Analisis Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kinerja Guru (Studi Kasus Sekolah Dasar Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar).

(1)

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama : Ni Luh Anggayani NIM : 1221205010

Judul : Analisis Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru (Studi Kasus Sekolah Dasar Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar).

Skripsi ini telah diajukan dan mendapat persetujuan pembimbing sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program Sarjana (S-1) pada program studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana.

Pada Hari : Kamis Tanggal : 28 Juli 2016 Pukul : 09.00 WITA

Tempat : Ruang Sidang Gedung B Fisip Udayana

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr.Piers Andreas Noak, S.S., M.Si I Putu Dharmanu Yudharta, S.Sos., M.PA

NIP.196302171988031001 NIP.19861231 201404 1 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Administrasi Negara

Ni Wayan Supriliyani, S.Sos., M.AP NIP.19810410200812200


(2)

(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat rahmat-Nya tugas akhir berupa skripsi yang berjudul “Analisis Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru (Studi

Kasus Di Sekolah Dasar Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar)” dapat

diselesaikan tepat waktu. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa yang selalu

memberikan berkat dan rahmat-Nya serta ketentraman hati dan jiwa sehigga pembuatan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu.

2. Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD. 3. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana Dr.Drs.

I Gusti Putu bagus Suka Arjawa, M.Si.

4. Dosen Pembimbing I, yakni Dr. Piers Andreas Noak, S.S., M.Si yang selalu sabar membimbing dan mengarahkan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Dosen Pembimbing II, yakni I Putu Dharmanu Yudharta, S.Sos., M.PA yang selalu teliti dalam mengoreksi kata-kata dalam tiap lembar serta memberikan masukan-masukan, mengarahkan, membina dan memberikan saran dalam proses pembuatan skripsi ini.

6. Ketua Program studi Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana, Ni Wayan Supriliyani, S.Sos., M.AP.

7. Teristimewa kupersembahkan untuk Bapak dan ibu tercinta yang selalu mendoakan, memberikan motivasi dan dorongan dari segi moril dan materiil kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 8. Terimakasih kepada adik saya Kadek Lia Apriyani dan Nyoman Juliarta

serta kekasih saya A.A Ngurah Gede Surya Yoga Adnyana Putra tersayang yang selalu ada, menemani dan memberikan motivasi dan memberikan semangat agar dapat menyelesaikan skripsi ini.


(5)

Rastini beserta guru kelas satu sampai dengan guru kelas 6, S.Pd yang telah berbaik hati untuk memberikan informasi dan memberikan tempat untuk dapat melakukan penelitian yang penulis perlukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

10.Kepada seluruh dosen dan staf pengajar di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas pengetahuan serta bimbingan yang diberikan selama penulis menempuh masa perkuliahan.

11.Seluruh pegawai di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana yang telah membantu penulis dalam urusan administrasi selama pebulis mengikuti studi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik .

12.Seluruh rekan-rekan mahasiswa dan teman-teman Administrasi Negara 2012 serta teman-teman penerima beasiswa KSE 2015 khususnya Made Dharma Narayana yang selalu memberikan motivasi dan doa agar dapat meyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang sudah terlibat dalam pembuatan usulan penelitian ini, penulis juga berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua dana dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.


(6)

ABSTRAK

ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM

MENINGKATKAN KINERJA GURU (STUDI KASUS SEKOLAH DASAR

NEGERI 2 PEMECUTAN KOTA DENPASAR)

Permasalahan gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru agar memajukan kualitas pendidikan merupakan permasalahan yang harus diatasi. Pemecahan masalah tersebut akan diikuti dengan dampak positif oleh masyarakat disekitar, termasuk di Sekolah Dasar Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar, dimana kepala sekolah juga mempergunakan sebuah gaya kepemimpinan dalam meningkatkan kinerja guru yang sesuai dengan kondisi di lingkungan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Data diperoleh penulis dengan melakukan observasi untuk dapat melihat secara langsung fenomena yang terjadi dilapangan dan melakukan wawancara mendalam dengan narasumber yang berhubungan dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di Sekolah Dasar Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar. Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini adalah pertama, Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru pada Sekolah Dasar Negeri 2 Pemecutan menggunakan gaya kepemimpinan partisipasi. Kedua, kinerja guru dalam pembuatan rencana proses pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, evaluasi dan hubungan antar pribadi masih rendah. Ketiga, Gaya kepemimpinan yang relevan digunakan oleh kepala sekolah SDN 2 Pemecutan dalam meningkatkan kinerja guru adalah gaya kepemimpinan partisipasi ditambah dengan pengawasan yang lebih baik oleh kepala sekolah terhadap kinerja guru.

Implikasi dari penelitian ini adalah gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan siswa di lingkungan Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Pemecutan apabila gaya kepemimpinan kepala sekolah meningkat akan dapat meningkatkan kinerja guru serta berdampak pada kualitas pendidikan yang dihasilkan.


(7)

Analysis of Leadership Styles of School Principals in Improving the Performance of Teachers ( a Case Study of Elementary School 2 Pemecutan

of Denpasar)

The problem of leadership styles of school principals in improving the performance of teachers in order to improve the quality of education is an issue that must be overcome. Solving the problem will be followed by a positive impact by the surrounding community, including in the elementary school 2 pemecutan of Denpasar, where the principle also use a style of leadership in improving the performance of teachers in accordance with the conditions in the neighborhood. This study using the method of a qualitative approach descriptive. The data obtained by the author by making bservations to be able to see firshthand the phenomenon in the field and perform in-depth interviews with sources associated with the style of leadership the school in improving the performance of teachers in improving the performance of teachers in elementary school 2 pemecutan of Denpasar.

The conclusion that was obtained in this study is the first, the style of leadership the school in improving the performance of teachers in elememtary school 2 pemecutann is the style of leadership participation. Second, the performance of teachers in the learning prosecc, the implememtation of the learnning, evaluation and the quality of education that is produced.


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ... i

... iii

KATA PENGANTAR...iv

ABSTRAK ...vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii BAB I ...Error! Bookmark not defined. PENDAHULUAN ...Error! Bookmark not defined. 1.1 Latar Belakang ...Error! Bookmark not defined. 1.2 Rumusan Masalah ...Error! Bookmark not defined. 1.3 Batasan Masalah ...Error! Bookmark not defined. 1.4 Tujuan Penelitian ...Error! Bookmark not defined. 1.5 Manfaat Penelitian ...Error! Bookmark not defined. 1.5.1 Manfaat Teoritis ...Error! Bookmark not defined. 1.5.2 Manfaat Praktis ...Error! Bookmark not defined. 1.6 Sistematika Penulisan ...Error! Bookmark not defined. BAB II ...Error! Bookmark not defined. TINJAUAN PUSTAKA ...Error! Bookmark not defined. 2.1 Kajian Pustaka ...Error! Bookmark not defined. 2.2 Kerangka Konseptual ...Error! Bookmark not defined. 2.2.1 Teori Kepemimpinan ...Error! Bookmark not defined. 2.2.1.1 Pengertian Kepemimpinan ...Error! Bookmark not defined. 2.2.1.2 Teori-Teori Kepemimpinan ...Error! Bookmark not defined. 2.2.1.3 Kriteria Seorang Pemimpin ...Error! Bookmark not defined. 2.2.1.4 Gaya Kepemimpinan ...Error! Bookmark not defined. 2.2.1.5 Gaya Kepemimpinan Situasional ...Error! Bookmark not defined. 2.2.1.6 Kepemimpinan Kepala Sekolah ...Error! Bookmark not defined.


(9)

2.2.3 Konsep Kinerja ...Error! Bookmark not defined. 2.2.4 Konsep Kinerja Guru ...Error! Bookmark not defined. 2.3 Kerangka Pemikiran ...Error! Bookmark not defined. BAB III ...Error! Bookmark not defined. METODE PENELITIAN ...Error! Bookmark not defined. 3.1 Jenis Penelitian ...Error! Bookmark not defined. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ...Error! Bookmark not defined. 3.3 Unit Analisis...Error! Bookmark not defined. 3.4 Teknik Penentuan Informan...Error! Bookmark not defined. 3.5 Jenis Data ...Error! Bookmark not defined. 3.6 Teknik Pengumpulan Data ...Error! Bookmark not defined. 3.7 Teknik Analisis Data ...Error! Bookmark not defined. 3.8 Informan ...Error! Bookmark not defined. 3.9 Teknik Penyajian Data ...Error! Bookmark not defined. BAB IV ...Error! Bookmark not defined. PEMBAHASAN ...Error! Bookmark not defined. 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ...Error! Bookmark not defined. 4.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Sekolah Dasar Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar ...Error! Bookmark not defined. 4.1.2 Letak Geografis Sekolah Dasar Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar ... Error! Bookmark not defined.

4.1.3 Program Sekolah ...Error! Bookmark not defined. 4.1.4 Kondisi Demografi Sekolah Dasar Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar ... Error! Bookmark not defined.

4.1.5 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Sekolah Dasar Negeri 2 Pemecutan ... Error! Bookmark not defined.

4.2 Temuan Penelitian ...Error! Bookmark not defined. 4.2.1 Gaya Kepemimpinan Yang Digunakan Oleh Kepala Sekolah Dasar Negeri 2 Pemecutan ...Error! Bookmark not defined. 4.2.2 Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar ... Error! Bookmark not defined.

4.2.3 Gaya Kepemimpinan Yang Relevan Untuk Meningkatkan Kinerja Guru .... Error! Bookmark not defined.


(10)

4.3.1 Gaya Kepemimpinan Yang Digunakan Oleh Kepala Sekolah Di Sekolah Dasar Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar ...Error! Bookmark not defined. 4.3.2 Kinerja Guru Sekolah Dasar Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar ... Error! Bookmark not defined.

4.3.3 Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru ...Error! Bookmark not defined. 4.3.4 Gaya Kepemimpinan yang Relevan dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di Sekolah Dasar Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar ...Error! Bookmark not defined. BAB V ...Error! Bookmark not defined. PENUTUP ...Error! Bookmark not defined. 5.1 Kesimpulan ...Error! Bookmark not defined. 5.2 Saran ...Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ...Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ...Error! Bookmark not defined.


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah Pendidik dan Tenaga Kependidikan Sekolah Dasar Negeri Pemecutan Kota Denpasar Tahun 2015/2016………. 46 Tabel 4.2 Jumlah Siswa Menurut Tingkat, Jenis Kelamin dan Usia di Sekolah

Dasar Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar Tahun 2015/2016………. 49 Tabel 4.3 Jumlah Ruangan Di Sekolah Dasar Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar

Tahun 2016………

50

Tabel 4.4 Jumlah Sarana Prasarana Di Sekolah Dasar Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar Tahun 2016……….……….. 50 Tabel 4.5 Alat-Alat Penunjang Kinerja Guru………... 62


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kriteria Sifat Pemimpin Untuk Menuju Tujuan Yang Telah

Ditentukan……….. 18 Gambar 2.2 Empat Gaya Dasar Kepemimpinan………21 Gambar 2.3 Hubungan Tingkat Kematangan Bawahan Dengan Gaya

Kepemimpinan Yang Sesuai Dari Hersey dan Blanchard…………..23 Gambar 2.4 Model Kepemimpinan Sekolah Yang Sukses………29 Gambar 4.1 Gaya kepemimpinan kepala sekolah sangat penting dalam


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Panduan Wawancara Lampiran 2 : Transkip Wawancara Lampiran 3 : Foto Penelitian Lampiran 4 : Absensi Guru Lampiran 5 : Surat-surat


(14)

(15)

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Gaya kepemimpinan adalah proses yang di dalamnya terdapat unsur mempengaruhi. Dengan adanya gaya kepemimpinan akan terjalin kerjasama serta adanya visi dan misi untuk mencapai tujuan bersama di dalam organisasi. Kepala sekolah merupakan sentral dari pemimpin pendidikan yang memiliki sebuah kebijakan untuk dapat memimpin suatu sekolah guna mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Sehingga gaya kepemimpinan sangat menentukan bagaimana kedepan organisasi tersebut.

New Public Management ditujukan untuk meningkatkan tercapainya tujuan yakni bawahan lebih berkeahlian dan lebih mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya. Kepemimpinan mempunyai kaitan erat dengan hasil kinerja seseorang karena keberhasilan seorang kepala sekolah sebagai pemimpin dalam menggerakan dan mempengaruhi bawahan untuk mencapai tujuan sangat tergantung pada kewibawaan pemimpin itu sendiri dan bagaimana menciptakan sebuah kerjasama yang baik dalam diri setiap bawahan maupun pimpinan itu sendiri. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu memberikan semangat, mengembangkan bakat yang dimiliki, serta meningkatkan kecerdasan bawahan agar dapat mengerjakan tugas yang dijalaninya. Seperti halnya komitmen Pemerintah Provinsi Bali,


(17)

manajerial kepemimpinannya dan apabila ada kepala sekolah, guru dan siswa bisa memberi harum nama Bali dalam bidang pendidikan di tingkat Provinsi, nasional maupun internasional maka akan diberikan sebuah reward berupa uang tunai (sumber : web Disdikpora Provinsi Bali)

Seorang kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan menghadapi tanggung jawab yang berat, untuk itu ia harus memiliki persiapan memadai, baik mental maupun psikologis dalam mengemban tugasnya, terutama dalam menghadapi segala permasalahan dan tantangan yang dihadapi untuk menciptakan dan memberikan kenyamanan bagi guru dan siswa di sekolah. Fungsi utama kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan adalah menciptakan situasi belajar mengajar sehingga guru-guru dapat mengajar dan murid dapat belajar dengan baik. Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam memimpin sangat berpengaruh dalam meningkatkan kerja guru maupun meningkatkan dan menciptakan proses pembelajaran yang tepat guna (efektif) dan tepat sasaran. Gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh kepala sekolah akan berpengaruh pada proses penciptaan kenyamanan, ketertiban proses pembelajaran, terutama pada disiplin kerja guru dan kinerja guru.

Dasar yang harus dimiliki dalam sebuah organisasi yakni kinerja. Apabila sebuah organisasi mencapai puncak kesuksesan hal tersebut dikarenakan tidak terlepas dari campur tangan seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan, menjalankan tujuan organisasi serta menggerakkan bawahan agar bekerja sesuai dengan aturan yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk itu adanya komunikasi


(18)

serta koordinasi yang baik antara seorang pemimpin dengan bawahan akan mempermudah pelaksanaan kegiatam. Kepala sekolah sebagai pemimpin akan mengetahui kegiatan yang sudah berjalan dengan baik dan kegiatan yang dirasa kurang berjalan.

Kinerja guru yang maksimal dapat meningkatkan kualitas pendidikan siswa ke arah yang lebih baik. Kinerja guru yang dapat meningkatkan kualitas didikannya sangat diperlukan. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Organisation for Economic Co-Operation and Development mengatakan bahwa pendidikan di Indonesia dalam rentang periode bulan Oktober 2002 sampai dengan bulan Februari 2013 yang dilakukan di sejumlah daerah Indonesia, hasilnya antara lain bahwa kemampuan anak-anak Indonesia lebih lambat tiga tahun dibandingkan dengan negara lain. Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan matematika dan membaca anak Indonesia lemah yang tiada lain penyebabnya adalah ketidakhadiran guru dikelas. Berdasarkan assessment internasional kualitas pendidikan Indonesia dalam 10 tahun terakhir rendah bahkan bukan hanya stagnan tetapi cenderung menurun.

Program For International Student Assessment (PISA) dipergunakan untuk menguji dan membandingkan prestasi anak-anak sekolah di seluruh dunia dengan maksud untuk meningkatkan metode-metode pengajaran yang digunakan. Selain itu pula tragedi nol buku juga dialami oleh anak-anak, seperti tidak ada buku yang dicetak 27 halaman minimal buku dicetak 50 halaman. Dengan begitu kebanyakan anak-anak tidak menyelesaikan membaca hingga halaman terakhir, sehingga dikategorikan “tragedi nol buku” (Sumber : Koran Tokoh Edisi 847/4-10


(19)

dan kinerja guru yang dihasilkan akan memiliki dampak terhadap prestasi siswa tersebut.

Dalam mengelola organisasi sekolah, seorang kepala sekolah menampilkan suatu gaya atau tingkah laku dalam memimpin dan mempengaruhi perilaku orang lain, sehingga kepala sekolah dapat memakai beberapa gaya kepemimpinan yang sesuai dengan lingkungan atau budaya organisasi sekolah itu sendiri. Selain itu Kinerja guru sampai saat ini masih menjadi sorotan terutama dalam hal menyiapkan rencana pembelajaran sampai tahap hubungan antar pribadi serta pemenuhan jumlah jam mengajar. Hal ini juga sebenarnya menjadi faktor penting bagaimana kepala sekolah bisa menstimulus kinerja guru. Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru yang ditunjukkan di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Pemecutan dirasa kurang optimal dalam melaksanakan tugasnya hal tersebut dapat dilihat dari kurangnya pengawasan dari kepala sekolah terhadap kinerja guru.

Untuk menghindari hal ini perlu adanya gaya kepemimpinan kepala sekolah yang mampu menciptakan sikap guru yang baik dan kinerja guru yang meningkat. Penciptaan tersebut akan terealisasi bila gaya kepemimpinan kepala sekolah yang diterapkan tepat dan cocok untuk iklim di sekolah. Sehingga diharapkan dapat menciptakan suasana kerja yang nyaman di sekolah dan kinerja guru akan tampak baik dan positif untuk kegiatan proses pembelajaran di sekolah.


(20)

Dilihat dari temuan-temuan yang di tulis pada latar belakang di atas. maka penulis berkeinginan untuk mencari informasi tentang analisis gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru melalui skripsi yang berjudul “Analisis Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Di Sekolah Dasar Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang penelitian diatas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :

1. Gaya kepemimpinan apa yang digunakan oleh kepala sekolah di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar ?

2. Bagaimana kinerja guru Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar ?

3. Gaya kepemimpinan apa yang relevan dalam meningkatkan kinerja guru di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar ?

1.3Batasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka penelitian ini memiliki batasan masalah yakni menganalisis gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar.


(21)

Berdasarkan latar belakang masalah, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar.

1.5Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfat baik secara toritis maupun praktis yakni sebagai berikut

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat mengetahui pola kepemimpinan kepala sekolah yang dapat meningkatkan kinerja guru Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar.

1.5.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, manfaat yang diharapkan dapat diperoleh melalui temuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi kepala sekolah, hasil penelitian dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam rangka menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat untuk meningkatkan kinerja guru.

b. Bagi guru, dapat memberi motivasi bagi guru Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Pemecutan Kota Denpasar agar dapat meningkatkan kinerjanya.


(22)

1.6Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat dari penelitian ini serta sistematika penulisan .

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini berisi tentang teori dan konsep dari para ahli yang relevan dengan judul penelitian serta berisi kerangka pemikiran.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, unit analisis, teknik penentuan informan, jenis data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, informan serta teknik penyajian data. BAB IV PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas mengenai gambaran umum Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Pemecutan, hasil temuan serta teknik analisis penelitian.

BAB V PENUTUP

Dalam bab ini akan merangkum seluruh isi dari hasil penelitian dan dirangkum dalam sebuah kesimpulan serta saran-saran yang bermanfaat untuk penelitian ini.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1Kajian Pustaka

Penelitian yang terkait dengan gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru adalah : pertama penelitian yang dibuat oleh Gurr pada tahun 2015 dalam bentuk journal societies di universitas Melbourne yang berjudul : A Model of Successful School Leadership from the International Successful School Principalship Project (ISSPP) case study Australia, Canada, China, Denmark, England, Norway, and Sweden dengan temuan bahwa untuk para pemimpin sekolah yang sukses, kepemimpinan didistribusikan karena mereka secara terbuka akan mengatakan bahwa keberhasilan sekolah mereka tidak lain karena banyaknya gaya kepemimpinan yang dipergunakan, dan mereka benar-benar menghargai kontribusi guru, orang tua dan siswa.

Mengembangkan kepemimpinan dalam diri orang lain adalah fokus dari pekerjaan mereka. Kepemimpinan yang sukses lebih menekankan terhadap perbaikan akademik, perbaikan kebijakan, dan akuntabilitas. Hasil lain yang ditemukan oleh International Sucessful School Principalship Project (ISSPP) menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang mungkin digunakan oleh kepala sekolah tidak menggunakan kepemimpinan transformasional atau instruksional, tapi memakai unsur kedua-duanya, dengan menggunakan kedua gaya terutama yang penting bagi sekolah dalam konteks menantang. Pada dasarnya, kepala


(24)

sekolah ini mengembangkan pendekatan kepemimpinan yang memungkinkan mereka untuk memimpin komunitas sekolah agar berhasil. Mereka lebih menekankan untuk memotivasi dan untuk mendukung serta mengembangkan staf, mereka juga memastikan perbaikan dalam proses belajar mengajar.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Khumalo pada tahun 2015 dalam bentuk journal International Education Studies di Tshwane University of Technology (TUT) yang berjudul : The Implications of System 4 Approach on School Leadership Practices, dengan hasil temuan bahwa perilaku kepemimpinan memiliki efek langsung pada kepuasan kerja karyawan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa mayoritas cara kepala sekolah mengelola sekolah serta memotivasi guru agar mereka dapat berkomitmen untuk pekerjaan yang ditekuni. Gaya kepemimpinan yang digunakan dalam sekolah yakni gaya partisipatif, hal itu dikarenakan gaya tersebut dapat mengubah budaya sekolah disana. Kepala sekolah sering terlibat dalam proses pengambilan keputusan, banyak tanggung jawab dan akuntabilitas yang harus dipikul. Selain itu kepala sekolah akan memberi sebuah penghargaan apabila mereka dapat melakukan sesuatu yang baik untuk sekolahnya. Peneliti mengamati bahwa cara yang kepala sekolah untuk memimpin serta mengelola akan memunculkan motivasi guru dan kepuasan kerja. Hal tersebut menyebabkan guru akan memiliki komitmen dan secara langsung mengakibatkan kinerja yang lebih tinggi.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Jinan Hatem Issa pada tahun 2011 dalam bentuk International Journal of Business and Management di Universitas Sains Malaysia yang berjudul : Perceptions towards Distributed Leadership in


(25)

memainkan pengaruh tidak langsung pada efektivitas sekolah dan prestasi siswa. Kepemimpinan didistribusikan oleh seorang individu kepada orang lain. Dalam hal bentuk kepemimpinan yang diterapkan di sekolah, kepala sekolah menggunakan sistem top-down dan didistribusikan melalui bottom-up. Kepemimpinan otokratis sudah ada di sekolah mereka sejak kepala sekolah memberikan tugas kepada guru untuk memiliki kesempatan berbagi ide yang luar biasa serta saran yang baik. Tujuannya agar guru dan siswa menuangkan ide kreatifnya melalui kegiatan ekstra di sekolah dan kepala sekolah serta guru membimbing dan memberikan petunjuk kepada siswanya. Akibat dari gaya kepemimpinannya ini, sekolah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Banyak siswa yang datang dari seluruh daerah untuk bersekolah, karena sekolah tersebut masuk ke dalam sepuluh besar sekolah terbaik.

1.2Kerangka Konseptual

2.2.1 Teori Kepemimpinan

2.2.1.1 Pengertian Kepemimpinan

Siagian (1997:12) meyatakan bahwa kepemimpinan adalah keterampilan dan kemampuan seseorang dalam mempengaruhi perilaku orang lain, baik yang kedudukannya lebih tinggi, setingkat maupun yang lebih rendah dari padanya. Sehingga dalam berfikir dan berperilaku yang semula individualistik dan egosentrik berubah menjadi perilaku yang berorientasi pada organisasi. Robbins (2008:49) menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan untuk


(26)

mempengaruhi kelompok guna mencapai sebuah visi atau serangkaian tujuan yang ditetapkan. Berdasarkan penjelasan mengenai teori kepemimpinan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa teori kepemimpinan merupakan teknik dan kemampuan dasar yang dimiliki oleh seorang pimpinan utnuk mempengaruhi dan mengendalikan bawahan, agar bisa melaksanakan segala jenis pekerjaan yang ditugaskan dengan efektif dan efisien demi mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan yang efektif merupakan sebuah kepemimpinan yang berhasil melaksanakan fungsinya sebagai pemimpin yang dapat diukur melalui produktivitas kerja semakin meningkat, produksi semakin meningkat, pelayanan yang diberikan semakin meningkat, serta kepuasan yang semakin meningkat.

Pendapat lain Lussier, Robert dan Christopher (2001:6), menjelaskan bahwa Leadership is the influencing process of leaders and followers to achieve organizational objective through change yang artinya kepemimpinan adalah proses mempengaruhi para pemimpin dan pengikut untuk mecapai tujuan organisasi melalui perubahan. Thoha (2003:262) mendefinisikan kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi perilaku orang lain atau seni mempengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok. Berdasarkan penjelasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang pemimpin harus mampu mendorong kinerja bawahannya untuk melakukan segala sesuatu dengan serius dan cermat untuk mendapatkan hasil yang maksimal dengan gaya kepemimpinan yang tepat. Selain itu pula seorang pemimpin harus mampu memberikan tugas-tugas kepada bawahannya agar kegiatan apapun yang diselesaikan dengan cara berharga merupakan cerminan dari keseriusan usaha. Kepemimpinan yang


(27)

terhadap bawahan yang sangat tinggi. Seorang pemimpin juga harus mengetahui bagaimana keadaan lingkungan di sekitar serta watak dari masing-masing individu.

2.2.1.2 Teori-Teori Kepemimpinan

Kepemimpinan sangat menentukan tingkat kepengikutan serta menerima pengaruh dari kepemimpinan dari seorang pemimpin. Menurut Veithzal (2004:11) ada beberapa teori kepemimpinan, yaitu:

1. Teori Sifat,

Dasar dari teori ini adalah keberhasilan dari seorang pemimpin yang disebabkan oleh sifat atau karakteristik, serta kemampuan yang sangat baik, yang dimiliki oleh seorang pemimpin, dan oleh sebab itu seseorang tersebut dirasa layak untuk memimpin. Adapun sifat atau karakteristik, dan kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin, adalah sebagai berikut :

a. Inteligensia.

Seorang pemimpin harus memiliki kecerdasan diantara bawahannya. Hal tersebut dikarenakan agar seorang pemimpin dapat mengarahkan bawahannya untuk melakukan kegiatan yang diperintahkannya dengan cepat dan benar. Selain itu pula seorang pemimpin memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi. b. Kepribadian.


(28)

Seorang pemimpin harus memiliki kepribadian yang dapat dirasakan oleh bawahannya. Kepribadian tersebut dapat berupa sikap yang terpuji dan tidak tercela.

c. Karakteristik fisik.

Seorang pemimpin dikatakan layak menjadi seorang pemimpin apabila memiliki usia yang sepatutnya, berat badan yang ideal, tinggi serta berpenampilan yang rapi dan sopan.

2. Teori perilaku,

Dalam teori ini perilaku pemimpin merupakan hal yang dapat dipelajari. Seseorang yang dilatih dengan kepemimpinan yang tepat akan meraih keefektifan dalam memimpin. Dalam teori ini fokus perhatiannya yakni : fungsi kepemimpinan, dan gaya kepemimpinan

3. Teori situasional,

Merupakan suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu.

Fiedler dalam Robbins (2008:58) mengembangkan teori model kepemimpinan kontijensi Fiedler yang menyatakan bahwa kinerja kelompok yang efektif bergantung pada kesesuaian antara gaya pemimpin dan sejauh mana situasi tersebut memberikan kendali kepada pemimpin tersebut. Fiedler meyakini bahwa salah satu faktor utama bagi kepemimpinan yang berhasil adalah gaya kepemimpinan dasar seorang individu. Fiedler mengidentifikasi faktor-faktor


(29)

tersebut yakni :

1. Hubungan pemimpin-anggota : tingkat kepatuhan, kepercayaan, dan rasa hormat para anggota terhadap pemimpin mereka.

2. Struktur tugas : tingkat sejauh mana penentuan pekerjaan diproseduralkan (terstruktur atau tidak terstruktur).

3. Kekuatan posisi : tingkat pengaruh yang dimiliki oleh seorang pemimpin atas variabel-variabel kuasa seperti perekrutan, pemecatan, pendisiplinan, promosi, dan kenaikan gaji.

2.2.1.3 Kriteria Seorang Pemimpin

Dalam hal menjadi seorang pemimpin haruslah memiliki karakter yang dapat membangun jiwa seseorang agar dapat melakukan tugasnya dengan baik. Keberhasilan seorang pemimpin dipengaruhi oleh sifat atau karakter, dan kemampuan yang dimiliki seorang pemimpin, dan oleh sebab itu seseorang dirasa layak untuk dijadikan seorang pemimpin, adapun kriteria seorang pemimpin menurut Covey dalam Wirjana dan Supardo (2006:31) antara lain :

1. Penunjuk jalan

Esensi dan kekuatan peran sebagai “penunjuk jalan” adalah dimilikinya visi dan misi yang kuat. Penunjukkan jalan tersebut akan berurusan dengan masa depan. Hal tersebut akan semakin membuat kultur semangat untuk menggapai tujuan yang besar. Tujuan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan kepentingan stakeholders. Dengan demikian “penunjuk jalan” menghubungkan


(30)

sistem nilai organisasi dengan kebutuhan masyarakat dan stakeholders melalui perencanaan strategik.

2. Penggalang

Terdiri dari pemastian bahwa struktur, sistem, dan proses operasional organisasi mendukung tercapainya visi dan misi organisasi di dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan semua stakeholders. Yang terpenting dalam prinsip penggalangan ini ialah bahwa semua anggota organisasi ikut berkumpul untuk mencapai visi, misi, dan strategi organisasi. Apabila semua anggota mengerti benar akan kebutuhan serta berkomitmen untuk mencapai visi dan misi, bila mereka diajak untuk menciptakan dan memperbaiki struktur serta sistem yang akan memenuhi kebutuhan, maka anggota tersebut sudah menjalankan peran penggalangan.

3. Pemberdaya

Kemampuan ketiga yang harus dimiliki pemimpin ialah sebagai pemberdaya. Manusia memiliki talenta, kecerdasan, kecerdikan, dan kreativitas. Sebagian dari hal-hal tersebut masih terpendam. Semangat harus dikobarkan dalam diri orang-orang tersebut. Membebaskan mereka untuk melakukan segala yang perlu dilakukan dan konsisten dengan prinsip-prinsip yang sudah mereka sepakati untuk mencapai visi, nilai-nilai dan misi bersama dalam melayani masyarakat dan para stakeholders, inilah yang dimaksud dengan pemberdayaan.

Dari pemaparan diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa seorang pemimpin haruslah memiliki sifat yang dapat berkomunikasi dengan baik kepada semua pihak yang ditemui, mau mendengarkan masukan, dan kritikan dari


(31)

prosedur kerja yang sudah tidak sesuai, mampu beradaptasi dengan perubahan yang timbul. Seorang pemimpin harus memiliki jurus untuk mencapai keuntungan yang kompetitif. Apabila seorang pemimpin memiliki keadaan pikiran (mind-set) dan kumpulan keterampilan yang diutuhkan, pemimpin tersebut akan menciptakan struktur, sistem, dan proses efektif yang menyatu dengan visi dan misi organisasi. Dari pemaparan diatas dapat dijelaskan melalui gambar 2.1 di bawah ini :

Gambar 2.1 Kriteria Sifat Pemimpin Untuk Menuju Tujuan Yang Telah

Ditentukan Berdasarkan Pemaparan Di Atas

Kriteria Seorang Pemimpin

Penunjuk Jalan, Penggalang dan Pemberdaya

Seorang pemimpin akan menjelaskan bagaimana cara agar mencapai tujuan tersebut Pemimpin akan mengaitkan hasil yang sudah diraih

bawahan untuk mencapai tujuan organisasi

Pemimpin dengan bawahan akan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya

Bawahan akan merasa dirinya termotivasi dengan kepemimpinan pemimpin


(32)

Dari penjelasan gambar diatas dapat dilihat bahwa kepemimpinan seorang pemimpin harus bisa mempengaruhi bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi dengan membawa sebuah perubahan. Setiap organisasi mempunyai lingkungan kerja tertentu yang secara nyata menentukan bagaimana pemimpin-pemimpin merespon masalah dan kesempatan. Hal ini terjadi sebagai warisan pemimpin-pemimpin sebelumnya dan pemimpin-pemimpin masa kini.

2.2.1.4 Gaya Kepemimpinan

Menurut Terry (2005:192) kepemimpinan adalah kemampuan seseorang atau pemimpin, untuk mempengaruhi perilaku orang lain menurut keinginan-keinginannya dalam suatu keadaan tertentu. Thoha (2013:49) mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Berdasarkan pemaparan diatas penulis menyimpulkan bahwa dalam sebuah organisasi gaya kepemimpinan sangat diperlukan apabila organisasi tersebut ingin mencapai tujuan yang dicapai. Salah satu tujuan kecil yang ingin dicapai terlebih dahulu yakni meningkatnya kinerja bawahan yang lebih baik. Oleh sebab itu gaya kepemimpinan sangat baik digunakan sebagai pedoman untuk meningkatkan kinerja bawahan. Gaya kepemimpinan yang baik akan memotivasi

Keberhasilan yang dicapai tersebut merupakan cerminan dari keberhasilan pemimpin


(33)

berimbas kepada adanya hubungan yang harmonis dari pimpinan ke bawahan. Sehingga untuk mencapai tujuan organisasi akan dicapai dengan kerjasama yang baik.

2.2.1.5 Gaya Kepemimpinan Situasional

Kepemimpinan situasional Hersey dan Blanchard (Thoha, 2013: 63), adalah kepemimpinan yang didasarkan atas hubungan saling mempengaruhi antara lain : a. Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, b. Jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan,

c. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukkan dalam melaksanakan tugas khusus, fungsi, atau tujuan tertentu.

Hersey dan Blanchard dalam Thoha (2013:66) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan merupakan norma yang digunakan sewaktu mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang dilihat oleh orang lain tersebut. Oleh sebab itu ketika seorang pemimpin melakukan proses pemecahan masalah serta pembuatan keputusan ada empat gaya dasar kepemimpinan diidentifikasikan pada gambar 2.2 di bawah ini :


(34)

P e ri la k u M e n d u k u n g

Tinggi Dukungan dan Rendah Pengarahan G3

(Partisipasi)

Tinggi Pengarahan dan Tinggi Dukungan G2

(Konsultasi)

Rendah Dukungan dan Rendah Pengarahan G4

(Delegasi)

Tinggi Pengarahan dan Rendah Dukungan G1

(Instruksi)

Rendah Perilaku Mengarahkan Tinggi Gambar 2.2 Empat Gaya Dasar Kepemimpinan Hersey dan Blanchard

1. Gaya Kepemimpinan Instruksi

Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan rendah dukungan (G1) dirujuk sebagai instruksi karena gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberikan batasan peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang apa, bagaimana, bilamana, dan dimana melaksanakan berbagai tugas. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan oleh pemimpin.

2. Gaya Kepemimpinan Konsultasi

Perilaku pemimpin yang tinggi pengarahan dan tinggi dukungan (G2) dirujuk sebagai konsultasi. Karena dalam menggunakan gaya ini, pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan masih membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan komunikasi dua arah dan perilaku mendukung, dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang


(35)

ditingkatkan, pengendalian (control) atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin.

3. Gaya Kepemimpinan Partisipasi

Perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan (G3) dirujuk sebagai partisipasi, karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan menggunakan gaya 3 ini, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah adalah secara akif mendengar, memberikan pengarahan yang jelas, tanggungjawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut. Hal tersebut sudah sewajarnya karena pengikut memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas.

4. Gaya Kepemimpinan Delegasi

Perilaku pemimpin yang rendah dukungan dan rendah pengarahan (G4) dirujuk sebagai delegasi, karena pemimpin mendiskusikan masalah bersama-sama dengan bawahan sehingga tercapai kesepakatan mengenai definisi masalah yang kemudian proses pembuatan keputusan didelegasikan secara keseluruhan kepada bawahan. Sekarang bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan pertunjukkan mereka sendiri karena mereka memilih kemampuan dan keyakinan untuk memikul tanggungjawab dalam pengarahan perilaku mereka sendiri.


(36)

Hersey dan Blanchard dalam Thoha (2013:71) membagi tingkat kematangan bawahan (pengikut) di bawah model kepemimpinan ke dalam empat tingkat yaitu: rendah (M1), rendah ke sedang (M2), sedang ke tinggi (M3), dan tinggi (M4), maka beberapa tanda yang menunjukkan tingkat kematangan itu dapat dirujuk. Tiap tingkat perkembangan ini menunjukkan kombinasi kemampuan dan kemauan yang berbeda seperti yang dirujuk pada ilustrasi di bawah ini :

Mampu dan Mau Mampu Tetapi Tidak Mau Atau

Kurang Yakin

Tidak Mampu Tetapi Mau

Tidak Mampu dan Tidak Mau Atau Tidak Yakin

M 4 M 3 M 2 M 1

Gaya Delegasi Gaya Partisipasi Gaya Konsultasi Gaya Instruksi

Gambar 2.3 Hubungan Tingkat Kematangan Bawahan Dengan Gaya Kepemimpinan Yang Sesuai Dari Hersey dan Blanchard

a. Tingkat kematangan M1 (tidak mampu dan tidak ingin), tipe orang M1 ini memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan sesuatu adalah tidak kompeten atau tidak memiliki keyakinan. Dengan demikian maka gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin untuk memimpin bawahan adalah dengan gaya instruksi (G1) yaitu dengan memberitahukan, menunjukkan, menginstruksikan secara spesifik. Oleh karena itu, gaya instruksi harus memberikan pengarahan yang jelas dan pengawasan ketat.


(37)

tidak mampu tetapi berkeinginan untuk memikul tanggung jawab memiliki keyakinan tetapi kurang memiliki keterampilan. Dengan demikian maka gaya kepemimpinan yang diterapkan pemimpin untuk memimpin bawahan adalah dengan gaya konsultasi (G2) yang memberikan perilaku tinggi tugas dan tinggi hubungan.

c. Tingkat kematangan M3 (mampu tetapi tidak mau/ ragu-ragu). Orang pada tingkat perkembangan ini memiliki kemampuan tetapi tidak berkeinginan untuk melakukan tugas yang diberikan. Ketidakinginan mereka disebabkan karena kurangnya keyakinan. Dengan demikian, gaya yang dapat digunakan pemimpin untuk memimpin adalah gaya partisipasi (G3) dimana gaya ini memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi untuk diterapkan bagi individu dengan tingkat kematangan seperti ini. Dalam pelaksanaannya pemimpin dapat memberikan perilaku yang tinggi hubungan dan rendah tugas.

d. Tingkat kematangan M4 (mampu dan mau). Orang dengan tingkat kematangan seperti ini adalah orang yang mampu dan mau, atau mempunyai keyakinan untuk memikul tanggungjawab. Dengan demikian gaya yang digunakan pemimpin untuk memimpin adalah gaya delegasi (G4). Dalam pelaksanaannya pemimpin dapat memberikan rendah hubungan dan rendah tugas.

2.2.1.6 Kepemimpinan Kepala Sekolah

Dalam menjadi pemimpin di sekolah, kepala sekolah selayaknya harus memiliki ketrampilan. Keterampilan kepala sekolah tersebut menurut Wiles yang dikutip oleh Kusmintardjo (1989) dalam (Wahyudi 2009:33), meliputi : skill in


(38)

leadership, skill in human relationship, skill in group process, skill in personal administration, and skill in evaluation. Maksudnya adalah keterampilan dalam kepemimpinan, keterampilan dalam hubungan manusia, keterampilan dalam proses kelompok, keterampilan dalam administrasi pribadi, dan keterampilan dalam evaluasi.

Kepemimpinan kepala sekolah yang berhasil dapat dilihat dari kinerja guru yang semakin meningkat terutama dalam proses belajar mengajar, produktif dan berjalan dengan lancar. Selain itu pula apabila ada salah seorang guru yang menunjukkan kinerja yang sangat baik, kepala sekolah dapat memberikan guru tersebut sebuah penghargaan bahkan sebaliknya jika ada salah seorang guru yang dalam kinerjanya kurang baik bahkan sampai terjadi akibat yang fatal, guru tersebut dapat diberikan hukuman. Dengan pendekatan yang manusiawi “saling asah, asih dan asuh” maka kepemimpinan kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja guru serta mendapatkan keberhasilan yang sudah digariskan. Hal yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah agar berhasil dalam memimpin sekolah yang dinaungi adalah sebagai berikut :

a) Pencarian dan pemanfaatan sumber daya yang ada. b) Penyusunan tujuan strategis.

c) Proses komunikasi yang berjalan dengan baik. d) Lingkungan pendidikan.

e) Kepemimpinan dan pengambilan sebuah keputusan. f) Adaptasi dan inovasi


(39)

dan kepengawasan yang harus dimiliki oleh seorang Kepala Sekolah. Menurut Wahjosumidjo (2010:394) kompetensi yang dimiliki oleh seorang Kepala Sekolah sebagai salah satu persyaratan yang harus dimiliki agar mampu mencapai tujuan yang diinginkan yaitu :

1. Kemampuan menganalisis sebuah persoalan. 2. Mengatur seluruh sumber daya yang ada. 3. Mengatur berbagai macam kegiatan.

4. Kemampuan untuk dapat mempertimbangkan pendapat dan saran. 5. Kemampuan untuk mengambil sebuah keputusan.

6. Kemampuan memimpin. 7. Bersifat lapang dada dan sabar.

8. Memiliki kemampuan berkomunikasi secara lisan maupun tertulis. 9. Memiliki kepekaan.

10.Aktif dalam mendiskusikan berbagai persoalan. 11.Mempunyai motivasi yang tinggi.

2.2.2 Konsep Kepemimpinan

Konsep kepemimpinan Bolman dan Deal dalam Supardo (2006:7) tentang Leading with soul : an uncommon journey of the spirit (memimpin dengan jiwa: suatu perjalanan spiritual yang tidak biasa) menempatkan manusia sebagai titik sentral dari seluruh keputusan yang diambil seorang pemimpim, terutama yang menyangkut nasib dan kehidupan dari mereka yang dipimpin dan masyarakat luas.


(40)

Kepemimimpinan dapat dipelajari dengan teknik yang berbeda-beda, tergantung pada konsep kepemimpinannya. Dalam barisan, seorang pemimpin harus berjalan paling depan untuk menjadi panutan serta memberikan arah tujuan yang jelas untuk mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan dapat dimasukkan dalam “ilmu terapan” dari ilmu-ilmu sosial dikarenakan dapat bermanfaat untuk peningkatan taraf hidup manusia.

Kepemimpinan akan selalu dikaitkan dengan sebuah perubahan, kedudukan seorang pemimpin, serta proses yang terjadi dalam kelompok. Seorang pemimpin tidak dapat dipisahkan dari kelompok, akan tetapi di dalam kelompok tersebut pemimpin menempati posisi yang dominan. Guru akan selalu berkoordinasi dengan kepala sekolah untuk dapat mengambil sebuah keputusan. Sebagai seorang pemimpin kepala sekolah akan langsung mengarahkan guru tersebut ke arah yang diinginkan. Dalam melakukan sebuah tugas kepala sekolah yang dijadikan sebagai pemimpin harus dapat melibatkan guru, situasi serta pemimpin itu sendiri. Kepala sekolah selain harus memiliki kualitas pribadi tertentu juga harus mampu membaca keadaan guru serta situasi yang sedang dihadapi. Adapun model kepemimpinan sekolah yang sukses dapat dilihat pada gambar 2.4 dibawah ini :


(41)

Sumber : Gurr Tahun (2015:142)

2.2.3 Konsep Kinerja

Kinerja merupakan proses untuk menghasilkan pemahaman bersama tentang apa yang harus dicapai dan bagaimana mencapainya. Dalam kinerja dibutuhkan manajemen yang baik serta pengelolaan sumber daya yang ada untuk mendukung tercapainya tujuan organisasi yang diinginkan. Hal tersebut dapat memungkinkan organisasi mencapai keberhasilan.

Meningkatkan kinerja yang lebih baik dalam sebuah organisasi membutuhkan sebuah Sumber Daya Manusia yang akan membantu proses organisasi mencapai sebuah keberhasilan. Kepemimpinan yang baik dan tepat menjadi sebuah pondasi dasar untuk semua bidang. Bidang tersebut harus segera


(42)

diintegrasikan dengan bidang-bidang yang lainnya agar tercipta proses yang harmonis. Sehingga jika proses yang harmonis sudah tercipta maka untuk menjalankan kegiatan selanjutnya akan lebih mudah prosesnya. Pemimpin dengan bawahan akan bekerjasama dan akan lebih meningkatkan kinerjanya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam kinerja sangat penting melihat peranannya dan tingkat levelnya seperti misalnya pentingnya keahlian serta kompetensi yang dimiliki

Selain itu ada Indikator kinerja oleh LAN-RI dalam Pasolong (2013:177) adalah ukuran kualitatif atau kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau suatu tujuan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan indikator masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dan dampak (impact). Indikator masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia, informasi, dan kebijakan atau peraturan perundang-undangan.

2.2.4 Konsep Kinerja Guru

Menurut Priansa (2014:79) keberhasilan seorang guru dalam menyelesaikan tugas yang diberikan disebut dengan istilah “level of

performance” atau level kinerja. Kinerja guru merupakan hasil dari kemampuan

seorang guru yang dituangkan dalam bentuk karya nyata. Kinerja guru bukanlah hal yang menyangkut tentang karakteristik individu seperti bakat serta


(43)

Kinerja guru akan terlihat dari tanggungjawab yang diberikan untuk dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. Tanggungjawab tersebut akan terlihat dari kedisiplinan seorang guru, kepatuhan serta loyalitas untuk dapat memajukan sekolah serta potensi peserta didik.

Dalam PP RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 dijelaskan bahwa pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Guru yang memiliki tingkat kinerja yang tinggi maka dapat dipastikan hasil produktivitas kerja telah sama seperti yang ditentukan, sebaliknya guru yang memiliki tingkat produktivitas rendah maka guru tersebut dapat dikatakan tidak produktif. Hasil kinerja guru sangat berperan strategis dalam keberhasilan kualitas pendidikan yang dihasilkan. Menurut Nasution (2009:184) indikator kinerja guru meliputi :

1. Rencana pembelajaran. 2. Pelaksanaan pembelajaran.

3. Evaluasi / penilaian pembelajaran. 4. Hubungan antar pribadi.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana landasan teori yang telah dijabarkan berhubungan secara logis dengan berbagai faktor yang diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Suriasumantri, 1986


(44)

dalam (Sugiyono,2009:92) mengemukakan bahwa seorang penulis harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis.

Selain itu, penulis ingin menekankan bahwa gaya kepemimpinan yang ada pada setiap orang yang pada hakekatnya akan berbeda-beda tergantung sifat yang dimiliki oleh pimpinan tersebut. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja bawahan perlu adanya gaya kepemimpinan yang harus dimiliki oleh pemimpin. Sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti oleh penulis maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

GAYA KEPEMIMPINAN (Style Leadership)

Hersey dan Blanchard dalam Thoha (2013:66)

KINERJA GURU (Teacher Performance)

Nasution (2009:184)

1. Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pengambilan Keputusan . 2. Pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide.

3. Komunikasi dua arah ditingkatkan. 4. Tanggungjawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut. GAYA KEPEMIMPINAN

PARTISIPASI (Style Leadership Participation)


(45)

Berdasarkan gambar 2.2 diatas dapat dijelaskan bahwa dengan gaya kepemimpinan yang benar akan membawa keberhasilan serta mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu pemimpin memerlukan bawahan untuk dijadikannya sebagi pengikut. Seorang pemimpin harus bisa melihat kondisi bawahannya untuk dapat menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat. Gaya kepemimpinan kepala sekolah di SDN 2 Pemecutan cenderung mengarah ke gaya kepemimpinan partisipasi. Adapun indikator gaya kepemimpinan partisipasi berdasarkan pemaparan diatas adalah sebagai berikut :

Perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan (G3) dirujuk sebagai partisipasi, karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan menggunakan gaya 3 ini, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah adalah secara akif mendengar. Tanggungjawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut, memberikan pengarahan yang jelas dan pengawasan yang sewajarnya, bawahan didorong untuk melakukan inovasi dalam menyelesaikan persoalan dan mengembangkan kemampuan diri, serta bawahan akan menerima imbalan (insentif dan kebanggaan/kepuasan). Hal tersebut sudah sewajarnya karena pengikut memiliki


(46)

kemampuan untuk melaksanakan tugas. Gaya ini cocok dipergunakan untuk tingkat kematangan bawahan M3 (mampu tetapi tidak mau/ragu-ragu). Orang pada tingkat perkembangan ini memiliki kemampuan tetapi tidak berkeinginan untuk melakukan tugas yang diberikan.

Indikator diatas dapat digunakan untuk mengetahui gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap guru di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Pemecutan. Selain itu pula ada beberapa indikator yang mempengaruhi kinerja guru yaitu :

1. Perencanaan pembelajaran. 2. Pelaksanaan pembelajaran.

3. Evaluasi / penilaian pembelajaran. 4. Hubungan antar pribadi.


(47)

(1)

diintegrasikan dengan bidang-bidang yang lainnya agar tercipta proses yang harmonis. Sehingga jika proses yang harmonis sudah tercipta maka untuk menjalankan kegiatan selanjutnya akan lebih mudah prosesnya. Pemimpin dengan bawahan akan bekerjasama dan akan lebih meningkatkan kinerjanya untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam kinerja sangat penting melihat peranannya dan tingkat levelnya seperti misalnya pentingnya keahlian serta kompetensi yang dimiliki

Selain itu ada Indikator kinerja oleh LAN-RI dalam Pasolong (2013:177) adalah ukuran kualitatif atau kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau suatu tujuan yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan indikator masukan (input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dan dampak (impact). Indikator masukan (input) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran. Indikator ini dapat berupa dana, sumber daya manusia, informasi, dan kebijakan atau peraturan perundang-undangan.

2.2.4 Konsep Kinerja Guru

Menurut Priansa (2014:79) keberhasilan seorang guru dalam menyelesaikan tugas yang diberikan disebut dengan istilah “level of performance” atau level kinerja. Kinerja guru merupakan hasil dari kemampuan seorang guru yang dituangkan dalam bentuk karya nyata. Kinerja guru bukanlah hal yang menyangkut tentang karakteristik individu seperti bakat serta


(2)

kemampuan akan tetapi perwujudan dari bakat atau kemampuan itu sendiri. Kinerja guru akan terlihat dari tanggungjawab yang diberikan untuk dapat menyelesaikan tugas yang diberikan. Tanggungjawab tersebut akan terlihat dari kedisiplinan seorang guru, kepatuhan serta loyalitas untuk dapat memajukan sekolah serta potensi peserta didik.

Dalam PP RI No. 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 28 dijelaskan bahwa pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Guru yang memiliki tingkat kinerja yang tinggi maka dapat dipastikan hasil produktivitas kerja telah sama seperti yang ditentukan, sebaliknya guru yang memiliki tingkat produktivitas rendah maka guru tersebut dapat dikatakan tidak produktif. Hasil kinerja guru sangat berperan strategis dalam keberhasilan kualitas pendidikan yang dihasilkan. Menurut Nasution (2009:184) indikator kinerja guru meliputi :

1. Rencana pembelajaran. 2. Pelaksanaan pembelajaran.

3. Evaluasi / penilaian pembelajaran. 4. Hubungan antar pribadi.

2.3 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang bagaimana landasan teori yang telah dijabarkan berhubungan secara logis dengan berbagai faktor yang diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Suriasumantri, 1986


(3)

dalam (Sugiyono,2009:92) mengemukakan bahwa seorang penulis harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis.

Selain itu, penulis ingin menekankan bahwa gaya kepemimpinan yang ada pada setiap orang yang pada hakekatnya akan berbeda-beda tergantung sifat yang dimiliki oleh pimpinan tersebut. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kinerja bawahan perlu adanya gaya kepemimpinan yang harus dimiliki oleh pemimpin. Sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti oleh penulis maka dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut :

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

GAYA KEPEMIMPINAN (Style Leadership)

Hersey dan Blanchard dalam Thoha (2013:66)

KINERJA GURU (Teacher Performance)

Nasution (2009:184)

1. Pemimpin dan bawahan sama-sama terlibat dalam pengambilan Keputusan. 2. Pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide.

3. Komunikasi dua arah ditingkatkan. 4. Tanggungjawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut. GAYA KEPEMIMPINAN

PARTISIPASI (Style Leadership Participation)


(4)

Berdasarkan gambar 2.2 diatas dapat dijelaskan bahwa dengan gaya kepemimpinan yang benar akan membawa keberhasilan serta mencapai tujuan yang diinginkan. Selain itu pemimpin memerlukan bawahan untuk dijadikannya sebagi pengikut. Seorang pemimpin harus bisa melihat kondisi bawahannya untuk dapat menggunakan gaya kepemimpinan yang tepat. Gaya kepemimpinan kepala sekolah di SDN 2 Pemecutan cenderung mengarah ke gaya kepemimpinan partisipasi. Adapun indikator gaya kepemimpinan partisipasi berdasarkan pemaparan diatas adalah sebagai berikut :

Perilaku pemimpin yang tinggi dukungan dan rendah pengarahan (G3) dirujuk sebagai partisipasi, karena posisi kontrol atas pemecahan masalah dan pembuatan keputusan dipegang secara bergantian. Dengan menggunakan gaya 3 ini, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah adalah secara akif mendengar. Tanggungjawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar berada pada pihak pengikut, memberikan pengarahan yang jelas dan pengawasan yang sewajarnya, bawahan didorong untuk melakukan inovasi dalam menyelesaikan persoalan dan mengembangkan kemampuan diri, serta bawahan akan menerima imbalan (insentif dan kebanggaan/kepuasan). Hal tersebut sudah sewajarnya karena pengikut memiliki


(5)

kemampuan untuk melaksanakan tugas. Gaya ini cocok dipergunakan untuk tingkat kematangan bawahan M3 (mampu tetapi tidak mau/ragu-ragu). Orang pada tingkat perkembangan ini memiliki kemampuan tetapi tidak berkeinginan untuk melakukan tugas yang diberikan.

Indikator diatas dapat digunakan untuk mengetahui gaya kepemimpinan kepala sekolah terhadap guru di Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Pemecutan. Selain itu pula ada beberapa indikator yang mempengaruhi kinerja guru yaitu :

1. Perencanaan pembelajaran. 2. Pelaksanaan pembelajaran.

3. Evaluasi / penilaian pembelajaran. 4. Hubungan antar pribadi.


(6)