lingkungan organisasi terhadap perluasan fungsi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ?.

2. Bagaimanakah pemberdayaan staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui perumusan manajemen stratejik ?.

3. Bagaimanakah pemberdayaan staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui implementasi manajemen stratejik ?.


(27)

4. Bagaimanakah pemberdayaan staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui evaluasi dan pengendalian ?

Dengan diberdayakannya Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik dikembangkanlah organisasi tersebut (organizational development) dan menjadi cikal bakal dari Pusat Kegiatan Warganegara.

C. Tujuan Penelitian

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi dan menganalisis :

1. Dukungan Lingkungan organisasi terhadap perluasan fungsi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.

2. Pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui perumusan manajemen stratejik.

3. Pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui implementasi manajemen stratejik.

4. Pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui evaluasi dan pengendalian.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberikan sumbangan konseptual kepada administrasi pendidikan, khususnya teori dan aplikasi manajemen stratejik, di samping itu juga kepada pengembangan organisasi (organizational development). Sebagai suatu penelitian organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat yang bersifat aplikatif, penelitian ini memberikan sumbangan substansial kepada organisasi Pusat


(28)

Kegiatan Belajar Masyarakat untuk berkembang menjadi Pusat Kegiatan Warganegara bagi para pelaku perubahan termasuk di dalamnya berbagai elemen masyarakat di Kabupaten Bandung.

1. Manfaat Teoritis

Secara umum, penelitian ini memberikan sumbangan kepada pengembangan teori-teori administrasi pendidikan, terutama pada teori dan aplikasi manajemen stratejik serta pengembangan organisasi. Sudah saatnya berbagai organisasi kemasyarakatan memberdayakan dirinya dari organisasi tradisional (Traditional organization) menuju kepada organisasi berkembang (Developmental organization.)

Secara khusus, penelitian ini memberikan manfaat kepada pemberdayaan organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik, sebagai salah satu bentuk peningkatan dan pengembangan fungsi organisasi kemasyarakatan, sehingga diperoleh peningkatan kualitas kinerja staf, dan pada gilirannya peningkatan kualitas peserta didik.

2. Manfaat Praktis

Pada tataran praktis, penelitian diharapkan dapat dijadikan media evaluasi diri bagi berbagai organisasi kemasyarakatan khususnya Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Lembaga Kursus dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) sebagai cikal bakal organisasi Pusat Kegiatan Warganegara, apakah organisasinya telah menerapkan manajemen stratejik secara efektif. Di sisi lain, penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan model bagi peningkatan fungsi organisasi kemasyarakatan sebagai Pusat Kegiatan Warganegara di Kabupaten Bandung.

E. Struktur Organisasi Disertasi

Sebagai bentuk dari laporan hasil penelitian, maka penelitian ini mengeksplorasi beberapa hal, yaitu : Bab pertama, menguraikan tentang latar


(29)

belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi penelitian. Bab kedua, menguraikan tentang teori-teori yang mendukung fokus penelitian ini, penelitian-penelitian terdahulu, kerangka pemikiran dan premis penelitian. Bab ketiga mengeksplorasi tentang metode penelitian yang mencakup bentuk dan jenis penelitian, lokasi penelitian dan sumber data, definisi operasional istilah, teknik pengumpulan data , analisis data dan pengecekan keabsahan data penelitian. Bab keempat membahas hasil penelitian dan selanjutnya mengeksplorasi, menganalisis, dan membahas data yang diperoleh di lapangan sesuai dengan tujuan penelitian. Bab kelima menguraikan tentang kesimpulan dan rekomendasi penelitian.


(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Bentuk dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang berupaya meneliti tentang sebuah subyek secara mendalam. Oleh karena itu, peneliti berusaha memahami dan menafsirkan apa makna semua perilaku dan peristiwa dalam mengembangkan pemberdayaan staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik. Jenis penelitian yang diterapkan adalah Studi Kasus, yang berusaha meneliti secara mendalam suatu subyek yaitu staf dari organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, Sanggar Kegiatan Belajar dan Lembaga Kursus di Kabupaten Bandung.

Dalam konteks penelitian ini, maka yang menjadi fokus penelitian adalah Bagaimanakah pemberdayaan staf dari organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik, agar kualitas kinerja staf dapat meningkat ? Selanjutnya, untuk program jangka panjang, diperlukannya perluasan fungsi. Sanggar Kegiatan Belajar, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dan Lembaga Kursus menjadi Pusat Kegiatan Warganegara, sehingga pelayanan kepada masyarakat dapat lebih bervariasi dan mendekati kebutuhan masyarakat.

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Untuk meneliti kasus pada organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, Sanggar Kegiatan Belajar dan Lembaga Kursus, peneliti mengumpulkan bahan-bahan dari Universitas Pendidikan Indonesia tentang perluasan fungsi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat, Sanggar Kegiatan Belajar, serta Lembaga Kursus menjadi Pusat Kegiatan Warganegara (Civic Center), serta penelitian di Kabupaten Bandung,


(31)

khususnya kepada masyarakat pendidikan yang terdiri dari guru-guru Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas serta yang sederajat dari 3 Kecamatan di Kabupaten Bandung yang banyak menguasai masalah pendidikan, Perwakilan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan Alim ulama, serta para Pimpinan yang mewakili Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang diharapkan pandangannya terhadap pemberdayaan staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik.

Dalam penelitian ini peneliti berkomunikasi langsung dengan subyek penelitian, yaitu :

(1) Masyarakat pendidikan, khususnya guru-guru Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan yang sederajat,

(2) Aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang juga Sekretaris Komite Peduli Jawa Barat (KPJB) Tingkat Kabupaten Bandung,

(3) Tokoh agama dan anggota Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Bandung yang juga sebagai Ketua Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah,

(4) Pimpinan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) serta

(5) Pimpinan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation, serta (6) Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Global Ilmu di Kabupaten Bandung,

Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan subyek penelitian ialah berbagai pihak yang layak aktif sebagai informan, yaitu aktifis organisasi dan orang per orang atau kelompok yang terkait langsung dengan aktivitas pemberdayaan staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik.

Berdasarkan hal tersebut penulis mempertimbangkan subyek penelitiannya sebagai berikut :


(32)

Tabel : 3.1

Subyek Penelitian dan Sebarannya

No Lembaga/Institusi Jabatan Keterangan

1.

2.

3.

4.

Masyarakat pendidikan (khususnya guru-guru Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas dan yang sederajat) di Kabupaten bandung

Aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat Kabupaten Bandung

Tokoh Agama Kabupaten Bandung

Pimpinan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Nurul Huda Kabupaten Bandung

Masyarakat pendidikan yang mewakili para pendidik dan berasal dari empat Kecamatan di Kabupaten Bandung

Mewakili Komite Peduli Jawa Barat (KPJB) Tingkat Kabupaten Bandung

Mewakili tokoh agama Kabupaten Bandung

Mewakili Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Kabupaten Bandung 8 1 1 1

Masyarakat pendidikan yang bertanggung jawab dalam pembinaan pendidikan masyarakat (khususnya guru-guru ) yang perlu diketahui keinginan/kebutuhan

masyarakat terhadap perluasan fungsi organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.

Skretaris merangkap Ketua Seksi Pendidikan Komite Peduli Jawa Barat Tingkat Kabupaten Bandung yang bertanggung jawab dalam membina masyarakat Kabupaten Bandung. Sebagai Ketua Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah dan anggota Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Bandung yang bertanggung jawab dalam membina

Kehidupan beragama masyarakat Kabupaten Bandung.

Sebagai Pimpinan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Nurul Huda Kabupaten Bandung, bertanggung jawab terhadap pendidikan non-formal masyarakat Kabupaten


(33)

No Lembaga/Institusi Jabatan Keterangan

5.

6.

Pimpinan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation Kabupaten Bandung

Pimpinan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Global Ilmu Kabupaten Bandung.

Mewakili Lembaga Kursus Pembelajaran Bahasa Asing Kabupaten Bandung.

Mewakili Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Paket A, B dan C.

1

1

Bandung.

Sebagai Pimpinan Lembaga Kursus yang bertanggung jawab terhadap Pendidikan bahasa Asing bagi masyarakat Kabupaten Bandung.

Sebagai Pimpinan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) yang bertanggung jawab dalam pendidikan Paket A,B dan C.

JUMLAH 13 orang

Dari subyek penelitian tersebut di atas, diperkirakan dapat membantu peneliti memahami fenomena. Masyarakat Pendidikan khususnya guru-guru SD, SMP, SMA dan yang sederajat, tokoh masyarakat khususnya Lembaga Swadaya Masyarakat, tokoh agama, pimpinan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), pimpinan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), serta pimpinan Lembaga Kursus di Kabupaten Bandung.

Alasan dipilihnya subyek penelitian tersebut di atas adalah :

1. Masyarakat pendidikan, khususnya guru-guru Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan yang sederajat yang bertanggung jawab dalam pembinaan pendidikan masyarakat Kabupaten Bandung.

2. Aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat Kabupaten Bandung yang mewakili Komite Peduli Jawa Barat (KPJB) yang bertanggung jawab dalam membina masyarakat Kabupaten Bandung.

3. Tokoh agama Kabupaten Bandung yang mewakili Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah dan anggota Majelis Ulama Indonesia Kabupaten


(34)

Bandung yang bertugas membina kehidupan beragama masyarakat Kabupaten Bandung.

4. Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) yang membina masyarakat dalam pendidikan non-formal di Kabupaten Bandung.

5. Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation yang membina masyarakat untuk mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

6. Sanggar Kegiatan Belajar Masyarakat (SKB) Global Ilmu Kabupaten Bandung yang membina masyarakat untuk meningkatkan pengetahuannya melalui program Paket A, B dan C. .

Khusus masyarakat Kabupaten Bandung, penelitian dilakukan di tingkat Kecamatan dan Desa, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 211 yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa masing-masing, antara lain :

(1) Di desa dapat dibentuk lembaga kemasyarakatan yang ditetapkan dengan peraturan desa dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan, (2) Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertugas

membantu pemerintah desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat desa”.

Dari penjelasan tersebut di atas, jelaslah bahwa penentuan besarnya subyek penelitian sangat tergantung kepada informasi/data yang dibutuhkan. Dari ke Enam macam sampel yang terdiri dari 13 orang tersebut peneliti menganggap dapat memberikan informasi yang dibutuhkan yang menghasilkan model pemberdayaan organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dengan manajemen stratejik di daerah.

Dalam penelitian ini semua data tersebut baik dari perguruan tinggi maupun yang berasal dari masyarakat Kabupaten Bandung, baik berupa wawancara, diskusi,


(35)

observasi serta berbagai dokumen diharapkan dapat diperoleh guna mendukung hasil penelitian.

Dalam penelitian ini data yang ingin dikumpulkan antara lain :

1. Bagaimanakah dukungan Lingkungan organisasi terhadap perluasan fungsi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat ?.

2. Bagaimanakah pemberdayaan staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik ?

3. Bagaimanakah pemberdayaan staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui implementasi manajemen stratejik?

4. Bagaimanakah pemberdayaan staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui evaluasi dan pengendalian?.

C. Definisi Operasional

1. Pemberdayaan

Yang dimaksud dengan pemberdayaan menurut (Blanchard, Ken, Carlos John P., and Randolph, Alan, 2000 : xvii) adalah :

Empowerment is not „giving power to people‟ – people already have plenty of power (in their wealth of their knowledge and motivation) ; rather it is releasing the knowledge, experience, and motivation they already have. Empowered people are independent (in their thinking and economically).. If we are to be competitive, our organizations have to be places where people are glad to show what they can do. Empowerment starts at the top; but don‟t wait for your leaders, empower yourself. Benefits of empowerment : help everyone reach their potential, make them winners, increased satisfaction, attitude change from „have to‟ to „want to‟, greater commitment, better communications, more effective decision making, improved quality of service, reduced operating costs, more sustainable organization .

Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa pengertian pemberdayaan bukanlah „memberikan kekuatan kepada setiap orang‟ – orang sudah memiliki banyak kekuatan


(36)

(baik pengetahuan mereka yang banyak serta motivasi) ; melebihi kebebasan pengetahuan, pengalaman dan motivasi yang telah mereka miliki. Pemberdayaan orang adalah kebebasan, baik berpikir maupun dalam hal kesejahteraan. Apabila kita ingin berkompetisi, hendaknya menempatkan organisasi kita sedemikian rupa, sehingga orang akan merasa senang untuk memperlihatkan apa yang dapat mereka kerjakan. Pemberdayaan dimulai dari atas, namun jangan menunggu atasan anda, berdayakan diri anda sendiri. Keuntungan yang diperoleh dari pemberdayaan antara lain : membantu setiap orang mencapai kemampuan mereka, jadikan mereka sebagai pemenang, tingkatkan rasa kepuasan, sikap berubah dari „harus‟ menjadi „ingin‟, adanya penguatan komitmen, komunikasi yang lebih baik, pengambilan keputusan yang lebih baik, memperbaiki kualitas pelayanan, mengurangi pengeluaran biaya, serta mendukung kelanjutan organisasi.

Untuk melaksanakan pemberdayaan, mereka mengajukan tiga kunci utama, yaitu : “(1) Share Information, (2) Create Autonomy Through Boundaries, and (3) Replace the Hierarchy with Self-Directed Teams and People”. (2001 : xvii).

Yang dimaksud dengan Share Information, (membagi informasi) adalah informasi tentang pemberdayaan disebarkan kepada setiap karyawan yang berada di dalam organisasi, dan keberhasilan kerja sangat tergantung kepada dukungan setiap orang. Oleh karena itu hendaknya dihilangkan kesan seseorang lebih tinggi dari yang lain. Selain itu, menciptakan tempat kerja sebagai tempat yang menyenangkan untuk berpikir dan memanfaatkan bakat dan pengetahuan untuk organisasi. Manajemen puncak berusaha menyusun visi organisasi serta menyampaikan visi tersebut kepada staf dan melibatkan mereka agar dapat memperbaikinya, sedangkan pembentukan sasaran berasal dari staf yang memang sudah menguasai lapangan.

Berikutnya adalah Create Autonomy Through Boundaries, (menciptakan otonomi melalui batasan masing-masing tingkat tugas) . Hal ini disebabkan setiap karyawan telah belajar berpikir tentang cara-cara baru serta bekerjasama. Batasan


(37)

tugas memiliki kemampuan untuk menyalurkan energi kepada setiap bagian lainnya. Untuk itu setiap orang hendaknya merasa penting dan mau mendengarkan pihak lain. Yang terakhir adalah Replace the Hierarchy with Self-Managed Teams (menempatkan hirarki organisasi dengan Tim yang kompak). Hal ini berarti bahwa suatu tim pemberdayaan akan lebih kuat dibandingkan dengan kumpulan individu yang tidak berhubungan kompak. Setiap orang bertindak sebagai manajer bagi dirinya, sehingga timbul rasa percaya diri. Dengan demikian manajemen puncak tidak akan mengatakan kepada karyawan „bagaimana cara mengerjakan tugas mereka‟, akan tetapi mengatakan „bagaimana mengelola pekerjaan kita‟. Untuk itulah diperlukan pembelajaran tentang kecakapan mengatasi masalah, mengelola pertemuan-pertemuan, mengelola tim, serta mengatasi konflik.

2. Organisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Sebagaimana diungkapkan oleh Hiryanto (2009 : 1),

Satuan pendidikan nonformal yang saat ini berkembang pesat adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), yang pada awal rintisannya didirikan di tingkat Kecamatan kemudian menyebar ke tiap desa atau kelurahan. Pada awal berdirinya PKBM merupakan tempat belajar bagi warga masyarakat di sekitar PKBM itu berada. PKBM didirikan oleh masyarakat, dari masyarakat dan untuk masyarakat. Kegiatan utama PKBM adalah membelajarkan masyarakat melalui berbagai layanan program pendidikan luar sekolah. Dimana berdirinya PKBM diilhami oleh gagasan pusat belajar masyarakat (community learning center) yang terdapat di berbagai negara maju sejak sekitar enampuluhan, serta adanya kebijakan tentang broad based learning. UNESCO (1933), mendefinisikan PKBM sebagai tempat belajar yang terorganisasi dimana orang-orang dapat belajar.

Sedangkan fungsi PKBM sendiri menurut Sihombing (Iis Prasetyo, 2010), adalah :

(1) Sebagai wadah pembelajaran, artinya tempat warga masyarakat dapat menimba ilmu dan memperoleh berbagai jenis keterampilan dan pengetahuan fungsional yang dapat didayagunakan secara cepat dan tepat dalam upaya perbaikan kualitas hidup dan kehidupannya. (2) Sebagai tempat pusaran semua potensi masyarakat, artinya PKBM sebagai tempat pertukaran berbagai potensi


(38)

yang ada dan berkembang di masyarakat, sehingga menjadi suatu sinergi yang dinamis dalam upaya pemberdayaan masyarakat itu sendiri. (3) Sebagai pusat dan sumber informasi artinya wahana masyarakat menanyakan berbagai informasi tentang berbagai jenis kegiatan pembelajaran dan keterampilan fungsional yang dibutuhkan masyarakat. (4) Sebagai ajang tukar menukar keterampilan dan pengalaman, artinya tempat berbagai jenis keterampilan dan pengalamanyang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan dengan prinsip saling belajar dan membelajarkan melalui diskusi mengenai permasalahan yang dihadapi. (5) Sebagai sentra pertemuan antara pengelola dan sumber belajar, artinya tempat diadakannya berbagai pertemuan para pengelola dan sumber belajar (tutor) baik secara intern maupun dengan PKBM di sekitarnya untuk membahas berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pengelolaan PKBM dan pembelajaran msyarakat. (6) Sebagai lokasi belajar yang tak pernah kering, artinya tempat yang secara terus menerus digunakan untuk kegiatan belajar bagi masyarakat dalam berbagai bentuk.

Di samping Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), dalam pendidikan nonformal dikenal pula dengan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB).

Menurut Ronggo Tunjung Anggoro (2010) :

Sanggar Kegiatan Belajar merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Pendidikan mempunyai tugas pokok dan fungsi, diantaranya adalah

(1) Pembangkitan & penumbuhan kemauan belajar masyarakat dalam rangka terciptanya masyarakat gemar belajar,

(2) Pembuatan percontohan berbagai program pendidikan nonformal dan informal,

(3) Pengendalian mutu pelaksanaan program pendidikan nonformal dan informal,

(4) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi pelaksana pendidikan nonformal dan informal,

(5) Penyediaan sarana dan fasilitas belajar,

(6) Pengintegrasian dan pensinkronisasian kegiatan sektoral dalam bidang pendidikan nonformal dan informal.

3. Manajemen Stratejik

Manajemen Stratejik yang ingin dikembangkan pada Pusat Kegiatan Belajar Msyarakat (PKBM) dan Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), dan Lembaga Kursus di Kabupaten Bandung sesuai dengan konsep manajemen stratejik berikut ini :


(39)

Strategic Management is that set of managerial decisions and actions that determines the long-run performance of a corporation. It includes environmental scanning (both external and internal), strategy formulation (strategic or long range planning), strategy implementation, and evaluation and control. The study of strategic management, therefore, emphasizes the monitoring and evaluating of external opportunities and threats in light of a corporation‟s strengths and weakness. Originally called business policy, strategic management incorporates such topics as long-range planning and strategy. Business policy, in contrast, has a general management orientation and tends primarily to look inward with its concern for properly integrating the corporation‟s many functional activities. Strategic management, as a field of study, incorporates the integrative concerns of business policy with a heavier environmental and strategic emphasis. Therefore, strategic management has tended to replace business policy as the preferred name of the field. (Hunger, David J. and Wheelen, Thomas L. 2003 : 3).

Dari uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa manajemen stratejik adalah serangkaian keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi dalam jangka panjang. Manajemen strategik meliputi pemetaan lingkungan (baik eksternal maupun internal), perumusan strategi (perencanaan stratejik atau perencanaan jangka panjang), implementasi strategi dan evaluasi serta pengendalian. Manajemen stratejik menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan organisasi. Semula disebut kebijakan bisnis, manajemen stratejik meliputi perencanaan dan strategi jangka panjang.

Kebijakan bisnis, sebaliknya berorientasi pada manajemen umum dan cenderung melihat ke dalam dan lebih menekankan pada integrasi yang sesuai bagi banyak aktivitas fungsional dalam organisasi. Manajemen stratejik sebagai suatu bidang ilmu menggabungkan kebijakan bisnis dengan lingkungan dan tekanan stratejik. Oleh karena itu, istilah manajemen stratejik biasanya menggantikan istilah kebijakan bisnis sebagai suatu nama bidang ilmu.


(40)

Organisasi Pusat Kegiatan Warganegara (Civic Center) dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu, yaitu merevitalisasi fungsi organisasi kemasyarakatan, khususnya Sanggar Kegiatan Belajar dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat baik sebagai wadah kegiatan warganegara/warga masyarakat dalam melaksanakan pendidikan kesetaraan, juga sebagai lembaga konsultasi dalam melaksanakan fungsi-fungsi lain yang dapat membantu warga negara/warga masyarakat memperoleh berbagai pengetahuan dan keterampilan/kecakapan hidup (life skill).

Organisasi ini merupakan salah satu implementasi kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Non formal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dapat dikembangkan baik di tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota yang melakukan aktivitas sampai ke tingkat Kecamatan dan Desa. Kegiatan organisasi, di samping pendidikan juga dapat bergerak di bidang sosial dan kebudayaan sebagaimana diungkapkan dalam The Free Dictionary antara lain :”Civic Center – a center where the members of a community can gather for social or cultural activities” (http:www.thefreedictionary.cm/civic+center)

D. Teknik Pengumpulan Data

Guna memperoleh data yang holistik dan integratif, serta memperhatikan relevansi dengan fokus dan tujuan, maka pengumpulan data menggunakan teknik : (1) wawancara mendalam, (2) observasi, (3) studi dokumentasi, yang dilanjutkan dengan diskusi.

1. Wawancara

Perekaman data hasil wawancara dilakukan dengan dua cara, yaitu pertama dengan wawancara yang berstruktur, yaitu penulis telah mempersiapkan rumusan pertanyaan secara tertulis yang dijadikan rambu-rambu pada waktu mengadakan


(41)

wawancara yang jawabannya langsung dicatat oleh pewawancara dan selanjutnya diadakan diskusi tentang jawaban tersebut.

Kedua, adalah wawancara tidak berstruktur dimana penulis mengajukan berbagai macam pertanyaan tentang pemberdayaan organisasi Pusat Kegiatan Warganegara dengan manajemen stratejik, yang akan menampung masalah kemasyarakatan di Kabupaten Bandung, secara bebas sehingga responden secara spontan mengeluarkan segala sesuatu informasi yang ingin dikemukakannya sehingga dapat memperkaya pandangan peneliti tentang permasalahan yang dibahas.

Wawancara yang diterapkan tidak berdiri sendiri, akan tetapi sering digabungkan dengan diskusi – diskusi.

Dalam wawancara ini peneliti menyediakan pedoman wawancara umum yang dikembangkan dari pertanyaan penelitian. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diajukan kepada semua informan sesuai dengan kapasitas mereka masing-masing, sebagaimana dijelaskan dalam tabel 3:2.

Pedoman wawancara di atas digunakan untuk menghindari wawancara yang melantur dan kosong selama wawancara. Peneliti mengarahkan pertanyaan-pertanyaan selama wawancara pada fokus penelitian, meskipun tidak berurutan. Wawancara dilakukan dengan perjanjian tertebih dahulu sesuai dengan kesempatan yang diberikan oleh informan. Mengenai waktu dan tempat wawancara terlampir dalam catatan lapangan (field note) penelitian. Pada tabel 3.2 berikut dapat dilihat Kisi-kisi dan Sumber Data Wawancara.

Tabel 3.2

Kisi-kisi dan Sumber Data Wawancara

No. Pertanyaan Kisi-kisi Informan

1 Dukungan Lingkungan Organisasi terhadap Perluasan Fungsi Pusat Kegiatan Belajar

Lingkungan Internal dan Eksternal Organisasi.


(42)

Masyarakat

*Lingkungan Internal Organisasi .(Sistem penyelenggaraan organisasi)

*Lingkungan Eksternal Organisasi (Perluasan fungsi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat).

*Masalah kemasyarakatan di Kabupaten Bandung.

*Sikap proaktif lembaga kemasyarakatan

*Masyarakat Pendidikan (PGRI) terdiri dari guru-guru SD, SMP,SMA dan yang sederajat di Kabupaten Bandung.

*Pimpinan dan SKB Global Ilmu, Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation dan PKBM Nurul Huda

*Kerjasama antara lembaga kemasyarakatan dengan

lembaga pendidikan nonformal dan pemerintah daerah.

*Pembinaan Kehidupan beragama.

*Aktivis LSM, sebagai Sekretaris merangkap Ketua Seksi Pendidikan Komite Peduli Jawa Barat (KPJB) Tingkat Kabupaten Bandung.

*Tokoh Agama, sebagai Ketua Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah dan anggota Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Bandung.

2 Pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar

Perumusan Manajemen Stratejik


(43)

Masyarakat Melalui Perumusan Manajemen Stratejik

*Misi PKBM *Tujuan PKBM *Strategi PKBM *Kebijakan PKBM

*Pimpinan dan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda.

*Misi Lembaga TIEC *Tujuan Lembaga TIEC *Strategi Lembaga TIEC *Kebijakan Lembaga TIEC *Misi SKB

*Tujuan SKB *Strategi SKB *Kebijakan SKB

*Pimpinan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation (TIEC)

*Pimpinan Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu

3 Pemberdayaan Staf Pusat Kegiatan Belajar

Masyarakat Melalui Implementasi

Manajemen Stratejik

Implementasi Manajemen Stratejik

*Program Kerja PKBM *Anggaran Biaya PKBM *Prosedur Kerja PKBM

*Pimpinan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda

*Program Kerja TIEC *Anggaran Biaya TIEC *Prosedur Kerja TIEC

*Pimpinan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation (TIEC)


(44)

*Program Kerja SKB *Anggaran Biaya SKB *Prosedur Kerja SKB

*Pimpinan Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu

4 Pemberdayaan Staf Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat Melalui Evaluasi dan

Pengendalian

*Evaluasi dan pengendalian *Supervisi

*Pimpinan dan Staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Nurul Huda

*Pimpinan Lembaga Kursus Traveler Institute English Conversation

*Pimpinan Sanggar Kegiatan Belajar Global Ilmu

Adapun rincian proses pencarian data melalui wawancara tentang pendapat Masyarakat Pendidikan di Kabupaten Bandung terhadap perluasan fungsi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dan organisasi kemasyarakatan lainnya dalam bentuk organisasi Pusat Kegiatan Warganegara, dan pemberdayaan staf Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat melalui manajemen stratejik, dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Wawancara dilanjutkan diskusi tentang Masalah Kemasyarakatan di Kabupaten Bandung dengan guru-guru Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas serta yang sederajat dilakukan pada tanggal 30 Agustus, dan 6 September 2009 di Sekolah Dasar Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung.

b. Wawancara dilanjutkan diskusi tentang pemberdayaan Sanggar Kegiatan Belajar dan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat dengan guru-guru Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama ,dan Sekolah Menengah Atas serta yang sederajat dilakukan pada tanggal 13 September 2009 di Sekolah Dasar Kecamatan Paseh Kabupaten Bandung.


(1)

Hanafiah, (2007), Implementasi Manajemen Stratejik Dengan Pengembangan Model Learning Organization pada Sekolah Menengah Atas, Disertasi, Sekolah Pasca Sarjana Universitas

Pendidikan Indonesia, Tidak Diterbitkan.

Heathfield, S.M., (2006), Employee Empowerment, Human Resources : About, Inc. Accessed November 1, 2006 from http://humanresources.about.com/od/glossary/a/empowerment_ def.htm

Hessman, Travis, (2012), Six Steps to Empowering Workers to Create

Change with in Your Organization, (Online), Tersedia :

(industry week.com/leadership/6-steps) (May, 9, 2012)

Hiryanto, (2009), Strategi Pengelolaan dan Pengembangan Pusat

Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Makalah disampaikan

dalam Pelatihan Tenaga Pendidik PKBM Sejahtera Sleman, DIY, tanggal 3 Januari 2009.

Honold, L. (1997), A Review of the Literature on Employee Empowerment. Empowerment in Organizations, Retrieved November 17, 2006, From Emerald Journal.

Hough, J.R., (2001), Educational Policy, An International Survey, Croom

Helm, London & Sidney, St. Martin’s Press, New York.

Hunger, J. David & Wheelen, Thomas L., (2000), Strategic Management, Seventh Edition, Addison Wesley Longman, Prentice Hall, New Jersey.

________,(2001), Manajemen Strategis, Yoyakarta, Andi

Idochi, Anwar, Moch. (2004), Administrasi Pendidikan dan Manajemen

Biaya Pendidikan, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Iis Prasetyo, (2010), Pengembangan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat

(Development of Community Learning Center), (Online),

Tersedia :

http://blog.uny.ac.id/iisprasetyo/2010/06/07/pengembangan -pusat-kegiatan-belajar-masyr...

Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945.

_________, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi.


(2)

_________, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

_________, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

_________, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2004 tentang Penetapan Universitas Pendidikan Indonesia

sebagai Badan Hukum Milik Negara.

__________, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Kemasyarakatan.

Ismaun, (1999), Manajemen Stratejik Dalam Pengembangan Mutu

Terpadu Program Pendidikan di Perguruan Tinggi, Disertasi

Fakultas Pasca Sarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Tidak Diterbitkan.

_______ (2006), Gerakan Kesadaran Nasional Meneguhkan Jati diri dan

Persatuan Bangsa Indonesia Untuk Mewujudkan Cita-cita dan Tujuan Nasional Bedasarkan Sistem Nilai, Moral, Norma Pancasila – UUD 1945, UPI-Bandung.

Jeffery, Jill, (2012), Institutions of Higher Learning and Learning

Organization, Annotated Bibliography, The Teagle Foundation,

(Online), Tersedia :

http://www.teaglefoundation.org/Resources/Additional-Resources/Institutions-of-Higher-...(Diakses tgl 09/02/2013) Lembaga Administrasi Negara, (2008), Operasionalisasi Pelayanan Prima,

LAN RI, Jakarta.

_________, (2008), Kepemimpinan Di Alam Terbuka, Lembaga Administrasi Negara, Jakarta.

Maddux, Robert B., (2001), Team Building, Terampil Membangun Tim Handal, Edisi Kedua, Dialihbahasakan oleh Kristyabudhi P. Hananto, PT. Erlangga, Surabaya.

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (2005), Panduan

Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Sekretariat Jenderal MPR RI.


(3)

Entrepreneurship”, International Journal of Education, 5 (1),

78- 1342

Marquardt, Michael J., (1996), Building the Learning Organization, A

System Approach to Quantum Improvement and Global Success, Mc Graw Hill Book Company, New York.

Martani, Huseini, (2012), Pengembangan Organisasi Pembelajar di

Pendidikan Tinggi Aparatur Dalam Rangka Menghasilkan Lulusan Yang Berdaya Saing dan Berkualitas, Makalah

Disampaikan Dalam Seminar Administrasi Negara, Jakarta. McMillan James H., Schumacher, Sally, (2001), Research in Education, A

Conceptual Introduction, Addison Wesley Longman, Inc.,

Library of Congress Cataloging in Publication Data.

Moleong, Lexy J, (2000), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, PT Remaja Rosda Karya.

Murdick, Robert G., Ross, Joel E., (1983), Information Systems For

Modern Management, Second Edition, Prentice hall of India,

New Delhi.

Nawawi, Hadari, (2000), Manajemen Strategik, Jogyakarta : Gajah Mada University Press.

Nu’man Somantri, Muhammad, (2001), Menggagas Pembaharuan

Pendidikan IPS, PT Remaja Rosdakarya, Bandung.

Oteng, Sutisna, (1989), Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis Untuk Praktek Profesional, Penerbit Angkasa, Bandung.

Otje Salman Soemadiningrat, H.R., (2005), Peningkatan Kesadaran

Hukum Bagi Sivitas Akademika dan tenaga Administrasi sebagai warga Negara yang baik di lingkungan UPI, Makalah

disampaikan dalam Seminar Peningkatan Kesadaran Hukum, Bandung, Universitas pendidikan Indonesia.

Plastrik, Peter & Osborne, David, (2000), Memangkas Birokrasi Lima

Strategi Menuju Pemerintahan Wirausaha, Jakarta, PPM,

Anggota Ikapi.

Prabir Kumar De, (Editor), (2012), Public Policy and Systems, Published by Dorling Kindersley (India), PVt. Ltd. Licensees of Pearson Education in South Asia.


(4)

Rangkuti, F. (2000), Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta, Gramedia, Pustaka Utama.

Ranidar Muchlis, (2003), Pendidikan Hukum Dalam Konteks Sosial

Budaya Bagi Pembinaan Kesadaran Hukum Warga Negara,

Pidato Pengukuhan jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Pendidikan Hukum dan Kewarganegaraan, Universitas pendidikan Indonesia.

Romli Atmasasmita, (2005), Strategi Pembangunan Hukum Nasional, Makalah disampaikan dalam Seminar Peningkatan Kesadaran Hukum bagi Sivitas Akademika dan Tenaga Administrasi sebagai warga Negara yang baik, Bandung, Universitas Pendidikan Indonesia.

Ronggo Tunjung Anggoro (2010), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Antara

Ada dan Tiada di Era Otonomi Daerah (Online). Tersedia : www.imadiklus.com/2010/12/sanggar-keg (7 Februari 2013) Rowe, Alan J. (et al.), (1989), Strategic Management (A Methodological

Approach), Addison-Wesley Publishing Company, Inc. United

States of America.

Sagir, Soeharsono, (2012), Kapita Selekta Ekonomi Indonesia, Anggota Forum Bandung, Ekonom Senior, STIA LAN, Bandung.

Satori, Djam’an dan Komariah, Aan, (2010), Metodologi Penelitian

Kualitatif, Penerbit Alfabeta, Bandung.

Sedarmayanti, (2003), Good Governance Dalam Rangka Otonomi Daerah, Bandung, Mandar Maju.

Senge, Peter (1990), The Fifth Discipline : The Art and Practice of The

Learning Organization, New York, Doubleday.

Siagian, Sondang P, (2000), Manajemen Stratejik, Jakarta, Bumi Aksara _________, (1995), Teori Pengembangan Organisasi, Jakarta : Bumi

Aksara.

Simanjuntak, Payaman J. (2005), Manajemen dan Evaluasi Kinerja, Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Slamet Effendy Yusuf, (2006), Menggagas Universitas Pendidikan


(5)

disampaikan di Universitas Pendidikan Indonesia tanggal 13 Januari 2006.

.

Stewart, Aileen Mitchell, (1994), Empowering People, The Institut of Management, Pitman Publishing, Singapore.

Sudarsono Hardjosoekarto, (2003), Strategi Reformasi SDM Aparatur :

Learning dan Learning Organization, Orasi Ilmiah STIA-LAN

Bandung.

Sudjana, S., H., Djudju, (2004), Manajemen Program Pendidikan untuk

Pendidikan Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia,Penerbit Falah Production, Bandung.

Surya, Mohamad, (2006), Pendidikan Holistik Dalam Membangun Watak

Bangsa, Makalah yang disampaikan dalam Seminar Nasional

Pendidikan IPS, Bandung, Sekolah Pasca Sarjana, UPI.

The Innovation Center, (2007), Partnerships with Organization, (Online) Tersedia

:http://www.theinnovationcenter.org/a_how_organizations.shtm l (1 Pebruari 2013)

The World Bank Group (2011), Empowerment in Practice : Analysis and

Implementation, Poverty Reduction and Equity, (Online).

Tesedia

:http://web.worldbank.org/WBSITE/EXTERNAL/TOPICS/EX TPOVERTY/EXTEMPO (2 Pebruari 2013)

Timpe, Dale A., (2002), Kinerja, Seri Manajemen Sumber Daya Manusia, PT. Gramedia, Jakarta

Universitas Pendidikan Indonesia, (2006), Panduan Penjaminan Mutu

Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Pendidikan

Indonesia.

_________, (2007), Panduan Implementasi Penjaminan Mutu pada Unit

Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2007.

_________, (2005), Rencana Strategis (RENSTRA) Universitas Pendidikan

Indonesia 2006 – 2010, Universitas Pendidikan Indonesia.

_________, (2012), Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, Universitas Pendidikan Indonesia.


(6)

_________, (2004), Anggaran Dasar (PP. No. 6 Tahun 2004) – Anggaran Rumah Tangga (Ketetapan MWA Nomor 15/MWA UPI/2006),

Universitas Pendidikan Indonesia.

Utomo, Tri Widodo W., (2004), Decentralization and Capacity Building in

Indonesian Local Administration : A long Journey for Discovering A Model of Democratic Development Regime (Case Study of Bandung City Government), Unpublished Master

Thesis, Graduate School of International Development, Nagoya University.

_________, (2004), Beberapa Permasalahan dan Upaya Akselerasi

Program Pemberdayaan Masyarakat, Jurnal Ilmu Administrasi,

Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi – LAN Bandung.

Wahab, Abdul Azis, (2006), Peran Pendidikan Kesetaraan Dalam Rangka

Pengembangan Masyarakat Belajar (Learning Society) Guna Memantapkan Jatidiri, Pemberdayaan, Kesejahteraan dan Kemandirian Bangsa, Makalah untuk Seminar Nasional

Pendidikan, Kerjasama UPI dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, Bandung 15-16 September 2006.

_________, (1996), Politik Pendidikan dan Pendidikan Politik : Model

Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia Menuju Warganegara Global, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam

Ilmu Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Moral Pancasila, Kewarganegaraan dan Hukum FPIPS-IKIP Bandung.

Wandersman, Abraham and Snell-Johns, Jessica (2005), Empowerment

Evaluation, Clarity, Dialogue and Growth, American Journal of

Evaluation, Vol. 26 No. 3

Winardi,J, (2000), Pengantar Ilmu Ekonomi I, Edisi VII, Bandung : Tarsito Zam Zami, Ali. M, (2005), Organisasi PNF harus mampu bersinergi

dalam peningkatan kualitas lembaga kursus dan pelatihan,

(Online), Tersedia

:http://hisppi.com/index.phpoption=com_content&view=article