T1 292009078 BAB III

(1)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2012/2013 selama bulan Januari-April di SD Negeri Karangtengah 01 yang terletak di Jalan Macanan-Tlogo Desa Karangtengah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Siswa SD Negeri Karangtengah 01 berjumlah 234 siswa. Di sini peneliti mengambil sampel seluruh siswa kelas 5 yang berjumlah 41 siswa dengan jumlah 17 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan. Rata-rata usia siswa kelas 5 sekitar 10 tahun. Siswa kelas 5 pada umumnya masih suka bermain, mencari perhatian orang lain dan ramai sendiri bila pelajaran tidak ditunggu oleh gurunya.

3.2 Jenis Penelitian dan Pendekatan

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK ini dilaksanakan secara kolaboratif, artinya penelitian dilaksanakan bekerjasama dengan guru kelas. Disini peneliti bekerja sama dengan guru kelas yaitu ibu Ari Rukoyah S.Pd.SD yang mengajar kelas 5 di SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang merupakan guru lulusan Universitas Terbuka berusia 34 tahun dan golongan II C.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Yaitu hasil penelitian diuraikan secara deskriptif dan bersifat kuantitatif artinya penelitian yang menggunakan ukuran dengan angka-angka hasil perhitungan sebagai tolak ukur keberhasilannya. Proses penelitian berbentuk siklus. Siklus berlangsung dua kali. Setiap siklus terdiri dari lima kegiatan pokok, yaitu (1) observasi, (2) perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) observasi, (5) refleksi. Sebelum kegiatan dilaksanakan terlebih dahulu meliputi kegiatan sebagai berikut:


(2)

a. Perencanaan

Sebelum perencanaan dilaksanakan, perlu dilakukan survey di kelas 5 SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Dalam survey ditemukan beberapa kondisi yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Kenyataan yang terjadi seperti siswa yang selalu pasif saat pembelajaran berlangsung, guru yang selalu menggunakan metode konvensional (ceramah) sehingga mengakibatkan hasil belajar siswa rendah. Hal ini dapat dilihat pada pemerolehan nilai pada pembelajaran sebelumnya yaitu lebih dari sebagian besar siswa mendapatkan nilai rendah di bawah KKM.

Dari kendala yang mengakibatkan hasil belajar siswa rendah, maka persiapan perencanaan pembelajaran yang dilakukan adalah:

1. Mengidentifikasi kebutuhan siswa.

2. Mengidentifikasi masalah yang dihadapi guru dan siswa saat pembelajaran.

3. Merumuskan indikator yang akan dicapai.

4. Merancang pembelajaran berorientasi pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dalam mata pelajaran IPA melalui penyusunan RPP. 5. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

6. Membuat lembar observasi untuk melihat kondisi pembelajaran saat tindakan berlangsung.

b. Tindakan

Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan dan siklus 2 terdiri dari 3 kali pertemuan. Tindakan siklus I dan siklus II dilaksanakan sesuai perencanaan, yaitu :

1. Melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran IPA pada siswa kelas 5.

2. Melakukan penilaian pelaksanaan pembelajaran oleh observer pada guru (praktikan dan siswa dengan lembar observasi).


(3)

3. Melaksanakan evaluasi pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah pembelajaran berlangsung.

c. Pengamatan (observasi)

Observasi merupakan pengamatan dengan tujuan tertentu. Observasi dilakukan secara langsung pada saat pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dengan tujuan mengumpulkan data secara kualitatif mengenai aktivitas guru dan siswa bertujuan untuk mencatat masalah yang terjadi pada saat pelaksanaan siklus pembelajaran yang kemudian akan menjadi refleksi sebagai tindak lanjut. Instrumen pedoman observasi dapat dilihat pada lampiran.

d. Refleksi

Kegiatan refleksi merupakan kegiatan peninjauan kembali terhadap kegiatan pembelajaran yang telah berlangsung. Refleksi ini dilakukan dengan melihat segala aktivitas pembelajaran yang telah diamatinya. Dengan refleksi, segala kegiatan yang telah baik hendaknya di pertahankan dan kegiatan yang masih mengalami kekurangan dapat di perbaiki oleh guru supaya dalam pembelajaran berikutnya semua kekurangan-kekurangan tersebut tidak terulang kembali.

3.3 Variabel Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas Kolaborasi. Persoalan penelitian merupakan persoalan yang berhubungan dengan variabel-variabel penelitian. Dalam penelitian terdapat beberapa variabel. Variabel dibedakan sebagai berikut :

1. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain yang sifatnya tidak berdiri sendiri. Variabel terikatnya adalah hasil belajar.

Setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dalam mata pelajaran IPA di kelas 5, maka akan diperoleh hasil belajar. Hasil belajar disini dapat diartikan sebagai perubahan


(4)

kemampuan yang dimiliki seseorang baik kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan. Hasil belajar tersebut dapat diketahui melalui tes tertulis (tes formatif) pilihan ganda yang diberikan setelah proses pembelajaran selesai. Kemampuan kognitif dapat diukur melalui tes pilihan ganda (tes formatif). Pencapaian hasil belajar dapat diketahui dalam bentuk nilai.

2. Variabel bebas

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain yang sifatnya berdiri sendiri. Variabel bebasnya adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Jigsaw merupakan suatu metode pembelajaran dalam model Cooperative Learning. Metode pembelajaran jigsaw adalah tipe pembelajaran yang menekankan pada kerja kelompok. Dalam jigsaw terdapat kelompok asal dan kelompok ahli, sebagai kelompok ahli siswa bertugas menyampaikan materi dalam diskusi. Jigsaw digunakan oleh peneliti pada mata pelajaran IPA tentang cahaya di kelas 5 SD.

Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw ini ada beberapa langkah yang harus diperhatikan di antaranya kegiatan pembagian siswa dalam kelompok ahli dan kelompok asal, selain itu juga jumlah siswa perlu diperhatikan. Kelompok dibagi sesuai dengan jumlah materi yang akan didiskusikan. Pada akhir pembelajaran guru tetap memberikan kesimpulan dari keseluruhan topik yang dibahas. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, jumlah angota terdiri dari 5 orang saja. Kelima anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Kelima anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya guru akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian pelajaran.


(5)

3.4 Rencana Tindakan

Rencana tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas disusun berdasarkan masalah yang hendak dipecahkan dan hipotesis tindakan yang diajukan. Secara operasional dapat dinyatakan bahwa rencana tindakan perlu disusun untuk menguji secara empirik dari ketepatan hipotesis tindakan yang diajukan. Ini berarti, suatu tindakan harus dilakukan agar terjadi perubahan ke arah yang diharapkan. Perubahan atau dampak atas tindakan yang dilaksanakan, baik yang dinyatakan secara kualitatif maupun kuantitatif, hendaknya dapat diobservasi dan/atau diukur. Hal ini sangat penting untuk diupayakan agar peneliti dapat mengetahui tingkat efektivitas tindakan yang telah dilakukan. (Kasihani kasbolah ES. 2001)

Model penelitian ini mengacu pada teori Kemmis dan Taggart dalam Suwarsih Madya (2006:10) bahwa penelitian tindakan kelas memberikan cara kerja yang mengaitkan teori dan praktik menjadi kesatuan utuh gagasan dalam tindakan. Rencana tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu PTK menggunakan model spiral Kemmis dan Targgart dengan menggunakan 2 siklus. Di dalam setiap siklus terdapat 3 tahap, yaitu: perencanaan (pembuatan RPP, lembar observasi, lembar evaluasi), implementasi RPP dan observasi, refleksi.

Gambar. 3.1

Model Spiral Dari Kemmis dan Targgart

Tahapan-tahapan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Permintaan izin


(6)

a. Permintaan izin di SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang kepada Kepala Sekolah SD tersebut.

b. Meminta izin dan berkolaborasi guru kelas 5 sebagai bentuk penelitian yang akan dilakukan.

2. Observasi dan Wawancara

Kegiatan observasi dan wawancara dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal tentang SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang secara keseluruhan dan keadaan proses belajar mengajar mata pelajaran IPA di kelas 5.

3. Identifikasi Masalah

Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kelas 5 di SD Negeri Karangtengah 01 Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang, pembelajaran masih bersifat konvensional, sehingga siswa merasa jenuh dan bosan dalam proses belajar mengajar. Siswa cenderung belajar dengan hafalan dari catatan yang diceramahkan dan dicatat oleh guru. Dari hal ini, siswa tidak menguasai konsep yang diajarkan guru sehingga prestasi belajarnya kurang. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw diharapkan pembelajaran akan menjadi menyenangkan sehingga siswa mudah memahami materi pembelajaran.

4. Menyusun rencana penelitian

Pada tahap ini peneliti bekerjasama dengan guru kelas untuk menyusun serangkaian kegiatan secara menyeluruh yang berupa siklus tindakan kelas.

3.5 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang terdiri dari dua siklus yang masing-masing tahapannya meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan, refleksi. Adapun tahap-tahap dari masing-masing siklus sebagai berikut: 1. Pra Siklus


(7)

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini peneliti mengikuti pembelajaran biasa.

b. Pengamatan

Peneliti sebagai pengamat mengamati cara kerja peserta didik dalam pembelajaran. Peneliti dalam tahap ini menanyakan masalah-masalah dalam pembelajaran sehingga diketahui kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik. Kesulitan-kesulitan tersebut dicatat untuk melakukan tindakan pada siklus I.

c. Refleksi

Pada pra siklus yang dilakukan diadakan refleksi yang diperoleh dari pengamatan. Temuan tentang kekurangan maupun kelebihan dijadikan perbaikan pada siklus I.

2. Siklus 1

a. Pengamatan (observasi)

Pengamatan dilakukan oleh guru kelas dengan mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh praktikan.

b. Perencanaan

Peneliti mengidentifikasi data dari dokumentasi dengan guru kelas 5. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) dengan kompetensi ”Mendeskripsikan Sifat Cahaya” dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Menyusun RPP dengan identitas mata pelajaran, kelas, semester dan alokasi waktu. Komponen RPP terdiri dari aspek : standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, skenario pembelajaran, metode, pendekatan, sumber belajar, jenis penilaian, dan dilengkapi dengan lampiran RPP berupa uraian materi pembelajaran dan instrumen penilaian.

Pada awalnya guru memberikan beberapa pertanyaan seputar materi yang akan disampaikan. Untuk membangkitkan minat belajar siswa, menciptakan suasana kelas yang menyenangkan. Kemudian


(8)

guru menjelaskan materi akan disampaikan dengan cara ceramah bervariasi.

c. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi kegiatan pembelajaran sesuai dengan perencanaan tindakan. Langkah-langkah pelaksanan pembelajaran adalah sebagai berikut :

Tindakan yang dilakukan pada siklus I (3 kali pertemuan) 1. Kegiatan Awal

Guru memberikan motivasi Guru memberikan apersepsi 2. Kegiatan Inti

a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/ tema materi IPA tentang sifat-sifat cahaya

Pembagian kelompok asal dan kelompok ahli

2. Menginformasikan materi pembelajaran mata pelajaran IPA tentang cahaya

3. Membagi siswa 8 kelompok asal dengan memberi nama kelompok anggur, strawberry, semangka, jeruk, durian, jambu, manggis, apel yang terdiri dari 5 siswa (yang materi tiap anak berbeda-beda) dan 5 kelompok ahli (yang satu kelompok materinya sama)

Kelompok asal:

Terdiri dari 5 siswa yang tiap anak materinya berbeda yaitu 1. Materi sumber cahaya

2. Materi cahaya merambat lurus

3. Materi cahaya menembus benda bening 4. Materi cahaya dapat dipantulkan


(9)

Kelompok ahli:

Anggota terdiri dari kelompok asal yang materinya sama berkumpul di kelompok ahli. Di kelompok ahli membahas materi yang telah dibagikan oleh guru

Kelompok Asal

Kelompok Ahli Keterangan :

= Kelompok materi sumber cahaya

= Kelompok materi cahaya merambat lurus

= Kelompok materi cahaya menembus benda bening = Kelompok materi cahaya dapat dipantulkan = Kelompok materi cahaya dapat dibiaskan

Gambar 3.2

Pembagian Kelompok Siklus I

4. Meminta siswa yang telah dibagi menjadi tim ahli melakukan diskusi sesuai dengan materi yang dibagikan di kelompok asal

5. Membagikan lembar kerja siswa b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

Pembahasan materi di kelompok ahli 1. Membimbing diskusi kelompok ahli


(10)

2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi tentang sifat-sifat cahaya

Menjelaskan materi ke anggota kelompok asal

3. Meminta siswa dalam tim ahli menyampaikan hasil diskusi tentang sifat-sifat cahaya kepada tim asal

4. Meminta siswa membuka buku dalam melakukan diskusi tentang sifat-sifat cahaya dengan bimbingan guru

Presentasi kelompok

5. Meminta perwakilan kelompok asal mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas tentang sifat-sifat cahaya

c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru: Kesimpulan

1. Meminta siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dimengerti

2. Memberikan penguatan kepada siswa atas pekerjaan yang mereka kerjakan

3. Bersama siswa menyimpulkan pembelajaran 3. Kegiatan Akhir

 Guru melakukan evalusi terhadap hasil diskusi

 Guru mengakhiri dengan salam penutup

d. Refleksi

Kegiatan refleksi dilakukan untuk memahami dan memaknai segala sesuatu yang berkaitan dengan proses dan hasil yang diperoleh akibat tindakan yang dilakukan. Pada tahap ini guru memberikan soal pelatihan secara individu dan memberikan pemantapan berupa pesan moral yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Kemudian dilakukan analisis terhadap temuan-temuan yang berkaitan dengan hambatan dan kekurangan yang dijumpai selama pembelajaran berlangsung. Kelebihan akan tetap dipertahankan, sedangkan kekurangan akan diperbaiki pada siklus II.


(11)

3. Siklus Kedua

Tahap perencanaan pada siklus II diawali dengan identifikasi masalah berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Masalah–masalah yang timbul pada siklus I ditetapkan alternatif pemecahan masalahnya dengan harapan tidak terulang pada siklus II nantinya.

a. Pengamatan

1) Guru kelas mengamati jalannya pembelajaran pada siklus II mencatat temuan yang ada pada waktu peneliti melaksanakan kegiatan KBM dan mengisi lembar observasi siswa dan guru berdasarkan hasil pengamatan.

b. Tahap Perencanaan

1) Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pembelajaran pada siklus I. Selanjutnya peneliti mengidentifikasi dan merumuskan kembali masalah yang muncul pada siklus I.

2) Membuat kembali pembelajaran siklus II dengan lebih mengembangkan langkah-langkah pembelajarannya sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. 3) Membuat lembar observasi siswa dan guru siklus II.

4) Membuat tes evaluasi siklus II. c. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi kegiatan pembelajaran sesuai dengan perencanaan tindakan. Langkah-langkah pelaksanan pembelajaran adalah sebagai berikut :

Tindakan yang dilakukan pada siklus II (3 kali pertemuan) 1. Kegiatan Awal

Guru memberikan motivasi Guru memberikan apersepsi


(12)

2. Kegiatan Inti a. Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/ tema materi IPA tentang sifat-sifat cahaya

Pembagian kelompok asal dan kelompok ahli

2. Menginformasikan materi pembelajaran mata pelajaran IPA tentang cahaya

3. Membagi siswa dalam 8 kelompok asal dengan memberi nama kelompok anggur, strawberry, semangka, jeruk, durian, jambu, manggis, apel yang terdiri dari 5 siswa (yang materi tiap anak berbeda-beda) dan 5 kelompok ahli (yang satu kelompok materinya sama)

Kelompok asal:

Terdiri dari 5 siswa yang tiap anak materinya berbeda yaitu 1. Materi cahaya dapat diuraikan

2. Materi pelangi 3. Materi alat-alat optik 4. Materi membuat periskop 5. Materi membuat lup Kelompok ahli:

Anggota terdiri dari kelompok asal yang materinya sama berkumpul di kelompok ahli. Di kelompok ahli membahas meteri yang dibagikan oleh guru.


(13)

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Keterangan :

= Kelompok materi cahaya dapat diuraikan = Kelompok materi cakram warna

= Kelompok materi alat-alat optik = Kelompok materi membuat periskop = Kelompok materi membuat lup

Gambar 3.3

Pembagian Kelompok Siklus II

4. Meminta siswa yang telah dibagi menjadi tim ahli melakukan diskusi dan melakukan percobaan sesuai dengan materi yang dibagikan di kelompok asal

5. Membagikan lembar kerja siswa b. Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

Pembahasan materi di kelompok ahli 1. Membimbing diskusi kelompok ahli

2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi tentang sifat-sifat cahaya


(14)

Menjelaskan materi ke anggota kelompok asal

3. Meminta siswa dalam tim ahli menyampaikan hasil diskusi tentang sifat-sifat cahaya kepada tim asal

4. Meminta siswa membuka buku dalam melakukan diskusi tentang sifat-sifat cahaya dengan bimbingan guru

Presentasi kelompok

5. Meminta perwakilan kelompok asal mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas tentang sifat-sifat cahaya c. Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru: Kesimpulan

1. Meminta siswa untuk bertanya mengenai materi yang belum dimengerti

2. Memberikan penguatan kepada siswa atas pekerjaan yang mereka kerjakan

3. Bersama siswa menyimpulkan pembelajaran 3. Kegiatan Akhir

 Guru melakukan evalusi terhadap hasil diskusi  Guru mengakhiri dengan salam penutup

d. Refleksi

Data-data yang telah dicatat dalam lembar pengamatan proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw serta penilaian dalam menyelesaikan tes formatif dianalisis untuk mendapat kesimpulan. Hasil analisis dicatat apakah pada setiap tahapan sudah menunjukkan peningkatan atau belum. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan hasil pembelajaran pada mata pelajaran IPA. Dengan demikian pelaksanaan pembelajaran dapat lebih optimal.


(15)

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akan dijadikan acuan penelitian, peneliti menggunakan teknik :

a. Observasi

Data observasi sebenarnya berjalan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, guru sebagai peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan lembar instrumen observasi/evaluasi yang telah disusun. Termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan skenario pembelajaran dari waktu ke waktu dan dampaknya terhadap hasil belajar siswa. Adapun kisi-kisi observasi kegiatan belajar mengajar terdapat pada tabel 3.1:

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Observasi Metode Pembelajaran Jigsaw

NO Aspek Indikator Item Jumlah

Item 1. Pembagian kelompok

asal dan kelompok ahli

a. Menginformasikan materi b. Membagi kelompok asal dan

kelompok ahli

c. Membagi materi tekstual kepada tiap-tiap kelompok

1a, 1b, 1c

3

2. Pembahasan materi di kelompok ahli

d. Membimbing diskusi di kelompok ahli

e. Kelompok ahli melakukan diskusi

f. Kelompok ahli membahas materi

2d, 2e, 2f

3

3. Menjelaskan materi ke anggota kelompok asal

g. Kelompok ahli menjelaskan materi ke kelompok asal

3g, 3h 2 h. Guru membimbing diskusi di

kelompok asal

4. Presentasi kelompok i. Hasil diskusi dipresentasikan di depan kelas

4i, 4j 2 j. Guru memberikan fasilitas

untuk bertanya pada kelompok yang maju

5. Kesimpulan k. Tanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui l. Memberi penguatan

m. Bersama-sama menyimpulkan pembelajaran

5k, 5l, 5m


(16)

b. Tes

Guru memberi tes yaitu tes formatif sebagai sarana mengevaluasi siswa guna mengukur tingkat keberhasilan siswa belajar tentang cahaya melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Tes formatif diselenggarakan setelah pembelajaran IPA usai. Alat pengumpulan data berupa teknis tes tertulis dibagi menjadi dua yaitu butir soal tes untuk siklus 1 dan butir soal tes untuk siklus 2 berbentuk tes pilihan ganda. Tes yang digunakan adalah tes tertulis digunakan untuk mengukur pemahaman siswa pada ranah kognitif. Adapun kisi-kisi soal siklus I dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Evaluasi Siklus I

SK KD Indikator Item

Soal Jumlah Soal 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model 6.1. Mendiskripsik an sifat-sifat cahaya 6.1.1. Mendefinisikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap).

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 19, 20, 31, 35, 37, 39,

14

6.1.2.

Mendeskripsikan sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung).

9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 21, 22, 32, 33, 34, 38 14 6.1.3. Menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan.

17, 18, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 36, 40,

12

Jumlah 40

Keterangan:


(17)

Kisi-kisi soal siklus II dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini: Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Evaluasi Siklus II

SK KD Indikator Item

Soal Jumlah Soal 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model 6.2. Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. 6.2.1. Menunjukkan bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna.

7, 8, 11, 23, 4 6.2.2. Memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari. 9, 10, 12, 29 4 6.2.3. Membuat karya/ model sederhana dengan sifat-sifat cahaya, misal periskop, dan kaca pembesar.

1, 2, 3, 4, 5, 6, 13,14,15 , 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24 25, 26, 27, 28, 30

22

Jumlah 30

Keterangan :

Soal 1-30 adalah pilihan ganda

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik kuantitatif dan kualitatif. a. Kuantitatif

Jenis data yang penulis peroleh dari penelitian tindakan kelas ini adalah data kuantitatif yang berupa skor hasil belajar siswa dari kegiatan pembelajaran pada siklus I dan II. Data tersebut diolah dengan menggunakan teknik analisis diskriptif. Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif berupa hasil belajar dengan cara persentase yaitu dengan menghitung peningkatan ketuntasan belajar siswa secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai skor


(18)

minimal 70 dan dihitung dengan menggunakan rumus : Analisis tersebut dilakukan dengan menghitung ketuntasan individual

Persentase = ℎ � �

ℎ x 100%

Hasil penghitungan dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan belajar siswa di SDN 01 Karangtengah dalam pelajaran IPA yang dikelompokkan ke dalam dua kategori tuntas dan tidak tuntas, dengan kriteria ketuntasan dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini:

Tabel 3.4 Kriteria Ketuntasan

Kriteria ketuntasan Kualifikasi < 70 Tidak tuntas ≥ 70 Tuntas b. Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa, keterampilan siswa, keterampilan guru dan kualitas dalam pembelajaran. Data kualitatif dipaparkan dalam bentuk kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Dalam penelitian ini data kualitatif diperoleh dari hasil observasi terhadap keaktifan guru dan siswa.

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Data a. Uji Validitas Instrumen Data

Sebelum soal diberikan kepada siswa, maka untuk menguji valid dan tidaknya suatu item menggunakan validitas instrumen berkaitan dengan sejauh mana suatu instrumen sesuai atau tepat untuk mengukur tujuan. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk


(19)

mengetahui tingkat kevalidan soal yang akan diujikan kepada siswa, maka sebelum dibagikan kepada peserta didik, terlebih dahulu soal evaluasi tertulis diuji coba sehingga diperoleh butir soal yang valid. Uji coba ini dilakukan di sekolah lain pada tingkatan kelas yang sama. Validitas menunjukkan sejauhmana alat ukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Adapun validitas menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran relative konsisten jika dikenakan pada suatu objek. Instrument dikatakan valid artinya instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian Yun Nugraheni (2011: 23), tingkat validitas suatu instrumen dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan setiap skor pada butir instrument dengan total skor setelah dikurangi skor butirnya sendiri (corrected item to total correlation).

r < 0,20 : Tidak ada validitas 0,20 ≤ r < 0,40 : Validitas rendah 0,40≤ r < 0,60 : Validitas sedang 0,60≤ r <0,80 : Validitas tinggi 0,80≤ r < 1,00 : Validitas sempurna

Hasil uji validitas instrument tes siklus I dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini:

Tabel 3.5

Hasil Validitas Item Soal Siklus I

Corrected Item-Total Correlation

No Soal Jumlah

Soal r < 0,20 1, 2, 3, 5, 6, 14, 15, 19, 21,

26, 31, 33, 39, 40

14 0,20 ≤ r < 0,40 4, 8, 9, 10. 11, 13, 17, 18,

20, 23, 24, 25, 28, 29, 35, 36, 38

17

0,40≤ r < 0,60 7, 16, 22, 27, 30, 34, 37 7 0,60≤ r <0,80 12, 32 2 0,80≤ r < 1,00 0


(20)

Hasil uji validitas instrument tes siklus II dapat dilihat pada tabel 3.6 di bawah ini:

Tabel 3.6

Hasil Validitas Item Soal Siklus II

Corrected Item-Total Correlation

No Soal Jumlah

Soal r < 0,20 3, 6, 7, 8, 12, 14, 17, 24, 26 9 0,20 ≤ r < 0,40 5, 9, 15, 21, 22, 27, 30 7

0,40≤ r < 0,60 1, 2, 4, 10, 11, 13, 19, 23, 25, 28, 29

11 0,60≤ r <0,80 16, 20 2 0,80≤ r < 1,00 1 1

Jumlah 30

b. Uji Reliabilitas Instrumen Data

Suatu tes dikatakan reliabel apabila soal-soal tersebut menunjukkan hasil-hasil yang mantap. Antara validitas dengan reliabelnya suatu soal berhubungan erat, yaitu untuk memenuhi syarat reliabilitas, suatu soal harus valid dulu. Untuk menguji reliabilitas instrument dilakukan analisis factorial dengan konstruk satu faktor untuk setiap perangkat dengan merujuk teori koefisien reliabilitas alpha dari Cronbach (Nugraheni, Y. 2011: 24). Kriteria untuk menentukan tingkat reliabilitas instrument digunakan pedoman yang dikemukakan oleh George dan Mallery (Nugraheni, Y. 2011: 24) sebagai berikut:

≤ 0,7 : Tidak dapat diterima 0,7 < a ≤ 0,8 : Dapat diterima 0,8 < a ≤ 0,9 : Reliabilitas bagus > 0,9 : Reliabilitas memuaskan

Hasil uji reliabilitas instrument tes siklus I dapat dilihat pada tabel 3.7 di bawah ini:

Tabel 3.7

Hasil Reliabilitas Item Soal Siklus I Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


(21)

Hasil uji reliabilitas instrument tes siklus II dapat dilihat pada tabel 3.8 di bawah ini:

Tabel 3.8

Hasil Reliabilitas Item Soal Siklus II

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.829 30

3.9 Indikator Keberhasilan a. Hasil belajar

Hasil yang diperoleh yang mencerminkan peningkatan masing-masing siswa minimal 80% dari jumlah siswa mencapai hasil belajar tuntas (KKM = 70 ). Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

P = siswa yang tuntas belajar 100%

Keterangan :

P : persentase ketuntasan belajar Σ : jumlah


(1)

b. Tes

Guru memberi tes yaitu tes formatif sebagai sarana mengevaluasi siswa guna mengukur tingkat keberhasilan siswa belajar tentang cahaya melalui model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw. Tes formatif diselenggarakan setelah pembelajaran IPA usai. Alat pengumpulan data berupa teknis tes tertulis dibagi menjadi dua yaitu butir soal tes untuk siklus 1 dan butir soal tes untuk siklus 2 berbentuk tes pilihan ganda. Tes yang digunakan adalah tes tertulis digunakan untuk mengukur pemahaman siswa pada ranah kognitif. Adapun kisi-kisi soal siklus I dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini:

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Evaluasi Siklus I

SK KD Indikator Item

Soal Jumlah Soal 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model 6.1. Mendiskripsik an sifat-sifat cahaya 6.1.1. Mendefinisikan sifat cahaya yang mengenai berbagai benda (bening, berwarna, dan gelap).

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 19, 20, 31, 35, 37, 39,

14

6.1.2.

Mendeskripsikan sifat cahaya yang mengenai cermin datar dan cermin lengkung (cekung dan cembung).

9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 21, 22, 32, 33, 34, 38 14 6.1.3. Menunjukkan contoh peristiwa pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari melalui percobaan.

17, 18, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 36, 40,

12

Jumlah 40

Keterangan:


(2)

Kisi-kisi soal siklus II dapat dilihat pada tabel 3.3 di bawah ini: Tabel 3.3

Kisi-kisi Instrumen Evaluasi Siklus II

SK KD Indikator Item

Soal Jumlah Soal 6. Menerapkan sifat-sifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model 6.2. Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari bahan sederhana dengan menerapkan sifat-sifat cahaya. 6.2.1. Menunjukkan bukti bahwa cahaya putih terdiri dari berbagai warna.

7, 8, 11, 23, 4 6.2.2. Memberikan contoh peristiwa penguraian cahaya dalam kehidupan sehari-hari. 9, 10, 12, 29 4 6.2.3. Membuat karya/ model sederhana dengan sifat-sifat cahaya, misal periskop, dan kaca pembesar.

1, 2, 3, 4, 5, 6, 13,14,15 , 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 24 25, 26, 27, 28, 30

22

Jumlah 30

Keterangan :

Soal 1-30 adalah pilihan ganda

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik kuantitatif dan kualitatif. a. Kuantitatif

Jenis data yang penulis peroleh dari penelitian tindakan kelas ini adalah data kuantitatif yang berupa skor hasil belajar siswa dari kegiatan pembelajaran pada siklus I dan II. Data tersebut diolah dengan menggunakan teknik analisis diskriptif. Analisis data hasil penelitian yang tergolong data kuantitatif berupa hasil belajar dengan cara persentase yaitu dengan menghitung peningkatan ketuntasan belajar siswa secara individual jika siswa tersebut mampu mencapai skor


(3)

minimal 70 dan dihitung dengan menggunakan rumus : Analisis tersebut dilakukan dengan menghitung ketuntasan individual

Persentase = ℎ � �

ℎ x 100%

Hasil penghitungan dikonsultasikan dengan kriteria ketuntasan belajar siswa di SDN 01 Karangtengah dalam pelajaran IPA yang dikelompokkan ke dalam dua kategori tuntas dan tidak tuntas, dengan kriteria ketuntasan dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini:

Tabel 3.4 Kriteria Ketuntasan Kriteria ketuntasan Kualifikasi

< 70 Tidak tuntas

≥ 70 Tuntas

b. Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa, keterampilan siswa, keterampilan guru dan kualitas dalam pembelajaran. Data kualitatif dipaparkan dalam bentuk kalimat yang dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Dalam penelitian ini data kualitatif diperoleh dari hasil observasi terhadap keaktifan guru dan siswa.

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Data a. Uji Validitas Instrumen Data

Sebelum soal diberikan kepada siswa, maka untuk menguji valid dan tidaknya suatu item menggunakan validitas instrumen berkaitan dengan sejauh mana suatu instrumen sesuai atau tepat untuk mengukur tujuan. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk


(4)

mengetahui tingkat kevalidan soal yang akan diujikan kepada siswa, maka sebelum dibagikan kepada peserta didik, terlebih dahulu soal evaluasi tertulis diuji coba sehingga diperoleh butir soal yang valid. Uji coba ini dilakukan di sekolah lain pada tingkatan kelas yang sama. Validitas menunjukkan sejauhmana alat ukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Adapun validitas menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran relative konsisten jika dikenakan pada suatu objek. Instrument dikatakan valid artinya instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Dalam penelitian Yun Nugraheni (2011: 23), tingkat validitas suatu instrumen dapat diketahui dengan cara mengkorelasikan setiap skor pada butir instrument dengan total skor setelah dikurangi skor butirnya sendiri (corrected item to total correlation).

r < 0,20 : Tidak ada validitas 0,20 ≤ r < 0,40 : Validitas rendah 0,40≤ r < 0,60 : Validitas sedang 0,60≤ r <0,80 : Validitas tinggi 0,80≤ r < 1,00 : Validitas sempurna

Hasil uji validitas instrument tes siklus I dapat dilihat pada tabel 3.5 di bawah ini:

Tabel 3.5

Hasil Validitas Item Soal Siklus I Corrected Item-Total

Correlation

No Soal Jumlah

Soal r < 0,20 1, 2, 3, 5, 6, 14, 15, 19, 21,

26, 31, 33, 39, 40

14

0,20 ≤ r < 0,40 4, 8, 9, 10. 11, 13, 17, 18, 20, 23, 24, 25, 28, 29, 35, 36, 38

17

0,40≤ r < 0,60 7, 16, 22, 27, 30, 34, 37 7

0,60≤ r <0,80 12, 32 2

0,80≤ r < 1,00 0


(5)

Hasil uji validitas instrument tes siklus II dapat dilihat pada tabel 3.6 di bawah ini:

Tabel 3.6

Hasil Validitas Item Soal Siklus II Corrected Item-Total

Correlation

No Soal Jumlah

Soal r < 0,20 3, 6, 7, 8, 12, 14, 17, 24, 26 9

0,20 ≤ r < 0,40 5, 9, 15, 21, 22, 27, 30 7

0,40≤ r < 0,60 1, 2, 4, 10, 11, 13, 19, 23, 25, 28, 29

11

0,60≤ r <0,80 16, 20 2

0,80≤ r < 1,00 1 1

Jumlah 30

b. Uji Reliabilitas Instrumen Data

Suatu tes dikatakan reliabel apabila soal-soal tersebut menunjukkan hasil-hasil yang mantap. Antara validitas dengan reliabelnya suatu soal berhubungan erat, yaitu untuk memenuhi syarat reliabilitas, suatu soal harus valid dulu. Untuk menguji reliabilitas instrument dilakukan analisis factorial dengan konstruk satu faktor untuk setiap perangkat dengan merujuk teori koefisien reliabilitas alpha dari Cronbach (Nugraheni, Y. 2011: 24). Kriteria untuk menentukan tingkat reliabilitas instrument digunakan pedoman yang dikemukakan oleh George dan Mallery (Nugraheni, Y. 2011: 24) sebagai berikut:

≤ 0,7 : Tidak dapat diterima 0,7 < a ≤ 0,8 : Dapat diterima 0,8 < a ≤ 0,9 : Reliabilitas bagus > 0,9 : Reliabilitas memuaskan

Hasil uji reliabilitas instrument tes siklus I dapat dilihat pada tabel 3.7 di bawah ini:

Tabel 3.7

Hasil Reliabilitas Item Soal Siklus I Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items


(6)

Hasil uji reliabilitas instrument tes siklus II dapat dilihat pada tabel 3.8 di bawah ini:

Tabel 3.8

Hasil Reliabilitas Item Soal Siklus II Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.829 30

3.9 Indikator Keberhasilan a. Hasil belajar

Hasil yang diperoleh yang mencerminkan peningkatan masing-masing siswa minimal 80% dari jumlah siswa mencapai hasil belajar tuntas (KKM = 70 ). Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

P = siswa yang tuntas belajar 100% Keterangan :

P : persentase ketuntasan belajar Σ : jumlah