Pemahaman tentang pacaran yang sehat pada siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik bimbingan.

(1)

Pada Siswa Kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap

Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya terhadap

Usulan Topik-topik Bimbingan

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh: Tika Dwi Apriliani

111114014

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(2)

i

Pemahaman Tentang Pacaran yang Sehat

Pada Siswa Kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap

Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya terhadap

Usulan Topik-topik Bimbingan

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh: Tika Dwi Apriliani

111114014

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2016


(3)

(4)

(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Jangan ingat lelahnya belajar, tapi ingat buah manisnya yang bisa dipetik kelak ketika sukses.” (Tika Dwi Apriliani)

“Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah.” (HR. Turmudzi)

Kupersembahkan skripsi ini untuk: Allah SWT Kedua orang tuaku tercinta Bapak Tono Suharto dan Ibu Siti Sunarsih

Kakakku Retno Ayu W dan Adikku Fajar Tri Utomo Program Studi Bimbingan dan Konseling USD

Teman- teman Mahasiswa Angkatan BK 2011 SMA Yos Sudarso Cilacap Seseorang yang dengan sabar dan setia mendampingi penulis Pipit, Melani, Tasya, Theo, Chandra, Dhamar, Bagus, Jerry.


(6)

(7)

(8)

vii ABSTRAK

PEMAHAMAN TENTANG PACARAN YANG SEHAT PADA SISWA KELAS X SMA YOS SUDARSO CILACAP

AJARAN 2015/2016 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP USULAN TOPIK-TOPIK BIMBINGAN

Tika Dwi Apriliani Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini didasarkan pada permasalahan pemahaman tentang pacaran yang sehat pada siswa kelas X SMA YOS SUDARSO CILACAP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi pemahaman siswa terhadap pacaran yang sehat dan menyusun topik-topik bimbingan yang relevan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian 66 siswa pada kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap Tahun Ajaran 2015/2016. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket dengan menggunakan skala Likert. penghitungan validitas menggunakan Spearman’s rho dan penghitungan reliabilitas menggunalan Alpha Cronbach untuk menganalisis antar pemahaman siswa dan topik bimbingan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada siswa atau 0 siswa (0%) memiliki pemahaman tentang pacaran yang sehat dalam kategori sangat tinggi, rendah, sangat rendah. Terdapat 53 banyaknya siswa (100%) memiliki pemahaman tentang pacaran yang sehat dalam kategori yang tinggi. Analisis terhadap banyaknya jawaban peritem menunjukkan bahwa terdapat 41 item (73%) termasuk kategori tinggi, 8 item (16%) termasuk kategori sedang, 3 item (9%) termasuk kategori sedang, tidak ada atau 0 item (0%) termasuk kategori redang, 1 item (2%) termasuk kategori sangat rendah.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa topik bimbingan yang sesuai untuk siswa kelas X di SMA Yos Sudarso Cilacap adalah pada aspek psikis dengan indikator saling mengekspresikan rasa sayang.

Kata kunci : Pemahaman, Pacaran Sehat, Pelayanan Topik Bimbingan.


(9)

ABSTRACT

THE STUDENTS’ UNDERSTANDING OF DATING RELATIONSHIP OF TENTH GRADE STUDENTS OF

YOS SUDARSO CILACAP

IN ACADEMIC YEAR 2015/2016 AND THE IMPLICATION OF GUIDING TOPICS

Tika Dwi Apriliani Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

This research was conducted based on understanding problems about dating relationship of tenth grade students of Yos Sudarso Cilacap. This objective of the research was to know the highest students’ understanding of dating relationship and the implication of guiding topics.

The research design was descriptive quantitative with survey approach. The research subjects were 66 students at tenth grade students of SMA Yos Sudarso Cilacap. The research instrument was questionnaire with Likert scale. The validity and reliability data by using SPSS to analyze the correlation between students’ understanding and appropriate guiding topics, the reliability data was used Alpha Cronbach coefficient.

The research findings were none students (0%) have very high, fair, poor, and very poor categories. Meanwhile, 53 students (100%) have high understanding category. The implication result of appropriate guiding topics were 41 items (73%) have very high category, 8 items (16%) have high category, 3 items (9%) have fair category, none items (0%) have poor category, and 1 item (2%) has very poor category. It can be concluded that the appropriate guiding topic for tenth grade students of Yos Sudarso Cilacap was psychological aspect with indicator sharing feeling love expression.


(10)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ...vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ………ix

KATA PENGANTAR ...x

DAFTAR ISI………...xii

DAFTAR TABEL………...xv

DAFTAR GRAFIK ………...xvi

DAFTAR LAMPIRAN……….………xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4


(11)

xiii

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 5

G. Definisi Operasional ... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 8

A. Kajian Teori Pacaran yang Sehat ... 8

1. Pengertian Pacaran yang Sehat ... 8

2. Tahap-tahap Pacaran ... 10

3. Dampak Pacaran ... 11

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pacaran... 14

5. Aspek Pacaran yang Sehat ... 17

B. Hakikat Remaja ... 19

C. Pengertian Bimbingan Pribadi Sosial ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN ... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Subjek Penelitian ... 23

C. Alat dan Teknik Instrumen Pengumpulan Data ... 24

1. Alat Pengumpulan Data ... 24

2. Kisi Angket Uji Coba ... 26

3. Validita dan Reliabilitas Instrumen ... 26

a. Validitas ... 26

b. Reliabilitas ... 28

D. Prosedur dan Teknik Analisis Data ... 30

1. Persiapan dan Pelaksanaan ... 30

2. Tahap Pengumpulan Data ... 30


(12)

xiv

BAB IV. HASIL PENELITIAN ... 33

A. Hasil Penelitian ... 33

1. Deskripsi Pemahaman Pacaran yang Sehat ... 33

2. Analisis Item Pemahaman Pacaran yang Sehat ... 35

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 39

C. Usulan Topik Bimbingan………42

BAB V PENUTUP ... 44

A. Kesimpulan ... 44

B. Keterbatasan Penelitian ... 45

C. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47


(13)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rincian Subjek Penelitian Siswa Kelas XA, XC, XH di SMA Yos Sudarso Cilacap

Tahun Ajaran 2015/2016...24 Tabel 2. Skoring Inventori

Tingkat Pemahaman Pacaran yang Sehat ……...25 Tabel 3. Kisi-kisi Angket Uji Coba

Tingkat Pemahaman Pacaran yang

Sehat...26 Tabel 4. Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi

Item Instrumen Penelitian ...28 Tabel 5. Kriteria Guilford ...29 Tabel 6. Norma Kategorasi Karakter Subjek Penelitian……. ...32 Tabel 7. Pemahaman Pacaran Yang Sehat

Siswa Kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap

Pada Tahun Ajaran 2015/2016 ...34 Tabel 8. Penggolonggan Item Pemahaman Pacaran yang Sehat

siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap pada Tahun Ajaran 2015/2016

Berdasarkan Tinggi Rendahnya Skor…..…….………36 Tabel 9. Item Angket Pemahaman Pacaran yang Sehat

siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap pada Tahun Ajaran 2015/2016

yang Tergolong Kategori Sangat Rendah…...39 Tabel 10. Usulan Topik Bimbingan untuk Meningkatkan Pemahaman

tentang Pacaran yang Sehat Pada Siswa Kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap Tahun Ajaran 2015/2016


(14)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Pemahaman Pacaran Yang Sehat Siswa Kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap

Pada Tahun ajaran 2015/2016 ... 34

Grafik 2. Penggolongan Item Pemahaman Pacaran Yang Sehat Siswa Kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap


(15)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Angeket Uji Coba Pemahaman Pacaran yang Sehat……….51 Lampiran 2. Data siswa Pemahaman Pacaran yang Sehat ………56 Lampiran 3. Validitas dan Reliabilitas Uji Coba ………...57 Lampiran 4. Satuan Layanan Bimbinggan (SPB)...65


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional variabel penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti berkembang atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolesence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencangkup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja adalah suatu proses dari masa anak menuju dewasa, yang ditandai adanya perubahan fisik maupun psikologisnya. Pada masa ini sudah ditandai oleh organ–organ seksual yang mulai matang dan ditandai dengan dorongan seks yang kuat untuk mendekati lawan jenis (Haditomo, 2002).

Perilaku seks pranikah itu cenderung dilakukan karena pengaruh teman sebaya yang negatif. Selain itu, lingkungan yang kurang baik juga akan membentuk remaja yang tidak memiliki proteksi terhadap perilaku orang-orang di sekitarnya. Bahkan remaja yang merasa bebas dan tidak terkekang ternyata lebih mudah jatuh pada perilaku seperti merokok dan alkohol yang pada akhirnya akan berperilaku negatif seperti mengkonsumsi narkoba dan melakukan seks pranikah (BKKBN, 2013)

Fenomena pacaran pada masa remaja menjadi topik menarik untuk dibicarakan karena sebagian remaja saat ini berpacaran sudah melampaui batas.


(17)

Pada masa pacaran terdapat berbagai perilaku yang diperlihatkan oleh para remaja untuk menunjukkan rasa cinta masing-masing, baik dalam perilaku yang sangat banyak berkorban dalam hal apapun untuk memenuhi keinginan pasangan mereka.

Melihat perkembangan remaja di atas, hendaknya remaja mampu menghadapi dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya, khususnya dalam hal bersosialisasi, pergaulan dengan lawan jenis dan pacaran yang sehat. Pacaran yang sehat adalah aktifitas sosial yang membolehkan dua orang yang berbeda jenis kelaminnya untuk terikat dalam interaksi sosial dengan pasangannya yang bukan keluarga. (Guerney dan Arthur Dacey & Kenney, 1997).

Menurut Erickson (dalam Santrock, 2003) pengalaman romantis pada masa remaja dipercaya memainkan peran yang penting dalam perkembangan identitas. Beberapa macam cara dan makna yang dapat mengungkapkan dan menghayati cinta di masa pacaran yang bisa menimbulkan akibat misalnya hamil diluar nikah, melakukan hubungan diluar nikah, adanya penyakit yang menular seperti HIV dan AIDS. Dengan demikian membawa remaja lebih memilih keluar dari sekolah, pergi dari rumah, bunuh diri, dan melakukan hal yang berbahaya.

Berdasarkan survei kesehatan reproduksi yang dilakukan Badan Kesehatan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2010, sekitar 92% remaja yang berpacaran, saling berpegangan tangan, ada 82% yang saling berciuman, dan 63% remaja yang berpacaran tidak malu untuk saling meraba (petting) bagian tubuh kekasih mereka yang seharusnya tabu untuk dilakukan. Ada perbedaan gaya pacaran remaja sekarang dengan dulu, remaja saat ini lebih berani untuk


(18)

melakukan apa pun demi keseriusan pada pasangannya. Semua aktivitas itu yang akhirnya mempengaruhi niat untuk melakukan seks bebas.

Remaja rentan terhadap pergaulan yang bebas, misalnya pacaran yang tidak sehat. Pacaran yang tidak sehat dipengaruhi pemahaman remaja yang kurang baik terhadap pacaran. Maka remaja perlu pemahaman mengenai pacaran yang sehat, baik melalui bimbingan di sekolah, keluarga dan lingkungan pergaulan bersama teman.

Berdasarkan pengamatan terhadap siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016 saat dilakukan observasi di sekolah tersebut, terlihat adanya siswa yang kurang paham tentang pacaran yang sehat. Siswa yang menjalin hubungan lawan jenis (pacaran) dalam kelas, cenderung tidak fokus saat pelajaran dan lebih memilih berpacaran. Siswa yang berpacaran tidak malu lagi untuk memperlihatkan kemesraannya di lingkungan sekolah. Guru BK dan pihak sekolah memiliki tugas dan peran penting dalam mengawasi siswa di sekolah. Dengan demikian perlu adanya sikap tegas dan teliti terhadap permasalahan yang dimiliki para siswa agar mereka bisa bercerita dengan terbuka tentang permasalahan yang mereka hadapi.

Setelah melihat semua hal di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Pemahaman tentang Pacaran yang Sehat Pada Siswa Kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap Tahun Ajaran 2015/2016 dan Implikasinya terhadap Usulan Topik–topik Bimbingan Pribadi Sosial”.


(19)

B. Identifikasi Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah, terkait dengan pemahaman pacaran yang sehat dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya pemahaman siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap tentang pacaran sehat.

2. Adanya siswa yang lebih memilih berpacaran di kelas saat jam pelajaran dari pada memperhatikan gurunya.

3. Belum bisa mengelola emosi dengan baik saat putus cinta sehingga berdampak dengan prestasi di sekolah.

4. Belum ada topik-topik bimbingan pribadi sosial yang berkaitan dengan pemahaman pacaran sehat, sesuai dengan kebutuhan siswa kelas X SMA Yos Sudarso tahun ajaran 2015/2016.

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, fokus kajian di arahkan pada menjawab masalah-masalah yang teridentifikasi di atas khususnya masalah-masalah mengenai seberapa tinggi pemahaman tentang pacaran sehat pada siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dari masalah, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut :


(20)

1. Seberapa tinggi pemahaman tentang pacaran yang sehat pada siswa kelas X SMA Yos Sudarso pada tahun ajaran 2015/2016?

2. Topik-topik bimbingan pribadi sosial yang relevan untuk meningkatkan pemahaman tentang pacaran yang sehat pada siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016?

E. Tujuan Penelitian

Pada penelitian ini memiliki tujuan dari dilakukannya penelitian yang berhubungan dengan rumusan masalah, yaitu:

1. Mengetahui seberapa tinggi pemahaman tentang pacaran yang sehat pada siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap pada tahun ajaran 2015/2016. 2. Menyusun topik-topik bimbingan pribadi-sosial yang relevan untuk

meningkatkan pemahaman pacaran yang sehat pada siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap pada tahun ajaran 2015/2016.

F. Manfaat Penelitian

Terdapat beberapa manfaat dilakukannya penelitian ini yang dilihat dari segi secara teoritis maupun praktis, dengan penjelasan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu dan wawasan dalam bidang bimbingan dan konseling tepatnya pemahaman pacaran sehat.


(21)

2. Manfaat Praktis

a. Bagi para guru SMA Yos Sudarso Cilacap pada tahun ajaran 2015/2016. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk melihat pemahaman pacaran sehat SMA Yos Sudarso Cilacap pada tahun ajaran 2015/2016. Selain itu, guru juga dapat menentukan langkah-langkah yang dapat diberikan kepada siswa untuk meningkatkan pemahaman pacaran siswa di sekolah tersebut.

b. Bagi siswa SMA Yos Sudarso Cilacap pada tahun ajaran 2015/2016. Siswa semakin mengetahui seberapa tingkat pemahaman pacaran sehat yang ada dalam diri mereka dan masalah-masalah yang dihadapinya untuk semakin mengembangkan pemahaman pacaran sehat dalam kehidupan sehari-hari.

c. Bagi Peneliti

Semakin mengetahui dan memahami bagaimana pemahaman pacaran sehat kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap pada tahun ajaran 2015/2016.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman konsep pada penelitian ini dan mengacu pada pokok penelitian, maka perlu dibuat definisi operasional sebagai berikut:

1. Pacaran yang sehat adalah tentang proses perkenalan yang dilakukan lawan jenis dengan memahami aspek fisik, psikis dan sosial. Pacaran yang sehat


(22)

pada penelitian ini dikonstruk dari aspek-aspek fisik, psikis dan sosial sebagai dioperasikan lebih lanjut dalam instrument penelitian ini.

2. Bimbingan Pribadi Sosial adalah upaya untuk membantu individu dalam memantapkan kepribadiannya, mengembangkan kemampuan dalam menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan diri sendiri dan orang lain.


(23)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini memaparkan pemahaman pacaran sehat, pengertian remaja dan bimbingan.

A. Kajian Teori

1. Pengertian Pacaran yang Sehat

Pacaran adalah suatu hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat saling mengenal satu sama lain (De Genova & Rice, 2005). Menurut Adimassana (2010), pacaran adalah proses hubungan pemuda dan pemudi untuk serius menjajaki dan memikirkan kemungkinan mereka dapat menikah. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (Edisi ketiga, 2002) pacar adalah kekasih atau lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta, kasih dan sayang. Berpacaran adalah bercintaan; (atau) berkasih-kasih (dengan sepasang pacar). Pacar merupakan salah satu pilihan kehidupan. Kapan seseorang akan berkomitmen untuk berpacaran setiap orang itu berbeda. Pacaran diharapkan dapat menjadikan motivasi, dan saling mendukung satu sama lain.

Pacaran sehat adalah pacaran yang memahami batasan-batasan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam berpacaran menurut norma umum di masyarakat. Pada saat ini, kekerasan pada masa pacaran merupakan masalah yang sering ditemui dan cukup kompleks namun demikian, remaja harus tetap berusaha untuk mengantisipasi munculnya kekerasan dalam masa pacaran ini. Salah


(24)

satu cara yang bisa dilakukan, terutama oleh remaja adalah dengan melakukan pacaran yang sehat.

Pengertian pacaran sehat sendiri menurut para ahli memaparan pendapatnya sebagai berikut. Pacaran yang dilakukan remaja, memiliki berbagai tujuan diantaranya adalah pacaran bisa meningkatkan belajar, pacaran diakui mampu menghilangkan kejenuhan saat semangat belajar menurun, pacaran memiliki tujuan untuk saling terbuka dalam berbagai pikiran dan perasaan untuk mengetahui pribadi pasangan masing-masing. Berdasarkan hal tersebut pacaran yang sehat memiliki tujuan sehat baik sehat secara fisik, sehat secara psikis, sehat secara sosial dan sehat secara seksual (Hirmaningsih, 1997). Iwan (2010), pacaran sehat adalah perilaku pacaran yang memenuhi kreteria sehat, baik sehat secara fisik, sehat psikis dan sehat sosial. Menurut Dian & Mashoedi (2012), pacaran memiliki variasi dalam pelaksanannya dan sangat dipengaruhui oleh tradisi individu-individu dalam masyarakat yang terlibat. Dimulai dari proses pendekatan, perkenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani hubungan yang berkomitmen.

Perbedaan tradisi dalam pacaran, sangat dipengaruhi oleh agama dan kebudayaan yang dianut oleh seseorang. Konteks sosio budaya memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap pola berpacaran (Santrock, 2003).

Definisi lain menyebutkan pacaran yang sehat secara umum, mendorong perasaan, pikiran atau perilaku saat berpacaran ada


(25)

perasaan cinta, membuka diri satu sama lain dan komitmen (Hendrick, 1998). Contoh pacaran sehat yaitu duduk berkomunikasi dengan pasangan, komunikasi melalui HP tanpa ada yang mengarah ke hubungan seksual, contoh pacaran tidak sehat apabila seseorang sering keluar malam bersama pacar, dan telah melakukan tindakan yang mengarah, bahkan hingga melakukan hubungan seksual sebelum adanya ikatan pernikahan.

Pacaran yang sehat yang dilakukan remaja memiliki berbagai tujuan diantaranya adalah pacaran bisa meningkatkan semangat belajar, pacaran diakui mampu menghilangkan kejenuhan atau membuat hidup lebih berwarna. Pacaran memiliki tujuan untuk saling terbuka dalam berbagai pikiran dan perasaan untuk mengetahui pribadi pasangan dari yang dicintainya supaya saat menikah tidak perlu ragu-ragu lagi, pacaran juga diyakini bisa membawa rezeki. Berdasarkan hal tersebut pacaran yang sehat memiliki tujuan sehat baik sehat secara fisik, sehat secara psikis, sehat secara sosial maupun sehat seksual (Hirmaningsih, 1997).

2. Tahap-tahap pacaran

Menurut Aden (2010), ada beberapa tahap dalam pacaran, yaitu: a. Tahap ketertarikan

Dalam tahap ini tantangannya adalah mendapatkan kesempatan untuk menyatakan ketertarikan dan menilai orang lain.


(26)

Munculnya keterikan pada pasangan misalnya, penampilan fisik (cantik/tampan, tinggi, pintar dan sabar)

b. Tahap keraguan

Pada masa ini sedang terjadi peralihan dari rasa tertarik ke arah rasa tidak pasti. Contohnya: salah satu pasangan mulai beranya-tanya apakah pasangannya benar tertarik pada dirinya. c. Tahap komitmen dan ketertarikan

Pada tahap ini yang timbul adalah keinginan untuk bertemu dengan pasangannya, menjelaskan lebih lanjut hubungan yang berlandasakan komitmen.

d. Tahap keintiman

Dalam tahap ini mulai merasakan kenyamanan terhadap pasangannya. Selalu ingin berdua bersama kemanapun berada. Tantangannya adalah menghadapi sisi yang kurang baik dari pasangannya.

3. Dampak pacaran

Pacaran positif dan negatif menurut Aden (2010) memiliki beberapa dampak yaitu :

a. Prestasi sekolah

Pacaran bisa menurunkan atau meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi meningkat karena semangat belajar yang naik akibat pasangan yang memberikan dorongan dan


(27)

perhatikan atau ingin membuktikan kepada orang tua bahwa pacaran tidak mengganggu prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar menurun jika ada permasalahan yang cukup rumit hingga mengganggu konsentrasi dan semangat untuk belajar. Terkadang ada juga siswa yang lebih senang menghabiskan waktu bersama pacar daripada belajar.

b. Pergaulan sosial

Pergaulan sosial dengan teman sebaya maupun lingkungan sosial sekitar bisa menjadi meluas atau menyempit. Pergaulan menjadi sempit jika lebih banyak menghabiskan waktu bersama pacar. Tergantungnya pasangan pada pacarnya sehingga tidak memiliki pilihan interaksi sosial lainnya. Hubungan dengan keluarga menjadi renggang karena waktu luang lebih banyak dihabiskan dengan pacar.

c. Berkembang perilaku baru

Pacaran dapat bermakna munculnya perilaku yang positif atau sebaliknya muncul perilaku negatif. Pacaran membantu pasangannya mengembangkan perilaku yang positif jika interaksi yang kurang mendukung tentu lebih memungkinkan terbentuknya perilaku negatif.

Arfin (2002) mengatakan adanya dampak dari perilaku pacaran yang bagi remaja antara lain :


(28)

Seiring aktivitas berpacaran pasti terdapat sesuatu permasalahan yang dapat membuat pasangan tersebut bertengkar. Dampak dari pertengkaran itu dapat mempengaruhi prestasi mereka di sekolah. Terapi tidak menutup kemungkinan dapat mendorong remaja untuk lebih meningkatkan prestasi sekolah.

b. Pergaulan sosial

Pergaulan sosial dikalangan remaja bisa tambah meluas atau menyempit. Pergaulan sosial dikalangan siswa bisa tambah menyempit, jika pacar membatasi pergaulan dengan yang lain. Pergaulan tambah meluas, jika interaksi tidak hanya dengan pacar melainkan dengan teman, keluarga dan lainnya.

c. Mengisi waktu luang

Aktifitas pacaran yang dilakukan oleh remaja bisa bertambah bervariasi atau justru malah terbatas. Umumnya, aktifitas pacaran yang tidak produktif misalnya mengobrol, nonton, dan makan. Sebaiknya menjadi aktifitas yang lebih berpositif yang bermanfaat misalnya mengerjakan tugas bersama, bertukar hobby dan bertukar ilmu pengetahuan yang baru dan bermanfaat.

d. Berkembang perilaku baru

Pacaran dapat bermakna munculnya perilaku yang positif. Pacaran yang sehat bisa membantu seseorang mengembangkan


(29)

perilaku yang positif. Misalnya pacaran dengan orang hobinya fotografi, maka ada beberapa hal pelajaran baru yang kita dapat dari hobi pacar tersebut.

e. Mempunyai sikap saling terbuka

Sikap saling terbuka mau berbagi pikiran dan perasaan secara terbuka, jujur, mau berterus terang dengan perasaan kita terhadap tingkah laku pacar sehingga satu sama lain siap menerima kritik maupun saran.

f. Perasaan aman, nyaman, tenang serta terlindungi. Masa berpacaran setiap pasangan dapat dilakukan untuk saling mengekspresikan perasan akan memberikan kesempatan bagi pasangan dapat berpacaran sebagai teman untuk berbagi suka dan duka serta saling member dan menerima dengan demikian akan menimbulkan perasan aman nyaman, tenang, bahkan merasa terlindungi.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pacaran

Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pacaran yang dapat mencegah remaja terhindar dari hubungan seksual pranikah menurut (Esti & Sri 2008)

a. Usia saat memulai berpacaran umur 15 tahun ke atas. Sikap hati-hati dalam berpacaran tidak merupakan masalah bagi anak laki-laki. Pada usia 15 tahun, banyak bagi anak laki-laki yang belum tertarik pada perempuan atau justru tidak berpacaran meskipun


(30)

mereka sudah tertarik. Berbeda dengan anak perempuan, anak perempuan lebih matang daripada anak laki-laki secara fisik dan sosial. Oleh karena itu, anak perempuan mulai berpacaran lebih awal. Tetapi anak laki-laki seusia mereka sering kali belum minat atau tertarik, sehingga anak perempuan kemudian berpacaran dengan anak laki-laki usia di atasnya. Secara psikologi, anak perempuan lebih cepat matang dibandingkan dengan anak-anak laki-laki. Sehingga di usia 15 tahun, anak perempuan sudah lebih dahulu memiliki daya tarik kepada anak laki-laki.

b. Keterbukaan anak kepada orang tua

Sikap keterbukaan anak terhadap kedua orang tua diperlukan dalam hubungan berpacaran. Orang tua dapat membimbing dan mengarahkan anak-anaknya agar tidak terjerumus dalam hubungan berpacaran yang tidak sehat. Komunikasi dua arah antara anak dengan kedua orang tua sangat diperlukan dengan kedua orang tua sangat diperlukan dalam hubungan ini.

c. Batasan-batasan dalam berpacaran

Dalam berpacaran ada istilah berkencan, berkencan yaitu pergi berdua dengan pacar. Berikan persyaratan sebelum berkencan, misalnya lamanya berkencan dari jam 07.00 malam sampai 09.00 malam. Batasan kencan saat pacaran agar orang tua mengingatkan anak-anaknya tidak terhanyut dalam hubungan yang romantic terlalu lama. Remaja masih terlalu dini karena keduannya belum


(31)

matang dan belum tahu arti komitmen yang sesungguhnya. Komitmen merupakan sebuah sikap dan tanggung jawab untuk menjaga hubungan tetap berjalan dan menerima kekurangan pasangan.

d. Menghindari petting, belaian dan ekspresi cinta kasih fisik lainnya yang dapat mengarah timbulnya gairah seksual.

Berpacaran yang sehat akan menghindarkan aktifitas petting. Aktifitas tersebut hanya boleh dilakukan oleh orang yang sudah menikah. Namun, sebagian besar remaja yang nekat melakukan petting dan berakhir dengan melakukan hubungan seks. Tumbuhnya gairah seksual lebih menyenangkan dari pada kegiatan lainnya, pasangan yang pernah menuruti hawa nafsunnya untuk berhubungan seks menjadi tidak puas dengan kegiatan kencan lainnya yang biasa-biasa saja namun sebenarnya kegiatan itu yang lebih bermanfaat, berharga dan penuh arti seperti mengerjakan tugas sekolah bersama.

e. Waktu dalam berpacaran

Waktu dalam berkunjung harus dibatasi orang tua memberikan jam malam saat anaknya berpacaran. Misalnya, waktu berkunjung dibatasi sampai dengan pukul 21.00. Saat berpacaran di luar rumah pun orang tua perlu mengawasi serta memberikan batasan jam untuk anak kembali kerumah.


(32)

Kencan di luar sebaliknya dengan pengawalan atau diberi teman sehingga remaja tidak hanya pergi berdua saja. Hal ini yang perlu diwaspadai oleh remaja dalam berpacaran yaitu mengingat waktu. f. Mengembangkan filsafat keyakinan atau agama yang positif,

berkaitan dengan apa yang kita percayai tentang hidup, pacaran, pernikahan dan seks. Filsafat keyakinan atau agama yang positif mengajarkan remaja untuk berpacaran sehat menjaga mata atau pandangan yang mengarah pada timbulnya hawa nafsu.

5. Aspek Pacaran yang Sehat

Ada beberapa aspek-aspek penting dalam menjalin hubungan pacaran yang sehat. Pacaran sehat memiliki beberapa aspek menurut beberapa ahli,

Menurut Hirmaningsih (1997) meliputi tiga aspek : a. Aspek Fisik

Ketertarikan pacaran remaja terkadang karna fisik pasangan yang membuat remaja merasa nyaman. Perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja, yang berdampak terhadap perubahan-perubahan psikologis. Membina pacaran yang sehat menimbulkan sehat secara fisik. Contohnya : Menjaga kesucian pasangan (keperawanan dan perjaka), menerima kekurangan pacar (ganteng, cantik, tinggi dll), dan berolahraga bersama saat hari libur.


(33)

b. Aspek Psikis

Usia remaja, pacaran identik dengan suatu kesenangan seperti dapat saling mengekspresikan rasa sayang, cinta dan saling mendukung.

Pacaran sehat saling menjaga kenyamanan hati satu sama lain sehingga menimbulkan kebahagian dalam hubungan. Seseorang dapat dikatakan berpacaran sehat secara psikis apabila dalam berpacaran mendukung perkembangan pribadi masing-masing, menciptakan suasana hubungan yang sehat, membuat aman dan nyaman serta dapat saling, menghormati dan saling berbagi tanggung jawab. Contohnya : Jujur terhadap pasangan, menyemangati pacar, dan memperlakukan pacar dengan sopan. c. Aspek Sosial

Hidup didalam masyarakat pasti memiliki aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat setempat maupun adat istiadat kebiasaan budaya yang ada di dalam masyarakat.

Pacaran yang sehat secara sosial mampu memperhitungkan nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku dalam masyarakat (agama, budaya dan lingkungan) tempat kita hidup dan berinteraksi sosial. Manusia adalah makhluk sosial sehingga apapun yang dilakukan berpengaruh oleh orang lain.

Ada hal-hal tertentu yang merupakan hak sosial dalam hidup bermasyarakat. Contohnya : mengerti waktu berkunjung ke rumah


(34)

pacar, kita perlu memperhatikan batasan waktu yang sesuai dengan norma masyarakat setempat. Namun perlu kita sadari bahwa untuk norma sosial ini setiap daerah tertentu berbeda, maka dalam penerapan norma dalam berpacaran perlu disesuaikan dengan dimana dia tinggal. Patokan norma dan budaya setiap daerah berbeda.

B. Hakikat Remaja

Remaja adalah individu yang sedang berkembang dengan segala potensi yang dimiliki sehingga membutuhkan bimbingan dan arahan sesuai dengan tingkat perkembangannya. Menurut (Hurlock, 2003) remaja merupakan peralihan dimana perubahan secara fisik dan psikologis dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Perubahan psikologis yang terjadi pada remaja meliputi perubahan intelektual, kehidupan emosi, dan kehidupan sosial. Perubahan fisik mencakup organ seksual yaitu alat-alat reproduksi sudah mencapai kematangan dan mulai berfungsi dengan baik (Sarwono, 2009). Ini juga didukung oleh pendapat ahli lain yang mengatakan bahwa masa remaja merupakan peralihan masa perkembangan yang berlangsung sejak usia sekitar 10 atau 11 atau bahkan lebih awal sampai masa remaja akhir atau usia 20an awal. (Papalia dan Olds, 2009).

Menurut pendapat lain yang dikemukakan (Yusuf, 2013) remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus


(35)

perkembangan individu dan merupakan masa transisi yang dapat diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat. (Monks, 2006) menjelaskan bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak.

Masa remaja (12-21 tahun) merupakan masa peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Masa remaja yang sering dikenal dengan masa pencarian jati diri (Desmita 2012). Masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (2003) antara lain :

1. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya.

2. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menetukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan dirinya.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan pada emosi, perubahan tubuh, minat dan peran (menjadi dewasa yang


(36)

mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta keinginan akan kebebasan.

4. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa perananya dalam masyarakat.

5. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua menjadi takut.

6. Masa remaja adalah masa yang tidak realistis. Remaja cenderung memandang kehidupan dari kaca mata yang berbeda, melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih cita-cita.

Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan di dalam usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan di dalam memberikan kesan bahwa mereka hampir atau sudah dewasa yaitu dengan merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks.

Munculnya perilaku menyukai lawan jenis (pacaran) di kalangan remaja yang marak belakangan ini tidak terlepas dari pengaruh era globalisasi yang dianggap sebagai bentuk modernitas bagi sebagian remaja (Belina, 2013). Perilaku


(37)

menyukai lawan jenis (pacaran) yang dilakukan oleh remaja akhir-akhir ini cukup memprihatinkan. Perilaku menyukai lawan jenis (pacaran) pada remaja pada dasarnya bukan murni tindakan mereka saja (faktor internal) melainkan ada faktor pendukung dari luar (faktor eksternal). Menurut Kartono (1995), menjelaskan perilaku menyukai lawan jenis (pacaran) yang dilakukan oleh remaja pada umumnya disebabkan oleh keharmonisan dalam kehidupan psikisnya yang ditandai dengan bertumpuknya konflik-konflik batin, kurang mampu mengendalikan nafsu, kurang berfungsinya hati nurani, dan dari kehidupan keluarga. Faktor-faktor yang berasal dari luar individu tersebut yaitu, faktor mendukung remaja untuk melakukan perilaku seksual.

C. Pengertian Bimbingan Pribadi-Sosial

Menurut Winkel dan Hastuti (2006), bimbingan Pribadi-Sosial berarti bimbingan dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seksual dan sebagainya; serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).


(38)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini menguraikan tentang metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, subjek penelitian, alat dan teknik instrumen pengumpulan data, dan prosedur dan teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan survei. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Best, dalam Sukardi, 2003).

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitiannya adalah siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap

pada tahun ajaran 2015/2016. Total subjek penelitian berjumlah 66 siswa, dengan

pembagian kelas XA 21 siswa, XC 23 siswa, dan XH 22 siswa. Uji coba penelitian

dilakukan dalam waktu yang sama dikarenakan keterbatasan waktu yang menjadi alasan

pihak sekolah. Penelitian dan uji coba dilakukan pada tanggal 23 Mei 2016. Dipilih kelas

X sebagai subyek penelitian karena siswa-siswi kelas X masih tingkat awal kelas di

sekolah lanjutan pertama dimana mereka sebelumnya bersekolah di SMP dan merupakan


(39)

Tabel 1

Rincian Subjek Penelitian Siswa Kelas X Di SMA Yos Sudarso Cilacap

Tahun ajaran 2015/2016

Kelas Jumlah Siswa X A 21 Siswa X C 23 Siswa X H 22 Siswa

Total 66 Siswa

C. Alat dan Teknik Instrumen Pengumpulan Data

Sukardi (2003) menjelaskan bahwa penelitian dapat dilakukan dengan menggunakan satu metode atau lebih. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Angket yang disusun menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2011).

1. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Angket tentang pemahaman pacaran yang sehat. Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2011). Item-item angket ini disusun oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek pemahaman pacaran yang sehat.

Pernyataan yang terdapat dalam Inventori ini terdiri dari pernyataan favourable dan pernyataan unfavourable. Pernyataan favourable merupakan konsep keperilakuan yang setuju atau mendukung atribut/variabel yang diukur. Sedangkan pernyataan unfavorable yaitu konsep keperilakuan yang tidak


(40)

setuju/tidak mendukung atribut/variabel yang diukur.

Instrumen penelitian ini menyediakan 4 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Alternatif jawaban Ragu-ragu (RG) tidak disertakan untuk mengurangi kecenderungan responden dalam memberikan jawaban yang netral (central tendency effect) dan untuk meningkatkan variabilitas respon. Pemberian skor untuk setiap alternatif jawaban untuk masing-masingitem pernyataan dalam instrument ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2

Skoring Inventori Tingkat Pemahaman Pacaran yang Sehat Alternatif

Jawaban

Skor Favourable

(+)

Skor Unfavourable

(-)

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3 Sangat Tidak Setuju 1 4

Responden diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan yang terdapat pada Angket/Inventori pemahaman pacaran yang sehat dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan dengan cara memberi tanda centang (√). Skoring dilakukan dengan cara menjumlahkan jawaban responden pada masing-masing item. Dengan demikian dapat diketahui pemahaman pacaran yang sehat pada subjek penelitian ini. Semakin tinggi jumlah skor yang diperoleh, maka semakin tinggi pula pemahaman pacaran yang sehat, sebaliknya semakin rendah jumlah skor yang diperoleh, maka semakin rendah pula pemahaman pacaran yang sehat.


(41)

2. Kisi-kisi Angket Uji Coba

Kisi-kisi item berdasarkan aspek-aspek pemahaman pacaran yang sehat siswa, yang digunakan sebagai angket ujicoba item dapat dilihat pada tabel 3 dibawah ini.

Tabel 3

Kisi-Kisi Angket Uji Coba Pemahaman Pacaran yang Sehat

No Aspek-aspek Indikator Item

Favorable

Item Unfavorable

1. Fisik

a. Pasangan yang membuat remaja merasa nyaman.

b. Aktivitas yang dilakukan saat pacaran.

1, 12, 21, 32, 34

2, 46, 58

2. Psikis

a. Saling mengekspresikan rasa sayang.

b. Pacaran saling mendukung

perkembangan pribadi masing-masing.

3, 4, 5, 10, 11, 14, 22, 24, 25, 31, 33, 35, 38, 45

6, 7, 8, 9, 20, 23, 26, 27, 29, 30, 36, 37, 39, 59

3. Sosial

a. Memiliki aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat setempat.

b. Berinteraksi sosial dengan orang lain (keluarga, teman, dan kerabat lainnya).

13, 15, 41, 42, 43, 44, 51, 52, 53, 54, 55

16, 17, 18, 19, 18, 40, 47, 48, 49, 50, 56, 57, 60

Jumlah Item 30 30

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen a. Validitas

Validitas adalah taraf sampai di mana suatu alat tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur (Masidjo, 1995). Menurut Ary, Jacobs, dan Razavieh (dalam Furchan, 2007) validitas berhubungan dengan sejauh mana suatu alat mampu mengukur apa yang dianggap orang seharusnya diukur oleh alat tersebut. Menurut Azwar (2007) validitas menunjuk pada sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya.


(42)

Validitas yang diuji untuk instrumen penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi alat ukur dengan analisis rasional dengan cara professional judgement (Azwar 2007). Menurut Ary, Jacobs, dan Razavieh (2007) validitas isi tidak dapat dinyatakan dengan angka namun pengesahannya berdasarkan pertimbangan yang diberikan oleh ahli (expert judgement). Dalam penelitian ini, instrumen penelitian dikonstruksi berdasarkan aspek-aspek yang akan diukur dan selanjutnya dikonsultasikan pada ahli (dosen pembimbing).

Hasil konsultasi dan telah yang dilakukan oleh ahli dilengkapi dengan pengujian empirik dengan cara mengkorelasikan skor-skor setiap item instrumen terhadap skor-skor total aspek dengan teknik korelasi Spearman's rho menggunakan aplikasi program komputer SPSS for 16.0 Windosw. Rumus korelasi Spearman's rho adalah sebagai berikut :

Keterangan :

Keputusan ditetapkan dengan nilai koefisien validitas yang minimal sama dengan 0,25 (Azwar, 2007). Apabila terdapat item yang memiliki nilai koefisien di bawah 0,25 maka item tersebut dinyatakan gugur.


(43)

Tabel 4

Hasil Penghitungan Koefisien Korelasi Item Instrument Penelitian

Hasil Validitas ada pada lampiran 2. b. Reliabilitas

Reliabilitas artinya adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran (Azwar, 2007). Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut sebagai reliabel (Azwar, 2010). Sukardi (2003) mengatakan bahwa pengukuran yang menggunakan instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila alat ukur yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur.

Aspek Indikator No Item Valid Tidak

Valid Fisik

a. Pasangan yang membuat remaja merasa nyaman. b. Aktivitas yang sehat

dilakukan saat pacaran.

1, 2, 21, 32, 34, 46, 58

1, 21, 32,

46, 58 2, 34

Psikis

a. Saling mengekspresikan rasa sayang.

b. Pacaran saling mendukung perkembangan pribadi masing-masing.

3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 30, 31, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 45, 59

3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 14, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 29, 31, 33, 35, 36, 38, 39, 45, 59

30, 37

Sosila

a. Memiliki aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat setempat.

b. Berinteraksi sosial dengan orang lain (keluarga, teman, dan kerabat lainnya).

13, 15, 16, 17, 18, 19, 28, 40, 41, 42, 43, 44, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55, 56, 57, 60

13, 15, 16, 17, 18, 19, 28, 40, 41, 42, 43, 44, 47, 49, 50, 51, 53, 54, 55, 57, 60

48, 52, 56


(44)

Perhitungan indeks reliabilitas angket penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α). Adapun rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α) adalah sebagai berikut:

α =

2[1-

]

Keterangan rumus :

S12 dan S22 : varians skor belahan 1 dan varians skor belahan 2 Sx2 : varians skor skala

Setelah dihitung dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0, diperoleh perhitungan reliabilitas seluruh item instrumen menggunakan rumus koefisien alpha (α) yaitu 0, 984. Setelah itu hasil perhitungan indeks reliabilitas dikonsultasikan dengan kriteria Guilford (Masidjo, 1995).

Tabel 5 Kriteria Guilford

No Koefisien Korelasi Kualifikasi 1 0,91 - 1,00 Sanggat tinggi 2 0,71 - 0,90 Tinggi

3 0,41 - 0,70 Cukup 4 0,21 - 0,40 Rendah

5 negatif – 0,20 Sangat Rendah

Berdasarkan kriteria Guilford diketahui bahwa koefisiensi reliabilitas angket termasuk Tinggi. Item angket yang telah lolos uji validitas dan realibilitas disusun kembali menjadi angket yang digunakan untuk pengambilan data penelitian.

2 S

2 S + 2 S

x i x


(45)

D. Prosedur dan Teknik Analisis Data 1. Persiapan dan Pelaksanaan

a. Mempelajari buku-buku tentang Pemahaman Pacaran yang Sehat.

b. Menyusun angket tentang Pemahaman Pacaran yang Sehat dengan mengikuti

beberapa langkah yaitu:

1) Bertemu dengan Kepala Sekolah dan guru BK SMA Yos Sudarso Cilacap untuk meminta ijin mengadakan uji coba alat penelitian dan melaksanakan penelitian pada kelas X.

2) Melaksanakan uji coba penelitian di SMA Yos Sudarso Cilacap pada kelas X pada tanggal 23 Mei 2016.

3) Pengumpulan data uji empirik terhadap validitas dan reliabilitas angket uji coba dan merevisi angket.

4) Melaksanakan pengumpulan data di SMA Yos Sudarso Cilacap siswa kelas X.

2. Tahap Pengumpulan Data

Subyek untuk pengumpulan data angket ini yaitu siswa-siswi kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap tahun ajaran 2015/2016. Alasan peneliti memilih subyek ini karena siswa-siswi tersebut memiliki kriteria yang sama dengan subyek penelitian.

Angket yang telah diuji cobakan dan telah direvisi kemudian digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Pengumpulan data (pengisian angket) pada siswa-siswi kelas XA, XC, XH SMA Yos Sudarso tahun ajaran 2015/2016. Jumlah total siswa-siswi yang menjadi subyek penelitian sebanyak 66 orang.


(46)

3. Teknik Analisis Data

Sugiyono (2011) mengatakan bahwa analisis data merupakan kegiatan mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, serta melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah. Berikut merupakan langkah-langkah teknik analisis data yang ditempuh dalam penelitian ini :

1. Menentukan Skor dan Pengolahan Data

Penentuan skor pada item angket dilakukan dengan cara memberikan nilai dari angka 1 sampai 4 berdasarkan norma skoring yang berlaku dengan melihat sifat pernyataan favorable atau unfavorable, selanjutnya memasukkannya ke dalam tabulasi data dan menghitung total jumlah skor subjek serta jumlah skor item. Tahap selanjutnya adalah menganalisis data secara statistik menggunakan program aplikasi SPSS 16.0.

2. Menentukan Kategori

Pengkategorian pemahaman pacaran yang sehat SMA Yos Sudarso Cilacap disusun berdasarkan model distribusi normal. Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2009). Kontinum jenjang pada penelitian ini adalah dari sangat rendah sampai dengan sangat tinggi. Norma kategorisasi pada penelitian ini berdasar pada PAN (Penilaian Acuan Norma). PAN bertujuan untuk membedakan individu kelompok-kelompok mulai dari yang terendah sampai yang tertinggi.


(47)

Tabel 6

Norma Kategorisasi Karakter Subjek Penelitian

Skor Kategorisasi

µ + 1,5 σ < X Sangat Tinggi µ + 0,5 σ < X ≤µ + 1,5 σ Tinggi µ - 0,5 σ < X ≤µ + 0,5 σ Sedang µ - 1,5 σ < X ≤ µ - 0,5 σ Rendah X ≤ µ - 1,5 σ Sangat Rendah

Keterangan :

 Skor maksimum teoritik : Skor tertinggi yang diperoleh subyek penelitian berdasarkan perhitungan skala.

 Skor minimum teoritik : Skor terendah yang diperoleh subjek penelitian menurut perhitungan skala.

 Standar deviasi (σ/ sd) : Luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran.


(48)

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi uraian hasil penelitian dan pembahasan tentang jawaban dari pertanyaan pada rumusan masalah seberapa rendahkah pemahaman pacaran yang sehat siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap pada tahun ajaran 2015/2016, dan topik-topik bimbingan apa sajakah yang sesuai untuk mendukung pemahaman pacaran yang sehat. Penyajian hasil penelitian dilanjutkan dengan pembahasan dan usulan topik-topik bimbingan.

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Pemahaman Pacaran yang Sehat

Kategorisasi skor subjek penelitian dilakukan dengan tujuan untuk memetakan tinggi rendahnya pemahaman pacaran yang sehat subjek penelitian. Norma kategorisasinya adalah sebagai berikut :

X maksimum teoritik : 4 x 53 = 212 X minimum teoritik : 1 x 53 = 53 Luas jarak : 212 – 53 = 159 Standar deviasi (σ/ sd) : 159 : 6 = 26,5

Mean teoritik ( µ ) : ((26,5 + 53) : 2) = 39,75

Setelah dilakukan perhitungan, diketahui bahwa pemahaman pacaran yang sehat siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap pada tahun ajaran 2015/2016 adalah seperti yang disajikan pada tabel 7.


(49)

Tabel 7

Pemahaman Pacaran yang Sehat siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap

pada tahun ajaran 2015/2016 Norma/Kriteria Skor Skor Jumlah

Subyek Persentase Kategori

µ + 1,5 σ < X >81 - - Sangat Tinggi

µ + 0,5 σ < X ≤µ + 1,5 σ 54 – 80 53 100% Tinggi

µ - 0,5 σ < X ≤µ + 0,5 σ 28 – 53 - - Sedang

µ - 1,5 σ < X ≤ µ - 0,5 σ 1- 27 - - Rendah

X ≤ µ - 1,5 σ ≤ 0 - - Sangat

Rendah

Berdasarkan tabel 7 dan gambar 1, terlihat bahwa: 100%

Grafik 1

Pemahaman Pacaran yang Sehat siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap

pada tahun ajaran 2015/2016 Tinggi


(50)

a. Tidak ada siswa (0 %) yang memiliki pemahaman pacaran yang sehat dalam kategori sangat tinggi. Artinya yaitu, bahwa tidak ada kategori siswa yang sangat tinggi dalam pemahaman pacaran yang sehat.

b. Ada 53 siswa (100 %) yang memiliki pemahaman pacaran yang sehat dalam kategori tinggi. Artinya yaitu, bahwa 53 siswa (100%) yang tinggi dalam pemahaman pacaran yang sehat.

c. Tidak ada siswa (0 %) yang memiliki pemahaman pacaran yang sehat dalam kategori sedang. Artinya yaitu, bahwa tidak ada siswa yang sedang dalam pemahaman pacaran yang sehat.

d. Tidak ada siswa (0 %) yang memiliki pemahaman pacaran yang sehat dalam kategori rendah. Artinya yaitu, bahwa tidak ada siswa yang rendah dalam pemahaman pacaran yang sehat.

e. Tidak ada siswa (0 %) yang memiliki pemahaman pacaranyang sehat dalam kategori sangat rendah. Artinya yaitu, bahwa tidak ada siswa yang sangat kurang paham dalam pacaran sehat.

2. Analisis Item Pemahaman Pacaran yang Sehat

Berdasarkan data yang terkumpul dan diolah dengan menggunakan kriteria Azwar (2007) didapat skor-skor item yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Pengukuran Item ini digunakan untuk melihat item mana saja yang sudah baik dan kurang baik. Berikut disajikan hasil perhitungan skor item pemahaman pacaran yang sehat. Berdasarkan norma kategori ditetapkan pengelompokan tinggi rendah skor butir


(51)

pacaran yang sehat pada kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap pada tahun ajaran 2015/2016 dengan jumlah subjek 66 diperoleh unsure perhitungan skor item sebagai berikut :

X maksimum teoritik : 4 x 66 = 264 X minimum teoritik : 1 x 66 = 66 Luas jarak : 264 – 66 = 198 Standar deviasi (σ/ sd) : 198 : 6 = 33

Mean teoritik ( µ ) : (264 + 66) : 2 = 165

Tabel 8

Penggolonggan Item Pemahaman Pacaran yang Sehat siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap pada Tahun Ajaran 2015/2016

Berdasarkan Tinggi Rendahnya Skor Norma/ Kriteria Skor Skor Jumlah

Item Peresentase Kategori

µ + 1,5 σ < X >215 41 73% Sangat Tinggi

µ + 0,5 σ < X ≤µ + 1,5 σ 182-215 8 16% Tinggi

µ - 0,5 σ < X ≤µ + 0,5 σ 149-182 3 9% Sedang

µ - 1,5 σ < X ≤ µ - 0,5 σ 116-149 0 - Rendah


(52)

Grafik 2

Penggolonggan Item Pemahaman Pacaran yang Sehat siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap pada Tahun Ajaran 2015/2016 Berdasarkan Tinggi Rendahnya

Skor

Dari tabel 8 dan gambar 2, terlihat bahwa:

a. Terdapat 41 item atau (73 %) skor item pemahaman pacaran yang sehat dalam kategori sangat tinggi. Item-item yang berada pada kategori sangat tinggi ini menunjukkan bahwa item-item itu mencerminkan pemahaman pacaran yang sehat sangat baik.

b. Terdapat 8 item (16%) skor item pemahaman pacaran yang sehat mengambil pemahaman dalam kategori yang tinggi. Item-item yang berada pada kategori

73% 16%

9% 2%

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah


(53)

tinggi ini menunjukkan bahwa item-item itu mencerminkan pemahaman pacaran yang baik.

c. Ada 3 item atau (9%) skor item pemahaman pacaran yang sehat dalam kategori sedang. Item-item yang beradapada kategori sedang ini menunjukkan bahwa item-item itu mencerminkan pemahaman pacaran yang cukup baik.

d. Tidak ada item atau (0%) skor item pemahaman pacaran yang dalam kategori rendah. Item-item yang berada pada kategori rendah ini menunjukkan bahwa item-item itu mencerminkan pemahman pacaran yang kurang baik.

e. Terdapat 1 item atau (2%) skor item pemahaman pacaran yang sehat dalam kategori sangat rendah. Item-item yang berada pada kategori sangat rendah ini menunjukkan bahwa item-item itu mencerminkan pemahaman pacaran yang sehat sangat kurang baik.

Secara keseluruhan menunjukan bahwa ketercapaian semua aspek pemahaman pacaran yang sehat dalam penelitian ini termasuk dalam kategori tinggi. Dari sangat tinggi dan tinggi skor di atas terlihat bahwa terdapat 41 butir item atau 73% yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, dan 8 butir item atau 16 % yang termasuk dalam kategori tinggi, 3 butir item atau 9% yang termsuk dalam kategori sedang, tidak ada atau 0 butir yang termasuk dalam kategori rendah dan 1 butir item atau 2% yang termasuk dalam kategori sangat rendah. Jadi secara keseluruhan hasil pengkategorisasi item pada penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada item yang berada pada kategori rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa item terendah pada


(54)

penelitian ini adalah item yang berada pada kategori sangat sedang. Butir item tersebut dapat dilihat pada tabel 9 dibawah ini.

Tabel 9

Item Angket Pemahaman Pacaran yang Sehat siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap

pada Tahun Ajaran 2015/2016 yang Tergolong Kategori Sangat Rendah

Aspek Indikator Nomor

Item Skor Psikis Saling mengekspsikan rasa sayang 2 103

Item yang memiliki skor sangat redah tersebut akan digunakan sebagai dasar pembuatan program bimbingan untuk meningkatkan pemahaman pacaran yang sehat pada siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap tahun Ajaran 2015/2016.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian Pemahman Pacaran yang Sehat siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap pada Tahun Ajaran 2015/2016 memiliki pemahaman pacaran yang sehat sangat baik. Tidak ada siswa (0%) memiliki pemahaman pacaran yang sehat kategori sangat tinggi, 53 siswa (100%) memiliki pemahaman pacaran yang sehat tinggi, tidak ada siswa (0%) yang memiliki pemahaman pacaran yang sehat sedang, tidak ada siswa (0%) memiliki pemahaman pacaran yang sehat rendah dan tidak ada siswa (0%) memiliki pemahaman pacaran yang sehat sangat rendah. Dari hasil penelitian tersebut tampak bahwa sebagian besar Pemahaman Pacaran yang


(55)

Sehat siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap pada Tahun Ajaran 2015/2016 mempunyai pemahaman pacaran yang sehat.

Baiknya pemahaman pacaran yang sehat pada siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap pada Tahun Ajaran 2015/2016 dapat dilihat dari tiga aspek dalam berpacaran yang sehat (Hirmaningsih, 1997) yaitu pertama, secara fisik, siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap pada Tahun Ajaran 2015/2016 ini dapat dikatakan mampu menjaga dan menghargai fisik yang menjadi milik masing-masing sebagai anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Sehingga mereka mampu menjaga fisiknya dari segala hal yang dapat membahayakan fisiknya. Bahaya fisik dalam berpacaran meliputi bahaya sebagai akibat dari aktivitas-aktivitas dalam pacaran yang dapat menyebabkan gairah seksual, bahaya tertular penyakit menular seksual (PMS), bahaya dari kekerasan fisik serta berbagai hal yang membahayakan bagi fisik dalam berpacaran. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh pemahaman siswa mengenai pacaran yang sehat.

Pemahaman siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap pada Tahun Ajaran 2015/2016 ini baik, sehingga dalam berpacaran siswa-siswa ini dapat dikatkan berpacaran secara wajar yang selama ini mereka lakukan dangan mengkhawatirkan bahaya-bahaya yang akan datang.

Kedua, secara psikis, dalam berpacaran mereka akan bisa saling mendukung apalagi dalam hal ini siswa masih duduk dibangku X SMA, masa depan mereka masih panjang. Karena hal tersebut mungkin siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap pada Tahun Ajaran 2015/2016 dalam berpacaran saling mendukung satu


(56)

sama lain dan sangat hati-hati. Mereka berusaha untuk tidak menjadi penghambat untuk mereka yang ingin berkembang. Justru dengan berpacaran dapat menimbulkan perasaan yang nyaman, aman dan bahagia secara psikis. Meski berpacaran, namun tidak lupa dan tidak meninggalkan kewajibannya sebagai pelajar yaitu belajar.

Sehingga masing-masing dapat saling mendukung perkembangan untuk menjadi pribadi yang berkembang secara utuh dan optimal sesuai dengan bakat dan minatnya. Aspek psikis ini sangat mempengaruhi pemahaman siswa mengenai pacaran yang sehat. Dengan memperhatikan aspek psikis, mereka akan lebih berhati-hati dalam berpacaran, karena bagi mereka berpacaran adalah saling mendukung, saling menghagai satu sama lain dan membuat perasaan aman, nyaman dan bahagia.

Ketiga, secara sosial, siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap pada Tahun Ajaran 2015/2016 dalam berpacaran mampu mempertimbangkan nilai-nilai atau norma yang berlaku dimasyarakat tempat mereka tinggal. Norma-norma tersebut seperti norma agama, adat, budaya yang ada dimana mereka tinggal. Untuk itu mereka dapat termasuk dalam kategori sangat baik dan baik dalam pemahaman pacaran yang sehat.

Berdasarkan keterangan diatas, siswa yang telah memiliki pemahaman pacaran yang sehat pada kategori baik berarti telah memahami tiga aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial dalam berpacaran. Diharapkan siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap pada Tahun Ajaran 2015/2016 tidak hanya dapat memahami ketiga aspek tersebut namun mereka dapat menerapkan ketika menjalin hubungan dengan lawan jenis atau berpacaran. Apalagi ketiga aspek tersebut dapat diterapkan dan


(57)

dijakankan dengan baik maka akan mengurangi jumlah remaja yang terjerumus dalam gaya berpacaran yang tidak sehat.

Hal ini menunjukkan bahwa siswa kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap pada Tahun Ajaran 2015/2016 sebagian besar dianggap telah memahami pacaran yang sehat yang mencangkup ketiga aspek yaitu aspek fisik, psikis, dan sosial meskipun tetap perlu adanya pengawasan serta memerlukan pendampingan lebih lanjut.

C. Usulan Topik Bimbingan

Berdasarkan item-item yang menunjukkan bahwa pemahaman pacaran yang sehat baik, namun ada item yang rendah, dan sangat rendah makadibuatlah usulan topik-topik bimbingan yang dimaksutkan untuk mengembangkan pemahaman pacaran yang sehat siswa yang masih rendah dan sangat rendah. Usulan yang dimaksudkan disajikan pada tabel 10.


(58)

Tabel 10

Usulan Topik Bimbingan untuk Meningkatkan Pemahaman tentang Pacaran yang Sehat Pada Siswa Kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap Tahun Ajaran

2015/2016 pada kategori sangat rendah

No Aspe

k Item

Topik

Bimbingan Tujuan Metode Waktu

Referensi 1 Psikis Menerima

kekurangan pacar (romantis, perhatian, peka dan sabar) Etika Berpacaran / Etika dalam pergaulan. Mampu mengidentif ikasikan kebiasaan yang baik dalam berpacaran maupun pergaulan dengan teman sebaya. Menggunak an media bimbingan, ceramah singkat, tanyajawab, diskusi, refleksi

2jp Murdoko, E. Widijo Hari, 2006, The Power of A Winner,

Yogyakarta : Graden Book. Gea, Antonius Atosokhi, S. Th. MM. ddk, 2002, Relasi Degan Diri Sediri, Jakarta ; Elex Media Komputer.


(59)

44 BAB V PENUTUP

Bab ini memaparkan kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran untuk berbagai pihak.

A. Kesimpulan

Kesimpulan diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pemahaman tentang Pacaran Sehat Pada Siswa Kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap Tahun Ajaran 2015/2016 memiliki pemahaman pacaran sehat yang tinggi. Subjek penelitian 66 siswa pada kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap tahun Ajaran 2015/2016. Jumlah item angket uji coba 60 dan setelah di uji coba ada 53 item angket yang valid, 7 item angket yang gugur.

Perhitungan data siswa siswi penelitian pemahaman pacaran yang sehat dalam katagori sangat tinggi yaitu tidak ada siswa (0%), katagori tinggi 53 (100%), katagori sedang tidak ada siswa (0%), katagori rendah tidak ada siswa (0%), katagori sangat rendah tidak ada siswa (0%). Hasil implikasi terhadap usulan topik-topik bimbingan ditemukan bahwa sebanyak 41 item (73%) memiliki kategori tinggi, 8 item (16%) memiliki kategori sedang, 3 item (9%) memiliki kategori sedang, tidak ada atau 0 item (0%) memiliki kategori redang, 1 item (2%) memiliki kategori sangat rendah.

Dari hasil penelitian, didapat satu item kuesioner yang teridentifikasi sangat rendah yaitu “saling mengekspsikan rasa sayang”. Berdasarkan 1 item


(60)

kuesioner yang teridentifikasi rendah, peneliti membuat/mengusulkan topik-topik bimbingan yang sesuai untuk mengembangkan serta meningkatkan Pemahaman tentang Pacaran yang Sehat Pada Siswa Kelas X SMA Yos Sudarso Cilacap Tahun Ajaran 2015/2016.

B. Keterbatasan Penelitian

Berikutini dipaparkan keterbatasan penelitian yang masih terkandung dalam penelitian ini.

1. Angket yang digunakan adalah angket tertutup yang mempunyai kelemahan yaitu membatasi siswa dalam menanggapi pernyataan dalam angket tertup. 2. Keterbatasan jumlah siswa dalam tiap kelasnya, karna tiap kelas hanya

berjumlah 25 siswa.

3. Hasil penelitian ini bukanlah suatu hasil yang tetap karena tingkat pemahaman siswa dapat berubah seiring tingkat perkembangan usianya, sehingga hasil penelitian ini tidak bisa menjadi patokan mengenai pemahaman pacaran yang sehat seseorang dalam waktu jangka panjang.

4. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini merupakan siswa kelas X SMA yang merupakan usia peralihan dari usia anak-anak ke remaja, dimana usia kelas X merupakan usia remaja awal dan sedang dalam proses mencapai tugas perkembangan sehingga hasil yang diperoleh pada usia kelas X tersebut belum maksimal.


(61)

C. Saran

1. Bagi guru BK SMA Yos Sudarso Cilacap

a. Guru BK diharapkan dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk membuat program-program yang relevan bagi siswa untuk meningkatkan pemahaman pacaran yang sehat siswa-siswi.

b. Guru BK diharapkan mencoba melaksanakan usulan yang disajikan dalam skripsi ini.

c. Satuan-satuan Pelayanan Bimbingan Klasikal yang disajikan dalam skripsi ini masih perlu direvisi supaya ada konsistensi atar komponen-komponennya.

2. Bagi Peneliti Lain

Peneliti lain yang ingin melakukan penelitian dengan topik pemahaman pacaran yang sehat diharapkan:

a. Peneliti lain diharapkan untuk dapat mengembangkan penelitian ini dengan memperkaya teori-teori lain yang belum ada dalam penelitian. b. Peneliti lain menyusun angket penelitian pemahaman pacaran.

c. Penyusunan kisi-kisi angket hendaknya dibuat keseimbangan jumlah item pada setiap aspek dan indikator.

d. Penyusun angket hendaknya digunakan bahasa yang mudah dipahami oleh subjek penelitian.


(62)

47

Daftar Pustaka

A. A. Belina, 2013. Permisivisme Remaja Terhadap Kehamilan Pranikah pada Siswa-Siswi SMK Komputer Karanganyar – Kebumen. Jurnal Developmental and Clinical Psychology. Vol. 2. No. 1:39-40.

Arthur, Guerney C and Kenney, Hall E.1997. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran: EGC

Ary, Donald. Jacobs, LC. Razavieh, A (terjemahan oleh Furchan). 2007. Penelitian dalam Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Aden, R. 2010. Ketika Remaja dan Pubertas Tiba. Yogyakarta : Hanggar Kreaton Adimassana, Y. B. 2010. Reader Teologi Moral. Yogyakarta : Universitas Sanata

Dharma.

Arifin, N. 2002. Kekerasan Dalam Pacaran. http: // www. google. com/ kekerasan dalam pacaran / Gender Kesrepro/ . Diunduh pada tanggal 16 - 7 - 2015. Pukul 09.46 WIB

Azwar, S. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_______. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_______. 2009. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

_______. 2009. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka Pelajar. _______. 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

BKKBN. 2010. Perilaku Pacaran Remaja Memprihatinkan. Jakarta : BKKBN http://gayahidup.inilah.com/read/detail/2045124/bkkbnperilaku-pacaran-remaja-memprihatinkan/. Diunduh pada hari : Rabu, 9-9-2015. Pukul 15.32 WIB.


(63)

_______. 2013. Perilaku Pacaran Remaja Memprihatinkan. Jakarta : BKKBN http://gayahidup.inilah.com/read/detail/2045124/bkkbnperilaku-pacaran-remaja-memprihatinkan/. Diunduh pada hari : Rabu, 9-9-2015. Pukul 15.32 WIB.

Decey & Keny. 1997. Adolescent Development (2nd ed). USA : Brown & Benchmark Publishers.

Degenova & Rice. 2005. Intimate Relationships, Marriages & Families. Journal 6th ED. New York : Mc. Graw-hill.

Dian dan Sri Fatmawati Mashoedi. 2012. Hubungan Interpersonal. Jakarta : Selemba Humanik.

Desmita, 2012. Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda Karya.

Esti Wuryani D, Sri. 2008, Pendidikan Seks Keluarga. Jakarta : PT Indiks.

Hendrick, S. S. 1998. The Relationship Assessent Scale. Journal of Sosial and Personal Relationships, 15 (vol.1), 137-142.

Hirmaningsih. 1997. Pacaran yang Sehat, Yogyakarta : PKBI

Hurlock, E.B (2002). Psikologi Perkembangan. 5th edition. Erlanga: Jakarta.

_______. 2003. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan. Jakarta : Erlangga.

_______. E.B. 1992. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi Kelima cetakan kedua. Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta : Erlangga.

Iwan. 2010. Masturbasi. Yogyakarta : Andi Offset.


(64)

Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita Mengenal Wanita sebagai Ibu dan Nenek (Jilid 2). Bandung : Mandar Maju

Masidjo, Ignatius. 1995. Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah. Yogyakarta : Kanisius.

Monks, F. J., Knoers, A. M. P., dan Haditomo, Sri Rahayu. 2006, Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagian. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Papalia, Diane E. & Olds, Sally Wendkos. 2009. Human Developmen (Edisi ke 10). New York: Mc Graw-Hill Inc.

Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI). 2007. Kebutuhan akan Informasi dan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Remaja.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Kependidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Sarwono. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta : Rajawali Pers.

Santrock. 2003. Adolescence. Perkembangan Remaja. Edisi keenam (alih Bahasa Shinto B. Adelar). Jakarta : Erlangga.

Winkel, W.S & Hastuti Sri MM. 2006. Bimbingan Konseling di Instuisi Pendidikan. Jakarta : Media Abadi.


(65)

50

L

A

M

P

I

R

A

N


(66)

51

Disusun oleh:

Tika Dwi Apriliani

111114014

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA


(67)

52

A. Pengantar:

Adik-adik yang terkasih,

Pada kesempatan ini saya meminta kesediaan anda untuk mengisi angket ini. Angket ini akan

dijadikan dasar dalam penyusunan kegiatan bimbingan. Isilah angket ini dengan teliti, jujur

dan sesuai dengan keadaan Anda.

Atas kesediaannya, saya ucapkan terima kasih.

B. Identitas Responden

Kelas :

Jenis Kelamin :

C. Petunjuk Pengisian

Berikut terdapat pernyatan-pernyataan yang berisi gambaran mengenai pemahaman

pacaran yang sehat. Anda diharapkan untuk membaca dan memahami masing-masing

pernyataan dengan baik. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan-pernyataan

tersebut sesuai dengan kondisi diri Anda saat ini, dengan memberi tanda centang (√) pada salah satu jawaban yang tersedia, yaitu :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Contoh :

No Perilaku dalam pacaran SS S TS STS

1. Memeriksa keadaan kendaraan sebelum

berpergian


(68)

53

No Perilaku dalam Pacaran Sangat

Setuju Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

(SS) (S) (TS) (STS)

1. Menjaga kesucian selama masa pacaran.

2. Memukuli pacar.

3. Saling menjaga, menyayangi, menghormati pasangan.

4. Memutuskan hubungan apabila pacar terlalu mengekang.

5. Jujur terhadap pasangan.

6. Membiarkan pacar mengatur segala aktivitas.

7. Menyakiti hati pacar.

8. Enggan berterus terang kepada pacar.

9. Ingin tahu setiap kegiatan pacar secara berlebihan.

10. Pacaran untuk bersenang-senang. (selalu bahagia tidak galau)

11. Sama-sama berprestasi di sekolah.

12. Berolahraga bersama pacar.

13. Berpamitan dengan orang tua ketika akan berpergian.

14. Memberi semangat pacar.

15. Tahu waktu saat berpacaran.

16. Berpacaran hingga larut malam.

17. Membolos sekolah dengan pacar.

18. Bermesraan di muka umum.

19. Pacaran di kantin pada jam pelajaran.

20. Melampiaskan emosi kepada pacar (kurang tampan/cantik)

21. Menerima kekurangan yang dimiliki pacar.


(69)

54

No Perilaku dalam Pacaran Sangat

Setuju Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

(SS) (S) (TS) (STS)

23. Menerima kekurangan pacar (romantis, sabar, mengerti)

24. Cemburu tanda sayang.

25. Berusaha untuk mengerti perasaan pacar.

26. Memaksakan kehendak pada pacar.

27. Cemburu yang berlebihan merupakan suatu bentuk ungkapan cinta.

28. Bermesraan di kelas saat pelajaran.

29. Beradu pendapat secara berlebihan dengan pasangan.

30. Memendam perasaan.

31. Saling mendukung pasangan untuk meraih cita-cita.

32. Memilih untuk menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan.

33. Saling memberikan dukungan untuk selalu belajar dengan giat.

34. Meluangkan waktu untuk menyalurkan hobi.

35. Mendukung dalam belajar.

36. Melarang pacar untuk mengikuti ekstrakulikuler.

37. Mengutamakan pacaran daripada belajar.

38. Dapat menerima perbedan pendapat

39. Lebih baik berpacaran dari pada mengikuti les.

40. Ketika sedang asik bermain dengan teman, pacar diabaikan.

41. Mematuhi norma dan sopan santun apabila di rumah pacar.

42. Membatasi jam kunjung pacar.

43. Menggunakan pakaian yang sopan saat berkunjung ke rumah pacar.


(70)

55

No Perilaku dalam Pacaran Sangat

Setuju Setuju

Tidak Setuju

Sangat Tidak Setuju

(SS) (S) (TS) (STS)

45. Memperlakukan pacar dengan sopan.

46. Bebas melakukan tindakan apapun dalam pacaran.

47. Pacaran di tempat yang remang-remang.

48. Bermesraan di depan umum.

49. Tidak peduli dengan aturan jam berkunjung yang ada di masyarakat.

50. Mengijinkan pacar untuk menginap di rumah.

51. Memberikan kesempatan pacar untuk melakukan kegiatan bersama teman-temannya.

52. Membagi waktu antara pacar, teman dan keluarga.

53. Terbuka dengan orang tua tentang hubungan pacaran.

54. Berani mengenalkan pacar kepada orang tua/teman.

55. Belajar bersama dengan teman dan pacar.

56. Tidak suka apabila pacar berteman dengan orang lain.

57. Melarang pacar untuk berkunjung ke acara ulang tahun temannya.

58. Kemanapun pergi harus diantar jemput pacar.

59. Memilih untuk kencan dari pada mengikuti ekstrakulikuler.


(1)

61

Lampiran 4.

SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

A. Topik/Pokok Bahasan : Berfikir positif dalam berpacaran.

B. Tugas Perkembangan : Mengembangkan sikap positif terkait pacaran yang sehat C. Bidang Bimbingan : Pribadi-Sosial

D. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal

E. Fungsi Layanan : Pemahaman, pencegahan, pengembangan F. Standar Kompetensi : Memahami arti pacaran

G. Kompetensi Dasar : Memiliki pemahaman mengenai pacaran yang sehat H. Indikator :

1. Pertemuan I : a. Menyebutkan pengertian pacaran b. Menjelaskan arti pacaran yang sehat 2. Pertemuan II :

I. Tujuan Global : Siswa memperoleh manfaat dan dapat menyerap ilmu yang positif yang nantinya dapat berguna dalam kehidupan sehari-harinya (terkait pacaran yang sehat), serta mencegah dampak negatif dari perilaku pacaran para siswa.

J. Sasaran Pelayanan : Siswa SMA Kelas X K. Materi Pelayanan

1. Pertemuan I : Mengenal pacaran yang sehat. 2. Pertemuan II : -

L. Prosedur/Proses :

No Kegiatan Guru Siswa Durasi

1 Pengantar Pembimbing mengawali pelayanan dengan

memaparkan tujuan kegiatan yang akan dilakukan dan memberikan penjelasan.

Siswa terlibat aktif dengan mendengarkan

5 menit

2 Penyajian Materi a. Pembimbing

menayangkan video tentang gaya pacaran remaja.


(2)

62

mengulangi dan bertanya jawab mengenai topik pacaran yang sehat. c. Pembimbing membentuk kelompok beranggotakan lima orang. Kemudian siswa diinstruksikan untuk berdiskusi mengenai bagaimana seharusnya pacaran yang sehat itu.

Siswa mengikuti apa yang di instruksikan oleh pembimbing dan ikut terlibat secara aktif

25 menit

4 Mengerjakan tugas

Pembimbing memberikan Lembar Kerja Siswa yang berkaitan dengan pacaran yang sehat.

Perwakilan dari setiap kelompok membacakan jawabannya dengan suara lantang

5 menit

5 Penutup Pembimbing meminta siswa menyimpulkan sendiri sesuai dengan pengetahuannya setelah mengikuti kegiatan ini dan pembimbing menutup kegiatan.

Siswa terlibat aktif 5 menit

M. Tempat Penyelenggaraan : Ruang Kelas N. Waktu : 40 menit

O. Penyelenggara Pelayanan : Guru BK

P. Pihak-pihak yang disertakan dalam penyelenggaraan pelayanan dan peranannya masing-masing :

1. Guru BK : Guru BK disini berperan sebagai pemberi layanan bimbingan kepada para siswa.

2. Wali Kelas : Wali Kelas disini berperan sebagai pemberi informasi kepada guru BK terkait para siswa beserta permasalahannya.

3. Guru Mata Pelajaran : Guru Mata Pelajaran disini berperan sama seperti Wali Kelas, yaitu memberi informasi mengenai para siswa beserta permasalahannya kepada guru BK.


(3)

63

Q. Alat : Laptop, LCD, Speaker R. Evaluasi :

1. Spesifik : Jelaskanlah bagaimana cara berpacaran yang sehat!

2. Global : Jelaskanlah apa manfaat dari memiliki pengetahuan tentang pacaran yang sehat!

S. Rencana Tindak Lanjut : Minggu depan pembimbing akan melihat perkembangan dari para siswa.


(4)

(5)

(6)

ABSTRACT

THE STUDENTS’ UNDERSTANDING OF DATING RELATIONSHIP OF

TENTH GRADE STUDENTS OF

YOS SUDARSO CILACAP

IN ACADEMIC YEAR 2015/2016 AND THE IMPLICATION OF

GUIDING TOPICS

Tika Dwi Apriliani

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2016

This research was conducted based on understanding problems about

dating relationship of tenth grade students of Yos Sudarso Cilacap. This objective

of the research was to know the highest stude

nts’ understanding of dating

relationship and the implication of guiding topics.

The research design was descriptive quantitative with survey approach.

The research subjects were 66 students at tenth grade students of SMA Yos

Sudarso Cilacap. The research instrument was questionnaire with Likert scale.

The validity and reliability data by using SPSS to analyze the correlation between

students’ understanding and appropriate guiding topics, the reliability data was

used Alpha Cronbach coefficient.

The research findings were none students (0%) have very high, fair, poor,

and very poor categories. Meanwhile, 53 students (100%) have high

understanding category. The implication result of appropriate guiding topics were

41 items (73%) have very high category, 8 items (16%) have high category, 3

items (9%) have fair category, none items (0%) have poor category, and 1 item

(2%) has very poor category. It can be concluded that the appropriate guiding

topic for tenth grade students of Yos Sudarso Cilacap was psychological aspect

with indicator sharing feeling love expression.


Dokumen yang terkait

Identifikasi kesalahan konsep fisika tentang suhu dan kalor (Studi deskriptif pada siswa kelas I5 cawu III SMU Negeri Rambipuji Jember tahun ajaran 2000/2001

0 6 55

Identifikasi miskonsepsi materi biologi kelas II semester 1 pada siswa SMP negeri di kecamatan Kencong tahun ajaran 2003/2004

2 6 94

pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta pusat tahun ajaran 2014/2015

4 24 258

latihan ulangan semester 1 ipa kelas 3 tentang lingkungan sehat dan tidak sehat

0 38 2

Pengaruh motivasi belajar terhadap kemampuan abstraksi siswa di kelas VII SMPN 01 Kalidawir Tulungagung tahun ajaran 20172018

0 0 6

View of Rancang Bangun Aplikasi Pembayaran Sekolah Menggunakan Java Dan MySQL Berbasis Client Server Di SMA Yos Sudarso Cilacap

0 1 14

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 10

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 28

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 25

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 29