3.1 RENCANA SISTEM PERKOTAAN - 3-Revisi Rencana Struktur Ruang RTRW

3.1 RENCANA SISTEM PERKOTAAN

Sistem perkotaan terdiri atas PKN, PKW, dan PKL. PKN dan PKW ditentukan oleh pemerintah, sedangkan PKL ditetapkan dalam RTRW Provinsi berdasarkan usulan pemerintah kota, sedangkan untuk mendorong perkembangan kawasan perbatasan ditentukan PKSN. Sistem perkotaan dalam RTRW Kota Jayapura Tahun 2013-2033 lebih bersifat menegaskan penetapan sistem perkotaan berdasarkan hirarki kebijakan di atasnya.

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) menetapkan PKN untuk Provinsi Papua berada di Jayapura dan Timika. Rencana Tata Ruang Provinsi (RTRWP) Papua menegaskan kembali mengenai wilayah Jayapura yang masuk sebagai PKN, yaitu kawasan perkotaan Jayapura yang mencakup wilayah Kota Jayapura dan kawasan perkotaan Kabupaten Jayapura. Sebagai simpul utama transportasi nasional, Kota Jayapura memiliki Pelabuhan Laut Jayapura, dan Kabupaten Jayapura memiliki Bandara Udara Sentani.

3.2 RENCANA PUSAT-PUSAT PELAYANAN

3.2.1 RENCANA KEPENDUDUKAN

Dalam RTRW Kota Jayapura, rencana kependudukan dilakukan untuk menjamin pemanfaatan ruang yang optimal dan terjaganya fungsi kawasan lindung. Untuk mewujudkan penyebaran penduduk yang sesuai dengan daya dukung alam dan kecenderungan perkembangan Kota Jayapura, maka penyebaran penduduk diarahkan pada kawasan non lindung. Pada akhir tahun perencanaan diperkirakan jumlah penduduk di Kota Jayapura adalah 864.698 jiwa penduduk. Berdasarkan jumlah penduduk tersebut, maka Kota Jayapura dari kota sedang menuju ke kota besar. Mempertimbangkan kecenderungan pertumbuhan, pengembangan kegiatan, dan pola distribusi penduduk, maka rata-rata pertumbuhan penduduk Kota Jayapura 4,6%. Pertimbangan dalam menentukan distribusi penduduk di Kota Jayapura adalah:

a. pengembangan kependudukan diarahkan ke Distrik Muara Tami; dan

b. pengembangan kependudukan di Distrik Jayapura Utara, Distrik Jayapura Selatan, Distrik Abepura, Distrik Heram diarahkan sebagai wilayah pengendalian pembangunan.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka distribusi penduduk pada akhir tahun perencanaan adalah:

a. jumlah penduduk di Distrik Jayapura Utara pada tahun 219.043 jiwa penduduk atau 25,3% penduduk. Distrik ini merupakan pengembangan kawasan perumahan vertikal kepadatan tinggi dan perumahan horisontal kepadatan sedang, yang ditunjang oleh kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, kesehatan, peribadatan, ruang terbuka hijau;

b. jumlah penduduk di Distrik Jayapura Selatan pada tahun 225.428 jiwa penduduk atau 26,1% penduduk. Distrik ini merupakan pengembangan kawasan perumahan vertikal kepadatan tinggi dan perumahan horisontal kepadatan sedang, yang ditunjang oleh kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, kesehatan, ruang terbuka hijau;

c. jumlah penduduk di Distrik Abepura 246.383 jiwa penduduk atau 28,5% penduduk. Distrik ini merupakan pengembangan kawasan perumahan vertikal kepadatan tinggi dan perumahan horisontal kepadatan sedang, yang ditunjang oleh kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, kesehatan, ruang terbuka hijau; c. jumlah penduduk di Distrik Abepura 246.383 jiwa penduduk atau 28,5% penduduk. Distrik ini merupakan pengembangan kawasan perumahan vertikal kepadatan tinggi dan perumahan horisontal kepadatan sedang, yang ditunjang oleh kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, kesehatan, ruang terbuka hijau;

e. jumlah penduduk di Distrik Muara Tami 37.508 jiwa penduduk atau 4,3% penduduk. Distrik ini merupakan pengembangan kawasan perumahan vertikal kepadatan sedang dan perumahan horisontal kepadatan sedang, yang ditunjang oleh kawasan perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, kesehatan, peribadatan, ruang terbuka hijau.

TABEL III.1 RENCANA DISTRIBUSI KEPENDUDUKAN KOTA JAYAPURA, 2013-2033 DISTRIK

STATUS PEMERINTAHAN PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK TAHUN (JIWA) KAMPUNG

Jayapura Utara

4. Tanjung Ria

DISTRIK JAYAPURA UTARA

Jayapura Selatan

42.389 53.078 6. Tahima Soroma

DISTRIK JAYAPURA SELATAN

Abepura 1. Asano

4. Kota Baru

6. Wai Mhorock

8. Abe Pantai

3.607 4.516 11. Koya Koso

DISTRIK ABEPURA

DISTRIK HERAM

STATUS PEMERINTAHAN PROYEKSI JUMLAH PENDUDUK TAHUN (JIWA) DISTRIK KAMPUNG

Muara Tami

1. Koya Barat

2. Koya Timur

2.625 3.287 4. Koya Tengah

976 1.223 5. Skouw Sae

1.135 1.421 7. Skouw Yambe

1.517 1.899 8. Skouw Mabo

23.923 29.955 37.508 TOTAL PENDUDUK KOTA JAYAPURA

DISTRIK MUARA TAMI

Sumber: Hasil Rencana Tim RTRW Kota Jayapura, 2012

TABEL III.2 RENCANA KEPADATAN PENDUDUK KOTA JAYAPURA, 2013-2033 STATUS PEMERINTAHAN

KEPADATAN JUMLAH PENDUDUK (JIWA/KM2) DISTRIK

Jayapura Utara

4. Tanjung Ria

DISTRIK JAYAPURA UTARA

5.257 6.582 8.242 9. Tahima Soroma

DISTRIK JAYAPURA SELATAN

4. Kota Baru

6. Wai Mhorock

8. Abe Pantai

447 560 701 11. Koya Koso

DISTRIK ABEPURA

DISTRIK HERAM

KEPADATAN JUMLAH PENDUDUK (JIWA/KM2) DISTRIK

STATUS PEMERINTAHAN

Muara Tami

1. Koya Barat

2. Koya Timur

326 408 510 4. Koya Tengah

77 97 121 152 190 5. Skouw Sae

141 176 221 7. Skouw Yambe

188 236 295 8. Skouw Mabo

3.715 4.651 5.824 TOTAL KEPADATAN KOTA JAYAPURA

DISTRIK MUARA TAMI

Sumber: Hasil Rencana Tim RTRW Kota Jayapura, 2012

3.2.2 RENCANA PUSAT PELAYANAN

Rencana sistem pusat pelayanan yang dimaksud terdiri atas pusat pelayanan kota, subpusat pelayanan kota, dan pusat lingkungan.

3.2.2.1 Rencana Pusat Pelayanan Kota

Pusat pelayanan kota adalah pusat pelayanan yang melayani seluruh wilayah kota dan/atau regional. Pusat pelayanan kota dikembangkan berdasarkan pada aspek strategis lokasi, konektivitasnya terhadap jaringan jalan, potensi eksisting, serta mendukung peran/fungsi Kota Jayapura berdasarkan kebijakan tata ruang pada skala yang lebih tinggi, yaitu RTRW Provinsi Papua dan RTRWN.

Pusat pelayanan kota yang dimaksud adalah Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan. Fungsi pusat pelayanan kota adalah:

a. pusat perdagangan dan jasa yang melayani Kota Jayapura, Kabupaten Keerom, Kabupaten Jayapura, bahkan negara Papua Neuw Guinea;

b. pusat pelayanan transportasi darat yang melayani Kota Jayapura, kabupaten lainnya di Provinsi Papua dan keluar dari Provinsi Papua, serta negara Papua Neuw Guinea; dan

c. pusat perkantoran dan pemerintahan kota yang melayani Kota Jayapura dan kabupaten-kabupaten di Provinsi Papua.

Pengembangan fasilitas meliputi:

a. fasilitas sosial pendukung kegiatan perdagangan dan jasa;

b. fasilitas sosial pendukung kegiatan transportasi;

c. fasilitas sosial pendukung kegiatan perkantoran dan pemerintahan; dan

d. fasilitas ruang terbuka hijau.

3.2.2.2 Rencana Subpusat Pelayanan Kota

Subpusat pelayanan kota merupakan fungsi kota yang melayani subwilayah kota. Pengembangan subpusat kota berfungsi sebagai penyangga pusat pelayanan kota, meratakan pelayanan pada skala subwilayah kota, serta mendukung keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antar pusat permukiman. Dalam penentuannya memperhatikan aspek strategis fungsi pusat pelayanan bagi skala kota maupun regional, aksesibilitas pada jaringan prasarana, potensi eksisting, serta keterkaitan dengan Pusat Pelayanan Kota.

Subpusat pelayanan kota yang dimaksud dikembangkan di sebagian Distrik Jayapura Utara, sebagian Distrik Jayapura Selatan, sebagian Distrik Abepura, sebagian Distrik Heram, serta sebagian Distrik Muara Tami.

a. Subpusat Jayapura Utara Subpusat Jayapura Utara berkedudukan di sebagian Kelurahan Gurabesi dan

sebagian Kelurahan Bhayangkara Distrik Jayapura Utara. Aktivitas yang sudah berkembang dan potensi pengembangan perekonomian (perdagangan dan jasa), pendidikan, serta kesehatan menjadi pertimbangan dalam menentukan Subpusat Jayapura Utara. Fungsi yang diarahkan adalah pusat perdagangan dan jasa, pertahanan dan keamanan, pendidikan, dan kesehatan.

b. Subpusat Jayapura Selatan Subpusat Jayapura Selatan berkedudukan di sebagian Kelurahan Numbai Distrik

Jayapura Selatan. Pertimbangan dalam menentukan subpusat ini adalah aktivitas yang telah berkembang di kawasan ini dan berskala nasional maupun kota. Fungsi yang diarahkan adalah pusat transportasi laut, serta transportasi darat skala kota.

c. Subpusat Abepura Subpusat Abepura berkedudukan di sebagian Kelurahan Kotabaru dan sebagian

Kelurahan Wai Mhorock, karena perkembangan kegiatan perdagangan dan jasa, perkantoran, pendidikan, dan perumahan berada di subpusat ini. Fungsi yang diarahkan pada subpusat ini adalah pusat pemerintahan distrik, perdagangan dan jasa skala kota, transportasi, dan pendidikan.

d. Subpusat Heram Subpusat Heram berkedudukan di sebagian Kelurahan Waena dan sebagian

Kelurahan Yabansai Distrik Heram. Perkembangan kegiatan pendidikan, terutama Perguruan Tinggi dan dilintasi ruas jalan arteri dan kolektor untuk menuju ke

Kabupaten Jayapura menjadikan pertimbangan dalam menentukan Subpusat Heram. Fungsi yang diarahkan pada subpusat ini adalah perdagangan dan jasa, pendidikan, serta pertahanan dan keamanan.

e. Subpusat Muara Tami Subpusat Muara Tami berkedudukan di sebagian Kampung Skouw Mabo Distrik

Muara Tami. Perkembangan Kota Jayapura diarahkan pada Distrik Muara Tami dan terhubungkan dengan jalan arteri primer (jaringan jalan nasional). Fungsi yang diarahkan adalah perdagangan dan jasa, perkantoran, dan pariwisata.

3.2.2.3 Rencana Pusat Lingkungan

Rencana pusat lingkungan merupakan fungsi kota yang skala lingkungan wilayah kota. Dalam penentuannya memperhatikan aspek strategis fungsi pusat pelayanan bagi skala lingkungan, aksesibilitas pada jaringan prasarana, potensi eksisting, serta keterkaitan dengan SubPusat Pelayanan Kota. Pusat lingkungan diarahkan pada fungsi-fungsi pelayanan skala lingkungan wilayah kota, yaitu:

1. Kelurahan Tanjung Ria;

2. Kelurahan Mandala;

3. Kelurahan Trikora;

4. Kelurahan Hamadi;

5. Kelurahan Vim;

6. Kelurahan Wahno;

7. Kelurahan Yobe;

8. Kelurahan Asano;

9. Kelurahan Awiyo;

10. Kelurahan Abepantai;

11. Kampung Waena;

12. Kelurahan Koya Timur; dan

13. Kelurahan Koya Barat. Pusat lingkungan ini dilengkapi dengan sarana lingkungan perkotaan skala

lingkungan untuk melayani kawasan permukiman, meliputi:

a. sarana pendidikan skala lingkungan, yaitu pendidikan anak usia dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD); a. sarana pendidikan skala lingkungan, yaitu pendidikan anak usia dini (PAUD), Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD);

c. sarana kesehatan skala lingkungan, seperti posyandu;

d. sarana peribadatan skala lingkungan;

e. sarana ruang terbuka hijau skala lingkungan, seperti taman lingkungan dan lapangan olahraga lingkungan; dan

f. sarana pelayanan umum skala lingkungan.

TABEL III.3 RENCANA SISTEM PUSAT PELAYANAN NO SKALA PELAYANAN

FUNGSI PELAYANAN

LOKASI

FASILITAS UTAMA

1 Pusat Pelayanan Kota

Perdagangan dan jasa

 Kel. Entrop

 Pertokoan

Transportasi darat

 Kel. Entrop

 Terminal Angkutan Darat

Perkantoran dan

 Kel. Entrop

 Kantor Walikota

pemerintahan

 Kantor SKPD  Kantor Instansi

2 Subpusat pelayanan

 Pertokoan kota

Perdagangan dan jasa

 Subpusat Jayapura Utara

 Subpusat Abepura

 Jasa

 Subpusat Heram  Subpusat Muara Tami

Pemerintahan distrik

 Subpusat Abepura

 Kantor distrik

Pertahanan dan

 Subpusat Jayapura Utara

 Perkantoran pertahanan dan

keamanan

 Subpusat Jayapura Selatan

keamanan

Pelayanan umum dan

 Subpusat Jayapura Utara

 Perguruan Tinggi

sosial

 Subpusat Abepura

 SMA

 Subpusat Heram

 SLTP

 Subpusat Muara Tami

 Pertokoan  Puskesmas  Masjid  Gereja  Taman Distrik  Kantor Polsek

Transportasi laut

 Subpusat Jayapura Selatan

 Pelabuhan Penumpang  Pelabuhan Barang  Terminal Angkutan Darat

Transportasi darat

 Subpusat Jayapura Selatan

 Terminal angkutan darat

 Subpusat Abepura  Subpusat Muara Tami

3 Pusat Lingkungan

Pelayanan lokal

 Kelurahan Tanjung Ria

 PAUD

 Kelurahan Mandala

 TK

 Kelurahan Trikora

 SD

 Kelurahan Hamadi

 Pasar lingkungan

 Kelurahan Vim

 Warung/kios

 Kelurahan Wahno

 Posyandu

 Kelurahan Yobe

 Taman lingkungan

 Kelurahan Asano

 Lapangan olahraga

 Kelurahan Awiyo

lingkungan

 Kelurahan Abepantai

 Masjid lingkungan

 Kelurahan Koya Timur  Kelurahan Koya Barat

Sumber: Hasil Rencana Tim RTRW Kota Jayapura, 2012

Gambar 3.1 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Jayapura

Gambar 3.2 Peta Rencana Pusat Pelayanan

3.3 RENCANA SISTEM PRASARANA UTAMA

Rencana sistem prasarana utama adalah arahan pengembangan sarana dan prasarana sistem jaringan transportasi, yaitu transportasi darat dan transportasi laut.

3.2.1 RENCANA TRANSPORTASI DARAT

Rencana transportasi darat terdiri atas sistem jaringan jalan, jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, jaringan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan, jaringan jalur kereta api, serta jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan.

3.2.1.1 RENCANA SISTEM JARINGAN JALAN

Rencana sistem jaringan jalan di Kota Jayapura adalah sistem jaringan jalan jalan primer dan sekunder. Pengembangan pola jaringan jalan di Kota Jayapura dilakukan dengan mempertimbangkan:

a. mengamankan fungsi jaringan jalan arteri;

b. meningkatkan kondisi jaringan jalan pada wilayah yang potensial dalam kegiatan perekonomian;

c. pengembangan jalan-jalan keseluruh arah pemekaran untuk merangsang perkembangan kota;

d. menghindari adanya pemusatan-pemusatan lalu lintas pada kawasan tertentu, khususnya di pusat kota;

e. penegasan fungsi/hirarki jalan; dan

f. pendistribusian arus lalu lintas. Berdasarkan Undang-Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan Peraturan

Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, disebutkan bahwa jalan diklasifikasikan menjadi jalan umum dan jalan khusus.

 Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan propinsi, jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa. Penetapan status jalan umum ini didasarkan pada Keputusan Menteri Pekerjaan Umum.

 Jalan khusus adalah jalan yang dibangun dan dipelihara oleh orang atau instansi untuk melayani kepentingan sendiri.

Rencana pengembangan jaringan jalan di Kota Jayapura adalah:

1. Rencana sistem jaringan jalan primer berupa jaringan jalan arteri primer dan kolektor primer yang meliputi:

a. peningkatan jaringan jalan arteri primer Jalan Raya Abepura-Batas (BTS) Kota Jayapura;

b. peningkatan jaringan jalan arteri primer Jalan Tasangkapura;

c. peningkatan jaringan jalan arteri primer Jalan Argapura;

d. peningkatan jaringan jalan arteri primer Jalan Koti;

e. peningkatan jaringan jalan arteri primer Jalan Abepura-Arso;

f. peningkatan jaringan jalan arteri Jalan Holtekamp-Koya-Skouw/BTS Papua Neuw Guinea;

g. peningkatan jaringan jalan arteri primer Jalan Amphibi-Jalan Kelapa Dua Entrop- Jalan Yos Sudarso;

h. peningkatan jaringan jalan kolektor primer Jalan Samratulangi-Sulawesi-Tanjung Ria-Angkasa-Trikora;

i. peningkatan jaringan jalan kolektor primer Jalan Soa-Siu-Jalan Sumatera; j. peningkatan jaringan jalan kolektor primer Jalan Balaikota; k. peningkatan jaringan jalan kolektor primer Jalan Kodam Lama-Kawasan Kantor

Walikota-Jaya Asri-Skyline-Kampung Buton-Rumah Sakit Bhayangkara-Buper Waena-Kampung Harapan Sentani;

l. peningkatan jaringan jalan kolektor primer Jalan Brimob-Kotaraja Dalam; m. peningkatan jaringan jalan kolektor primer Jalan SPG-Kampwalker-Uncen Baru;

dan n. peningkatan jaringan Jalan Irian-Jalan Ahmad Yani-Jalan Percetakan.

2. Rencana sistem jaringan jalan sekunder terdiri atas jaringan jalan arteri sekunder dan kolektor sekunder yang meliputi:

a. peningkatan jaringan jalan arteri sekunder Jalan Waena-Jalan Yoka;

b. pengembangan dan peningkatan jaringan jalan kolektor sekunder Jalan Ring Road Jayapura-Sentani;

c. pengembangan dan peningkatan jaringan jalan kolektor sekunder Jalan Jembatan Holtekamp

d. pengembangan dan peningkatan jaringan jalan kolektor sekunder Jalan Jembatan Hamadi-Holtekamp yang direncanakan mulai dibangun Agustus 2013; d. pengembangan dan peningkatan jaringan jalan kolektor sekunder Jalan Jembatan Hamadi-Holtekamp yang direncanakan mulai dibangun Agustus 2013;

f. peningkatan jaringan jalan kolektor sekunder Jalan Melati-Jalan Gerilyawan;

g. peningkatan jaringan jalan kolektor sekunder Jalan BLK-Pantai Base G; dan

h. peningkatan jaringan jalan kolektor sekunder Jalan Sulawesi-Jalan Angkasa- Jalan Sampan.

TABEL III.4 RENCANA FUNGSI JALAN DI KOTA JAYAPURA NO

RENCANA FUNGSI JALAN

NAMA JALAN

1 Arteri Primer a. Jalan Raya Abepura-Batas (BTS) Kota Jayapura b. Jalan Tasangkapura c. Jalan Argapura d. Jalan Koti e. Jalan Abepura-Arso

f. Jalan Holtekamp-Koya-Skouw/Batas (BTS) PNG g. Jalan Amphibi-Jalan Kelapa Dua Entrop-Jalan Yos Sudarso 2 Arteri Sekunder

 Jalan Waena-Jalan Yoka

3 Kolektor Primer a. Jalan Samratulangi-Sulawesi-Tanjung Ria-Angkasa-Trikora b. Jalan Soa-Siu-Jalan Sumatera c. Jalan Balaikota d. Jalan Kodam Lama-Kawasan Kantor Walikota-Jaya Asri-Skyline-

Kampung Buton-Rumah Sakit Bhayangkara-Buper Waena- Kampung Harapan Sentani

e. Jalan Brimob-Kotaraja Dalam f. Jalan SPG-Kampwalker-Uncen Baru

4 Kolektor Sekunder

a. Ring road Jayapura-Sentani b. Jalan Jembatan Hamadi-Holtekamp c. Pertigaan Argapura-Jl. KS. Tubun-Jl. Perikanan d. Jl. Melati-Jl. Gerilyawan

e. Jalan BLK-Pantai Base-G

f. Jalan Sulawesi-Jalan Angkasa-Jalan Sampan 5 Lokal

 Seluruh jalan yang menghubungkan pusat lingkungan dengan

kawasan peruntukan perumahan.

Sumber: Hasil Rencana Tim RTRW Kota Jayapura, 2012

Gambar 3.3 Peta Rencana Jaringan Jalan

3.2.1.2 RENCANA JARINGAN PRASARANA LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

Rencana jaringan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan terdiri atas:

1. Pengembangan dan Peningkatan Terminal Penumpang

Terminal penumpang adalah prasarana transportasi jalan untuk keperluan menaikkan dan menurunkan penumpang, perpindahan intra dan/atau moda transportasi, serta pengaturan kedatangan dan pemberangkatan kendaraan umum.

Pengembangan sistem terminal ditentukan oleh fungsi Kota Jayapura sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan permasalahan internal lalu lintas kota. Atas dasar hal tersebut, maka pengembangan sistem terminal penumpang di Kota Jayapura adalah:

a. pengembangan Terminal Tipe A Kelapa Dua Entrop di Distrik Jayapura Selatan yang untuk melayani pergerakan dalam kota dan antar negara;

b. pengembangan terminal batas kota Waena di Distrik Heram. Terminal ini direncanakan tipe B dan merupakan terminal sistem moda terpadu atau penggunaan multimoda yang melayani pergerakan dalam dan keluar kota melalui darat dan air (Danau Sentani). Terminal ini menjadi persinggahan angkutan antar kabupaten, yaitu Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Sarmi. Terminal multimoda ini menjadi alternatif akses untuk menuju transportasi udara di Sentani Kabupaten Jayapura;

c. pengembangan terminal antarkota di Kelurahan Koya Barat (Distrik Muara Tami). Terminal ini direncanakan dengan tipe C, yang menghubungkan Kota Jayapura dengan Kabupaten Keerom;

d. peningkatan Terminal Pasar Youtefa di Distrik Abepura yang merupakan terminal tipe C; dan

e. peningkatan Terminal Mesran di Kelurahan Numbay Distrik Jayapura Selatan sebagai terminal dalam kota dengan tipe C.

2. Rencana Penataan Terminal Angkutan Barang

Terminal barang berfungsi untuk melayani pergerakan barang. Lokasi terminal diarahkan pada kawasan pelabuhan untuk mendukung pergerakan barang, baik darat maupun laut, yaitu di Pelabuhan Jayapura di Kelurahan Numbai Distrik Jayapura Selatan.

3.2.1.3 RENCANA JARINGAN PELAYANAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

Rencana sistem pelayanan angkutan jalan terdiri atas:

1. Jaringan trayek angkutan penumpang

Moda angkutan umum di Kota Jayapura sangat penting dalam menunjang pergerakan masyarakat. Jaringan angkutan pelayanan umum yang ada di Kota Jayapura berupa angkutan kota, yaitu angkutan dengan mempergunakan mobil bus umum dan/atau mobil penumpang umum yang terikat dalam trayek tetap dan teratur. Trayek angkutan kota ini melintas pada ruas jalan utama, sedangkan ruas jalan yang tidak dilintasi oleh angkutan kota dilayani oleh angkutan orang yang dikenal dengan istilah ojeg. Jaringan angkutan pelayanan umum Kota Jayapura harus memberikan standar pelayanan minimal, yaitu keamanan, keselamatan, kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan, dan keteraturan. Untuk itu, rencana peningkatan jaringan trayek angkutan umum adalah:

a. peningkatan jaringan trayek angkutan penumpang dalam kota, yaitu Terminal Mesran-Terminal Entrop-Terminal Youtefa-Terminal Batas Kota Waena- Terminal Koya Barat, terutama melalui penataan trayek angkutan umum dalam kota;

b. peningkatan jaringan trayek angkutan penumpang antar kota-kabupaten, yaitu Terminal Entrop-Terminal Batas Kota di Waena-Terminal Koya Barat. Peningkatan trayek angkutan penumpang ini direncanakan dapat langsung dari Kota Jayapura menuju ke beberapa kabupaten di Provinsi Papua, yaitu Kabupaten Jayapura, Kabupaten Sarmi, Kabupaten Keerom, Kabupaten Pegunungan Bintang; dan

c. jaringan angkutan lintas batas negara yang nantinya akan melintas menuju ke Terminal A di Entrop.

TABEL III.5

TRAYEK ANGKUTAN DALAM KOTA

NO KODE TRAYEK

JARINGAN TRAYEK

JARAK (KM)

WARNA

KAPASITAS KETERANGAN

1 IA Term. Entrop-

12-24 Trayek utama Batas Kota

Terminal Entrop-Pemda I-Kotaraja-

Bebas

ekonomi Waena 2 IB Term. Entrop-

Abe-Waena batas Kota PP

Warna

12-24 Trayek utama Terminal

Term. Entrop-Jl. Gerilyawan-Terminal

Bebas

ekonomi Youtefa 3 II Terminal

Youtefa PP

Warna

12-24 Trayek cabang Entrop-STMP

Terminal Entrop-Abe-Abepantai-

Bebas

ekonomi Koya Barat 4 III

STMP Koya Barat PP

Warna

Terminal

12-24 Trayek cabang Entrop - Skouw

Terminal Entrop-Enggros-Holtekamp-

35 Bebas

Koya Barat (STMP) Skouw PP.

Warna

ekonomi

NO KODE TRAYEK

JARINGAN TRAYEK

JARAK (KM)

WARNA

KAPASITAS KETERANGAN

5 IV Terminal

12-24 Trayek cabang Entrop-

Terminal Entrop-Jl. Irian-Kodim-Dok

Bebas

ekonomi Angkasa

V Lumba-lumba-Angkasa-Pasir VI-

Warna

SPN-Kantor Gubernur-Jayapura- Entrop PP

6 V Termnal

12-24 Trayek cabang Entrop-

Terminal Entrop-Hamadi-Argapura-

Bebas

ekonomi Angkasa

Jayapura-Kantor Gubernur-Mandala-

Warna

Rehobot-Dok IX-Pasir VI-Angkasa- Dok V-Kodim-Jayapura-Entrop PP

12-24 Trayek cabang Youtefa-Puai

7 VI Terminal

Terminal Youtefa-Yoka-Puai PP.

Bebas

ekonomi 8 VII

Warna

Terminal

24 Trayek Langsung: Mesran-

Terminal Mesran-Polimak-Abe-

Bebas

Bus Kota/Patas Polimak-

Waena PP

Warna

AC/Non Ekonomi. Waena 9 VIII

Terminal

24 Trayek Langsung: Mesran-

Terminal Mesran-Argapura-Abe-

Bebas

Bus Kota/Patas Argapura-

Waena PP

Warna

AC/Non Ekonomi Waena 10 IX Terminal

24 Trayek Langsung: Entrop-

Terminal Entrop-Holtekamp-Skouw-

Bebas

Bus Kota/Patas Perbatasan RI

Perbatasan RI PNG PP

Warna

AC/Non Ekonomi PNG 11 A1 Terminal

8 Trayek ranting. Entrop-Setio

Terminal Entrop-Cigombong-Pemda

Kuning

Kendaraan mobil OG

Kotaraja-Setio OG-Vuria-Kotaraja PP

Danagloss

penumpang umum 12 A2 Terminal

245-1089

8 Trayek ranting. Entrop-

Terminal Entrop-Pemda I Entrop-

12 Kuning

Kendaraan mobil Terminal

Kotaraja-BTN-Jalan Baru-Pasar Abe

Danagloss

penumpang umum Youtefa PP 13 B1 Ter minal

PP

45-1089

8 Trayek ranting. Entrop-

Terminal Entrop-Bucen II-Polimak-Jl.

7 Hijau

Kendaraan mobil Jayapura

A. Yani-Jl. Nindiyakarya-Jl.

Danagloss

Pembangunan-Jl. Percetakan-

45-1089

penumpang umum

Porasko-Jl. Samratulangi-Polimak- Tasangka-Bucend II-Terminal Entrop

14 B2 Terminal

8 Trayek ranting. Entrop-

Terminal Entrop-Hamadi-Argapura-

8 Hijau

Kendaraan mobil Jayapura

Weref-Jl. Koti-Jl. Nindyakarya-Jl.

Danagloss

Pembangunan-Jl. Percetakan-Jl.

45-1089

penumpang umum

Samratulangi-Jl. Koti-Weref-Pasar Hamadi-Terminal Entrop

15 B3 Terminal

8 Trayek ranting. Entrop-

Terminal Entrop-Bucend II-

Hijau

Kendaraan mobil Jayapura

Tasangka-Santarosa-Argapura-Jl.

Danagloss

Koti-Jl. A. Yani-Jl. Nindyakarya-Jl.

45-1089

penumpang umum

Pembangunan-Jl. Setiapura-Jl. Percetakan-APO PP

16 B4 Terminal

8 Trayek ranting. Entrop-

Terminal Entrop-Pasar Hamadi-

Hijau

Kendaraan mobil Jayapura

Argapura-Santarosa-Polimak-Jl.

Danagloss

penumpang umum 17 C Terminal

Nindaykarya-Jl. Percetakan-APO PP

45-1089

8 Trayek ranting. Entrop-SMPN

Terminal Entrop-SMPN 2-Trakindo-

Kuning

Kendaraan mobil 2-Hamadi

Bucend II-Santarosa-Argapura-Pasar

Danagloss

Hamadi-Hamadi Gunung-Terminal

245-1089

penumpang umum

Entrop

18 D Jayapura

8 Trayek ranting. Permai-

Terminal Permai-Dok II Atas-Kodim-

10 Merah

Kendaraan mobil Angkasa

Lumba-lumba-Trikora-Sabang

penumpang umum 19 E Jayapura lokal

Merauke-Angkasa PP

Jayapura Permai-Jl. Samratulangi-Jl.

Putih

8 Trayek ranting.

Koti-Jl. A. Yani-Aryoko-Jl.

Danagloss

Kendaraan mobil

penumpang umum 20 F Hamadi-

Percetakan-APO-RSUD PP

245-2136

8 Trayek ranting. Polimak IV

IV-SMPN I-Pemancar-Santarosa-

Danagloss

Kendaraan mobil

penumpang umum 21 G Jayapura-Pasir

Argapura-Hamadi Pasar

245-1392

Jayapura Permai-Jl. Samratulangi-

Biru

8 Trayek ranting.

VI Putar Porasko-Dok II-Kantor

Danagloss

Kendaraan mobil

Gubernur-Dok V Bawah-Dok IX-

245-4401

penumpang umum

Tanjung Ria-SPN-Base G PP

22 H Jayapura-Dok

Jayapura Permai-Dok II-RSUD-

Biru

8 Trayek ranting.

VIII Atas-Dok

Lumba-lumba-Dok VIII Atas-

Danagloss

Kendaran mobil

IX Pemancar-SMAN 2-Jl. Serui-Dok IX

245-4401

penumpang umum

PP

NO KODE TRAYEK

JARINGAN TRAYEK

JARAK (KM)

WARNA

KAPASITAS KETERANGAN

23 I1 Terminal

8 Trayek ranting. Entrop-Macan

Terminal Entrop-Bucen II-Polimak-Jl.

Hitam

Kendaraan mobil Tutul

Irian-Dok V Atas-Kodim-Macan Tutul-

Danagloss

penumpang umum 24 I2 Terminal

Jl. Sabang Merauke PP

245-4311

8 Trayek ranting. Entrop-

Terminal Entrop-Argapura-Jl. Irian-

Hitam 245-

Kendaraan mobil Rehobot

Dok II Kantor Gubernur-Jl.

Nusatenggara-Lumba-lumba-Jl.

penumpang umum

Trikora-Jl. Mandala-Jl. Sabang Merauke-Jl. Trikora-Jl.Sukarelawati- Rehobot-Mandala-Kantor Gubernur- Jayapura-Entrop

25 J1 Terminal

8 Trayek ranting. Youtefa -

Terminal Youtefa-Padang Bulan-

Putih

Kendaraan mobil Waena Permai

Yoka-Waena-Perumnas I-Waena-

Danagloss

penumpang umum 26 J2

Expo-Waena Permai PP

245-2136

8 Trayek ranting. Youtefa -Uncen

Terminal

Terminal Youtefa-Perumnas II, III-

Putih

Kendaran mobil Baru

Kampus Uncen Baru-Organda-

Danagloss

penumpang umum 27 K

Padang Bulan PP

Terminal

8 Trayek ranting. Youtefa-Vuria-

Terminal Youtefa -Kotaraja-STIE OG-

Hijau

Kendaraan mobil BTN PP

Vuria-BTN-Jl. Baru- Terminal Youtefa

Danagloss

penumpang umum 28 L1

245-1089

8 Trayek ranting. Youtefa -Nafri

Terminal

Terminal Youtefa -Abe Pantai-Nafri

Kendaraan mobil penumpang umum

29 L2 Terminal

8 Trayek ranting. Youtefa -BTN

Terminal Youtefa -BTN Puskopad PP

Biru 245-

Kendaran mobil Puskopad

penumpang umum 30 M

STMP-Skouw

STMP-Koya Barat-Koya Timur-

Merah

8 Trayek ranting.

Skouw

Kendaraan mobil penumpang umum

31 Rencana

Trayek ranting. Trayek

Terminal Youtefa -Terminal Koya

Kendaraan mobil Terminal

penumpang umum Youtefa-Koya Barat 32 Rencana trayek

Trayek ranting. Koya Lokal

Koya Barat-Koya Tengah-Holtekamp

Kendaraan mobil penumpang umum

33 Rencana trayek

Trayek ranting. Koya-Mosso

Koya Barat-Koya Timur-Skouw-

Mosso

Kendaraan mobil penumpang umum

Sumber: Masterplan Transportasi Kota Jayapura, 2013 dan Hasil Analisa Tim Penyusun, 2013

2. Rencana Pengaturan Rute Angkutan Barang

Pengaturan trayek angkutan barang yang dimaksud adalah angkutan barang pada umumnya, yaitu barang yang tidak berbahaya dan tidak memerlukan sarana khusus. Rencana Pemerintah Provinsi Papua untuk mengembangkan Peti Kemas di Distrik Depapre Kabupaten Jayapura masih terkendala dengan masalah lahan. Pengembangan tersebut juga didukung dengan pergudangan peti kemas, sehingga rute angkutan barang yang mengangkut peti kemas tidak diarahkan melintas di jaringan dalam kota dan angkutan barang yang masuk ke dalam jaringan dalam kota adalah angkutan barang pada umumnya.

Rencana pengaturan rute angkutan barang di Kota Jayapura adalah jaringan lintas angkutan barang meliputi Pelabuhan Kota Jayapura menuju pergudangan di Kota Jayapura (Kelurahan Entrop). Angkutan barang melintas di seluruh ruas jalan di

Kota Jayapura, kecuali untuk angkutan peti kemas diatur lebih lanjut oleh Peraturan Walikota. Larangan melintas di jalan dalam kota pada pukul 06.00 WIT-08.00 WIT dan 12.00 WIT-15.00 WIT, sedangkan angkutan peti kemas dapat melintas pada pukul 08.00 WIT-12.00 WIT dan 15.00 WIT-06.00 WIT.

3.2.1.4 RENCANA JARINGAN KERETA API

Pengembangan jaringan jalan rel kereta api di Kota Jayapura mempertimbangkan kondisi topografi, pusat pertumbuhan, dan pusat produksi barang dalam skala besar. Pengembangan jaringan pelayanan transportasi kereta api yang melintas di Kota Jayapura adalah Lintas Jayapura-Sarmi-Nabire dengan lokasi stasiun berada di Kota Jayapura, Depapre, Sarmi, Trimuris, Botawa, dan Nabire.

3.2.1.5 RENCANA SISTEM JARINGAN ANGKUTAN SUNGAI, DANAU, DAN PENYEBERANGAN

Angkutan sungai dan danau adalah kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, banjir kanal, dan terusan untuk mengangkut penumpang dan/atau barang yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan danau. Angkutan penyeberangan adalah angkutan yang berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang dipisahkan oleh perairan untuk mengangkut penumpang dan kendaraan beserta muatannya.

Rencana sistem jaringan angkutan sungai, danau, dan penyeberangan di Kota Jayapura adalah:

a. pengembangan dermaga penyeberangan Danau Sentani di Terminal Batas Kota Waena Distrik Heram. Rencana pembangunan dermaga penyeberangan danau ini merupakan terminal multimoda yang juga melayani transportasi darat. Angkutan penyeberangan danau ini diharapkan menjadi jalur alternatif pergerakan, ketika ruas jalan utama mengalami kemacetan dan menjadi terminal bagi masyarakat di Kabupaten Jayapura yang tinggal di pulau-pulau di Danau Sentani untuk menuju ke Kota Jayapura. Pengembangan dermaga penyeberangan danau ini masih dalam tahap pembebasan lahan dan direncanakan akan dikelola oleh ASDP;

b. peningkatan Dermaga Youtefa di Kelurahan Wai Mhorock Distrik Abepura; b. peningkatan Dermaga Youtefa di Kelurahan Wai Mhorock Distrik Abepura;

d. peningkatan Dermaga Tobati di Kampung Tobati Distrik Jayapura Selatan;

e. peningkatan Dermaga Hamadi di Kelurahan Hamadi Distrik Jayapura Selatan untuk menuju ke Kampung Tobati;

f. peningkatan Dermaga Tahima Soroma/Kayopulo di Kampung Tahima Soroma Distrik Jayapura Utara;

g. peningkatan Dermaga Weref di Kelurahan Numbai Distrik Jayapura Selatan; dan

h. peningkatan Dermaga Teluk Seko di Kampung Skouw Sae Distrik Muara Tami.

3.2.2 RENCANA TRANSPORTASI LAUT

Sistem jaringan transportasi laut terdiri dari tatanan kepelabuhan dan alur pelayaran.

A. Tatanan Kepelabuhan

Wilayah Kota Jayapura tidak hanya terdiri atas daratan, tetapi juga perairan. Tatanan kepelabuhan merupakan sistem kepelabuhan nasional yang memuat hierarki, peran, fungsi, klasifikasi, jenis penyelenggaraan kegiatan, keterpaduan intra dan antarmoda, serta keterpaduan dengan sektor lainnya. Tatanan kepelabuhan harus menjaga fungsi pertahanan dan keamanan negara, dengan tidak menutup akses pelabuhan dan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan kapal TNI Angkatan Laut.

Pelabuhan menjadi salah satu pintu masuk ke Kota Jayapura. Pelabuhan Yos Sudarso atau yang lebih dikenal dengan Pelabuhan Jayapura merupakan pelabuhan utama di Provinsi Papua dengan hirarki Nasional. Hirarki pelabuhan yang ditetapkan berdasarkan peran dan fungsinya, maka Pelabuhan Jayapura merupakan Pelabuhan Utama. Pelabuhan utama adalah pelabuhan yang fungsi pokoknya melayani kegiatan angkutan laut dalam negeri dan internasional, alih muat angkutan laut dalam Pelabuhan Angkatan Laut di Porasko, Pelabuhan APO termasuk dalam wilayah kerja dari Pelabuhan Jayapura.

Pengelolaan pelabuhan ini berada di PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia IV dengan batas lingkungan kerja adalah:

 Batas Daerah Lingkungan Kerja Daratan Pelabuhan Jayapura yang berlokasi di Jalan Koti, luasnya lebih kurang 47.271 m 2 , dimulai dari As Dermaga Umum 1;

 Batas Daerah Lingkungan Kerja Daratan Pelabuhan Jayapura yang berlokasi di APO, Jalan Sam Ratulangi luasnya lebih kurang 6.700 m 2 ;

 Batas Daerah Lingkungan Kerja Perairan Pelabuhan Jayapura luasnya 688 Ha dimulai dari Tanjung Coberi; dan

 Batas Daerah Lingkungan Kepentingan Pelabuhan Jayapura, yaitu perairan di sekeliling Daerah Lingkungan Kerja Perairan Pelabuhan yang luasnya 505 Ha dimulai dari Tanjung Coberi.

Luas pelabuhan tersebut mencapai 7.355 m 2 dengan fasilitas pelabuhan

2 mencakup gudang penumpukan seluas 4.525 m 2 dan kapasitasnya 7.000 ton/m , terminal penumpang seluas 500 m 2 dengan kapasitas 500 orang, dermaga utama di

Kelurahan Numbai sepanjang 132 m dan Kelurahan Bhayangkara sepanjang 33 m, serta kolam pelabuhan dengan luas perairan 138,9 ha. Rencana pengelolaan transportasi laut di Kota Jayapura adalah:

1. peningkatan fungsi dan kinerja pelabuhan, yaitu:

a. Pelabuhan Jayapura tetap berfungsi sebagai pelabuhan utama, yaitu pelabuhan penumpang dan pelabuhan kontainer/peti kemas; dan

b. pelabuhan khusus migas di Pertamina Dok VII Kelurahan Imbi Distrik Jayapura Utara dan pelabuhan khusus pengangkut batubara di Kampung Holtekamp Distrik Muara Tami;

2. pengoptimalan dan peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan, yang meliputi:

a. peningkatan dermaga pelabuhan utama yang berfungsi untuk kapal penumpang (kapal putih);

b. pengoptimalan dermaga pelabuhan perintis di APO agar tetap aman dan nyaman sebagai pelabuhan yang menunjang pelabuhan utama di Pelabuhan Jayapura; dan

c. penataan pelabuhan peti kemas/kontainer di Pelabuhan Yos Sudarso, Kelurahan Numbai.

B. Alur Pelayaran

Alur pelayaran adalah bagian dari perairan, baik yang alami maupun buatan yang dari segi kedalaman, lebar, dan hambatan pelayaran lainnya dianggap aman untuk dilayari. Kegiatan angkutan laut dalam negeri disusun dan dilaksanakan secara terpadu, baik intra maupun antarmoda yang merupakan satu kesatuan sistem transportasi nasional. Kegiatan angkutan dalam negeri yang melayani trayek tetap dan teratur dilakukan dalam jaringan trayek dengan memperhatikan:

1. pengembangan pusat industri, perdagangan, dan pariwisata;

2. pengembangan wilayah;

3. rencana umum tata ruang;

4. keterpaduan intra-dan antarmoda transportasi; dan

5. perwujudan wawasan nusantara. Rencana pengembangan jaringan pelayanan transportasi laut dilakukan dengan

peningkatan kualitas dan sistem alur pelayaran penumpang dan barang, serta pengendalian terhadap aktivitas budi daya pada jalur pelayaran kapal. Sistem alur pelayaran angkutan laut niaga berjadwal dan angkutan laut perintis dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

TABEL III.6 RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN TRANSPORTASI LAUT

KONDISI SAAT INI RENCANA PENGEMBANGAN NO

NO

PELAYARAN KAPAL A Angkutan Laut Niaga

LAMA UKURAN

1 Jayapura-Nabire-Manokwari- 7 hari 15.136 Sorong-Makassar-Surabaya-

Sorong-Makassar-Surabaya- GRT Tanjung Priok (KM. Labobar)

GRT

Tanjung Priok (KM. Labobar) 2 Jayapura-Biak-Serui-

7 hari 14.716 Manokwari-Sorong-Ternate-

GRT Blitung-Banggai-Bau Bau-

GRT

Manokwari-Sorong-Ternate-

Bau- Makassar-Tg. Priok-Semarang

Belitung-Banggai-Bau

Priok- (KM. Sinabung)

Makassar-Tg.

Semarang (KM. Sinabung)

7 hari 14.685 Manokwari-Sorong-Ternate-

GRT Bitung-Pantoloan-Balikpapan-

GRT

Manokwari-Sorong-Ternate-

Bitung-Pantoloan-Balikpapan- Surabaya (KM. DOROLONDA )

Surabaya (KM.

DOROLONDA )

4 Jayapura-Biak-Serui-Nabire-

4 Jayapura-Biak-Serui-Nabire- 7 hari 14.739 Manokwari- Sorong-Fak-Fak-

7 hari

Manokwari- Sorong-Fak-Fak- GRT Ambon-Bau Bau -Makassar.

GRT

Ambon-Bau Bau -Makassar.

KM. NGGAPULU )

KM. NGGAPULU )

5 Jayapura-Manokwari-Sorong- 7 hari 14.435 Bau-bau-Makassar-Surabaya-

Bau-bau-Makassar-Surabaya- GRT Tanjung Priok (KM.

GRT

Tanjung Priok (KM.

Dobonsolo)

Dobonsolo)

7 hari 14.017 Makassar-Surabaya-Tg. Priok.

Ambon-Makassar-Surabaya- GRT

( KM. G. DEMPO )

Tg. Priok. ( KM. G. DEMPO )

7 Jayapura-Manokwari-Sorong-

7 Jayapura-Manokwari-Sorong- 7 hari 14.581 Bau-bau-Makassar-Surabaya-

7 hari

Bau-bau-Makassar-Surabaya- GRT Tanjung Priok (KM. Ciremai)

GRT

Tanjung Priok (KM. Ciremai)

B Angkutan Laut Perintis

KONDISI SAAT INI RENCANA PENGEMBANGAN NO

LAMA PELAYARAN

KAPAL

1 Jayapura-Sarmi-Kaipuri-Serui-

21 hari 750 DWT Waren-Nabire-P. Roon-Wasior-

Serui-Waren-Nabire-P. Roon- Manokwari-Sorong-Bintuni-

Wasior-Manokwari-Sorong-

Babo PP.

Bintuni-Babo PP.

2 Jayapura-Sarmi-Serui-Waren-

2 Jayapura-Sarmi-Serui-Waren- 29 hari 200 DWT Nabire-Wasior-Manokwari-

Sorong-Bintuni-babo-Fak-fak- Sorong-Bintuni-babo-Fak-fak- Kaimana-Pomako-Agats-

Kaimana-Pomako-Agats-

Merauke PP

Merauke PP

3 Jayapura-P. Anus-P. Yamna-P.

3 Jayapura-P. Anus-P. Yamna- 10 hari 350 DWT Wakde-Sarmi-P. Liki-Teba-D.

10 hari

350 DWT

P. Wakde-Sarmi-P. Liki-Teba- Rombebai-Trimuris PP

D. Rombebai-Trimuris PP

4 Jayapura-Sarmi-Pulway-

13 hari 350 DWT Koweda-Waren-P. Nau-Serui-

Koweda-Waren-P. Nau-Serui- Wapoga-P. Moor-P. Mambor-

Wapoga-P. Moor-P. Mambor- Napan Wainami-Nabire PP

Napan Wainami-Nabire PP

5 Jayapura-Kaipuri-Koweda-

12 hari 350 DWT Waren-Serui-Ansus-Wooi-

Miosnum-Poom-Biak PP

Miosnum-Poom-Biak PP

6 Biak-P. Insobabi-Miosbipondi-

6 Biak-P. Insobabi-Miosbipondi- 19 hari 500 DWT P. Mapia-Miosbipondi-P.

19 hari

500 DWT

P. Mapia-Miosbipondi-P.

Insobabi-Biak-Saribi-

Insobabi-Biak-Saribi-

Manokwari-Saribi-Biak-Poom- Manokwari-Saribi-Biak-Poom- Wooi-Ansus-Serui-Randawaya-

Poom-Biak Serui-Ansus-Wooi-Poom-Biak Sumber: RTRW Provinsi Papua Tahun 2011-2031

Gambar 3.4 Peta Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Transportasi Kota Jayapura

3.4 RENCANA SISTEM PRASARANA LAINNYA

3.3.1 RENCANA PENGEMBANGAN SISTEM JARINGAN ENERGI DAN LISTRIK

Rencana penyediaan jaringan energi dan listrik di Kota Jayapura ditujukan untuk menjamin keandalan dan kesinambungan penyediaan energi bagi kebutuhan rumah tangga, jasa, perdagangan, industri, dan transportasi dengan memperhatikan faktor konservasi dan diversifikasi energi. Pertimbangan dalam mengembangan sistem jaringan energi dan listrik di Kota Jayapura adalah:

1. kemudahan mendapatkan sambungan jaringan listrik, terutama masyarakat yang

belum terlayani jaringan listrik PLN pada kawasan yang diizinkan untuk dibangun;

2. perkembangan sosial ekonomi masyarakat akan meningkatkan perkembangan kebutuhan dari perkembangan penyediaan energi listrik;

3. perkembangan teknologi akan meningkatkan perkembangan penyediaan suplai energi listrik, terutama dalam mengembangkan energi listrik terbarukan untuk mengatasi krisis energi,melalui pembangkit listrik tenaga hidro (air), tenaga surya (matahari), tenaga angin (potensi wilayah pantai), serta penggunaan system hybrid (sistem pergantian tenaga listrik);

4. energi listrik dinilai sangat berhasil guna dan berdaya guna bagi penunjang kehidupan kota;

5. kebijaksanaan untuk penghematan tenaga listrik;

6. setiap rumah tangga akan dilayani jaringan listrik dengan kebutuhan daya 1.300 watt. Adapun karakteristik rumah tangga (domestik) adalah:

a. pelanggan adalah individu yang tinggal di perumahan;

b. penggunaan listrik untuk kegiatan rumah tangga, alat elektronik, dan penerangan di malam hari;

c. penggunaan di siang hari tidak terlalu besar; dan

d. waktu penggunaan puncak antara pukul 17.00-24.00.

7. Standar kebutuhan bukan domestik 30% dari kebutuhan domestik, kecuali Pusat Pelayanan Kota yang lebih berkembang dengan kegiatan bukan domestik adalah 80% dari kebutuhan domestik dengan karakteristik sebagai berikut:

a. pelanggan adalah perusahaan yang berada di kawasan industri, perkantoran, perdagangan dan jasa skala besar;

b. penggunaan listrik untuk menjalankan mesin-mesin produksi, alat-alat kantor, penerangan lampu dalam dan luar ruangan; dan b. penggunaan listrik untuk menjalankan mesin-mesin produksi, alat-alat kantor, penerangan lampu dalam dan luar ruangan; dan

8. Standar penerangan jalan adalah 30% dari kebutuhan domestik:

a. kebutuhan penerangan jalan primer (250 watt/lampu), jalan sekunder (150-200 watt), dan jalan lingkungan (20,40 watt);

b. penempatan titik posisi tiang lampu jalan pada jalan primer 50-100 meter/tiang lampu, jalan sekunder 100-200 meter/tiang lampu, jalan lingkungan disesuaikan dengan kepadatan rumah, dan titik lokasi yang memerlukan perhatian khusus adalah persimpangan, jembatan. Sistem penempatan lampu penerangan jalan adalah:

a) sistem penempatan menerus, yaitu sistem penempatan lampu penerangan jalan yang menerus di sepanjang jalan/jembatan; dan

b) sistem penempatan parsial, yaitu sistem penempatan lampu penerangan jalan pada suatu daerah tertentu atau pada suatu panjang jarak tertentu sesuai keperluannya.

Pemasangan lampu jalan dibeberapa tempat memerlukan perhatian khusus, antara lain:

a) lebar ruang milik jalan yang bervariasi dalam satu ruas jalan;

b) tempat-tempat dimana kondisi lengkung horisontal (tikungan jalan);

c) tempat yang luas, seperti persimpangan, tempat parkir;

d) jalan-jalan berpohon;

e) jalan-jalan yang mempunyai nilai sejarah untuk keperluan estetis;

f) jalan-jalan dengan lebar median yang sempit, terutama untuk pemasangan dibagian median; dan

g) jembatan sempit/panjang, serta jalan lingkungan yang banyak berinterferensi dengan jalannya.

9. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di atas 70 kV (tujuh puluh Kilo Volt) sampai dengan 278 kV. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di atas 278 kV. Ketentuan pemanfaatan lahan yang dilalui jalur dan di sekitar menara SUTT dan SUTET diatur berdasarkan prinsip berikut: 9. Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di atas 70 kV (tujuh puluh Kilo Volt) sampai dengan 278 kV. Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) adalah saluran tenaga listrik yang menggunakan kawat penghantar di udara yang digunakan untuk penyaluran tenaga listrik dari pusat pembangkit ke pusat beban dengan tegangan di atas 278 kV. Ketentuan pemanfaatan lahan yang dilalui jalur dan di sekitar menara SUTT dan SUTET diatur berdasarkan prinsip berikut:

b. tanah, bangunan, dan tanaman yang berada di bawah sepanjang jalur SUTT atau SUTET sebagai ruang aman tetap digunakan oleh pemiliknya sesuai dengan rencana tata ruang;

c. ruang aman meliputi jarak bebas horisontal dan vertikal. Jarak bebas horisontal adalah jarak antara titik tengah menara dengan benda terdekat. Jarak bebas vertikal adalah ketinggian minimal antara penghantar dengan tanah;

d. jarak bebas horisontal minimal untuk SUTT ditetapkan 20 m ke kanan kiri dari titik tengah menara untuk menara tunggal dan 15 m untuk menara ganda, sementara jarak bebas vertikal bergantung pada letak menara tersebut dan beberapa faktor lainnya;

e. jarak bebas horisontal minimal untuk SUTET ditetapkan 32 m ke kanan kiri dari titik tengah menara, sementara jarak bebas vertikal bergantung pada letak menara tersebut dan beberapa faktor lainnya;

f. faktor-faktor yang menentukan ruang aman adalah ketegangan, kekuatan angin, dan suhu di sekitar kawat penghantar:

a) Tegangan, makin besar tegangan yang bekerja pada penghantar makin besar jarak minimum (clearance), yaitu jarak yang terpendek yang diizinkan antara

kawat penghantar dengan benda atau kegiatan lain sesuai dengan angka- angka yang tertera pada tabel berikut ini;

b) Angin, makin besar tekanan angin, makin besar ayunan kawat penghantar ke kiri atau ke kanan dan pada satu gawang (jarak antara dua menara) ayunan yang terbesar karena pengaruh angin adalah pada kawat penghantar yang lengkungannya paling rendah, sedangkan ayunan semakin kecil ke arah menara; dan

c) Suhu kawat penghantar, makin besar suhu yang mempengaruhi kawat penghantar makin mengendor kawat penghantar tersebut, sehingga andongannya menjadi lebih besar dan kenaikan suhu tersebut disebabkan oleh suhu disekeliling dan suhu yang diakibatkan oleh besarnya arus yang mengalir pada kawat penghantar tersebut.

Ruang aman dibentuk sedemikian rupa, sehingga lahan/ruang yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk berbagai kepentingan. Disatu pihak sistem listrik yang ada tidak terganggu oleh lingkungan dan dilain pihak lingkungan itu sendiri tidak terganggu oleh sistem listrik tersebut. Jarak bebas vertikal dapat Ruang aman dibentuk sedemikian rupa, sehingga lahan/ruang yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk berbagai kepentingan. Disatu pihak sistem listrik yang ada tidak terganggu oleh lingkungan dan dilain pihak lingkungan itu sendiri tidak terganggu oleh sistem listrik tersebut. Jarak bebas vertikal dapat

Ketentuan lebar sempadan jaringan tenaga listrik yang dapat digunakan sebagai RTH adalah:

a. garis sempadan jaringan tenaga listrik adalah 64 meter yang ditetapkan dari titik tengah jaringan tenaga listrik; dan

b. ketentuan jarak bebas minimum antara penghantar SUTT dan SUTET dengan tanah dan benda lain dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

TABEL III.7 JARAK BEBAS MINIMUM SUTT DAN SUTET

SALURAN KABEL NO

SKTM SKTR

1 Bangunan beton

1,5 m 0,5 m 0,3 m 2 Pompa bensin

1,5 m 0,5 m 0,3 m 3 Penimbunan bahan bakar

1,5 m 0,5 m 0,3 m 4 Pagar

1,5 m 0,5 m 0,3 m 5 Lapangan terbuka

1,5 m 0,5 m 0,3 m 6 Jalan Raya

1,5 m 0,5 m 0,3 m 7 Pepohonan

1,5 m 0,5 m 0,3 m 8 Bangunan Tahan Api

20 m 20 m 20 m 9 Rel kereta api

20 m 20 m 20 m 10 Jembatan besi/tangga besi/kereta listrik

20 m 20 m 20 m 11 Dari titik tertinggi tiang kapal

20 m 20 m 20 m 12 Lapangan olahraga

20 m 20 m 20 m 13 SUTT lainnya penghantar udara

20 m 20 m 20 m tegangan

telekomunikasi, televisi dan kereta gantung

Sumber: Permen PU No. 5/PRT/M/2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka hIjau di Kawasan Perkotaan

Keterangan: SUTR = Saluran Udara Tegangan Rendah SUTM = Saluran Udara Tegangan Menengah SUTT = Saluran Udara Tegangan Tinggi SUTET = Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi SKTR = Saluran Kabel Tegangan Rendah SKTM = Saluran Kabel Tegangan Menengah

Rencana pengembangan jaringan dan pelayanan listrik untuk memenuhi kebutuhan listrik Kota Jayapura hingga akhir tahun perencanaan meliputi pembangkit listrik dan jaringan prasarana energi.

1. pembangkit listrik, yaitu fasilitas untuk kegiatan memproduksi tenaga listrik, meliputi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), dan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Pengembangan sistem pembangkit tenaga listrik dilakukan dengan memperhatikan:

a. peningkatan kebutuhan kegiatan rumah tangga, industri, perkantoran, perdagangan dan jasa, serta transportasi. Kebutuhan kapasitas pembangkit listrik yang ada saat ini dilakukan melalui rencana pemenuhan kebutuhan listrik domestik hingga akhir tahun perencanaan adalah 224.821.371 watt, kebutuhan nondomestik adalah 96.095.814 watt, dan penerangan jalan 67.446.411 watt (lihat Tabel III.8). Total kebutuhan adalah 388.363.596 watt;

b. kapasitas pemenuhan tenaga listrik pada saat beban puncak; dan

c. berada di lokasi aman terhadap kegiatan lain dengan memperhatikan jarak bebas dan jarak aman.

Rencana pembangkit listrik di Kota Jayapura terdiri dari: