Hasil Penelitian

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis beberapa faktor yang diduga mempengaruhi permintaan ikan lele dan mengetahui elastisitas ikan lele di Kabupaten Sukoharjo. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series tahunan dengan rentang waktu selama 16 tahun (tahun 1995-2010). Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga ikan lele, harga ikan nila merah, harga daging ayam ras, harga beras dan pendapatan per kapita. Variabel-variabel tersebut diduga sebagai faktor- faktor yang mempengaruhi permintaan ikan lele di Kabupaten Sukoharjo. Adapun data dan analisis hasil dari masing-masing variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :

1. Permintaan Ikan Lele di Kabupaten Sukoharjo

Tingkat permintaan lele di Kabupaten Sukoharjo yang dimaksud adalah banyaknya lele yang diminta konsumen di Kabupaten Sukoharjo

selama satu tahun. Pada penelitian ini peneliti mengambil banyaknya konsumsi penduduk yang diperoleh dari Bidang Perikanan Kantor Dinas Pertanian Kabupaten Sukoharjo yaitu dengan menggunakan pendekatan menjumlah seluruh lele yang dikonsumsi baik dalam keadaan segar maupun telah dijadikan olahan ikan lele.

Adapun besarnya permintaan lele yang diteliti di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 16 sebagai berikut :

Tahun 1995 – 2010 Tahun

Permintaan Ikan Lele (Kg)

6,19 Sumber : Dinas Perikanan Kabupaten Sukoharjo

Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa tingkat permintaan ikan lele di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 1995-2010 rata-rata adalah 644.998 kilogram per tahun (perkembangan permintaan meningkat yaitu 6,19 % per tahun). Pada tahun 2000 dan 2001 permintaan ikan lele turun sebesar 1,50% dan 1,11%. Hal ini disebabkan masih dalam proses pemulihan dari masa krisis moneter sehingga permintaan ikan lele oleh masyarakat sedikit turun. Selanjutnya pada tahun 2002-2006 permintaan ikan lele cenderung mengalami peningkatan. Namun sesungguhnya serapan ikan lele oleh masyarakat Kabupaten Sukoharjo masih tergolong rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya perbedaan jumlah produksi dan permintaan ikan lele yang memiliki selisih yang cukup besar. Hampir lima puluh persen ikan lele yang diproduksi Kabupaten Sukoharjo diserap oleh daerah lain seperti Kota Surakarta.

Permintaan ikan lele dari tahun ke tahun relatif berfluktuatif, dipengaruhi ketersediaan ikan lele di pasaran. Perkembangan permintaan

Gambar 3. Grafik Perkembangan Permintaan Ikan Lele di Kabupaten

Sukoharjo Tahun 1995-2010

2. Harga Ikan Lele

Data mengenai perkembangan harga ikan lele di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2010 sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Perkembangan Harga Ikan Lele di Kabupaten Sukoharjo Tahun

1995 – 2010

Tahun

Indeks Harga

Konsumen 1)

(2002=100)

Harga Sebelum Terdeflasi

(Rp/Kg)

Harga Setelah Terdeflasi

(Rp/Kg)

Laju Perkembangan (%)

1995

36,65

2.500

6.821,28

- 1996

39,08

2.800

7.164,79

4,79 1997

41,67

3.100

7.439,40

3,69 1998

73,70

3.750

5.088,20

-46,21 1999

78,13

4.200

5.375,66

5,35 2000

79,04

4.500

5.693,32

5,58 2001

89,21

5.000

5.604,75

-1,58 2002

100

5.250

5.250,00

-6,76 2003

103,53

5.800

5.602,24

6,29 2004

114,79

6.100

5.314,05

-5,42 2005

121,3

6.400

5.276,17

-0,72 2006

133,40

7.300

5.472,26

3,58 2007

137,65

8.300

6.029,79

9,25 2008

144,08

9.000

6.246,53

3,47 2009

156,23

10.500

6.720,86

7,06 2010

162,78

11.800

7.249,05

7,29

Rata-rata

6.091

6.021,77

-0,29

100,000

200,000

300,000

400,000

500,000

600,000

700,000

800,000

900,000

1,000,000

e rm

in

ta

e le

Tahun

dibayarkan oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram ikan lele. Harga ikan lele yang dianalisis adalah harga setelah terdeflasi dengan

menggunakan Indeks Harga Konsumen (2002=100) maka absolut (sebelum terdeflasi) dikonversikan menjadi harga riil (setelah terdeflasi) yang dimaksudkan untuk menyesuaikan harga karena adanya pengaruh inflasi yang terjadi setiap tahun.

Berdasarkan Tabel 17, dapat diketahui bahwa harga ikan lele setelah terdeflasi selama tahun 1995 sampai dengan tahun 2010 berfluktuasi tetapi cenderung mengalami penurunan sebesar 0,29 % per tahun dengan harga rata-rata sebesar Rp 6.021,77 per kilogram. Fluktuasi harga ini dapat disebabkan oleh produksi ikan lele sebagai bentuk penawaran yang memiliki kendala seperti ketersediaan bahan pakan, musim dan penyakit yang dapat menurunkan produktivitas. Pada saat ikan lele tersedia cukup banyak di pasar maka harga ikan lele akan turun begitu juga bila ikan lele kurang tersedia maka akan berakibat naiknya harga ikan lele.

Perkembangan harga ikan lele sebelum dan setelah terdeflasi dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Grafik Perkembangan Harga Ikan Lele di Kabupaten

Perkembangan Harga Ikan Lele di Kabupaten Sukoharjo

Harga Sebelum Terdeflasi (Rp/Kg)

Harga Setelah Terdeflasi (Rp/Kg)

3. Harga Ikan Nila Merah

Harga ikan nila merah dalam penelitian ini adalah jumlah uang yang dibayarkan oleh penduduk untuk mendapatkan satu kilogram ikan

nila merah. Data mengenai perkembangan harga ikan nila merah di Kabupaten Sukoharjo dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2010 sebelum dan setelah dideflasi dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Perkembangan Harga Ikan Nila Merah di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1995 – 2010

Tahun

Indeks Harga

Konsumen (2002=100)

Harga Sebelum Terdeflasi

(Rp/Kg)

Harga Setelah Terdeflasi

(Rp/Kg)

Laju Perkembangan (%)

-1,57 Sumber : Disperindag Kabupaten Sukoharjo

Di dalam penelitian ini, harga ikan nila merah yang dianalisis adalah harga yang telah dideflasi, hasil penghitungan dengan memasukkan indeks harga konsumen. Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa harga ikan nila merah setelah terdeflasi selama 16 tahun terakhir mengalami penurunan dengan rata-rata sebesar 1,57 % per tahun dan rata-rata harga Rp 9.168,71 per kilogram. Hal tersebut salah satunya dipengaruhi oleh ketersediaan ikan nila merah di pasar. Perkembangan

Gambar 5. Perkembangan Harga Ikan Nila Merah di Kabupaten

Sukoharjo

4. Harga Daging Ayam Ras

Data mengenai perkembangan harga daging ayam ras di Kabupaten Sukoharjo Tahun 1995-2010 dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kabupaten

Sukoharjo Tahun 1995 – 2010

Tahun

Indeks Harga

Konsumen (2002=100)

Harga Sebelum Terdeflasi

(Rp/Kg)

Harga Setelah Terdeflasi

(Rp/Kg)

Laju Perkembangan (%)

Perkembangan Harga Ikan Nila Merah di Kabupaten Sukoharjo

Harga Sebelum Terdeflasi (Rp/Kg) Harga Setelah Terdeflasi (Rp/Kg)

berfluktuatif akan tetapi cenderung mengalami penurunan rata-rata sebesar Rp 10.498,13 atau sekitar 0,53%. Jumlah daging ayam ras yang

melimpah membuat pedagang menurunkan harga jual. Fluktuasi harga daging ayam ras disebabkan perubahan permintaan, produksi dan pasokan daging ayam ras ke pasar serta terjadinya perubahan harga di tingkat peternak serta distributor. Harga daging ayam ras yang dianalisis adalah harga yang telah dideflasikan mengikuti inflasi yang terjadi di perode waktu tersebut. Grafik perkembangan harga ayam ras dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Perkembangan Harga Daging Ayam Ras di Kabupaten

Sukoharjo (1995-2010)

Menurut Gambar 6, harga daging ayam ras setelah terdeflasi pada tahun 2003 sampai dengan 2007 mengalami peningkatan tajam karena adanya kasus flu burung yang terjadi pada peternakan ayam. Kasus flu burung berdampak pada kematian ayam dalam jumlah banyak sehingga jumlah produksi daging juga mengalami penurunan yang mengakibatkan harga daging ayam ras meningkat tajam.

Perkembangan Harga Daging Ayam Ras

di Kabupaten Sukoharjo

Harga Sebelum Terdeflasi (Rp/Kg) Harga Setelah Terdeflasi (Rp/Kg)

5. Harga Beras

Perkembangan harga beras selama tahun 1995-2010 di Kabupaten Sukoharjo ditampilkan pada Tabel 20.

Tabel 20. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Sukoharjo Tahun

Tahun

Indeks Harga

Konsumen (2002=100)

Harga Sebelum Terdeflasi

(Rp/Kg)

Harga Setelah Terdeflasi

(Rp/Kg)

Laju Perkembangan (%)

3,29 Sumber : Disperindag Kabupaten Sukoharjo

Beras yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah beras jenis IR

64, karena beras jenis ini paling banyak dikonsumsi oleh penduduk Kabupaten Sukoharjo. Harga beras yang dianalisis adalah harga setelah terdeflasi. Dari Tabel 20 dapat diketahui bahwa harga beras setelah terdeflasi dari tahun 1995 sampai tahun 2010 cenderung mengalami peningkatan rata-rata sebesar 3,29 % per tahun (harga rata-rata per kilogram) adalah sebesar Rp 3.108,02). Hal itu disebabkan berkurangnya produksi beras pada beberapa tahun terakhir. Serangan hama wereng berdampak penurunan produksi beras sehingga meningkatkan harga beras. Perkembangan mengenai harga beras di Kabupaten Sukoharjo

Gambar 7. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Sukoharjo Tahun

1995-2010

6. Pendapatan per Kapita

Perkembangan pendapatan per kapita di Kabupaten Sukoharjo selama tahun 1995-2010 ditampilkan pada Tabel 21.

Tabel 21. Perkembangan Pendapatan per Kapita di Kabupaten Sukoharjo

Tahun 1995 – 2010

Tahun

Indeks Implisit (2002=100)

Pendapatan

Sebelum Terdeflasi (Rp/Kapita)

Pendapatan Setelah Terdeflasi (Rp/Kapita)

Perkem- bangan (%)

Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Sukoharjo

Harga Sebelum Terdeflasi (Rp/Kg) Harga Setelah Terdeflasi (Rp/Kg)

Sukoharjo selama tahun 1995-2010 memiliki perkembangan pendapatan per kapita dengan peningkatan sebesar 7,61 % atau Rp 4.131.796,57 per

tahun. Peningkatan pendapatan per kapita tersebut karena selama tahun 1995-2010 terjadi peningkatan kegiatan perekonomian di Kabupaten Sukoharjo. Seiring berjalannya waktu, pemerintah daerah semakin memberi kesempatan investor untuk mengembangkan kawasan industri yang memperbanyak lapangan perkerjaan.

Peningkatan pendapatan per kapita dapat terlihat dari bertambahnya jumlah dan jenis sarana prasarana infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah daerah, seperti jalan raya, komunikasi, pusat perbelanjaan (pasar tradisional maupun modern) dan lain sebagainya. Adanya berbagai sarana dan fasilitas tersebut meningkatkan kelancaran dan pertumbuhan kegiatan perekonomian, mendorong masyarakat untuk membuka usaha sehingga semakin memperluas lapangan kerja. Jika kesempatan kerja semakin bertambah maka dapat mengurangi pengangguran yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan per kapita penduduk di Kabupaten Sukoharjo. Perkembangan pendapatan penduduk di Kabupaten Sukoharjo dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 8. Perkembangan Pendapatan per Kapita di Kabupaten

Sukoharjo Tahun 1995-2010

Perkembangan Pendapatan Perkapita di Kabupaten Sukoharjo

Pendapatan Sebelum Terdeflasi (Rp/Kapita) Pendapatan Setelah Terdeflasi (Rp/Kapita)